Makalah Cts [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA CARPAL TUNNEL SYNDROME



OLEH : NAMA : GUSTRE YOLANDA NIM : 2060013



PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Penatalaksanaan Fisioterapi



pada



Penderita



Carpal



Tunnel



Syndrome”



tepat



waktu.



Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada Stase Musculoskeletal satu. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Carpal Tunnel Syndrome. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Sabirin Berampu, SST, M.Fis



selaku pembimbing Penulis. Tugas yang telah diberikan ini dapat



menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.



Lubuk Pakam, Oktober 2020



Peneliti



DAFTAR ISI



Kata Pengantar............................................................................................... i Daftar Isi.......................................................................................................... ii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang.................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2 BAB II Pembahasan 1. Anatomi Tangan dan Pergelangan Tangan ........................................ 3 2. Sindroma Terowongan Karpal ........................................................... 8 3. Etiologi .............................................................................................. 9 4. Proses Patologi .................................................................................. 10 5. Tanda Gejala ...................................................................................... 11 6. Prognosis Gerak dan Fungsi .............................................................. 12 7. Diagnosa Banding............................................................................... 12 8. Deskripsi Problematika Fisioterapi ................................................... 12 9. Intervensi Fisioterapi.......................................................................... 13 BAB III Pelaksanaan Studi Kasus A. Laporan Kasus ................................................................................... 20 BAB IV Penutup A. Kesimpulan ........................................................................................ 29 B. Saran .................................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA



BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini telah mendorong terwujudnya kualitas kehidupan yang lebih baik. Tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang mempunyai peranan penting sebagai pelaksana pembangunan, tanpa tenaga kerja yang produktif dan berkualitas maka pembangunan akan terhambat. Tenaga kerja dalam melakukan aktifitasnya sepanjang hari tentunya akan melibatkan anggota gerak tubuh dan anggota tubuh yang banyak berperan dalam aktifitas kerja adalah anggota gerak atas terutama tangan dan pergelangan tangan karena tangan dan pergelangan tangan mempunyai fungsi yang sangat kompleks, yaitu sebagai organ komunikator, sensor, maupun motor sehingga banyak manusia menggantungkan produktifitas pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. Banyak berbagai jenis profesi kerja yang dalam aktifitas kerjanya lebih sering menggunakan tangan dan pergelangan tangan diantaranya operator komputer, penjahit, pengendara motor dan mobil, tukang cuci, pengendara sepeda motor, pelukis dan lain sebagainya. Sindroma Terowongan Karpal(CTS) merupakan suatu entrapment neuropathy yang paling sering terjadi, biasanya unilateral pada tahap awal dandapat menjadi bilateral.Entrapment neuropathy adalah trauma saraf periferterisolasi yang terjadi pada lokasi tertentu dimana secara mekanis mengalamitekanan oleh terowongan jaringan ikat atau tulang rawan atau adanyadeformitas oleh suatu jaringan. Pada CTS ini terjadi entrapment neuropathy yang bersifat kronik pada n medianus yang menginervasi kulit telapak tangan, punggung tangan di daerah ibu jari,telunjuk, jari tengah, dan setengah sisi radial jari manis pada saat melaluiTerowongan karpal. CTS merupakan patologi yang paling umum terjadi hal ini dibuktikan dengan angka kejadianya yaitu 1- 3 kasus per seribu orang pertahunya dengan prevalensi sekitar 50 kasus dari 1.000 sampel pada populasi umum pertahunnya. Angka Kejadiandapat meningkat menjadi 150 kasus dari seribu sample pertahunya,



dengan prevalensi lebih besar yaitu meningkat menjadi 500 kasus dari 1.000 sampel pada kelompok yang memiliki resiko tinggi terkena CTS. Sebuah studi juga mengatakan bahwa 3 dari 10000 pekerja kehilangan waktu kerja karena menderita CTS (Asworth, 2011) B. Rumusan Masalah Dengan meninjau pada pembatasan masalah maka rumusan masalah yang ada pada karya ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah penjabaran carpal tunnel syndrome berdasarkan sudut pandang fisioterapi? 2. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada penebalan tendon fleksor digitorum dextra? 3. Apakah ada pengaruh intervensi fisioterapi dalam mengurangi nyeri dan paresthesia akibat penebalan tendon flexor dextra? C. Tujuan Penulisan  Dalam penulisan makalah ini tujuan yang ingin penulis capai adalah untuk mengetahui; 1. Penjabaran carpal tunnel syndrome berdasarkan sudut pandang fisioterapi. 2. Penatalaksanaan fisioterapi pada penebalan tendon digitorum profundus dextra. 3. Pengaruh intervensi fisioterapi dalam mengurangi nyeri dan paresthesia akibat penebalan tendon flexor dextra.



BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi Tangan dan Pergelangan Tangan Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang, otot, struktur persendian dan diinervasi oleh beberapa syaraf. 1. Tulang pembentuk sendi pergelangan tangan Tulang-tulang pada sendi pergelangan  tangan yaitu ada 2 deretan. Deretan pertama terdiri dari tulang radius dan ulna. Deretan yang kedua terdiri atas delapan  tulang carpalia yang tersusun dalam dua deretan. Tulang carpal deretan proksimal



antara



lain



scapoideum,



lunatum,



triquetrum,



dan



pissiforme.Sedangkan bagian distal terdiri atas tulang trapezium, trapezoideum, capitatum, dan hamatum. a. Tulang scapoideum Tulang ini berbentuk perahu dengan dataran proksimal yang konveks bersendi dengan tulang radius. Tulang ini mempunyai dataran sendi yaitu kearah ulnar bersendi dengan tulang hamatum, kearah distal bersendi dengan tulang trapezium, kapitatum, dan trapezoideum,  dan pada permukaan volar memiliki tonjolan yang disebut tuberositas scapoideum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ). b. Tulang Lunatum Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial dengan tulang scapoideum, kearah ulnar dengan tulang triquetum, kearah distal dengan tulang kapitatum. Tulang ini mempunyai dataran proximal yang konveks yang bersendi dengan tulang radius, dan berbentuk kecil , seperti bulan sabit ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ). c. Tulang Triquetum Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah proximal dengan tulang radius, kearah radial dengan tulang lunatum, kearah ulnar dan volar berhubungan dengan tulang pisiforme yang melekat pada permukaan volar



tulang triquetrum, dan kearah distal dengan tulang hamatum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ). d. Tulang Pisiforme Tulang  yang berbentuk kecil, agak bulat sebesar biji kacang ini melekat di dataran volar pada tulang triquetum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ). e. Tulang Trapezium Tulang ini mempunyai hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah vollar dengan trpezoidium dan terdapat tonjolan tulang yang disebut tuberositas osis trapezium, kearah proximal dengan tulang scapoideum, kearah distal dengan tulang metacarpal I dan II ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ). f. Tulang trapezoideum Tulang ini kearah radial mempunyai hubungan dengan tulang trapezium, ke arah ulnar dengan tulang kapitatum, ke arah distal dengan tulang metacarpal II, dan ke arah proximal berhubungan dengan tulang scapoideum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ). g. Tulang Kapitatum Memiliki bangunan bulat dan panjang sebagai kaputnya. Mempunyai hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah radial berhubungan dengan tulang trapezoideum, ke arah proximal dengan tulang scapoideum dan lunatum. Kearah ulnar dengan tulang hamatum, dan kearah distal dengan tulang metacarpal II, III, dan  IV ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ). h. Tulang Hamatum Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah proximal dengan tulang triquetum, kearah radial dengan tulang kapitatum, kearah distal dengan metacarpal  IV dan V. Dan kearah volar memiliki bangunan seperti lidah yang disebut hamalus ossis hamati ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ). Pada os scaphoideum dan os trapezium yang masing-masing mempunyai tonjolan tulang pada bagian volarnya membentuk eminentia carpi radialis.Disebelah ulnarnya terdapat eminentia carpi ulnaris yang dibentul oleh os pisiforme dan hamalus ossis hamati.



Gambar 1 Tulang-tulang pergelangan tangan 2. Ligamen Ligamen collateral carpi ulnar yang membentang dari proceccus styloideus ulna menuju ke tulang triquetum. Ligamen collateral carpi radialis yang membentang dari processus stiloideus radii menuju ke tulang scapoideum dan ligamen intercarpal yang terdiri dari ligamen  interlaveum volare dan dorsale, ligamen interseum dan ligamen carpi arquatum.



Gambar 2 Potongan transversal terowongan carpal



3. Otot Otot merupakan stabilitas aktif dan penggerak tulang pembentuk sendi. Otot pergelangan tangan secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu oto fleksor dan otot ekstensor yang masing-masing terbagi dua bagian yaitu superficialis dan profunda. Otot fleksor superficialis yaitu otot fleksor carpi ulnaris, fleksor carpi radialis, fleksor digitorum sublimes dan palmaris longus (Cailliet, 1990).Otot fleksor carpi radialis dan fleksor carpi ulnaris berfungsi fleksi pergelangan tangan, dan otot ekstensi ekstensor carpi radialis longus brevis dan ekstensor carpi ulnaris berfungsi ekstensi pergelangan tangan.Pada gerakan ulnar deviasi dilakukan oleh m. ekstensor carpi ulnaris dan fleksor carpi ulnaris.Sedangkan gerakan radial deviasi dilakukan oleh m. ekstensor carpi radialis, fleksor carpi radialis, ekstensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus.



Gambar 3 Otot-otot pergelangan tangan tampak palmar



4. Nerves medianus N. Medianus merupakan saraf tepi dipercabangi oleh pleksus brachialis yang berasal dari C7, C8- T1 melalui dua radices, satu dari fasciculus medialis. Radix ini pada mulanya terletak di setiap sisi bagian a. Axillaris, kemudian mengelilingi arteria tersebut mereka bersatu di facies ventralis untuk membentuk truncus dari nervus tersebut. Nervus ini akan menuju ke region antebrachium untuk akhirnya ke manus n. Medianus ini tidak memberi cabang-cabang di regio brachium. Pada regio antebrachium menginervasi seluruh musculi superficial yaitu m. Pronator teres, m. Fleksor carpi radialis, m. palmaris longus dan m. Fleksor digitorum superficialis sedangkan musculi profundus yaitu sebagian radial m. Fleksor digitorum profundus, m. fleksor pollicis longus dan m. Pronator quadratus. Nervus medianus juga mempersarafi otot-otot intirinsik yaitu m. Opponens polis, m. Fleksor policis brevis, m. Abduktor policis brevis, dan m. Palmaris longus. Area sensasi dari nervus medianus ini adalah kulit telapak tangan daerah ibu jari, telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial jari manis.



