Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah ASUHAN KEBIDANAN III



Disusun Oleh : LUSIANA TINGKAT : 2 A



AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANG 2010



KATA PENGANTAR Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah_Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Askeb III. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini dan semoga amalnya diterima Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu agar Saya bisa terbaik. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan bacaan yang berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.



Subang, Desember 2010



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .....................................................................................



i



DAFTAR ISI ...................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.............................................................................



1



1.2 Tujuan ...........................................................................................



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi ........................................................................................



2



2.2 Komplikasi-komplikasi masa nifas lainnya ................................



4



2.3 Penanggulangan Komplikasi pada masa nifas ............................



12



2.4 Kebutuhan Gizi ibu Nifas ...........................................................



13



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ..................................................................................



14



3.2 Saran.............................................................................................



14



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Tingginya tingkat kesakitan pada Ibu dan bayi di Indonesia, bahkan dapat mengakibatkan tingkat kematian. Belakangan ini tanda dan gejala pada ibu nifas, hal-hal tersebut banyak sekali macamnya, baik terasa langsung ataupun tidak akan mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Komplikasi puerperium yang akan dibahas dalam makalah ini adalah komplikasi yan paling sering dihadapi oleh bidan. Komplikasi puerperium yang memerlukan konsultasi dokter atau rujukan, secara uum tidak tercakup pada makalah ini. Oleh karena itu perlu adanya pengenalan secara menyeluruh perubahasan fisiologis dan anatomis normal puerperium untuk



membandingkan



antara



ketidaknyamanan



berkaitan



dengan



penyembuhan setelah melahirkan dan kondisi abnormal sedini mungkin. Serta mengenal tanda dan gejala komplikasi untuk mengkonsultasikan atau berkolaborasi dengan dokter jika diperlukan. Terkait dengan hal tersebut diatas, maka penyusun membuat makalah dengan judul deteksi dini komplikasi pada masa nifas. Dengan sedikit pembahasan karena keterbatasan bahan dan literatur. 1.2



Tujuan 1. Diharapkan mahasiswa setelah membaca dan menyimak makalah ini mengerti dan mengetahui tentang deteksi dini komplikasi pada masa nifas. 2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi 1. Infeksi Puererium Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi selama persalinan atau puerperium. Infeksi tidak lagi bertanggung jawab terhadap tingginya insiden mortalitas puerperium seperti dahulu, saat ini lebih di kenal dengan demam nifas. Akan tetapi infeksi puerperium masih tetap bertanggung jawab terhadap persentase signifikan morbiditas puerperium. 2. Penyebab Infeksi Situasi berikut merupakan predisposisi infeksi puerperium pada wanita : a. Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban b. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan c. Bermacam-macam



pemeriksaan



vagina



selama



persalinan,



khususnya pecah ketuban d. Teknik aseptik tidak sempurna e. Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan f. Manipulasi intra uteri (misalnya : eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual) g. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak diperbaiki h. Hematoma i. Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1000 mL j. Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui seksio sesaria k. Retensi sisa plasenta atau membran janin l. Perawatan perineum tidak memadai m. Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani (misalnya : vaginosis bakteri, klamidia, gonorea)



2



3. Penyebab demam di masa puerperium Penyebab demam yang berkaitan dengan persalinan a. Penyebab Infektius 1) Sepsis puerperalis bergantung pada seberapa luas sepsis ini telah menyebar, mungkin tampak sebagai : a) Infeksi terlokalisasi pada daerah laserasi atau episiotomi. b) Infeksi pada laserasi atau episiotomi yang telah menyebar ke jaringan lunak dibawahnya. c) Endometritis d) Salpingitis e) Parametritis f) Peritonitis menyeluruh g) Tromboplebitis septik h) Abses tubo ovarium i) Abses ligamen besar j) Abses pada kantong douglas k) Abses disisi lain abdumen atau dada l) Septikemia (infeksi yang telah memasuki aliran darah dan merupakan suatu kondisi yang serius) 2) Infeksi payudara seperti mastitis atau pada stadium lanjut abses payudara 3) Infeksi saluran kemih / urinari track infection (UTI) 4) Infeksi luka (jaringan parut pada SC) 5) Gangguan tromboembolik, termasuk tromboplebitis superfisial dan trombosis vena dalam, kadang-kadang menimbulkan demam dan takhikardia. b. Penyebab Noninfektius Peningkatan suhu badan yang tidak banyak merupakan hal yang sangat umum selama periode post partum terutama dalam 24 jam pertama. Penyebab demam seperti ini antara lain dehidrasi, luka/trauma



