Makalah Demografi Teori Kependudukan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DEMOGRAFI dan KESLING “Teori Kependudukan dan Struktur Kependudukan “



Disusun Oleh Diana Novita



(163110161)



Elissa Oktavia



(163110163)



Dosen Pembimbing Ns. Sila Dewi Anggreni, S.Pd, M.Kep, Sp.KMB



PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG POLTEKKES KEMENKES RI PADANG 2017



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan karuniaNya,sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, dalam rangka penyelesaian makalah yang berjudul Teori Kependudukan dan Struktur Kependudukan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurna an makalah ini.



Padang, 25 Oktober 2017



Penulis



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................................ i DAFTAR ISI............................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1 C. Tujuan .................................................................................................................... 1 BAB II Tinjauan Teoritis A.Defenisi Kependudukan .......................................................................................... 3 B.Teori-Teori Kependudukan .................................................................................... 3 C.Konsep Dasar Komposisi Penduduk ....................................................................... 7 D.Komposisi Penduduk .............................................................................................. 9 E.Manfaat Penduduk untuk Perencanaan Pembangunan di Indonesia ....................... 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14 B. Saran ....................................................................................................................... 15 C. DAFTAR PUSTAKA



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, berbicara tentang laju pertumbuhan penduduk dunia sangat meningkat dengan cepat. Pada tahun 1650 jumlah penduduk negara-negara eropa, amerika serikat, amerika tengah dan amerika selatan sebesar 113 juta jiwa, pada tahun 1750 menjadi 152,4 juta, dan kemudian pada tahun 1850 menjadi 325 juta jiwa. Jadi, dalam dua abad jumlahnya menjadi 3 kali lipat. Sedangkan untuk benua asia afrika dalam jangka waktu yang sama jumlah penduduknya hanya berubah 2 kali banyaknya. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia ini menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian dunia ini telah terjadi kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini menggelisahkan beberapa ahli, dan masing-masing dari mereka berusaha mencari faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan tersebut. Kalau faktorfaktor penyebab tersebut telah diketemukan maka masal;ah kemiskinan akan dapat diatasi. Umumnya para ahli dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian. Aliran malthusian dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, dan aliran Neo malthusan dipelopori oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich. Kelompok kedua terdiri dari penganut aliran Marxist yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Kelompok ketiga terdiri dari pakar-pakar teori kependudukan mutakhir yang merupakan reformulasi teoriteori kependudukan yang ada. Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara maka perlu didalami kajian demografi. Demikian halnya yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan atau program kesehatan maka terlebih dahulu harus mampu memahami keadaan di daerah atau negara tersebut. Keadaan yang dimaksud ialah keadaan kesehatan, sosial ekonomi, kebudayaan, lingkungan atau jumlah kepadatan penduduk.



1. 2. 3. 4. 5.



B. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan kependudukan ? Apa saja teori-teori kependudukan ? Apa konsep dasar komposisi penduduk? Bagaimana klasifikasi komposisi penduduk di Indonesia? Bagaimana manfaat komposisi penduduk bagi perencanaan pembangunan di Indonesia?



C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian kependudukan. 2. Mengetahui teori-teori kependudukan. 3. Untuk mengetahui konsep dasar atau definisi dari komposisi penduduk. 4



4. Untuk mengetahui klasifikasi komposisi penduduk di Indonesia. 5. Untuk mengetahui manfaat komposisi penduduk bagi perencanaan pembangunan di Indonesia.



5



BAB II TINJAUAN TEORITIS



A. Pengertian Kependudukan Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Jadi, apakah kependudukan itu? Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan. B. Teori-Teori Kependudukan a. Aliran Malthusian dan Neo-Malthusian 1. Aliran Malthusian Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798 lewat karangannya yang berjudul : “Essai on Principal of Population as it effect the Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculations of Mr. Godwin, M. Condorcent and other writers”, menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini (Weeks, 1992). Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antara lakilaki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Seperti telah disebutkan diatas, untuk dapat keluar dari permasalahan kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut Malthus pembatasan tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu preventive checks, dan positive checks. Preventive checks ialah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat dibagi menjadi dua, yaitu: moral restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang nafsu seksual, dan vice pengurangan kelahiran seperti: pengguguran 6



kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksual, promiscuity, adultery. Bagi Malthus moral restraint merupakan pembatasan kelahiran yang paling penting, sedangkan penggunaan alat-alat kontrasepsi belum dapat diterimanya (Yaukey, 1990). Tabel 2.1 Pembatasan Pertumbuhan Penduduk



Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan. Positive checks dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu: vice dan misery. Vice (kejahatan) ialah segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti pembunuhan anak-anak (infancitide), pembunuhan orang-orang cacat, dan orangorang tua. Misery (kemelaratan) ialah segala keadaan yang menyebabkan kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemic, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan peperangan. Pendapat Malthus banyak mendapat tanggapan para ahli dan menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumya gagasan yang dicetuskan Malthus dalam abad ke-18 pada masa itu dianggap sangat aneh. Asumsi yang mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat diterima oleh akal sehat. Dunia baru ( Amerika, Afrika, Australia, dan Asia) dengan sumber daya alam yang berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa Barat). Mereka mempekirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan dapat dihabiskan. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut: a. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan yang lain sehingga pengiriman bahan makanan ke daerah-daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan. 2. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi, terutama dalam bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula ditingkatkan secara cepat dengan mempergunakan teknologi baru.



7



b. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasanganpasangan yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah dianjurkan oleh Francis Place pada tahun 1822. (Flew, 1976) c. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standard hidup penduduk dinaikkan. Hal ini tidak dapat diperhitungkan oleh Malthus. 2. Aliran Neo-Malthusians Pada akhir abad ke-19 dan permulaaan abad ke-20, teori Malthus mulai diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusianism. Kelompok ini tidak sependapat dengan Malthus bahwa dengan mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan menggunakan semua cara-cara “preventive checks” misalnya dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan (abortions). Paul Ehrlich mengatakan: …The only way to avoid that scenario is to bring the birth rate under control-perhaps even by force (week, 1992) Paul Ehrlich (1971) dalam bukunya “The Population Bomb” ambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia ini sebagai dunia ini telah terlalu banyak manusia. Keadaan bahan makanan terbatas, karena terlalu banyak manusia di dunia dan juga lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun 1972 Meadow menulis buku “The Limit to Growth” memuat ungan variabel lingkungan, yaitu penduduk, produksi pertanian, Industri, eraaya alarn, dan polusi. Pada waktu persediaan sumberdaya alam masih maka bahan makanan per kapita, hasil industri dan penduduk bertambah dan cepat. Pertumbuhan ini akhimya menurun sejalan dengan menurunnya persediaan makanan. Walaupun begitu malapetaka itu akan terjadi, atau manusa ini membatasi pertumbuhannya dan mengeola Iingkungan alam dengan baik (Jones, 1981) b. Aliran Marxis Marx dan Engels tidak sependapat dengan yang menyatakan bahwa apabIa tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan kekuranqan bahan pangan. Menurut Marx tekanan penduduk di suatu negara bukannya tekanan penduduk terhadap bahan pangan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Kaum Kapitalis membeli mesin-mesin untuk menggantikan pekerjaanyang dilakukan oleh buruh. Jadi penduduk yang melarat tidak disebabkan oleh kekurangan bahan makanan, karena kaum Kapitalis mengambil sebagian pendapatan mereka. Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka struktur masyarakat harus dirubah dan sistim kapitalis dengan sistem sosialis. c. Beberapa Teori Kependudukan Mutakhir



