Makalah Deteksi Dini Komplikasi Bahaya Dalam Kehamilan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DETEKSI DINI KOMPLIKASI DALAM KEHAMILAN Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan



DOSEN PEMBIMBING: Winancy, SST, M.Keb DOSEN PENANGGUNG JAWAB: Winancy, SST, M.Keb



Disusun Oleh : Kelompok 4 INDAH RAFIKA JATI



P3.73.24.1.19. 051



PUTRI DESTALIA



P3.72.24.1.19.063



PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III TAHUN AKADEMIK 2021/2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat , Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Deteksi Dini Komplikasi Dalam Kehamilan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, Petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini. Sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalahini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



Jakarta, 05 Februari 2021



Kelompok 4



ii



Daftar Isi



Kata Pengantar.................................................................................................................................ii Daftar Isi ………………………………………………………………………………………... iii BAB I ……………………………………………………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang ………………….………………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah …………………….…………………………………………………… 3 BAB II ………….………………………………………………………………………………... 4 2.1 Pengertian ………..…………………………………………..………………………….… 4 2.2 Tanda-tanda Dini Bahaya/Komplikasi Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda …...……….. 5 2.1.1 Perdarahan Pervaginam ……………………………………………………………….. 5 2.1.2 Hipertensi Gravidanum ………………………………………………………………. 25 2.1.3 Nyeri Perut Bagian Bawah …………………………………………………………… 27 2.3 Tanda-tanda Dini Bahaya/Komplikasi Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut………….. 27 2.3.1 Perdarahan Pervaginam ……………………………………………………………… 27 2.3.2 Sakit Kepala Yang Hebat …………………………………………………………….. 36 2.3.3 Penglihatan Kabur ……………………………………………………………………. 36 2.3.4 Bengkak Diwajah dan Jari-jari Tangan ………………………………………………. 37 2.3.5 Keluar Cairan Pervaginam …………………………………………………………… 38 2.3.6 Gerakan Janin Tidak Terasa ………………………………………………………….. 39 2.3.7 Nyeri Perut Yang Hebat ………………………………………………………………40. BAB III ………………………………………………………………………………………… 41 Studi Kasus ………………………………………………………………………………….…. 41 BAB IV ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………….. iii



…………………………………………………………………………………………. …………………………………………….…………………………………………... ………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………...… …………………………………………………………………………..



iv



BAB I Pendahuluan



1.1



Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan



yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya janin sesuai usia kehamilan, pada setiap dilakukan pemeriksaan kehamilan. [ CITATION Kus182 \l 1033 ] Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Apabila ditinjau dari lamanya, kehamilan dibedakan menjadi kehamilan premature, kehamilan mature, kehamilan posmatur. Sedangkan apabila ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 bagian kehamilan triwulan pertama (antara 0-12 minggu), kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu), kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu).[ CITATION Kus182 \l 1033 ] Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda dan gejala, yaitu tanda dugaan hamil seperti amonoera, mual dan muntah, mengidam, tidak tahan suatu bau-bauan, pingsan, tidak ada selera makan, lelah, payudara membesar, sering kencing, konstipasi, pigmentasi kulit, epulis, pemekaran vena-vena. Tanda dugaan hamil, seperti perut membesar, uterus membesar, tanda hegar, tanda Chadwick, tanda Piscaseck, kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang, teraba ballotment. Dan tanda pasti sepert gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa, denyut jantung janin. [ CITATION Kus182 \l 1033 ] Tanda bahaya kehamilan adalah tanda atau gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya.Jika tanda bahaya ini sedini mungkin dapat dikenali oleh ibu, tentunya akan meningkatkan harapan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan. Oleh karena itu, pengetahuan ibu dalam mengidentifikasi ancaman



v



kehamilannya sangat dibutuhkan sepertipengetahuan terhadap tanda resiko perdarahan, pre eklampsia,serta tanda resiko infeksi dalam kehamilan. [ CITATION Ton19 \l 1033 ] Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Macam-macam tanda bahaya kehamilan diantaranya: perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, masalah penglihatan, bengkak pada muka dan tangan, nyeri perut yang hebat, gerakan janin berkurang atau menghilang, demam, mual muntah yang berlebihan, keluar cairan banyak pervaginam secara tiba-tiba (keluar air ketuban sebelum waktunya). [ CITATION Lar17 \l 1033 ]



Salah satu cara pemberian pendidikan kesehatan adalah dengan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan yang tujuan dari penyuluhan tersebut dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil terutama ibu hamil primigravida tentang tanda bahaya kehamilan sehingga mereka dapat mengenali tanda bahaya tersebut sejak awal dan mereka bisa segera mencari pertolongan ke bidan, dokter, atau langsung ke rumah sakit untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi. [ CITATION Mau20 \l 1033 ] Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi selama hamil. Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh masyarakat, khususnya ibu hamil. Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan pervaginam, hiperemesis gravidarum, preeklamsi dan eklamsi, ketuban pecah dini, sakit kepala yang lebih dari biasa,gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah dan tangan, nyeri abdomen serta janin tidak bergerak seperti biasanya ini penting karena apabila tanda-tanda bahaya tersebut diketahui sejak dini, maka penanganan akan lebih cepat. Mendeteksi secara dini tentang tanda bahaya tersebut dengan cara mengetahui apa saja tanda-tanda bahaya dari kehamilan tersebut. [ CITATION Mau20 \l 1033 ]



Bentuk sikap yang positif dalam deteksi dini komplikasi kehamilan adalah segera membawa ketempat layanan kesehatan terdekat apabila ada tanda gejala kehamilan. Selain itu sikap positif juga ditunjukkan dengan melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga apabila terjadi risiko pada masa kehamilan vi



tersebut dapat di tangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Sebaliknya sikap negatif ditunjukkan dengan ibu tidak tahu bagaimana bertindak jika mengetahui tanda bahaya kehamilan.[ CITATION Mau20 \l 1033 ] 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja jenis perdarahan per vagina pada masa kehamilan muda? 2. Bagaimana tanda-tanda perdarahan per vaginam yang bahaya pada masa kehamilan muda? 3. Bagaimana tanda-tanda hipertensi gravidanum? 4. Bagaimana tanda-tanda nyeri perut bagian bawah pada masa kehamilan muda? 5. Apa saja jenis perdarahan per vaginam pada masa kehamilan lanjut? 6. Bagaimana tanda-tanda perdarahan per vaginam yang bahaya pada masa kehamilan lanjut? 7. Bagaimana tanda-tanda sakit kepala yang hebat? 8. Bagaimana tanda-tanda penglihatan kabur? 9. Bagaimana tanda-tanda bengkak diwajah dan jari-jari tangan pada masa kehamilan? 10. Bagaimana tanda-tanda keluar cairan per vaginam pada masa kehamilan? 11. Bagaimana tanda-tanda gerakan janin tidak terasa? 12. Bagaimana gejala nyeri perut yang hebat pada masa kehamilan lanjut?