Gambar 5 Perjalanan nerves medianus



5. Biomekanik Pada tiap-tiap sendi mempunyai gerakan fungsional yang sangat kompleks dan tiap gerak fisiologi selalu memiliki unsur gerak osteokinematik dan arthrokinematik sehingga analisis geraknya perlu diuraikan dalam unsure osteokinematik dan arthrokinematik Osteokinematik adalah gerakan yang terjadi pada tulang.Pada osteokinematik terdapat tiga jenis gerkan yaitu rotasi ayun, rotasi putar dan spin.Bidang gerak artrokinematik terbagi menjadi tiga bidang yaitu bidang frontal, sagital dantransversal. Tangan dan pergelangan tangan terdapat beberapa persendian dan memiliki gerak osteokinematik yang berbeda pada masing-masing persendian tersebut.Arthrokinematik merupakan gerakan yang terjadi padsa permukaan sendinya sehingga terjadi gerak intraartikular yang terdiri dari traksi-kompresi, translasi dan spin.Traksi kompresi adalah gerak satu permukaan sendi pasangannya kearah menjauh dan mendekat.Translasi adalah gerak satu permukaan sendi sejajar terhadap permukaan sendi pasangannya, sedangkan gerak spin adalah gerak putar sesuai sumbu tulang terhadap permukaan sendi pasangannya. B. Sindroma Terowongan Karpal Sindroma terowongan karpal adalah suatu kumpulan gejala akibat terjadinya penyempitan terowongan karpal dimana dapat mengakibatkan penekanan dari nervus medianus, yang melewati terowongan karpal sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada tangan dan pergelangan tangan berupa nyeri yang berulangulang dan parasthesia.(Steinberg, 2008).Penyempitan terowongan karpal ini disebabkan oleh kekakuan dari ligamen carpi transversum karena adanya proses degenerasi, penebalan tendon fleksor jari-jari karena reaksi pertahanan tubuh akibat patologi tertentu atau diakibatkan trauma yaitu subluksasi os lunatum kearah ventral. (Luchetti, 2002).Sindroma terowongan karpal sering terjadi pada wanita berumur 35 tahun keatas terutama yang hipomobile pada intercarpal sehingga arcus dalamnya mengalami penyempitan (Shiel, 2005).



Gambar 6 Sindroma Terowongan Karpal



C. Etiologi Etiologi Sindroma terowongan karpal bersifat multi faktorial yang meliputi faktor lokal dan systemic berkontribusi pada berbagai derajat keparahan. Tetapi berbagai kondisi lain dapat berkontibusi sebagai penyebab terjadinya penekanan pada n. Medianus, antara lain : 1.



Tenosynovitis



2.



Penebalan ligamen carpi transversum (fleksor retinaculum)



3.



Double crush syndrome Dimana ada kompresi atau iritasi pada nervus medianus diatas pergelangan tangan. Hal ini menyebabkan meningkatnya sensitifitas dari nervus medianus dipergelangan tangan terhadap suatu tekanan tetapi ini jarang terjadi.



4.



Sub luksasi os lunatum Bila os lunatum mengalami subluksasi dan mengalami immobilisasi yang terlalu lama sehingga akan terjadi hipomobile pada os lunatum dan dapat menekan terowongan karpal



5.



Kelainan hormone pertumbuhan Akromegali dari kelainan hormone pertumbuhan dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal dari tulang sekitar pergelangan tangan sehingga dapat menyebabkan Sindroma terowongan karpal yang permanen.



D. Proses Patologi Sindroma terowongan karpal terjadi karena berbagai penyebab diantaranya pada ligamen carpi transversum yang mengalami degenerasi sehingga kadar air dalam matriks berkurang, hal ini menyebabkan kelenturan jaringan menurun kemudian terjadi pemendekan atau kontraktur pada ligamen, selain disebabkan degenerasi, kontraktur ligamen carpi transversum juga disebabkan karena overuse. Pada tendon fleksor wrist dan jari-jari tangan yang mengalami inflamasi karena proses autoimmune akibat patologi tertentu seperti RA atau tumor, akibat sirkulasi yang kurang baik pada tendon fleksor tersebut maka inflamasi menjadi kronik sehingga pembentukan collegen dan jaringan fibrous meningkat kemudian terjadi abnormal crosslink akibatnya akan terjadi adhesi, penebalan dan penurunan kelenturan jaringan pada tendon tersebut. Hal ini ditandai dengan keterbatasan gerak ekstensi jari-jari dengan springy end feel.Kemudian pada os lunatum yang mengalami subluksasi arah ventral sehingga menyebabkan hipomobile ossa carpalia ke arah gerak palmar fleksi, selain itu juga menyebabkan nyeri gerak pada ossa carpalia dan iritasi jaringan sekitar. Berbagai proses patologi struktur jaringan spesifik yang sudah dijelaskan diatas dapat mengakibatkan tekanan pada terowongan karpal yang mana menimbulkan penjempitan atau penekanan pada nervus medianus. Pada orang normal tekanan hanya sekitar 2 mmHg, tetapi akibat venous stasis tersebut maka akan menyebabkan darah dalam saraf yang mengandung sisa metabolisme sulit untuk keluar hal ini juga menyebabkan darah dari luar saraf yang mengandung oksigen tidak dapat masuk ke dalam saraf akibatnya pasokan darah menurun sehingga serabut saraf akan mengalami hipoksia. Pada serabut saraf yang mengalami hipoksia akan terjadi peningkatan permeabilitas membran sel nya sehingga sangat mudah dilalui oleh impuls saraf dan pada akhirnya, tanpa adanya perangsangan pun dapat terjadi aliran impuls saraf yang akan berakibat timbulnya paraesthesia (Rambe, 2004). Selain paraesthesia, hipoksia dalam serabut saraf juga dapat mengakibatkan kerusakan lapisan endothelial dan terjadi inflamasi yang dapat memicu pelepasan zat-zat iritan (algogen) yaitu :



