Makalah Dan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH “ PENYAKIT PERSYARAFAN “ KASUS : SOL ( SPACE OCCUPYING LESION ) Diajukan sebagai tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan II



Dosen Pembimbing : Ns. Weni Mailita ,S.Kep.,M,Kep. Di susun Oleh : kelompok 5 Wella Vista Edward (2014201089) Sari Meliana (2014201078) Ratih Pebrianti (2014201073) Febri Fadhilah Aduha (2014201060) Zona Vauzi (2014201092) Engrit Asisendri (2014201056) M. Dendi Masbri (2010201471) Rike Ridni Mardela (2014201075) Happy Lusseana Rimanda (2014201061) Oktaviani Putri (2014201070) Lailatul Rahma (2014201064) Prodi S1 Keperawatan STIKes Alifah Padang 2020-2021 i



KATA PENGANTAR SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial. Dari definisi diatas dapat kita ketahui akan bahaya yang ditimbulkan akibat dari SOL. Untuk itu makalah ini dibuat diharapkan dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam membarikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami SOL. Dalam maklah ini penulis telah melampirkan akan definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan asuhan keperawatan mengenai SOL ( Space Occupying Lesion ). Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa/i keperawatan. Padang, 26 Juni 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar isi ...........................................................................................iii BAB 1 : Pendahuluan .......................................................................1 Latar belakang ......................................................................1 Tujuan ...................................................................................1 Manfaat .................................................................................2 BAB 2 : Tinjauan Teoritis ................................................................3 Definifisi ...............................................................................3 Etiologi .................................................................................4 Klasifikasi .............................................................................4 Manifestasi Klinis .................................................................5 Patofisiologi ..........................................................................5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................6 Komplikasi ............................................................................7 Penatalaksanaan….................................................................7 Pengkajian .............................................................................7 Diagnosa Keperawatan ..........................................................9 Intervensi ..............................................................................10 BAB 3 :Pembahasan .........................................................................16 Pengkajian .............................................................................16 Diagnosa ................................................................................17 Intervensi ...............................................................................17 Implementasi .........................................................................18 Evaluasi .................................................................................18 BAB 5 :Penutup .................................................................................19 Kesimpulan ........................................................................................19 Saran ..................................................................................................19 iii



Daftar Pustaka



iv



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti; kuntusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intra kranial. (Long,2002,130). Tapi penulis membatasi dengan hanya membahas tentang abses otak. Abses otak (AO) adalah suatu reaksi piogenik yang terlokalisir pada jaringan otak. AO pada anak jarang ditemukan dan di Indonesia juga belum banyak dilaporkan. Morgagni pertama kali melaporkan AO yang disebabkan oleh peradangan telinga. Pada beberapa penderita dihubungkan dengan kelainan jantung bawaan sianotik. Mikroorganisme penyebab AO meliputi bakteri, jamur dan parasite tertentu. Mikroorganisme tersebut mencapai substansia otak melalui aliran darah, perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan kardiopulmoner. Pada beberapa kasus tidak diketahui sumber infeksinya. Gejala klinik AO berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam, anoreksi dan malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal sesuai lokalisasi abses. Terapi AO terdiri dari pemberian antibiotik dan pembedahan. Tanpa pengobatan, prognosis AO jelek. B. TUJUAN Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan yang akan diberikan pada pasien dengan menderita SOL serta memberikan informasi mengenai SOL dan cara mengatasinya dan



1



memenuhi tuntutan tugas kelompok. Oleh karena itu dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu dan bermanfaat untuk kita semuanya. C. MANFAAT Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memperdalam ilmu keperawatan medikal bedah yang bersangkutan dengan SOL dan juga dapat menjadikan acuan dalam menetapkan asuhan keperawatan.



2



BAB II TINJAUAN TEORITIS A. DEFENISI SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial ( Long C , 2002 : 130). Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas. Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa cranii posterior 3



atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnose. Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. B. ETIOLOGI 1. Riwayat trauma kepala. 2. Faktor genetic 3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik 4. Virus tertentu 5. Defisiensi imunologi 6. Congenital (ngatisyah, 2001) C. KLASIFIKASI Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi : a. Jinak 



Acoustic neuroma







Meningioma







Pituitary adenoma







Astrocytoma ( grade I )



b. Malignant 



Astrocytoma ( grade 2,3,4 )







Oligodendroglioma







Apendymoma



Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :



4



a. Tumor intradural 



Ekstramedular







Cleurofibroma







Meningioma intramedural







Apendimoma







Astrocytoma







Oligodendroglioma







Hemangioblastoma



b. Tumor ekstradural Merupakan metastase dari lesi primer. D. MANIFESTASI KLINIS Peningkatan tekanan intracranial a. Nyeri kepala Nyeri bersifat dalam, terus-menerus, tumpul dan kadang-kadang bersifat hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan. b. Nausea dan muntah Akibat rangsangan pada medual oblongata c. Papil edema Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus. E. PATOFISIOLOGI Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal Hidrosefalus Gangguan fungsi hipofisis