vii



BAB II



Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/ periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Asrinah dalam Lit dan Limoy, 2020). Dalam buku karangan Syaiful dan Fatmawati, 2019 menyatakan bahwa kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil. Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsurangsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya (Tibu, 2019). Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Prawirohardjo dalam Purwanti dan Larasaty 2016). Tujuan pentingnya mengetahui tanda bahaya kehamilan menurut Pusdiknakes-WHOJHPIEGO dalam Tibu, 2019 yaitu : 1) Mengenali tanda-tanda yang mengancam bagi ibu hamil dan janinnya sejak dini. viii



2) Dapat mengambil tindakan yang tepat yaitu menghubungi tenaga kesehatan terdekat bila menemui tanda bahaya kehamilan untuk mendapat perawatan segera



2.2 Tanda-Tanda Dini Bahaya/Komplikasi Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda 2.1.1 Perdarahan Pervaginam Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya Perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, setiap terjadinya perdarahan pada kehamilan maka harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan. [ CITATION TIB17 \l 1033 ]



Perdarahan dapat terjadi pada usia kehamilan berapapun, dan bisa menjadi pertanda adanya bahaya yang mengancam, baik pada ibu maupun janin yang dikandung. Perdarahan pada awal kehamilan dapat merupakan tanda keguguran. Perdarahan pada usia kehamilan 4-9 bulan dapat menunjukkan plasenta letak rendah dalam rahim dan dapat menutup jalan lahir. [ CITATION Dah17 \l 1033 ] Kehamilan normal biasanya identik dengan amenore dan tidak ada perdarahan pervaginam, tetapi banyak juga wanita yang mengalami episode perdarahan pada trimester pertama kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) dan berwarna tua (coklat kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar. Perdarahan pervaginam pada hamil muda kemungkinan disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa. Terdapat klasifikasi perdarahan pada kehamilan muda, yaitu: 1. Abortus Abortus merupakan suatu proses ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. 2. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) ix



Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. 3. Mola hidatidosa Mola hidatidosa merupakan kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan hidrofik. I.



Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.[ CITATION TIB17 \l 1033 ] Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu: a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah: -



Kelainan kromosom Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi,kelainan kromosomsex serta kelainan kromosom lainnya.



-



Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga menyebabkan pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu



-



Pengaruh dari luar Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat,dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.



b. Kelainan pada plasenta Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi



plasenta



terganggu,



x



sehingga



menyebabkan



gangguan



pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. c. Faktor maternal Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus.Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus.Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum,dan penyakit menahun juga dapat menyebabkan terjadinya abortus. d. Kelainan traktus genitalia Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Patologi Abortus Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya.Hal tersebut yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga menjadibenda asing dalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Klasifikasi Abortus Abortus dapat digolongkan atas dasar: 1. Abortus Spontan a. Abortus imminens b. Abortus insipiens c. Missed abortion d. Abortus habitualis e. Abortus infeksiosa & Septik f. Abortus inkompletus g. Abortus kompletus. 2. Abortus Provakatus (induced abortion a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica) xi



b. Abortus Kriminalis 1. Abortus Spontan Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. a. Abortus Imminens Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.Diagnosis abortus imminens ditentukan dari: -



Terjadinya perdarahan melalui ostiumuteri eksternum dalam jumlah sedikit



-



Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali



-



Uterus membesar, sesuai masakehamilannya



-



Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup



-



Tes kehamilan (+).



Gambar Abortus Immines Penatalaksanaan Abortus Immines 



Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.







Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot rahim. xii







Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.







Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.







Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.







Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.



b. Abortus Insipiens Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Ciri dari jenis abortus ini yaitu: -



Perdarahan pervaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan sering



-



Serviks terbuka



-



Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan



-



Tes urin kehamilan masih positif.



-



Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum ataudengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.



-



Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka



sebaiknyaproses



pemberian infus oksitosin.



xiii



abortus



dipercepat



dengan



Gambar Abortus Insipiens Penatalaksanaan Abortus Insipienns 



Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah.







Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai



kuret



tajam.



Suntikkan



ergometrin



0,5



mg



intramuskular. 



Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet.







Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kerokan.







Memberi antibiotik sebagai profilaksis.



c. Abortus Inkomplet Merupakanpengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.Perdarahan abortus ini dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan. Ciridari jenis abortus ini yaitu: xiv



-



Perdarahan yang banyak disertai kontraksi



-



Kanalis servikalis masih terbuka



-



Sebagian jaringan keluar.



-



Perdarahan padaabortus inkomplit dapat banyak sekali sehingga menyebabkan syok



-



Perdarahantidak akan berhenti sebelum sisa konsepsi dikeluarkan.



Gambar Abortus Inkomplet Penatalaksanaan Abortus Inkomplet 



Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.







Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan



ergometrin



0,2



mg



intramuskular



untuk



mempertahankan kontraksi otot uterus. 



Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.



d. Abortus Komplet Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Ciridari abortus ini yaitu: -



Perdarahan pervaginam xv



-



Kontraksi uterus



-



Ostium serviks menutup



-



Tidak ada sisa konsepsi dalam uterus.



-



Uterus sudah banyak mengecil.



Gambar Abortus Komplet Penatalaksanaan Abortus Komplet 



Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah.







Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.







Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral



e. Missed Abortion Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama ≥8 minggu.Missed abortion ialah kematian janinberusia sebelum 20 minggu, tetapi janin matiitu tidak dikeluarkan selama 8 minggu ataulebih. Ditandai dengan: -



Tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil



-



Biasanya tidak diikuti tanda–tanda abortus seperti perdarahan



-



Pembukaan serviks



-



Kontraksi.



xvi



Gambar Missed Abortion Penatalaksanaan Missed Abortion 



Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.







Pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.







Pada kehamilan lebih dari 12 minggu. Infus intravena oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai dengan 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 10 IU dalam 8 jam.Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.







Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut



f. Abortus Habitualis



xvii



Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu.Etiologi abortus habitualisyaitu: -



Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan patologis.



-



Kesalahan-kesalahan



pada



ibu



yaitu



disfungsi



tiroid,



kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofi. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnadiol dalam urin. Selain itu juga bergantung pada gizi



ibu



(malnutrisi),



kelainananatomis



dalam



rahim,



hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/vili terganggu dan fetus menjadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme. -



Kelainan kromosom.Diketahui bahwa adanya trisomi pada kromosom ke 9, 12, 15, 16, 21, 22dan X akan menyebabkan anomali genetik pada kejadian abortus habitualis.Akhir-akhir ini



teknik



analisis



molekulermembantu



dalam



mengidentifikasi banyak polimorfisme genetik bertanggung jawab akan terjadinya abortus habitualis.



Penatalaksanaan Abortus Habitualis 



Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat yang cukup, larangan koitus, dan olah raga.







Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.







Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac Donald (cervical cerclage). xviii



g. Abortus Infeksius & Abortus Septik Abortus



infeksius



padagenitaliabagian



adalah



abortus



atas



termasuk



yang



disertai



infeksi



endometritis



atau



parametritis.Abortus septik juga merupakan komplikasi yang jarang terjadi akibat prosedur abortus yang aman.Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium. Infeksi



dalam



uterus/sekitarnya



dapat



terjadi



pada



tiap



abortus,tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplet dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda: -



Infeksi alat genital seperti panas



-



Takikardi



-



Perdarahan pervaginamyang lama atau bercak perdarahan



-



Dischargevagina atau serviksyang berbaubusuk



-



Uterus lembek



-



Serta nyeri perut dan pelvis sertaleukositosis.Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat atau kadang menggigil, demam tinggi, dan penurunan tekanan darah.



Penatalaksanaan Abortus Infeksius & Abortus Septik 



Tingkatkan asupan cairan.







Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.







Penanggulangan infeksi:  Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta.  Chloromycetin 4 x 500 mg.  Cephalosporin 3 x 1 xix



 Sulbenicilin 3 x 1-2 gram. 



Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan



nekrosis



yang



bertindak



sebagai



medium



perkembangbiakanbagi jasad renik. 



Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi misalnya Sulbenicillin 3 x 2 gram.







Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan histerektomi total secepatnya.



2. Abortus Provokatus Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi: A. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica) Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). B. Abortus Kriminalis Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. Komplikasi Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok: a. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. b. Perforasi xx



Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiporetrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi.Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukanluasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi. c. Infeksi Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok. d. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).



II.



Kehamilan Ektopik Kehamilan (Kehamilan di luar kandungan) Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri, tetapi biasanya menempel pada daerah didekatnya.



xxi



Faktor Risiko Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik.Namun kehamilan ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko.Faktor risiko kehamilan ektopik adalah sebagai berikut: a. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesterone Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih menggunakan kontrasepsi spiral (3-4%). Pil yang hanya mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim. b. Faktor abnormalitas dari zigot Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di saluran tuba. c. Faktor tuba 



Faktor dalam lumen tuba: -



Endosalpingitis dapat menyebabkan lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu akibat perlekatan endosalping



-



Pada hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi secara baik







Pascaoperasi rekanalisasi tuba dan sterilisasi yang tak sempurna.



Faktor pada dinding tuba -



Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba



-



Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.







Faktor di luar dinding tuba -



Perlengketan peritubal dengan ditorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur



-



Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba. xxii



d. Faktor ovum Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar. e. Faktor lainPemakaian IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik



Patologis Kehamilan Ektopik Ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi berlangsung di luar endometrium kavum uteri.Biasanya kehamilan ektopik terjadi pada tuba, dan sangat jarang terjadi di ovarium atau rongga abdomen (perut).Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasi janin tidak memberi janin kesempatan untuk berkembang hingga mencapai aterm. Tuba bukanlah tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Terdapat beberapa kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam tuba yaitu: a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total.Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya terlambat untuk beberapa hari. b. Abortus ke dalam lumen tuba Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah



dari



dinding



tersebut



bersama-sama



dengan



robeknya



pseudokapsularis.Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya.Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominalis. Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars xxiii



ampularis, sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili korialis ke arah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebabkan oleh lumen pars ampularis yang lebih luas sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi jika dibandingkan dengan bagian ismus dengan lumen sempit. Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahannya akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikitnya oleh darah, sehingga berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (Hematosalping) dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba, berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina. c. Ruptur dinding tuba Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan.Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominal.Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi.Dalam hal ini, dinding tuba yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba.Kadang-kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum tersebut. Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan kerusakan yangdiderita.Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion. Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi kehamilan ektpik lanjut atau kehamilan xxiv



abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus. Gambaran Klinik Kehamilan Ektopik a. Kehamilan ektopik belum terganggu Kehamilan ektopik yang belum terganggu atau belum mengalami ruptur sulit untuk diketahui, karena penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas.Keluhan yang paling sering disampaikan ialah: 



Amenorea atau gangguan haid







Nyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur.







Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.







Keadaan ini juga masih harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain seperti ultrasonografi(USG) dan laparoskopi.



Kehamilan ektopik harus ditangani dengan sungguh-sungguh menggunakan alat diagnostik yang ada sampai diperoleh kepastian diagnostik kehamilan ektopik karena jika terlambat diatasi dapat membahayakan jiwa penderita. b. Kehamilan ektopik terganggu Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang mendadak atau akut biasanya tidak sulit.Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadisecara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat serta perdarahan yang lebih banyak dapat menimbulkan syok, ujung ekstremitas pucat, basah dan dingin. Rasa nyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau keseluruh perut bawah. Dalam keadaan yang demikian, alat bantu diagnostik sangat diperlukan untuk memastikan diagnosis.



xxv



Alat Bantu Kehamilan Ektopoik Alat bantu diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi (USG), laparoskopi atau kuldoskopi: 1. Kuldosentesis Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah dalam kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.Teknik kuldosentesis yaitu: 



Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.







Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic







Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior ditampakkan







Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan. Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang



tidak membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil. Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa: 



Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista ovarium yang pecah.







Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang appendiks yang pecah (nanah harus dikultur).







Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.



2. Ultrasonografi Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya kehamilan ektopik adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik untuk mengkonfirmasi satu kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan



xxvi



spesifisitas dari diagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini mencapai 100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu. 3. Laparoskopi Hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai.Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi III.



Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) Mola berasal dari bahasa latin yang artinyamassa dan hidatidosa berasal dari kata hydatsyang berarti tetesan air.Mola hidatidosa merupakankehamilan yang berkembang tidak



wajar



(konsepsi



yang



patologis)



dimana



tidakditemukanjanindanhampirseluruhvilikorialismengalamiperubahan/degenerasihidropi kmenyerupai buah anggur atau mata ikan. Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Completemole,sedangkanbila disertai janin atau bagian janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial mole. Mola Hidatidosa terbagi menjadi 2, yaitu: Klasifikasi Mola Hidatidosa 1. Mola Hidatidosa Komplit (MHK) Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat, atau membran.Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta.Villi korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, dan memberi tampilan seperti seikat anggur.Mola komplit biasanya memiliki kromosom Diploid 46 (xx,xy) 2. Mola Hidatidosa Parsial (MHP) Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9.Kromosom biasanya akan menunjukan adanya triploid dengan 69 kromosom (xx,xy).



xxvii



Tanda dan Gejala Mola Hidatidosa 



Terlambat haid (amenorea)







Adanya perdarahan pervaginam







Perut terasa lebih besar







Mual muntah yang hebat







Tidak terasa adanya pergerakan anak







Hipertensi dalam kehamilan







Muka dan kadang–kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut sebagai mola face







Uterus lembek dan membesar tidak sesuai kehamilan







Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin (pada mola hidatidosa parsial mungkin dapat didengar BJJ)



Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Yang harus diperhatikan pada hasil laboratorium adalah hormon -hCG, karena karakteristik yang terpenting dari penyakit ini adalah kemampuannya dalam memproduksi hormon -hCG, sehingga jumlah hormon ini lebih meningkat bila dibandingkan dengankehamilan normal pada usia kehamilan tersebut.Terdapat tiga jenis pemeriksaan -hCG, yaitu -