3



pada jaringan, reaksi terhadap protein janin, engorgement payudara. Meskipun demam yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran biasanya dianggap tidak berkaitan dengan infeksi, suhu tubuh sekitar 38,5 oC atau lebih selama 24 jam pertama harus menyiagakan akan kemungkinan terjadinya sepsis puerperalis.



4. Tanda-tanda dan Gejala Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu tubuh, malaise umum, nyeri, dan lokia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi berat interpretasi kultur laboratorium dan sensitivitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi dan kolaborasi dengan dokter konsultan. 5. Lokasi terdapatnya Infeksi Puerperium Meskipun infeksi pascapartum terbanyak adalah endometritis, yang jauh lebih umum terjadi setelah pelahiran sesar daripada pelahiran per vagina, adanya laserasi atau trauma jaringan dalam saluran genitalia dapat menjadi terinfeksi setelah melahirkan. Juga dapat menyebabkan penyebaran infeksi, yang berasal dari infeksi lokal dan menyebar melalui jalur sirkulasi vena dan linfatik mengakibatkan infeksi puerperium meliputi selulitis panggul, salpingitis, oofaritis, peritonitis, tromboflebitis panggul dan atau femoral dan bakterimia. 2.2 Komplikasi-komplikasi masa nifas 1. Perdarahan Per Vagina Perdarahan per vagina / peradarahan post partum / post partum hemoragi / PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. Hemorargi Post Partum Primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah melahirkan. Penyebabnya adalah :



4



a. Uterus Atonik (terjadi karena misalnya : placenta atau selaput ketuban tertahan). b. Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan



atau



gangguan,



misalnya



kelahiran



yang



menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi). c. Koagulasi intravascular diseminata. d. Inversi uterus. Hemorargi Post Partum Sekunder adalah mencakup semua kejadian Hemorargi Post Partum yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum. Penyebabnya adalah : a. Fragmen pacenta atau selaput ketuban tertahan b. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih, rektum) c. Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, ruptur uterus) Penatalaksanaan hemoragi Post Partum Atonik  Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah.  Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkiraan banyaknya darah yang keluar. Jika pasien dalam kondisi syok, pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah..  Berikan oksitosik (oksitosin 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).  Siapkan donor darah untuk tansfusi, ambil darah untuk cross check, berikan Na Cl 1/15 menit apabila pasien mengalami



syok



(pemberian sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi syok), pada kasus syok yang parah gunakan plasma ekspander.  Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.  Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetsan 40 tetes/menit. Usahakan tetap menyusui bayinya.



5



 Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi bimanual.  Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik, maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.  Jika indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan demam, menggigil, lokhea berbau busuk, segera berikan antibiotik berspektruk luas.  Lakukan pencatatan yang akurat. Penatalaksanaan Lanjutan Pantau kondisi pasien secara seksama selama 24 – 48 jam, hal ini meliputi :  Memeriksa bahwa uterus kenyal dan berkontraksi dengan baik.  Darah yang hilang  Suhu  Denyut nadi  Tekanan darah  Kondisi umum (Misalnya kepucatan, tingkat kesadaran)  Asupan cairan (setelah pasien stabil cairan IV harus diberikan ratarata 1 liter dalam 6-8 jam)  Transfusi darah harus dipantau dan volume yang ditransfusikan harus dicatat sebagai asupan cairan  Pengeluaran urine  Membuat catatan yang akurat 2. Infeksi Masa Nifas Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi para traktus genetalia yang pada setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini : a. Nyeri pelviks