8



Pada akhir abad ke.19 dan awal abad ke-20 diadakan reformulasi kembali teori kependudukan terutama teori Maithus dan Marx yang merupakan rintisan teori kependudukan mutakhir. Teori ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Teori Fisiologis dan Sosial Ekonomi 1) John Stuart Mill John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris menerima pendapat Maithus bahwa laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai aksioma. Pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Apabila produktivitas seseorang tinggi Ia cenderung ingin mempunyai keluarga kecil, dengan fertilitas rendah. Jadi standard hidup merupakan determinan fertilitas. Kalau pada suatu waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan pangan, maka keadaan itu hanya bersifat sementara saja. Ada dua macam pemecahan, yaitu mengimport bahan makanan atau memindahkan penduduk ke wilayah lain. Tinggi rendahnya tingkat kelahiran ditentukan oleh manusia itu sendiri. Mill menyarankan untuk meningkatkan keadaan sosial ekonomi kaum miskin dengan jalan meningktkan pendidikan penduduk. Maka secara rasional mereka mepertimbangkan perlu tidaknya menambah anak. Umumnya perempuan tidak menghendaki anak yang banyak, apabila kehendak mereka diperhatikan mafra tingkat kelahiran akan rendah. 2) Arsene Dumont Arsene Dumont adalah ahli demografi bangsa Perancis, yang hidup pada abad ke-19. Pada tahun 1890 menyajikan teori kapilaritas sosial. Kapilaritas sosial mengacu pada seseorang yang ingin mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Konsep ini mengacu atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler. Untuk dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan menjadi perintang. Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara demokrasi. Dimana setiap individu mempunyai kebebasan untuk memperoleh kedudukan yang Iebih tinggi di masyarakat. Di Negara Perancis pada abad ke-19 sistem demokrasi berjalan dengan baik, setiap orang berlomba-lomba mencapal kedudukan yang tinggi sehingga angka kelahiran turun dengan cepat. 3) Emile Durkeim Emile Durkeim adalah ahli sosiologi Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Durkeim menekankan perahatiannya kepada keadaan akibat dan adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi, akan timbul persaingan di antara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam usaha memenangkan persaingan setiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan ketrampilan dan mengambil spesialisasi tertentu. Masyarakat tradisional tidak terdapat persaingan yang ketat dalam memperoleh pekerjaan, tetapi pada masyarakat Industri akan terjadi sebaliknya, karena pada masyarakat Industri tingkat pertumbuhan dan kepadatannya tinggi. 4) Michael Thomas Sadler dan Doubleday 9



Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan bahwa daya reproduksi manusia dibatasi jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah.Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jka kepadatan pendudduk rendah, daya reproduksi manusia akan meningkat. Teori Doubleday hampir sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Menurut Doubleday kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagi daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor pengekang perkembangan penduduk. Dalam masyarakat berpendapatan rendah seringkali terdiri dan penduduk dngan keluarga besar, sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan balk biasanya jumlah keluarganya kecil. 5) Teori Teknologi. Penganut Kelompok Teknologi yang Optimis Mereka beranggapan bahwa manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu melipatgandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah kembali barang-barang yang sudah habis dipakai, sampai akhirnya dunia ketiga mengakhiri masda transisi demografinya. Dengan tingkat teknologi yang ada sekarang ini mereka memperkirakan hahwa dunia ini dapat menampung 15 milyar orang dengan pendapatan melebihi Amerka Serikat dewasa ini. Dunia tidak kehabisan sumberdaya alam, karena seluruh bumi ini terdiri dari mineral-mineral. Proses pengertian dan recycling akan terus terjadi dan era ini disebut dengan Era Substitensi. C. Konsep Dasar Komposisi Penduduk Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variable-variabel tertentu. Komposisi



penduduk



menggambarkan



susunan



penduduk



yang



dibuat



berdasarkan



pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama (Said Rusli dalam Bagoes, Mantra, 2000: 23). Pengelompokkan penduduk atau komposisi penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam pengambilan kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di bidang kependudukan. Komposisi penduduk juga dapat diartikan sebagai sebuah mata statistik dari statistik kependudukan yang membagi dan membahas masalah kependudukan dari segi umur dan jenis kelamin. Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini sangat penting bagi pemerintah sebuah negara untuk menentukan kebijakan kependudukan mereka untuk beberapa tahun ke depan. Komposisi menurut umur biasanya dijabarkan dalam kelompok-kelompok umur 5 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan (Ensiklopedia Bebas, Wikipedia.org., diakses 16 Maret 2014). Komposisi penduduk dapat disebut sebagai mata statistik karena di dalamnya ada penyederhanaan data ke dalam 10