histamin, bradikinin, serotonin dan prostagalandin yang dapat meningkatkan stimulus saraf nociceptif nervi nervorum yang mempersarafi n. Medianus ke dorsal horn pada medula spinalis akibatnya thresshold menurun dan mengakibatkan sensitifitas saraf yang ditandai hiperalgesia yang lama-kelamaan menjadi allodynia sehingga terjadi neurophatik pain. Inflamasi juga ditandai dengan timbulnya eodema karena kebocoran protein, oedema



tersebut



mengakibatkan



afascikular



meningkat



sehingga



dapat



menyebabkan bertambahnya gangguan. Mikrosirkulasi dalam saraf dan terjadi penurunan axoplasmic flow karena axoplasmic flow membutuhkan pasokan darah sebagai energi untuk mengalirkan intraseluler material tanpa pasokan darah maka, axoplasmic flowakan melambat, karena sirkulasi yang kurang baik maka proses inflamasi dan penyembuhan jaringan akan berlangsung lama sehingga menjadi inflamasi kronik dan oedema epineural pada saraf pun akan berlangsung lama dan terus menerus. E. Tanda dan gejala 1.



Gangguan Sensorik Gangguan sensorik yang timbul awalnya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik pada jari pertama, kedua, ketigadan setengah sisi radial jari jari keempat, walaupun kadangkadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lain adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari .Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan (Rambe, 2004).Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari.



2.



Gangguan Motoris Pada tahap lanjut dapat terjadi gangguan pada nerves medianus yang menimbulkan kelemahan otot tenar sehingga jari-jari tidak dapat digunakan untuk bekerja, misalnya menjahit, menulis, mengancingkan baju, mengendarai motor, berolahraga badminton, mencuci piring atau pakaian, dan sebagainya.   



3.



Kelemahan Otot Terjadi kelemahan otot terutama hand grip dimana penderita akan mengalami kelemahan saat memegang gelas, menggunting, dan sebagainya.



F. Prognosis Gerak dan Fungsi Carpal tunnel syndrome yang kasusnya idiopatik mempunyai gejala yang timbul dan hilang dalam beberapa bulan atau tahu, tapi rasa tidak enak pada malam hari dapat



lebih



menonjol



penderita.Progresitifitasnya melatarbelakanginya.



Bila



dan lebih hanya



berlangsung sering ada



terjadi kelainan



sehingga bila



ada



mengganggu penyakit



sensorik,



kelainan



yang ini



bersifat reversible, tapi bila dijumpai kelainan motorik maka kesembuhanya lebih lama walaupun telah melakukan banyak terapi G. Diagnosa Banding Diagnosa carpal tunnel syndrome adalah (1) Pronator teres syndrome, keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri pada telapak tangan  karena cabang nerves medianus ke kulit telapak tangan tidak melaui terowongan karpal, (2) Inoracic outlet syndrome, dijumpai atrofi otot-otot tangan lainya selain otot-otot thenar, (3) Cervical radikulopathy, keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak (Rambe, 2004). H. Deskripsi Problematika Fisioterapi 1. Impairment a. Nyeri Terjadi karena tekanan yang berulang-ulang  dan penjepitan nerves medianus sehingga tekanan intrafesikuler meningkat. b. Parestesia Terjadi karena penjepitan pada nerves medianus sehingga aliran darah ke otot-otot yang disyarafi nerves medianus berkurang (Rambe, 2004) . c. Penurunan kekuatan otot dan kemampuan fungsional Terjadi karena nyeri yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang yang  mengakibatkan otot inaktif sehingga elastisitasnya berkurang .



2. Functional Limitation Penderita mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari seperti bekerja, mengendarai motor, menyapu, mencuci, dan lain-lain. 3. Disability Aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan tangan terganggu dalam melakukan aktifitasnya sebagai illustrator dalam komunitas design. I. Intervensi Fisioterapi Modalitas yang digunakan yaitu : 1. Inframerah Inframerah adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik infra merah dengan karakteristik gelombang adalah panjang gelombang 770nm-106 nm, berada di antara spektrum gelombang cahaya yang dapat dilihat dengan gelombang microwave,