-hCG kualitatif serum, terdeteksi jika kadar hCG > 5 –10 mIU/ml



-



-hCG kualitatif urin, terdeteksi jika kadar hCG > 25-50 mIU/ml



-



-hCG kuantitatif urin, terdeteksi jika kadar hCG > 5-2 juta mIU/ml



b. USG Pada kehamilan mola, bentuk karakteristik yang ada berupa gambaran seperti “badai salju“ tanpa disertai kantong gestasi atau janin. USG dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan antara kehamilan normal dengan mola hidatidosa. c. Amniografi Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam uterus secara transabdominal akan memberikan gambaran radiografik khas. Pada kasus mola hidatidosa kavum uteri xxviii



ditembus dengan jarum untuk amniosentesis.20 ml Hypaque disuntikkan segera dan 5-10 menit kemudian dibuat foto anteroposterior.khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi gelombang-gelombang korion d. Uji sonde Hanifa Pada mola hidatidosa sonde mudah masuk ke dalam kavum uteri, sedangkan pada kehamilan biasa ada tahanan oleh janin.Sonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit,bila tetap tidak ada tahanan maka kemungkinan adalah mola. e. Foto thorax Pada kehamilan 3-4 bulan, tidak ditemukan adanya gambaran tulang-tulang janin. Organ-organ janin mulai dibentuk pada usia kehamilan 8 minggu dan selesai pada usia kehamilan 12 minggu. Oleh karena itu pada kehamilan normal seharusnya dapat terlihat gambaran tulang-tulang janin pada foto rontgen.Selain itu juga untuk melihat kemungkinan adanya metastase. f. F. T3 dan T4 Untuk membuktikan gejala tirotoksikosi 2.1.2 Hipertensi Gravidarum Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg atau tekanan darah diastolik melebihi 90 mmHg. Ibu hamil yang mengalami peningkatan tekanan sistolik sebanyak 30 mmHg atau diastolik sebanyak 15 mmHg harus dipantau lebih sering. Tidak diragukan lagi bahwa kejang eklamtik dapat terjadi pada beberapa perempuan yang memiliki tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi oleh faktor perubahan curah jantung, sistem saraf simpatis, autoregulasi, dan pengaturan hormon. Menurut Fitriahadi dan Utami, 2020 Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 5 yaitu: hipertensi kronis, preeklamsi, superimposed, hipertensi gestasional dan eklamsia. 



Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dan menetap sampai 12 minggu pasca persalinan







Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Proteinuria adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih xxix



pada sedikitnya 2 spesimen urine yang diambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Wanita yang menderita pra eklamsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada kenaikan dalam tekanan darahnya. Edema sendiri bukanlah tanda pra eklamsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema terjadi pada tangan atau wajah, edema ini dapat termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan mendadak sebanyak 1 kg atau lebih dalam seminggu. a. Preeklamsia ringan Tanda dan gejala sama pada hipertensi tapi hasil protein urine +1 b. Preeklamsia berat Tanda dan gejala tekanan diastolik > 110 mmHg, protein urine +2, oliguria, hiperrefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrum. 



Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang/koma. Eklamsia merupakan kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan preeklamsia. Untuk mendeteksi prenatal dini secara tradisional waktu pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu. Peningkatan kunjungan prenatal selama trimester terakhir memungkinkan untuk mendeteksi dini preeklamsi.







Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik dan disertai proteinuria







Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia tanpa proteinuria.Hipertensi gestasional biasanya pada wanita yang tekanan darahnya mencapai 140/ 90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apabila tidak terjadi preeklampsia dan tekanan darah kembali normal dalam 12 minggu postpartum. Hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan preeklampsia, seperti nyeri kepala, nyeri epigastrium, trombositipenia.



2.1.3 Nyeri Perut Bagian Bawah Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah yang mengancam jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang meskipun telah istirahat. Hal ini bisa terjadi pada xxx



apendisitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang pelvik, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, infeksi saluran kemih atau infeksi lain. Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi nyeri.Kemudian dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal toucher tentukan apakah perdarahan berasal dari dinding vagina,permukaan serviks atau keluar melalui ostiumuteri eksterna.Pada pemeriksaan dalam, bilanyeri pada pergerakan serviks (+), kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik perlu dipertimbangkan. Jika ditemukan ostiumuteri interna telah membuka, kemungkinan yang terjadi adalah abortus insipiens, inkomplit maupun abortus komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu dilakukan, tentukan besar, konsistensi uterus serta pada adneksa, adakah nyeri tekan atau massa. Bila didapatkan adanya sekret vagina abdominal,sebaiknya dibuat pemeriksaan biologisnya.[ CITATION Pus18 \l 1033 ] Pada kasus abortus, selainmenghentikan perdarahannya, perlu dicaripenyebab terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganannya selanjutnya. [ CITATION Pus18 \l 1033 ]



2.3 Tanda-Tanda Dini Bahaya/Komplikasi Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut 2.3.1 Perdarahan Pervaginam Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Perdarahan antepartum pada umumnya disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta (letak rendah dan previa), kelainan insersi tali pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion (vasa previa) dan separasi plasenta sebelum bayi lahir (Saifuddin, 2018). Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini berarti plasenta previa. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Penyebab lain adalah solusio plasenta dimana keadaan plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir, biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu (Retmayanti, 2018). xxxi



Menurut Kusmiyati ada beberapa jenis perdarahan antepartum pada kehamilan lanjut yaitu: 1. Plasenta Previa



(Gambar 2.3.1 Plasenta Previa) Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan dan belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Plasenta previa lengkap atau totalis adalah ketika plasenta menutupi seluruhan ostium uteri internum, sebagian adalah ketika plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum, dan marginal adalah ketika plasenta mendekati batas ostium uteri internum (Prayitno dkk, 2020). Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4-0,6% dari keseluruhan persalinan. Pada umumnya gejala perdarahan awal plasenta previa hanya berupa perdarahan bercak atau ringan dan umumnya berhenti secara spontan. Gejala tersebut kadangkadang terjadi pada waktu bangun tidur. Tidak jarang, perdarahan pervaginam baru terjadi pada saat in partu. Jumlah perdarahan yang terjadi sangat tergantung dari jenis plasenta previa (Saifuddin, 2018). Jenis-jenis plasenta previa diantaranya: (a) Plsenta previa totalis yaitu posisi plasenta menutupi ostium internal secara keseluruhan, xxxii