bentuk yang mudah dibaca dan diiterprestasi atau menganalisa data (Bagoes, Mantra, 2000:23). Hal ini dapat dilukiskan sebagai berikut: Komposisi penduduk merupakan pengelompokan penduduk yang didasarkan pada kriteria tertentu. Penduduk dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu: 1. Komposisi Penduduk Biologis (Umur dan Jenis Kelamin), 2. Komposisi Penduduk Geografis (Tempat tinggal: Kota-desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi) 3. Komposisi Penduduk Sosial (Pekerjaan: PNS, Pedagang, TNI, dst; Agama: Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha, dst; Pendidikan: SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi). Melalui komposisi penduduk dapat diketahui mengenai angka beban ketergantungan, rasio jenis kelamin, dan angka harapan hidup (Widodo, Trisno: 2013).



Sedangkan indikator karakteristik penduduk meliputi: 1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) 2. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) 3. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Ketiga variabel itu sering saling berpengaruh satu dengan yang lainnya. Kalau salah satu variabel berubah kedua variabel yang lain juga akan berubah. Faktor sosial ekonomi disuatu negara akan mempengaruhi struktur umum penduduk melalui ketiga variabel demografi tersebut. Suatu negara dikatakan berstruktur umur muda, apabila kelompok penduduk yang berumur dibawah 15 tahun jumlahnya lebih dari 40%, sedangkan besarnya kelompok penduduk usia 65 tahun kurang dari 10%. Umumnya negara-negara berkembang seperti Burma, India dan Indonesia struktur penduduknya muda. Sebaliknya negara-negara maju seperti Jepang, Jepang dan Amerika Serikat mempunyai struktur penduduk tua. Suatu negara dikatakan berstruktur umur tua apabila kelompok penduduk yang berumur 15 tahun kebawah jumlahnya kecil (kurang dari 40% dari seluruh penduduk) dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 10%.



Jadi, komposisi penduduk menurut umur dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu: a. Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif. b. Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif. c. Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia jompo 11



D. Komposisi Penduduk 1. Komposisi Penduduk Biologis a. Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin sering digunakan untuk analisis dan perencanaan pembangunan (Bagoes, Mantra, 2000:24). Pada masa Pemerintahan Orde baru Kantor Menteri Negara Kependudukan/ Kepala BKKBN dalam mempersiapkan alat kontrasepsi membutuhkan data pasangan usia subur. Kantor Menteri Pendidikan Nasional membutuhkan data penduduk usia sekolah dalam merencanakan wajib belajar atau pembangunan sarana pendidikan. Umur biasanya digolongkan dengan jenjang lima tahunan, misalnya kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14, dst. Struktur umur penduduk antara negara satu dengan negara lain itu tidak sama. Begitu pula keadaannya bila dibandingkan antara struktur umum penduduk, negara- negara yang sedang berkembang dengan negara-negara maju atau antara daerah pedesaan dengan perkotaan. Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu: 1) Kelahiran 2) Kematian dan 3) Migrasi



2. Komposisi Penduduk Sosial a. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan Penduduk dapat dikelompokkan berdasarkan pekerjaan yang dilakukan oleh tiap-tiap orang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain pegawai negeri sipil, TNI, POLRI, buruh, pedagang, petani, pengusaha dan sopir. b. Komposisi penduduk menurut pendidikan Berdasarkan tingkat atau jenjang pendidikan yang telah ditamatkan penduduk dapat dikelompokkan dalam tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Pengelompokkan ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya tingkat pendidikan penduduk. c. Komposisi Penduduk menurut Agama Pengelompokkan ini berdasarkan kepada agama yang dianut penduduk yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha.



3. Komposisi Penduduk Geografis



12



Komposisi Penduduk Menurut Tempat Tinggal Tempat tinggal yang sering digunakan dalam komposisi ini adalah tempat tinggal penduduk di desa dan di kota. Ciri khas negara agraris seperti Indonesia adalah sebagian besar penduduknya tinggal di desa.



Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi tiga kelompok: 1. Ekspansive / Limas/ Piramida Muda, negara-negara yang termasuk tipe ini ialah: Indonesia, Filipina, Malaysia, Kenya, India dan Costa Rika. Sedangkan ciri-cirinya meliputi: a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit c. Tingkat kelahiran bayi tinggi d. Tingkat kematian mulai menurun e. Pertumbuhan penduduk tinggi



2. Stasioner/ Granat, negara-negara yang termasuk tipe ini ialah: Jepang, Swedia, Amerika, Inggris. Sedangkan ciri-cirinya meliputi: a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama b. Tingkat kelahiran rendah c. Tingkat kematian rendah d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat



3. Konstruktive / Nisan / Piramida Tua. Negara-negara yang termasuk dalam tipe ini ialah: Jerman, Italia, Belgia, dan Swedia. Sedangkan ciri-cirinya meliputi: a. Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau tua b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit c. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang Turunnya tingkat kematian terutama pada umurumur muda dalam keadaan fertilitas yang tetap tinggi, menyebabkan penduduk di Indonesia muda hal ini terlihat dari lebarnya dasar piramida penduduk. 13



Negara-negara yang terlibat dalam peperangan seperti Jerman, Jepang, Itali pada perang Dunia ke tiga mortalitsnya tinggi pada kelompok penduduk usia dewasa. Menciutnya piramida penduduk negara bersangkutan pada kelompok umur dewasa, terutama pada jenis kelamin laki-laki. Turunnya tingkat fertilitas disuatu negara pengaruhnya lebih besar pada bentuk dasar piramida penduduk negara tersebut. Misalnya Indonesia pada periode 1971 – 1980 terjadi .penurunan tingkat fertilitas penduduk yang antara lain karena keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang dirancang pada pemerintah sejak Pelita I. hal ini jelas terlihat pada dasar piramida penduduk dimana kelompok umur 0 - 4 tahun lebih kecil dari kelompok umur 5 – 9 tahun. Migrasi penduduk akan mempengaruhi piramida penduduk pada kelompok umur dewasa. Namun demikian banyak dari negara-negara dimana pertumbuhan penduduknya tidak dipengaruhi oleh faktor migrasi. Sebagai contoh, negara Indonesia pertumbuhan penduduknya hanya dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan faktor kematian. Faktor migrasi pengaruhnya kecil sekali karena tidak banyak warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri, begitu pula warga negara asing yang berdomisili di Indonesia. Pengaruh komponen migrasi di Indonesia terjadi pada profinsi-profinsi seperti Sumatera Barat, daerah Istimewa Yogyakarta, banyak dari penduduknya yang bermigrasi ke luar profinsi, sedangkan untuk profinsi Lampung, DKI Jakarta, Kalimantan Timur banyak terdapat migrant yang masuk. Bagi daerah permukiman yang baru dibuka piramida penduduknya berbentuk istimewa yaitu dasarnya sempit, bagian puncak kosong dan jumlah penduduk perempuan sedikit.



E. Manfaat Komposisi Penduduk untuk Perencanaan Pembangunan di Indonesia Secara umum dalam rangka perencanaan pembangunan di segala bidang, diperlukan informasi mengenai keadaan penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan susunan penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Susunan penduduk atau komposisi penduduk sangat penting sekali untuk diketahui, karena selalu berubah susunannya atau komposisinya setiap tahun. Perubahan komposisi penduduk tersebut dapat digunakan sebagai dasar peletakan kebijakan dari program-program pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah (Sanjaya, Windu diakses 17 Maret 2013). Informasi yang harus tersedia tidak hanya menyangkut keadaan pada saat perencanaan disusun, tetapi juga informasi masa lalu dan masa 14