6



b. Demam 38,5 oC atau lebih c. Rabas vagina yang abnormal d. Rabas vagina yang berbau busuk e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus Bakteri penyebab sepsis puerperalis, yaitu : a. Streptokokus b. Stafilokokus c. E. Coli d. Clostridium tetani e. Clostridium welchi f. Clamidia dan gonocokus Bakteri Endogen Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan bahaya, bahkan jika teknik streil sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri endogen dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi jika : a. Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui instrumen pemeriksaan pelvik. b. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ lacerasi atau jaringan yang mati (misalnya setelah persalinan macet atau persalinan traumatik) c. Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama.



Bakteri Eksogen Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus klostridium tetani, dll). Bakteri eksogen masuk ke dalam vagina : a. Melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril. b. Melalui substansi/bneda asing yang masuk ke dalam vagina (misal : ramuan/jamu, minyak, kain)



7



c. Melalui aktivitas seksual. Tanda dan gejala sepsis puerperalis a. Demam b. Nyeri pelviks c. Nyeri tekan di uterus d. Lokis berbau menyengat (busuk) e. Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus f. Pada laserasi/ luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan nanah. Faktor risiko pada sepsis puerperalis a. Anemia/kurang gizi b. Higiene yang buruk c. Teknik aseptik yang buruk d. Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir e. Adanya jaringan mati pada jalan lahir (akibat kematian janin intra uterin, fragmen atau membran plasenta yang tertahan, pelepasan jaringan mati dari dinding vagina setelah persalinan macet). f. Insersi tangan, instrumen atau pembalut/tampon yang tidak steril (praktek tradisional juga harus diperiksa) g. Ketuban pecah lama h. Pemeriksaan vagina yang sering i. Kelahiran melalui SC, dan tindakan operasi lainnya j. Laserasi vagina atau laserasi servik yang tidak diperbaiki k. PMS yang diderita l. Haemoragi post partum m. Tidak diimunisasi terhadap tetanus n. Diabetes melitus 3. Mastitis Mastitis adalah infeksi payudara. Eskipun dapat terjadi pada setiap wanita, mastitis merupakan komplikasi pada wanita menyusui.



8



Mastitis harus dibedakan dari peningkatan suhu transien dan nyeri payudara akibat pembesaran awal karena air susu masuk ke dalam payudara. Organisme yang umum termasuk S. Aureus, streptococci dan H. Parainfluenzae. Cedera payudara mungkin di akibatkan karena manipulasi yang kasar, pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya atau fisura puting susu. Penyebab mastitis yaitu : 1. Tangan Ibu 2. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi 3. Bayi 4. Duktus laktiferus 5. Darah sirkulasi Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan yang dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun antibakteri secara cermat, pencegahan pembesaran dengan menyusui sejak awal dan sering. Posisi bayi yang tepat pada payudara, penyangga payudara yang baik tanpa kontriksi, mencuci hanya dengan air dan tanpa agens pengering, observasi bayi terhadap adanya infeksi kulit atau tali pusat. 4. Hematoma Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena hemoragi, anemia dan infeksi. Hematoma terjadi karena ruptur pembuluh darah spontan atau akibattrauma. Pada siklus reproduktif, hematoma sering kali terjadi selama proses melahirkan atau segera setelahnya, seperti hematoma vulva, vagina atau hematoma ligamentum latum uteri. Kemungkinan penyebab termasuk sebagai berikut : a. Pelahiran operatif