(b) Plasenta previa parsialis yaitu posisi plasenta yang menutupi ostium interna sebagian saja, (c) Plasenta previa marginalis yaitu posisi plasenta yang berada di tepi ostium interna, (d) Plasenta previa letak rendah. yaitu posisi plasenta yang berimplantasi di segmen bawah uterus Penyebab utama plasenta previa yaitu dengan bertambahnya usia kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di dinding rahim sehingga plasenta berada dibawah yang menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir, semakin rendah letak plasenta maka semakin dini terjadinya perdarahan (Fauziyah dalam Maryani dan Elisa, 2018). Perdarahan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut trimester ketiga (III) atau pada usia kehamilan 28 minggu. Pada kasus plasenta previa terjadi pada kehamilan Trimester III dengan usia 28 minggu (Tyagi dkk dalam Maryani dan Elisa, 2018). Faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa diantaranya: multiparitas, umur 35 tahun, riwayat seksio sesarea dan penyebab lainnya, sedangkan komplikasi yang dapat terjadi yaitu perdarahan, anemia, syok hipovolemik, bahkan kematian pada ibu dan janin (Prawirohardjo dalam Maryani dan Elisa, 2018). Hal ini didukung dengan penelitian Trianingsih pada tahun 2015 yang mengatakan bahwa faktor-faktor penyebab dari plasenta previa yaitu umur 35 tahun, paritas, riwayat kuret, operasi caesar dan riwayat plasenta previa sebelumnya (Maryani dan Elisa, 2018). Gejala-gejalanya adalah: a. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja. b. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul. c. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak. xxxiii



Menurut FKUI dalam Apolonia, 2016, tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : 1. Perdarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang. 2. Darah biasanya berwarna merah segar 3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas. 4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering di jumpai kelainan letak janin. 5. Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (recurrent bleeding) biasanya lebih banyak. Sifat perdarahannya tanpa rasa nyeri, tanpa sebab, dan berulang. Perdarahan kadang banyak dan kadang sedikit. Pada pemeriksaan inspeksi, adanya perdarahan pervaginam dengan jumlah banyak atau sedikit dan berwarna merah segar. Pada pemeriksaan palpasi abdomen, bagian bawah janin teraba belum masuk, kepala masih bisa digoyangkan, sering dijumpai dengan kelainan letak. Sedangkan pada pemeriksaan USG terlihat letak plasenta di segmen bawah rahim (Rukiyah dalam Maryani dan Elisa, 2018). Perdarahan yang cukup besar dapat mengancam kehidupan ibu janin sehingga persalinan segera baik secara elektif atau darurat harus dilakukan. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra Uterine Growth Restrictio (IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu dan histerektomi darurat (Pawa dkk, 2017).



xxxiv



2. Solusio Plasenta



(Gambar 2.3.2 Solusio Plasenta) Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Menurut Kusmiyati, solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta terlepas setelah anak lahir. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter (Saifuddin, 2018). Gejala solusio plasenta biasanya meliputi nyeri perut bagian bawah, perdarahan vagina, dan uterus yang kaku (Prayitno dkk, 2020). Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun demikian, beberapa hal di bawah ini diduga merupakan faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadiannya, antara lain sebagai berikut: h. Hipertensi esensial atau pre eklampsi. i. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas. j. Trauma abdomen seperti terjatuh tertelungkup, tendangan anak yang sedang di gendong. xxxv



k. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior. l. Uterus yang sangat kecil. m. Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun) n. Ketuban pecah sebelum waktunya. o. Mioma uteri. p. Defisiensi asam folat. q. Merokok, alkohol, dan kokain. r. Perdarahan retroplasenta. s. Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas. t. Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada. u. Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gameli. (Sarwono dalam Indayani dkk, 2018). Tanda dan gejalanya adalah: a. Darah dari tempat plasenta keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan tampak. b. Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul dibelakang plasenta (perdarahan tersembunyi/perdarahan ke dalam). c. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras seperti papan) karena seluruh perdarahan tertahan di dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. d. Perdarahan disertai nyeri. e. Nyeri abdomen pada saat di pegang. f. Palpasi sulit dilakukan. g. Fundus uteri makin lama makin naik. h. Bunyi jantung biasanya tidak ada. Dalam laporan Indiyani dkk, 2018, Solusio plasenta dibagi menurut tingkat gejala klinik yaitu : a. Kelas 0 : asimptomatik



xxxvi



Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini. b. Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus. Solusio plasenta ringan yaitu rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya. Gejala: perdarahan pervaginam yang berwarna kehitamhitaman dan sedikit sekali bahkan tidak ada, perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang, tekanan darah dan denyut jantung maternal normal, tidak ada koagulopati, dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress. c. Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus. Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya. Gejala: perdarahan pervaginam yang berwarna kehitamhitaman, perut mendadak sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan di dalam, di dinding uterus teraba terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba, apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic, terdapat fetal distress, dan hipofibrinogenemi (150 – 250 % mg/dl). d. Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus. Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya, terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal. Gejala: ibu telah masuk dalam keadaan syok, dan kemungkinan janin telah meninggal, uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal, hipofibrinogenemi (< 150 mg/dl).



xxxvii



3. Ruptura Uteri



(Gambar 2.3.3 Ruptura Uteri) Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium. Penyebabnya adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatic. Rupture uteri termasuk salah satu diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya. Risiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus ini. Rupture uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada parametrium, kadang-kadang sangat sulit untuk segera dikenali sehingga seringkali menimbulkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Syok yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar karena perdarahan hebat dapat terjadi ke dalam kavum abdomen (Saifuddin, 2018). xxxviii



Klasifikasi ruptur uteri menurut keadaan robekan :  Ruptur uteri inkomplit (subperitoneal). Yaitu keadaan ruptur yang hanya terjadi pada dinding uterus yang robek sedangkan lapisan serosa (pritoneum) tetap utuh,  Ruptur uteri komplit (transperiyoneal). Yaitu keadaan ruptur selain pada dinding uterus yang robek, lapisan serosa (pritoneum) juga robek sedingga dapat berada di rongga perut. Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum) yang terjadi karena dinding uterus lemah yang disebabkan oleh adanya bekas sectio caesaria, bekas mioma uteri, bekas kuratase/ plasenta manual. Sepsis post partum, atau terjadi hipoplasia uteri/ uterus abnormal (Dewi dalam Sari, 2015). Gambaran klinis rupture uteri didahului oleh gejala-gejala rupture uteri yang membakat, yaitu didahului his yang kuat dan terus menerus, rasa nyeri yang hebat di perut bagian bawah, nyeri waktu ditekan, gelisah, nadi dan pernapasan cepat, segmen bawah uterus tegang, nyeri pada perabaan, lingkaran retraksi (Van Bandle Ring) meninggi sampai mendekati pusat, dan ligamentum rotunda menegang. Pada saat terjadinya rupture uteri penderita dapat merasa sangat kesakitan dan seperti ada yang robek dalam perutnya. Keadaan umum penderita tidak baik, dapat terjadi anemia sampai syok (nadi filipormis, pernapasan cepat dangkal, dan tekanan darah turun) (Sari, 2015). 



Pemeriksaan luar: a) Nyeri tekan abdominal. b) Perdarahan pervaginam. c) Kontraksi uterus biasanya akan hilang. d) Pada palpasi bagian janin mudah diraba dibawah dinding perut ibu atau janin teraba di samping uterus. e) Di perut bagian bawah teraba uterus kira-kira sebesar kepala bayi. f) Denyut Jantung Janin (DJJ) biasanya negative (bayi sudah meninggal). g) Terdapat tanda-tanda cairan bebas.



xxxix



h) Jika kejadian rupture uteri telah lama, maka akan timbul gejala-gejala meteorismus dan defans muscular yang menguat sehingga sulit untuk meraba bagian-bagian janin. 