kini sudah tersedia dari hasil sensus dan survei-survei. Sedangkan untuk masa yang akan datang, informasi tersebut perlu dibuat suatu proyeksi yaitu perkiraan jumlah penduduk dan komposisinya di masa mendatang. Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Selain itu, dengan mengetahui komposisi penduduk dapat juga diketahui penduduk usia produktif, belum produktif dan tidak lagi produktif, sehingga dapat diketahui berapa angka beban ketergantungan (dependency ratio) suatu negara serta angka harapan hidup suatu negara. Harapannya, dengan mengetahui dependency ratio akan diketahui bagaimana solusi pemecahan masalah dari jumlah penduduk Indonesia yang merupakan modal tenaga kerja kerja yang luar biasa, bukan malah akan menjadi dua sisi mata uang yang menjadi pertumbuhan penduduk besar sebagai beban bagi pembangunan di Indonesia. Hal ini karena jumlah penduduk yang besar juga berarti pelayanan umum dan segala aspek kebutuhan dasr yang harus dipenuhi oleh suatu negara menjadi besar. Namun, denga perencanaan pembangunan yang tepat permasalahan kependudukan akan diramalkan sejak dini, sehingga tidak akan mengganggu jalannya pembangunan nasional Indonesia dalam bidang material maupun spiritualnya. Di bidang kesehatan masyarakat misalnya, penghitungan komposisi penduduk berfungsi untuk mengetahui jumlah kelahiran serta kematian yang dialami di sebuah wilayah. Secara otomatis pemerintah lebih mudah dalam memantau pertumbuhan penduduk. Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama dilakukan melalui upaya penurunan tingkat kelahiran serta penurunan tingkat kematian khususnya kematian bayi dan anak. Penurunan tingkat kelahiran terutama dilakukan melalui gerakan keluarga berencana (KB). Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia sejahtera. Tercapainya kegiatan ini akan meningkatkan juga status kesehatan masyarakat pada umumnya. Salah satu upaya penurunan tingkat kematian pada ibu bersalin dan kematian bayi baru lahir dilakukan upaya safe motherhood. Upaya safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya dapat dilalui 15



dengan sehat dan aman serta melahirkan bayi yang sehat. Di bidang pendidikan misalnya, dengan mengetahui komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa jumlah kelompok umur usia sekolah, sehingga pemerintah dapat mengantisipasi pemenuhan kebutuhan akan pendidikan dasar seperti penyiapan sarana prasarana, pemberian beasiswa, atau pemerataan tenaga kependidikan di seluruh wilayah Indonesia. Demikian, diharapkan nantinya pendidikan menjadi maju layaknya bidang pembangunan yang lain. Selain itu, di bidang ekonomi dan sosial, dengan menganalisis komposisi penduduk dapat diperkirakan berapa banyak jumlah penduduk usia produktif dan angka beban ketergantungan di suatu wilayah, sehingga pemerintah dalam kebijakannya dapat memperkirakan jumlah lapangan kerja yang harus dibangun. Hal ini agar semua angkatan kerja dapat ditampung di lapangan kerja yang akan disediakan pemerintah. Selain itu, agar pemerintah juga menyiapkan langkah-langkah tertentu untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia.



16



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ada 3 kelompok ahli dalam merumuskan atau menggagaskan teori kependudukan. 1. Aliran Malthusian dan neo-malthusian Malthusian berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan ketersediaan makanan/pangan yang terbatas lama kelamaan akan membuat ketersediaan pangan menjadi berkurang, sehingga terjadi kemiskinan dan kemelaratan. Penduduk pertumbuhannya 2 kali lebih cpt daripada pangan. Maka Thomas Robet Malthus menyarankan untuk melakukan pembatasan penduduk dengan cara preventif check dan positive checks. Preventive check ada 2 yaitu moral restraint (pengekangan diri) dan vice (usaha pengurangan kelahiran). Positive check ada 2 yaitu vice (pengurangan penduduk/pencabutan nyawa) dan misery (keadaan yang menyebabkan kematian). Tapi teori ini ada sebagian ahli yang tidak setuju karena : Malthus tidak memperhitungkan kecepatan pengiriman, perkembangan teknologi dalam produksi makanan dan juga jika ekonomi atau kualitas kehidupan penduduk baik bahkan tinggi, itu akan mengurangi tingkat fertilitas penduduk. Malthusian lebih mengutamakan cara moral reistaint. Neo-malthusian adalah pengikut dari malhtus yang berpendapat bahwa jika hanya dengan cara moral reistaint saja itu tidak akan membuat dampak besar bagi penurunan jumlah penduduk, maka kelompok ini berpendapat untuk mengontrol populasi penduduk menggunakan alat kontrasepsi (metode vice) 2. Aliran Marxist Aliran ini oleh Marx dan Engels tidak sependapat dengan pandangan Malthusian, bahwa tingginya perubahan penduduk berdampak pada habisnya sumber daya (pangan). Kelompok ini berpendapat, bahwa tingginya perubahan penduduk bukan berdampak pada sumber daya pangan namun berdampak pada kesempatan kerja yang membuat terjadinya kemiskinan. Orang-orang kapitalis yang memiliki perusahaan itulah yang membuat masyarakat miskin, mereka membeli mesin-mesin untuk mempermudah dan mempercepat proses produksi. Mereka mengeyampingkan penduduk yang banyak namun lapangan kerja yg makin sedikit, sehingga sedikit saja penduduk yg dapat bertahan lalu jatuh miskin. 3. Teori Mutakhir Merupakan teori reformulasi dari aliran Malthusian dan Marxist, teori ini di bedakan menjadi 2 yaitu Fisiologis-sosial ekonomi dan teknologi. Teori Fisiologi-sosial ekonomi ada 4 tokoh : a. Jhon Stuart Mill Ia setuju dengan pendapat Malthus bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan membuat pangan menjadi sedikit. Untuk mengatasi itu ia mengemukakan 2 cara yaitu mengimport bahan pangan atau memindahkan sebagian penduduk ke wilayah lain.Ia juga berpendapat jika produktivitas seseorang tinggi ia cenderung memiliki keluarga yg kecil, sebaliknya jika 17