dengan



tujuan



untuk



pemanasan



struktur



muskuloskeletal yang terletak superfisial dengan daya penetrasi 0,8-1mm.Terapi infrared akan memberikan pemanasan superfisial pada daerah kulit yang diterapi sehingga menimbulkan beberapa efek fisiologis yang diperlukan untuk penyembuhan. Efek-efek fisiologis tersebut berupa mengaktifasi reseptor panas superfisial di kulit yang akan merubah transmisi atau konduksi saraf sensoris dalam menghantarkan nyeri sehingga nyeri akan dirasakan berkurang, pemanasan ini juga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) dan meningkatkan aliran darah pada daerah tersebut sehingga akan memberikan oksigen yang cukup pada daerah yang diterapi, menigkatkan aktivitas enzimenzim tertentu yang digunakan untuk metabolisme jaringan dan membuang sisasisa metabolisme yang tidak terpakai sehingga pada akhirnya akan membantu mempercepat proses penyembuhan jaringan. Terapi pemanasan dengan infrared ini juga dapat memberikan perasaan nyaman dan rileks sehingga dapat mengurangi nyeri karena ketegangan otot-otot terutama otot-otot yang terletak superfisial, meningkatkan daya regang atau ekstensibilitas jaringan lunak sekitar sendi seperti ligamen dan kapsul sendi sehingga dapat meningkatkan luas



pergerakan sendi terutama sendi-sendi yang terletak superfisial seperti sendi tangan dan kaki. a. Indikasi Inframerah 1) Nyeri otot, sendi dan jaringan lunak sekitar sendi. Misal: nyeri punggung bawah, nyeri leher, nyeri punggung atas, nyeri sendi tangan, sendi lutut, dsb. 2) Kekakuan sendi atau keterbatasan gerak sendi karena berbagai sebab. 3) Ketegangan otot atau spasme otot. 4) Peradangan kronik yang disertai dengan pembengkakan 5) Penyembuhan luka di kulit. b. Kontraindikasi Inframerah Terapi infrared (IR) merupakan salah satu jenis terapi yang aman dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.Meskipun demikian ada beberapa kontraindikasi untuk mendapatkan terapi ini dan sebaiknya seseorang yang mempunyai kontraindikasi di bawah ini memberitahu terlebih dahulu kepada dokter atau fisioterapis sebelum mendapatkan terapi ini. Kontra Indikasi relatif meliputi : 1) Kelainan pendarahan yaitu kelainan pembuluh darah vena atau peradangan pembuluh darah, seperti thrombophlebitis 2) Gangguan sensoris berupa rasa raba maupun terhadap suhu 3) Gangguan mental 4) Tumor ganas atau kanker 5) Penggunaan infrared pada mata. c. Efek Samping Inframerah Secara umum terapi infrared (IR) sangat jarang menimbulkan efek samping, bila terjadi efek samping pun bersifat reversibel atau dapat kembali sempurna setelah terapi dihentikan atau dalam waktu 2-3 hari. Efek samping yang dapat terjadi: 1) Luka bakar derajat ringan. 2) Bertambahnya peradangan.



3) Nyeri yang bertambah. 4) Alergi kulit, terutama pada penderita yang mempunyai riwayat alergi terhadap suhu panas. 5) Perdarahan yang bertambah pada luka terbuka. 6) Pingsan. d. Prosedur penggunaan Inframerah 1) Menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman. 2) Terapis akan memeriksa kembali daerah yang akan diberikan terapi dan melakukan wawancara kembali mengenai kelainan yang diderita dan kemungkinan kontraindikasi untuk pemberian terapi dan riwayat alergi terhadap suhu panas. Dokter maupun terapis akan menjelaskan sekali lagi tujuan terapi infrared sesuai kondisi dan keadaan seseorang, tiap individu berbeda. 3) Terapis akan membersihkan daerah yang akan diterapi dari minyak ataupun kotoran yang menempel di kulit termasuk dari lotion atau obatobat gosok yang dipakai sebelumnya menggunakan kapas alkohol atau kapas yang diberi air. Bila mempunyai kulit yang sensitif dan kering sekali sebaiknya diberitahukan kepada dokter atau terapis yang akan menerapi, sehingga tidak akan digunakan kapas alkohol yang kadang dapat menyebabkan iritasi kulit. 4) Terapis akan memposisikan bagian yang akan diterapi senyaman mungkin, bagian yang akan diterapi tidak ditutupi oleh pakaian sehingga infrared akan langsung mengenai kulit dan memberikan hasil yang optimal. 5) Terapis akan melakukan pengaturan dosis waktu dan posisi alat infrared minimal jarak 25 cm dari area yang akan disinari infrared. 6) Kemudian segera infrared akan diberikan, jangan menatap langsung lampu infrared. 7) Bila terasa nyeri atau panas berlebihan saat terapi berlangsung segera bilang kepada terapis atau dokter yang menerapi.



8) Selesai terapi akan ditandai oleh bunyi timer dari alat infrared. Jangan langsung berdiri atau duduk, tetap berbaring beberapa saat untuk mengembalikan aliran darah ke normal. 9) Terapis akan kembali melakukan pemeriksaan dan wawancara mengenai efek yang dirasakan setelah selesai terapi. 2. Stretching Tendon Flexor Digitorum Stretching adaah bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot-otot di setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga terdapat kesiapan serta mengurangi dampak cidera. Manfaat stretching yaitu: a. Meningkatkan suhu (temperature) tubuh beserta jaringan-jaringannya b. Menaikkan aliran darah melalui otot-otot yang aktif c. Meningkatkan detak jantung sehingga akan mempersiapkan bekerjanya sistem cardiovascular d. Meningkatkan energy yang dikeluarkan oleh tubuh dalam metabolisme tubuh e. Meningkatkan kecepatan perjalanan sinyal saraf yang memerintahkan gerakan tubuh f. Memudahkan otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara lebih cepat dan efisien g. Meningkatkan kapasitas kerja fisik h. Mengurangi adanya ketegangan otot i. Meningkatkan kemampuan jaringan penghubung dalam gerakan memanjang (merengang) j. Terjadinya Peningkatan kondisi secara psikologis k. Mengurangi dampak cidera Stretching yang diterapkan yaitu untuk otot fleksor digitorum communis dimana arah stretching dilakukan ke dorsal fleksi.Manfaat stretching ini untuk mengurangi penebalan tendon fleksor digitorum communis dan meningkatkan sirkulasi darah ke dalam tendon dan jari-jari tangan. 3. Neural Mobilitation Neural Mobilitation adalah modalitas pengobatan yang digunakan dalam kaitannya dengan lesi dari sistem saraf.Teknik mobilisasi saraf meliputi gerakan