5



Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari fase awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis ( long, 1996 : 193 ). Terjadi proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervus ( CNS ). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat disekitarnya mengakibatkan terjadi gangguan neurologis ( Gangguan Fokal Akibat Tumor Dan Peningkatan TIK ). Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20 % dari penyebab semua kematian kanker. Tumor-tumor otak jarang bermetastase ke otak, biasanya dari paru-paru, payudara, cairan glastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, dan kulit ( melanoma ). Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6, 7 dengan tingginya insiden pada pria usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel gelia ( sel untuk membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis ) dan merupakan supratentorial ( Terletak Diatas Penutup Cerebellum ) jelasnya neoplastik dalam palastik menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya peningkatan TIK. (hasanudin 2001) F. PEMERIKSAAN PENUNJANG CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan



6



Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosis Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor Elektroensefalografi ( EEG ) Mendeteksi gelombang otak abnormal. (doengoes, 2000) G. KOMPLIKASI 1. Gangguan fungsi neurologis 2. Gangguan kognitif 3. Gangguan tidur dan mood 4. Disfungsi seksual H. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan tergantung pada penyebab lesi : untuk tumor primer, jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna, namun umumnya sulit dilakukan sehingga pilihan pada radioteraphi dan kemoteraphi, namun jika tumor metastase pengobatan paliatif yang dianjurkan. Hematom membutuhkan efakuasi. Lesi infeksi membutuhkan efakuasi dan terapi antibiotic. Pengobatan lain yang diperlukan meliputi : 



Dexamatason, yang dapat menurunkan edema serebral







Manitiol, untuk menurunkan peningkatan TIK







Antikoonfulsan, sesuai dengan gejala yang timbul.



I. PENGKAJIAN Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan



7



Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung. Integritas Ego, Gejal : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi. makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda : muntah ( mungkin proyektil ), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia) Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak 8



seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi seksualitas, gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan) Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan ( kepuasan rumah tangga, dudkungan ), fungsi peran J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel 2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK 3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi 4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil) 9



5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan K. INTERVENSI a. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel 



Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali normal dengan KH : TTV normal, Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit, Gelisah hilang, Ingatannya kembali seperti sebelum sakit,







Intervensi : 1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti GCS 2. Pantau frekuensi dan irama jantung 3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan lakukan kompres hangat jika terjadi demam 4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan membrane mukosa 5. Gunakan selimut hipotermia 6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid, klorpomasin, asetaminofen







Rasional : 1. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensi TIK adalah sangat berguna dalam



10



menentukan lokasi, penyebaran, luas,dan perkembangan dari kerusakan 2. Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi yang mencerminkan trauma atau tekanan batang otak tentang ada tidaknya penyakit 3. Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi tetapi mungkin merupakan komplikasi dari kerusakan pada hipotalamus 4. Hipertermi meningkatkan kehilangan air dan meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun 5. Membantu dalam mengontrol peningkatan suhu 6. Dapat menurunkan permebilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema, mengatasi menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan metabolisme seluler/ menurunkan konsumsioksigen b. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK 



Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam nyeri hilang dengan KH : Nyeri hilang, Pasien tenang, Tidak terjadi mual muntah, Pasien dapat beristirahat dengan tenang







Intervensi : 1. Berikan lingkungan yang tenang 2. Tingkatkan tirah baring, bantu perawatan diri pasien 3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata



11



4. Dukung pasien untuk menemukan posisi yang nyaman 5. Berikan ROM aktif/pasif 6. Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri leher/punggung yang tidak ada demam 7. Kolaborasi pemberian obat analgetik seperti asetaminofen, kodein sesuai indikasi 



Rasional : 1. Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat 2. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri 3. Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori akan menurunkan nyeri 4. Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut 5. Membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri 6. Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit 7. Untuk menghilangkan nyeri yang hebat



c. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi 



Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan pasien menjadi adekuat dengan KH : Mual muntah hilang, Napsu makan meningkat, BB kembali seperti sebelum sakit,







Intervensi : 1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan



12



2. Beri makanan dalam jumlah kecil dan sering 3. Timbang berat badan 4. Kolaborasi dengan ahli gizi 



Rasional : 1. Menentukan pemilihan terhadapjenis makanan sehingga pasien terlindungi dari aspirasi 2. Meningkatkan proses pencernaan dan kontraksi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan 3. Mengevaluasi keefektifan/ kebutuhan mengubah pemberian nutrisi 4. Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori \nutrisi



d. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil) 



Tujuan : klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal. KH : Klien dapat mempertahankan meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit, mempertahankan integritas kulit dan kandung kemih dan fungsi usus.