produktivitas seseorang rendah ia cenderung tinggi. Mill berpendapat tinggi rendahnya tingkat kelahiran ditentukan dari manusia itu sendiri. Mill menyarankan untuk meningkatkan kualitas ekonomi penduduk dengan jalan pendidikan b. Arsene Dumont Arsene berpendapat bahwa untuk mengatasi tingginya petumbuhan penduduk, menggunakan kapilaritas sosial. Dalam system kapitalis ini, orang-orang akan bersaing memperebutkan kedudukan dalam pekerjaan dan sebagainya, tentunya keluarga yang besar akan menghambat dalam mencampai hal tersebut, sehingga pertumbuhan penduduk menjadi menurun. Teori ini berhasil di Negara demokrasi yang memiliki kebebasan memperoleh kedudukan lebih tinggi di masyarakat. c. Emile Durkeim Ia menekankan pada akibat dari tinggi pertumbuhan penduduk, jika pertumbuhan tinggi maka akan timbul persaingan untuk bertahan hidup. Dalam usaha memenangkan persaingan setiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan. Masyarakat tradisional persaingannya kecil,kemudian pada masyarakat industri persaingannya besar sehingga menunt mereka untuk memiliki keluarga yang kecil. d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday Sadler mengatakan jika kepadatan penduduk tinggi, maka usaha reproduksi manusia menjadi kecil, begitupun sebaliknya. Sedangkan Doubleday hampir sama dengan sadler hanya saja titik tolaknya berbeda, ia bertolak pada bahan makanan. Ia berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Sedangkan teori teknologi yaitu mereka berpendapat bahwa dengan kemajuan teknologi akan melipatgandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah kembali barang-barang yang habis dipakai. Dunia tidak kehabisan sumber daya karena seluruh bumi terdiri dari mineralmineral dan jika dilakukan juga recycling terus menerus. Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama. Ada bermacammacam komposisi penduduk, seperti: komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, bahasa dan agama. Pengelompokkan penduduk atau komposisi penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam pengambilan kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di bidang kependudukan. B. Saran Semoga makalah ini memberikan wawasan kepada kita tentang teori kependudukan dan struktur kependudukan, dan kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat 18



memberikan masukan, kritik dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang teori kependudukan dan struktur kependudukan.



19



DAFTAR PUSTAKA



http://www.academia.edu/3743382/SDM, diakses tanggal 25 Oktober 2017 Mantra, Bagoes Ida. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Belajar 18 Sanjaya, Windu.2013. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin. Wikipedia.org. 2012. Komposisi Penduduk diakses di http://wwww.Wikipedia.org, tanggal 26 Oktober 2017 http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/685/1559 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23173/4/Chapter%20II.pdf



20



21