Pemeriksaan Dalam Pada rupture uteri komplit: a) Perdarahan pervaginam disertai perdarahan intra abdomen sehingga didapatkan tanda cairan bebas dalam abdomen. b) Pada pemeriksaan pervaginal bagian bawah janin tidak teraba lagi atau teraba tinggi dalam jalan lahir, selain itu kepala atau bagian terbawah janin dengan mudah dapat didorong ke atas, hal ini terjadi akrena seringkali seluruh atau sebagian janin masuk ke dalam rongga perut melalui robekan pada uterus. c) Kadang-kadang kita dapat meraba robekan pada dinding rahim dan jika jari tangan dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba omentum, usus, dan bagian janin. d) Pada katerisasi didapat urin berdarah. Pada rupture uteri inkomplit: a) Perdarahan biasanya tidak terlalu banyak, darah berkumpul di bawah peritoneum atau mengalir keluar melalui vagina. b) Janin umumnya tetap berada dalam uterus. c) Pada katerisasi didapat urin berdarah.



2.3.2 Sakit Kepala yang Hebat Sakit kepala yang menunjukkan adanya masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur dan berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia (Rukiah dalam Maria, 2018). Nyeri kepala hebat pada masa kehamilan dapat menjadi tanda gejala preeklamsi, dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan komplikasi kejang maternal, stroke, koagulapati hingga kematian. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lengkap baik edema pada tangan/ kaki, tekanan darah, dan protein urin ibu sejak dini (Sandra, 2018). Ibu hamil yang mengalami nyeri xl



kepala di dahi disertai penglihatan kabur, nyeri ulu hati, mual dan muntah kemungkinan merupakan tanda bahwa ibu hamil mengidap penyakit ginjal dan tekanan darah tinggi. Keadaan ini tergolong berat, ibu harus dirawat di rumah sakit (Lalega dalam Laia, 2019) 2.3.3 Penglihatan Kabur Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat berubah selama masa kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah perubahan yang normal. Jika masalah visual yang mengindikasikan perubahan mendadak, misalnya pandangan menjadi kabur dan berbayang disertai rasa sakit kepala yang hebat, ini sudah menandakan gejala preeklamsi (Pantiawati dalam Sandra, 2018). Penglihatan kabur dikarenakan sakit kepala hebat, sehingga terjadi edema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat yang dapat menimbulkan kelainan selebral, dan gangguan penglihatan. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang. 2.3.4 Bengkak Di Wajah dan Jari-Jari Tangan Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau dengan meninggikan kaki lebih tinggi daripada kepala. Bengkak yang menjadi masalah serius yaitu ditandai dengan: 1. Muncul pembengkakan pada muka, tangan dan ekstremitas lainya, 2. Bengkak tidak hilang setelah beristirahat, 3. Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini merupakan pertanda dari anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung ataupun pre eklampsia. Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk oedema (bengkak) karena dengan menurunnya kekentalan darah pada penderita anemia, disebabkan oleh berkurangnya kadar hemoglobin (Hb, sebagai pengangkut oksigen dalam darah). Pada darah yang rendah



xli



kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih tinggi dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya (Kusumawati dalam Sandra, 2018). Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak seberapa penting untuk penentuan diagnosis preeklamsia. Selain itu, kenaikan BB ½ kg setiap minggunya dalam kehamilan masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, maka perlu kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia. (Laia, 2019). 2.3.5 Keluar Cairan Pervaginam Yang dimaksud cairan di sini adalah air ketuban. Ketuban yang pecah pada kehamilan aterm dan disertai dengan munculnya tanda-tanda persalinan adalah normal. Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda-tanda persalinan ini disebut ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Makin lama periode laten (waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim), makin besar kemungkinan kejadian kesakitan dan kematian ibu atau janin dalam rahim. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3. Cairan pervaginam dalam kehamilan bisa dikatakan normal apabila tidak berupa perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis. Penyebab terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum waktunya. Insidensi ketuban pecah dini 10% mendekati dari semua persalinan dan 4% pada kehamilan kurang 34 minggu. Perdarahan vagina dalam kehamilan jarang yang normal pada masa awal kehamilan. Ibu hamil mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit di sekitar waktu pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah implantasi, dan normal terjadi (Laia, 2019). Ketuban pecah dini atau Premature Rupture Of The Membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis, dan berwarna putih keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan xlii



adanya persalinan preterm dan komplikasi infeksi intrapartum. Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah perdarahan yang merah, banyak, atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, kadang-kadang terjadi disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta. Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia baru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Penatalaksanaan Ketuban Pecah dini, pada kehamilan preterm maupun aterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk kerumah sakit. Bila janin hidup dan terdapat prolapse tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi bersujud. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotik seperti penisilin prokain 1,2 IU intramuscular dan ampisilin 1 g peroral. Bila pasien tidak tahan ampisilin berikan eritromicyn 1 g peroral. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tirah baring, diberikan fenobarbital 3 x 30 mg. berikan antibiotik selama 5 hari dengan glukortikosteroid contoh deksametason 3 x 5mg selama 2 hari. Berikan pula tokolisis. Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan, pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam lalu induksi persalinan, bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin meneneran dan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his lakukan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan skor pelvik lebih dari 5. Lakukan seksio sesarea bila ketuban 5 jam dan skor pelvik kurang dari 5 (Sukarni dalam Vitaloka, 2017). Penanganan aktif Ketuban Pecah Dini adalah bia kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio secarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg – 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4x. bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik xliii



dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik 5, induksi persalinan (Prawirohardjo dalam Vitaloka, 2017) 2.3.6 Gerakan Janin Tidak Terasa Gerakan janin adalah suatu hal yang biasa terjadi pada kehamilan yaitu pada usia kehamilan 20-24 minggu. Ibu mulai merasakan gerak bayinya selama bulanke-5 atau ke6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. [ CITATION Dah17 \l 1033 ] Janin Kurang Bergerak Seperti Biasa Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa dinamakan IUFD (IntraUterine Fetal Death). IUFD adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam. Jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik akan lebih mudah terasa oleh ibu. [ CITATION TIB17 \l 1033 ]



Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh aktifitas ibu yang berlebihan sehingga gerak janin tidak dirasakan, kematian janin, perut tegang akibat kontraksi berlebihan ataupun kepala sudah masuk panggul pada kehamilan aterm.Jika ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah usia 22 minggu/ memasuki persalinan, maka perlu diwaspadai terjadinya gawat janin atau kematian janin dalam uterus. 2.3.7 Nyeri perut yang hebat Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. [ CITATION Dah17 \l 1033 ]



Kadang-kadang dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir. Pada kehamilan lanjut nyeri perut yang hebat dapat disebabkan karena terjadinya solusio plasenta.