berulang pada segmen yang mengalami gangguan, serta kombinasi gerakan dari sergmen sisi distal dan proksimalnya. Adapun tujuan neural mobilitation yaitu: a. Tujuan utama yaitu mengembalikan keseimbangan dinamis antara gerakan jaringan saraf dan di sekitarnya sehingga mengurangi tekanan intrinsic pada jaringan saraf. b. Memfasilitasi gliding saraf c. Meningkatkan vaskularisasi saraf d. Meningkatkan aliran axoplasmic atau transport axonal Adapun kontraindikasinya yaitu: a. Kondisi yang irritable b. Inflammasi akut atau gangguan yang mengenai sistem saraf seperti Guillain barre syndrome c. Gangguan neurologis (deficit neurologis) d. Lesi cauda equine e. Cidera medulla spinalis Adapun aplikasi neural mobilitation pada n. medianus yaitu: a. Posisi pasien tidur terlentang dengan rileks b. Fisioterapi duduk di samping bed pasien pada sisi tangan yang mengalami problem c. Fisioterapi menggerakkan leher pasien kea rah lateral fleksi kontralater, lengan pasien posisi siku lurus 90 derajat d. Fisioterapi melakukan mobilisasi pada shoulder pasien ke arah depresi dan tangan satunya melakukan dorsal fleksi pada tangan pasien.



Gambar 7 Neural Mobilitation 4. Latihan Fungsi Tangan Terapi latihan merupakan salah satu pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaanya menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif. Atau pula dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mempercepat proses penyembuhan dari suatu cidera yang telah merubah cara hidupnya yang normal. Hilangnya suatu fungsi atau adanya hambatan dalam melakanakan suatu fungsi dapat menghambat kemampuan dirinya untuk hidup secara independent yaitu dalam melaksanakan aktifitas kerja (Priyatna, 1985).Tujuan dari terapi latihan adalah (1) Memajukan aktifitas penderita, (2) Memajukan kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan, sehingga dapat beraktifitas normal (Priyatna, 1985). Terapi latihan pada carpal tunnel syndrom adalah resisted active exercise merupakan latihan yang dilakukan dengan memberikan tahanan dari luar terhadap kerja otot yang memebentuk suatu gerakan. Tahanan dari luar tersebut bisa berasal dari tahanan manual ataupun mekanik (Kisner,1996). Apabila otot itu berkontaksi dengan melawan suatu tahanan, maka ketegangan dalam otot itu akan naik. Karena ketegangan otot bertambah ( bila melawan melawan suatu tahanan) maka untuk memperkuat otot- otot dengan menggunakan resistance.



Tahanan yang dilaksanakan bisa menggunakan tahanan manual, kantong pasir, per, hand ball dan karet. Efek penggunaan resisted exercise adalah: (1) Menaikkan kekuatan dan daya tahan otot, (2)Memperbaiki ketidakseimbangan otot, (3) Memperkembang koordinasi gerakan, (4) Memperbaiki kemampuan fungsional, (5) Memperbaiki kondisi umum penderita.



Gambar 8 Terapi Latihan



BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS



A. Identitas Pasien Nama



: Ny. P



Umur



: 40 th



Jenis Kelamin



: Perempuan



Agama



: Kristen



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Alamat



: Lubuk Pakam



No. RM



:51.35.47



B. Segi Fisioterapi 1. Deskripsi Pasien dan Keluhan Utama Nyeri kesemutan pada telapak tangan kanan dan jari-jari tangan kanan dari jempol telunjuk dan jari tengah. Keluhan sudah dirasakan kurang lebih 2 bulan dimana tangan terasa lemah saat mengangkat gelas, mengendarai motor, dan menggenggam. Keluhan muncul sejak tidur dengan tangan ditindih bantal dan sebenarnya pergelangan tangan sering nyeri saat melakukan aktivitas dan bekerja sejak 6 bulan terakhir dimana setiap kali menyapu dan melakukan aktivitas lain lebih dari 1 jam telapak tangan terasa kebas dan nyeri selama beberapa menit dan menghilang jika tangan diistirahatkan. Keluhan awal ini sejak 6 bulan terakhir sebelum tidur tangan ditindih bantal, keluhan kebas hilang timbul. 2. Data Medis Pasien Tidak ada C. Pemeriksaan Fisioterapi 1. Pemeriksaan Tanda Vital (Umum) Denyut Nadi



: 80x/menit



Tekanan Darah



: 120/80



Berat Badan



: 55 kg



Temperatur/Suhu Badan



: 360 C



Frekuensi Pernapasan



: 23x/menit



Tinggi Badan



: 159 cm



2. Inspeksi/Observasi Tampak adanya oedema pada bagian palmar wrist dextra dimana otot thenar thumb tampak oedema. 3. Palpasi Nyeri Tekan disertai kebas pada tendon fleksor digitorum. 4. Joint Test Pemeriksaan Gerak Dasar 



Aktif : -



Nyeri pada palmar flexion pergelangan tangan kanan



-



Palmar flexion penuh dan ditahan timbul paresthesia jari jempol, telunjuk, tengah.