Intervensi : 1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi. 2. Kaji derajat imobilitas pasien dengan menggunakan skala ketergantungan 0-4



13



3. Letakkan pasien pada posisi tertentu, ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu 



Rasional : 1. Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan. 2. Seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai risiko kecelakaan namun katagori 2-4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tsb sehubungan dengan imobilisasi. 3. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi seluruh bagian tubuh.



e. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan 



Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penglihatan pasien kembali normal dengan KH : Pasien dapat melihat dengan jelas







Intervensi : 1. Pastikan atau validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik, orientasikan kembali pasien secara teratur pada lingkungan, dan tindakan yang akan dilakukan terutama jika penglihatannya terganggu 2. Buat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada gangguan 3. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dam melakikan aktivitas 4. Rujuk pada ahli fisioterapi







Rasional :



14



1. Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi, gangguan fungsi kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat menjadi potensi timbulnya disorientasi dan ansietas 2. Mengurangikelelahan,mencegah kejenuhan, memberikan kesempatan untuk tidur REM (ketidakadaan tidur REM ini dapat meningkatkan gangguan persepsi sensori 3. Menurunkan fruktasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan /pola respon yang memanjang 4. Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan rencana penatalaksanaan berintegrasi yang didasarkan atas kombinasi kemampuan /ketidakmampuan secara individu yang unik dengan berfokus pada peningkatan evaluasi, dan fungsi fisik, kognitif, dan perseptual



15



BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, kami akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. A : Space Occupying Lession pada sebuah rumah sakit 1. PENGKAJIAN Secara teori, penyebab dari Space Occupying Lession yaitu Riwayat trauma kepala, Faktor genetik, Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik, Virus tertentu, Defisiensi imunologi, Congenital, sedangkan secara kasus ditemukan penyebabnya dari faktor riwayat trauma kepala yaitu Ny. A pernah menglami cidera kepala ringan tapi tidak di lakukan perawatan lanjut. Tanda dan gejala secara teori dari SOL adalah Nyeri kepala, Nausea dan muntah, Papil edema. Sedangkan pada saat pengkajian kasus Ny. A hanya di temukan mual, muntah dan sakit kepala. Data-data diatas baik secara teori maupun kasus hampir sama, tetapi ada data-data pada teori yang tidak muncul pada kasus yaitu papil edema. Pemeriksaan penunjang yang terdapat pada teori adalah pemeriksaan glu CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan CT Scan



16



Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosis Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor Elektroensefalografi ( EEG ) : Mendeteksi gelombang otak abnormal. Sedangkan tanda kusus pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada Ny. A hanya pemeriksaan CT scan.. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Secara teori diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan SOL ada 5 diagnosa, dan dari ke 5 diagnosa tersebut secara teori hanya 2 diagnosa yang muncul pada kasus dan 3 diagnosa lainnya tidak ada di kasus. Diagnosa secara teoritis adalah: 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel 2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK 3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi 4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil) 5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan Diagnosa secara kasus adalah : a. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual muntah 3. INTERVENSI Dalam teori kebutuhan dasar manusia berdasarkan Maslow dan Handerson adalah masalah nutrisi sebagai prioritas utama, namun pada kasus Ny. A penulis memprioritaskan masalah yang sama juga yaitu perubahan nutrisi karena jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi akan membuat kondisi 17



klien tidak stabil akibatnya klien mengalami kemunduran pada imunnya sehingga kuman / virus akan mudah masuk kedalam tubuh klien. Selain prioritas tersebut penulis membuat perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruangan. 4. IMPLEMENTASI Setelah menyusun rencana keperawatan, selanjutnya dalam pelaksanaan keperawatan penulis dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah penulis susun. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis bekerja sama dengan baik dengan klien, keluarga dan perawat ruangan. Selain itu disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang ada di ruangan 5. EVALUASI Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dan klien, keluarga dan perawat ruangan. Faktor penghambat selama evaluasi tidak temukan adanya hambatan



18



BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah kami mengadakan pengkajian, maka kami menyimpulkan, yaitu : Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Penyebab tumor otak adalah Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada decade kelima, keenam dan ketujuh .faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu ( Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bias dipastikan.Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.Tanda dan gejala peningkatan TIK : Sakit kepala, Muntah, Papiledema B. SARAN Agar dalam penyusunan makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka kami menyarankan: Belajar dalam memahami secara teoritis dan praktek dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan spece occupying lession. Bagi mahasiswa perawat hendaknya lebih memahami tentang SOL agar dapat memberikan asuhan keperawatn yang profesional dan benar sehingga meningkatkan kemungkinan kesembuha pasien



19



Daftar Pustaka Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 2000, Perawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta Barbara L. Bullock 2000,Patofisiology, Adaptasi and alterations infeksius function, Fourth edition, Lipincott, Philadelpia Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 , EGC, jakarta Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 2002, Diagnosa Keperawatan, ed 6, EGC, Jakarta Marilyn E. Doenges, et al, 2003,Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, jakarta Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 2004 Patofisiologi, konsep klinik prosesproses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta



20