xliv



BAB III Studi Kasus Pada tanggal 26 Juni 2012 Seorang ibu hamil (G 1P0A0) berusia 28 tahun datang ke Praktik Mandiri Bidan dengan keluhan keluarnya bercak-bercak darah dari jalan lahir dan perut bagian bawah terasa nyeri sejak kemarin. Tanggal 26 Juni 2012, pukul 17.00 WIB  S (Data Subjektif) 1. Identitas Pasien Nama Pasien



: Ny. X



Umur



: 28 tahun



Pernikahan Ke



:1



Pekerjaan



: Wiraswasta



Pendidikan Terakhir



: SMA



Agama



: Islam



Golongan Darah



:A



Nama Suami



: Tn. P



Umur



: 30 tahun



Pernikahan Ke



:1



Pekerjaan



: Karyawan



Pendidikan Terakhir



: SMK



Agama



: Islam



2. Keluhan Utama Ibu mengatakan mengeluarkan flek-flek darah dari jalan lahir dan perut bagian bawah terasa nyeri sejak kemarin siang 3. Riwayat Menstruasi a. Menarche: Umur 12 tahun b. Siklus: 28–30 hari xlv



c. Banyaknya: 2 – 3 x ganti pembalut d. Lamanya: 6 – 7 hari e. Sifat darah: Encer, warna merah f. Teratur/Tidak teratur: Teratur g. Dismenorhea: Tidak dismenorhea 4. Riwayat Perkawinan Ibu mengatakan kawin sah 1 kali pada umur 27 tahun dengan suami umur 29 tahun, lama perkawinan 1 tahun. 5. Riwayat Kehamilan Sekarang a. HPHT : 17 April 2012 b. HPL : 24 Januari 2013 c. ANC : 2 kali di bidan d. Umur Kehamilan : 10 minggu e. Imunisasi TT : 1 kali pada bulan Januari 2012 6. Riwayat Keluarga Berencana Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. 7. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah menderita penyakit batuk, flu dan demam. b. Riwayat Kesehatan Sistemik  Jantung : Ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak terasa berdebar-debar disaat melakukan aktivitas  Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri pada bagian pinggang  Asma/ TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk yang disertai sesak nafas dan tidak pernah batuk yang disertai dengan darah  Hepatitis : Ibu mengatakan kuku dan kulitnya tidak berwarna kuning



xlvi



 DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan haus dan lapar di saat malam hari  Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami pusing kepala yang hebat  Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang disertai keluarnya busa dari mulut  Lain-lain : Ibu mengatakan tidak terserang penyakit HIV, AIDS dan penyakit lainnya. 8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a. Pola nutrisi -



Sebelum hamil : Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, sayur, lauk pauk sehari 3 kali dengan porsi sedang, ibu minum 6-7 gelas sehari dengan air putih, ibu mengatakan tidak ada makanan pantangan



-



Selama hamil : Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, sayur, lauk pauk 4-5 kali sehari dengan porsi kecil tapi sering. Ibu minum 8-9 gelas sehari dengan air putih, 1 gelas susu ibu hamil, ibu mengatakan tidak ada makanan pantangan.



9. Pola personal hygiene Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak ada perubahan dalam personal hygiene yaitu: Ibu mandi 2 kali sehari, keramas 3 kali dalam 1 minggu, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari dan tidak ada keluhan.  O (Data Objektif) 1. Pemeriksaan Umum 



Keadaan umum : Sedang







Kesadaran : Composmentisc







Vital Sign : a. Tekanan darah : 120/ 80 mmHg b. Nadi : 88 x/ menit c. Respirasi : 20 x/ menit d. Suhu : 36,70 C xlvii



e. Tinggi badan : 158 cm f. BB sebelum hamil : 47 kg g. BB sekarang : 48 kg h. LLA : 24 cm 2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala dan muka 



Rambut: Hitam, panjang, halus, tidak mudah rontok,bersih tidak ada ketombe.







Muka: Tidak ada Chloasma Gravidarum, pucat, tidak oedema, ekspresi wajah tegang dan cemas.







Mata: Simetris, conjungtiva pucat, sklera putih, tidak ada kelainan bentuk pada mata.







Hidung: Bersih tidak ada polip, bentuk normal, tidak ada kelainan.







Telinga: Bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada kelainan.







Mulut: Bibir pucat, lidah pucat,cariesdentis tidak ada, stomatitis tidak ada, tidak ada kelainan.



b. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe. c. Dada dan Axilla 1. Mammae 



Membesar: Normal







Benjolan: Tidak ada







Simetris: Simetris kanan kiri







Areola: Hyperpigmentasi







Puting susu: Datar







Kolostrum: Belum keluar



2. Axilla 



Benjolan: Tidak ada







Nyeri: Tidak ada



d. Ekstremitas xlviii







Tangan: Tidak ada oedema, simetris, kuku pendek, bersih, tidak ada kelainan







Kaki: Simetris, kuku pendek, bersih, tungkai tidak ada oedema, tidak ada varices, tidak ada kelainan



3. Pemeriksaan Obstetri a. Abdomen 1. Inspeksi 



Pembesaran perut : Membesar normal







Linea Alba/ Nigra : Tidak ada lineaalba maupun nigra







Striae albican/ livide : Tidak ada striaealbican maupun livide







Kelainan : Tidak ada kelainan







Pergerakan anak : Tidak ada pergerakan anak



2. Palpasi 



Kontaksi : Uterus keras







Leopold I : TFU 1 jari di atas simfisis







Anogenital a. Vulva vagina : Tidak ada varices dan penonjolan pada vulva. b. Perineum : Tidak ada luka pada perineum. c. VT : Portio lunak, pembukaan 1 cm teraba jaringan hasil konsepsi di kanalisservikalis d. PPV : Ada pengeluaran darah dan stolselpervaginam e. Anus : Tidak ada hemoroid



4. Pemeriksaan Penunjang 



Hb : 13,4 gr%







Leukosit: 9800/ ul







Golongan darah : A







Trombosit: 255000/ ul







USG : Terlihat kantong kehamilan di luar uterus



xlix



Tanggal 27 Juni 2012 pukul 07.00 WIB 1. S: Data Subyektif Ibu mengatakan hamil pertama, 10 minggu, mengeluarkan flek-flek darah dari jalan lahir dan merasakan nyeri perut bagian bawah. 2. O: Data Objektif a. Keadaan Umum : Sedang b. Kesadaran : Composmentis c. Vital Sign : 



Tekanan darah : 110/ 70 mmHg







Respirasi : 18 x/ menit







Nadi : 82 x/ menit Suhu : 36,40 C



d. Terpasang infus RL 20 tpm e. TFU 1 jari di atas simfisis f. Pengeluaran pervaginam berupa flek-flek darah g. Hb: 11,1 gr/ dl h. Angka Leukosit: 9800/ ul dan Trombosit: 255000/ ul. 3. A: Assesment Ny. S G1 P0 A0 umur 28 tahun hamil 10 minggu dengan kehamilan ektopik terganggu. 4. P: Planning Tanggal 27 Juni 2012 pukul 07.15 WIB a. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu. b. Melanjutkan terapi dokter spesialis obstetri dan ginekologi. c. Melakukan persiapan operasi berupa mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna, memasang dauer catheter, serta memberikan obat supositoria untuk merangsang BAB ibu. d. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat. e. Menganjurkan ibu untuk puasa minimal 6 jam sebelum operasi. l



f. Menganjurkan pada keluarga ibu untuk menyiapkan darah sebanyak dua colf jika dibutuhkan. g. Melakukan konsultasi dengan bagian anestesi.