Pasif : Stretch test ke dorsal flexion nyeri, springy end feel







Isometric : Tidak ditemukan permasalahan khusus







Tes khusus : -



Tinnel Test (+) paresthesia jari jempol,telunjuk,tengah



-



Pray test (+) nyeri



-



Phalent test (+) nyeri dan paresthesia jari jempol,telunjuk,tengah



-



Stretch tendon flexor digitorum (+) nyeri



5. Muscle Test dan Antropometri Pengukuran MMT Wrist Kanan Otot Flexor Wrist Extensor Wrist Ulnar Deviasi Radial Deviasi Hand Grip Pengukuran Antropometri



Nilai MMT 4 4 5 5 4



Lingkar wrist dextra 14,7 cm Lingkar wrist sinistra 14 cm Pengukuran ROM (S) 40 ◦ - 0 ◦- 60 ◦ (F) 45 ◦ - 0 ◦- 30 ◦ Pengukuran Vas Nyeri diam



:4



Nyeri Tekan



: 6 pada tendon flexor digitorum



Nyari Gerak



:5



Faktor pemberat/peringan



: menyapu dan meyetrika/ istirahat



Deskripsi nyeri



: nyeri kesemutan



Waktu/onset nyeri



: malam hari



6. Kemampuan Fungsional 



Kemampuan Fungsional Dasar Adanya nyeri dan paresthesia pada posisi tangan palmar fleksi.







Aktivitas Fungsional Nyeri dan paresthesia pada jari-jari tangan kanan saat beraktivitas seperti menyapu, menyetrika, dll.







Lingkungan Aktivitas -



Nyeri dan paresthesia pada jari- jari tangan saat melakukan pekerjaan rumah



-



Nyeri dan paresthesia pada jari- jari tangan saat mengendarai sepeda motor.



ALGORITMA (CLINICAL REASONING)



CARPAL TUNNEL SYNDROME



Hipomobility intercarpal



Translation test intercarpal



Massage, IR, US, MWD, Terapi latihan



Mobilisasi intercarpal



Kontraktur lig.carpi transversum



stretch lig.carpi transversum



Stretching lig.carpitransversu m



KODE DAN KETERANGAN PEMERIKSAAN ICF



Penebalan flexor digitorum



Stretch tendon flexor



Stretching tendon flexor digitorum



1. Body Function 2. Activites and Participation 3. Environtmental Factors 4. Body Structures



DIAGNOSIS FISIOTERAPI 1. Impairment - Adanya nyeri dan paresthesia pada jari jempol,telunjuk,tengah - Adanya oedema pada pergelangan tangan kanan - Adanya penebalan pada tendon flexor digitorum - Adanya kelemahan pada otot palmar 2. Functional Limitation -



Adanya keterbatasan fungsional tangan kanan dalam bekerja dan beraktivitas.



-



Adanya kelemahan daya tahan otot dan kekuatan otot flexor digitorum tangan kanan.



3. Disability/ Participation Restriction Keterbatasan dalam mengikuti aktivitas beribadah dan perkumpulan social. PROGRAM FISIOTERAPI 1. Tujuan Jangka Panjang Mengembalikan aktivitas fungsional tangan penuh tanpa adanya keluhan dan kelemahan. 2. Tujuan Jangka Pendek -



Mengurangi nyeri dan paresthesia



-



Meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot



-



Meningkatkan akitivitas fungsional tangan



3. Teknologi Intervensi Fisioterapi -



Infrared



-



Stretching tendon flexor digitorum



-



Neural mobilitation n.medianus



-



Terapi latihan penguatan dan fungsional tangan



RENCANA EVALUASI Evaluasi berdasarkan hasil pengukuran VAS dilakukan setiap kedatangan pasien. Rencana fisioterapi seminggu 3 kali dimana selama 1 bulan. Jika keluhan dan kelamahan masih ada akan dilanjutkan fisioterapi hingga 2 bulan. PROGNOSIS Proses perbaikan untuk kembalinya aktivitas fungsional tangan kanan secara maksimal dalam waktu seri fisioterapi selama 1 bulan yang dilakukan evaluasi per kedatangan. Jika kemungkinan dalam1 bulan kekuatan otot dan fungsional tangan belum maksimal maka seri fisioterapi dilanjutkan menjadi 2 bulan dan dievalusi per kedatangan.



PELAKSANAAN TERAPI 1. Infrared Pengaturan dosis : F : 3 x/minggu T : 10 menit 2. Stretching Tendon Flexor Digitorum Profundus



Pengaturan dosis : F: 3x/minggu I : 10 detik T: 10 x/ set R: 1 x pengulangan 3. Neural Mobilitation N. Medianus Pengaturan dosis: F : 3x / minggu I : 30 detik T:3x R : 1 x pengulangan 4. Terapi Latihan Penguatan dan Fungsional tangan Pengaturan dosis: F : 3 x/minggu I : 10 detik T : 10x / set R : 3 x pengulangan



EVALUASI DAN TINDAK LANJUT 1. Fisioterapi kedatangan kedua 24 september 2020 Evaluasi : 1) Vas : Nyeri tekan : 6 pada tendon flexor digitorum Nyeri gerak : 5 2) ROM : (S) 43 ◦ - 0 ◦- 61 ◦ (F) 45 ◦ - 0 ◦- 30 ◦ 3) Antropometri Wrist dextra : 14cm



Wrist sinistra : 14 cm 4) MMT Otot Flexor Wrist Extensor Wrist Ulnar Deviasi Radial Deviasi Hand Grip



Nilai MMT 4 4 5 5 4



2. Fisioterapi kedatangan ketiga 28 september 2020 Evaluasi : 1) Vas : Nyeri tekan : 5 pada tendon flexor digitorum Nyeri gerak : 4 2) ROM : (S) 43 ◦ - 0 ◦- 61 ◦ (F) 45 ◦ - 0 ◦- 30 ◦ 3) Antropometri Wrist dextra : 14cm Wrist sinistra : 14 cm 4) MMT Otot Flexor Wrist Extensor Wrist Ulnar Deviasi Radial Deviasi Hand Grip



Nilai MMT 4 4 5 5 4



3. Tindak lanjut Latihan fungsional tangan akan ditingkatkan dan dengan melakukan home exercise di rumah seperti hand grip dengan hand ball HASIL TERAPI AKHIR Kesimpulan awal dalam 3 pertemuan hasil fisioterapi:



Berdasarkan pengukuran Vas, terdapat penurunan nyeri yang signifikan



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu, mulai dari penyebab, perjalanan penyakit sampai pelaksanaaan terapi dapat ditarik suatu kesimpulan



bahwa carpal tunnel syndrome adalah suatu sindroma akibat adanya penekanan nervus medianus pada terowongan carpal dengan derajat penekanan yang bervariasi dari ringan sampai berat. Keadaan tersebut muncul karena adanya berbagai kondisi, artinya syndroma ini jarang muncul sendiri tanpa adanya kondisi lain sebaga pencetus carpal tunnel syndrome sendiri mempunyai gejala dan tanda klinis yang beragam tergantung derajat kerusakan nervus medianus yang tertekan. Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada kondisi ini antara lain: ultra sonic, short wave diathermy, micro wave diathermy, infra red, massage, terapi latihan, cold pack. Pada kasus ini dengan menggunakan intervensi infrared dan neural mobilitation n.medianus, stretching tendon flexor digitorum, dan terapi latihan selama 3 kali, dapat mengatasi masalah dengan hasil menambah kekuatan otot, mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional tangan akibat penebalan tendon flexor digitorum dextra walaupun  belum sepenuhnya dapat diatasi. Peningkatan ini berkat kerja sama fisioterapis dan tenaga kerja lain. B. Saran Adanya kerja sama dengan tenaga kesehatan yang lain merupakan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan, meskipun pemberian modalitas fisioterapi memegang peranan penting. Hendaknya fisioterapi melakukan identifikasi dan interprestasi masalah dengan baik sehingga bisa diberikan interfensi yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Dalam pemberian  modalitas perlu diperhatikan pengecekan terhadap modalitas secara periodik agar program terapi yang dilaksanakan dapat mencapai hasil yang optimal. Fisioterapi sendiri hendaknya mengembangkan pengetahuan dan selalu merasa tidak puas dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Hal-hal yang juga mempengaruhi keberhasilan terapi adalah motivasi pasien untuk sembuh, peranan dari keluarga serta kerjasama dari tenaga kesehatan lain yang terkait. Penulis berharap semoga penyajian penulisan ini dapat bermanfaat dalam memberikan pelayanan terapi pada carpal tunnel syndrome dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai banyak kekurangan dan perlu disempurnakan.Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan guna kepentingan bersama yang lebih baik.  



DAFTAR PUSTAKA Ashworth, N. (2011). Carpal Tunnel Syndrome. Clinical Evidence (Online), (March 2009), 1–28. https://doi.org/10.1136/bmj.g6437.



Cailliet, R, 1990; Soft Tissue Pain Syndrome; Second Edition, Philadelphia: F.A Davis Company. Luchetti. 2002. Ethiopathogenesis. In: Luchetti,R.,Amadio,P. Carpal tunnel syndrome. Springer.Berlin. Luchetti.



2002.



The



patophysiology



of



median



nerve



compression.



In:



Luchetti,R.,Amadio,P. Carpal tunnel syndrome. Springer.Berlin. Putz, R. and Pabst, R., 2005.Sendi bahu tampak depan. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Kepala, Leher, ExtremitasAtas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Putz, R. and Pabst, R., 2005.Otot Bahu Tampak Depan. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Kepala, Leher, Extremitas Atas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Putz, R. and Pabst, R., 2005.Sistem Vaskuler Bahu. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Kepala, Leher, Extremitas Atas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rambe, Aldy (2004) ;Capal Tunnel Syndrome ; Dikutip 4 Oktober 2006, dari http;/www.rsup.adammalik.cline.net.html. Sheil,



W.C



2005.Rheumatoid



Arthritis.



Available



from:



http:www.medicinenet.com/rheumatoidarthritis.htm. Diakses pada tanggal 10 desember 2014.