5. Evaluasi Tanggal 27 Juni 2012 pukul 11.15 WIB a. Keadaan umum : Baik b. Kesadaran : Composmentis c. Vital sign : 



Tekanan darah : 110/ 70 mmHg







Respirasi : 18 x/ menit







Nadi : 82 x/ menit







Suhu : 36,50 C



d. Melanjutkan terapi dokter spesialis obstetri dan ginekologi. 1. Terpasang infus RL 20 tpm 2. Per oral : 



Premaston 1 x 5 mg







Cefadroxil 1 x 500 mg







Asam folat 1 x 50 mg



3. Ibu bersedia minum obat sesuai aturan. e. Ibu sudah mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna, sudah terpasang dauer catheter, obat supositoria sudah dimasukkan dan ibu sudah BAB. f. Ibu bersedia untuk beristirahat. g. Ibu bersedia untuk puasa. h. Keluarga ibu sudah mempersiapkan darah sebanyak dua colfg. Sudah dilakukan konsultasi bagian anestesi dan akan dilakukan laparotomi.



li



BAB IV Analisis dan Pembahasan Kasus Pada kasus diatas, seorang ibu (G 1P0A0) dengan usia kehamilan 10 minggu mengeluh adanya bercak darah yang keluar dari jalan lahir dan juga terdapat nyeri perut pada bagian bawah. Dalam Sandra, 2018 dijelaskan bahwa gejala awal kehamilan ektopik adalah perdarahan pervaginam dan bercak darah, dan kadang-kadang nyeri panggul. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasi janin tidak memberi janin kesempatan untuk berrkembang hingga mencapai aterm. Tanda dan gejala pada kehamilan muda, dapat atau tidak ada pendarahan pervaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah. Pada kasus ini juga dilakukan diagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Kemungkinan kehamilan ektopik terganggu dapat ditegakkan berdasarkan keluhan nyeri perut bawah yang hebat dan tiba-tiba, ataupun nyeri perut bawah yang muncul bertahap, disertain dengan keluhan perdarahan pervaginam. Pada kasus kehamilan ektopik ini potensial terjadi ruptur tuba, abortus dan syok, namun pada kasus ini tidak terjadi karena adanya penanganan yang baik dan tepat. Dalam hal ini, bidan melakukan antisipasi dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetrik dan ginekologi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Perencanaan yang diberikan pada kasus ini yaitu persiapan tindakan operatif gawat darurat, merestorasi cairan tubuh, pemberian terapi dan observasi TTV jumlah cairan masuk dan keluar. Pelaksanaan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu ini dilakukan sesuai rencana, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan tindakan operasi laparatomi selama 4 hari dengan hasil keadaan umum ibu baik, telah dilakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar, ibu bersedia miring kiri dan kanan serta hasil yang diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan/ komplikasi pada ibu.



lii



BAB V Penutup



5.1 Kesimpulan Kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi.Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil. Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/ periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. 5.2 Saran Diharapkan para pembaca makalah ini dapat mengerti serta memahami tanda tanda kehamilan pada masa kehamilan muda maupun kehamilan lanjut.Dan para ibu dapat memeriksa sedini mungkin terhadap kehamilannya.



liii



DAFTAR PUSTAKA 1. Amri , M. (2019). Medis Sebagai Pendekatan Dalam Pengkajian Islam (Studi Kasus Aborsi). Jurnal Al-Qadau Peradilan Dan Hukum Keluarga Islam. 2. Ayu, S., & Kurniawati, T. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Aborsi Dengan Sikap Remaja Terhadap Aborsi Di Man 2 Kediri Jawa Timur . 3. Dahlan, A. K., & Umrah, A. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Dalam Pengenalantanda Bahaya Kehamilan. 4. Fitriahadi, E., & Utami, I. (2020). Moduldeteksi Dini Komplikasi Kehamilan. 5. Indayani R., Indrawati N., Prakasiwi S., (2018). Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada Ny.T G2P1A0 Umur 34 Tahun Hamil 38 Minggu Dengan Solusio Plasenta Di Puskesmas Bangsri I Kabupaten Jepara. 6. Keluli, K. (2019). Kasus Pasien Muda Yang Kepergok Aborsi Di Blitar Seorang Mahasiswa. 7. Kusumastuti, I. (2018). Hubungan Karakteristik Ibu, Paritas Dan Sumberinformasi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Tanda Bahaya Kehamilan. 8. Lit K., Limoy M., (2020). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan Kehamilan Di Puskesmas Banjar Serasan Kota Pontianak Tahun 2019. 9. Laia C.N., (2019). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Selama Kehamilan Di Klinik Romauli Tahun 2019. 10. Larasaty, & Dyah, N. (2017). Pengetahuan Tentang Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Sebagai Evaluasi Hasil Pendidikan Kesehatan. 11. Maryani D., Elisa M., (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta Previa Totalis Di Ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara TK. III Kota Bengkulu.



liv



12. Mauluddina, F., & Sari , S. O. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Deteksi Dini Komplikasi Kehamilandi Puskesmas Sukarayabaturaja Timur. 13. Nadeak M.M., (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ny. L Masa Hamil Sampai Dengan Masa Nifas Dan Keluarga Berencana Di PMB Wipa Medan Helvetia Tahun 2018. 14. Pranata, B. A., Sujana , I., & Sudibya , D. G. (20). Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi . Jurnal Analogi Hukum. 15. Puspitasari, R. D., Ayu, P. R., Utami, N., & Graharti, R. (2018). Hubungan Antara Polip Serviks Dengan Ancaman Abortus Pada Kehamilan Muda. 16. Retmayanti T., (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Infrared (Ir) Dan Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (Tens) Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Low Back Pain Mekanik. 17. Saifuddin A. B., (2018). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 18. Syaiful Y., Fatmawati L., (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya: CV Jakad Publishing. 19. Tibu, R. (2017). Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda-Tanda bahaya Dalam Kehamilan Di Puskesmas Lepo-Lepokota Kendari Tahun 2017. 20. Tongko, M. (2019). Analisis Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Tanda Tanda Bahaya Kehamilan Di Wilayah Puskesmas Batui Kabupaten Banggai Tahun 2017. Jurnal Kermas. 21. Vitaloka F., (2017). Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ibu Hamil Uk 29 +3 Minggu G3P0AB2AH0 Dengan Risiko Tinggi Di Puskesmas Ngampilan. 22. Wijayati, M. (2015). Aborsi Akibat Kehamilan Yang Tak Diinginkan (Ktd): Kontestasi Antara Pro-Live Dan Pro-Choice. Jurnal Studi Keislaman.



lv