9



b. Laserasi robekan pembuluh darah yang tidak dijahit selama injeksi anestesia lokal atau pudendus, atau selama penjahitan episiotomi atau laserasi c. Kegagalan hematomasis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau episiotomi. d. Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung atau kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut. Tanda-tanda umum hematoma adalah nyeri ekstrem di luar proporsi ketidaknyamanan dan nyeri yang diperkirakan. Tanda dan gejala lain hematoma vulva dan vagina adalah sebagai berikut : a. Penekanan perineum, vagina, uterus, kandung kemih, atau rektum dan nyeri hebat b. Pembengkakan yang tegang dan berdenyut c. Perubahan warna dan jaringan kebiruan atau biru kehitaman 5. Hemoragi Pasca Partum lambat Hemoragi pascapartum lambat (tertunda) adalah hemoragi yang terjadi setelah 24 jam pertama pasca partum. Penyebab umum meliputi : a. Subinvolusi di tempat perlekatan plasenta b. Fragmen plasenta atau membran janin yang tertinggal c. Laserasi saluran reproduksi yang sebelumnya tidak terdiagnosis d. Hematoma Tanda dan gejala hemoragi pascapartum lambat meliputi perdarahan eksternal yang jelas, tanda dan gejala syok serta anemia. Hemoragi yang terjadi selama 24 jam pertama pascapartum segera. Langkah pertama adalah mendiagnosis penyebab dan melakukan penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan ini meliputi penggunaan petosin atau metergin untuk membuat uterus kontraksi, atau jika penyebabnya laserasi, pertimbangkan kembali perlunya dilakukan penjahitan. 6. Subinvolusi



10



Subinvolusi terjadi jika proses kontraksi uterus tidak terjadi seperti seharusnya dan kontraksi ini lama atau berhenti. Proses involusi mungkin dihambat oleh retensi sisa plasenta, miomata atau infeksi. Retensi sisa plasenta atau membran janin adalah penyebab yang paling sering terjadi. Subinvolusi dapat didiagnosis selama pemeriksaan pascapartum atau saat wanita menelepon untuk menyampaikan keluhan peningkatan perdarahan atau perdarahan persisten. Riwayat biasanya meliputi periode lokia lebih lama daripada periode normal, diikuit dengan leukorea dan perdarahan banyak yang tidak teratur. Pemeriksaan panggul akan menunjukkan uterus lunak yang lebih besar dari ukuran normal seusai seminggu pascapartum saat wanita diperiksa. Subinvolusi



diterapi



dengan



ergonovin



(ergotrate)



atau



metilergonovin (Methergine), 0,2 mg per oral setiap 4 jam selama 3 hari; ibu dievaluasi kembali dalam dua minggu. Jika ibu tersebut menderita endometritis, bidan akan menambahkan resep antibiotik spektrum – luas. 7. Depresi Pascapartum Identitifikasi depresi pascapartum adalah tanggung jawab bidan dan ahli klinis lain yang menemui wanita sepanjang tahun pasca partum pertama. Depresi pascapartum juga harus dibedakan dengan tiroiditis pascapartum, yang insidennya 5-7%. Fase tiroktoksik diikuti dengan hipertiroidisme. Keletihan dan depresi dikaitkan dengan kedua fase tersebut. Meskipun tiroiditas umumnya dianggap sementara, terdapat hubungan dengan terjadinya hipotiroidisme klinis permanen dikemudian hari. Penapisan disfungsi tiroid pada kasus depresi dapat memberikan terapi yang lebih baik bagi beberapa ibu. 2.3 Penanggulangan Komplikasi pada masa nifas



11



Salah satu cara menanggulangi komplikasi pasca partum (nifas) adalah dengan : 1. Kebersihan diri Ibu nifas dianjurkan untuk : a. Menjaga kebersihan seluruh tubuh b. Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. c. Menyarakan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, Bak/BAB, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut. d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dnegan sabun dan air sebelum menyentuh daerah kelamin. e. Anjurkan ibu untuk tidak sering menyentuh luka episiotomi dan laserasi. f. Pada ibu pos sectio caesarea (SC), luka dijaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari diganti balutan. 2. Kebersihan bayi Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi tetap terjaga kebersihannya, yaitu : a. Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah hipotermi b. Memandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore c. Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau kotor karena BAB/BAK. d. Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan kering e. Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena ini adalah tempat tinggal bayi f. Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu bersih.



3. Istirahat dan Tidur



12



Anjurkan ibu untuk : a. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan d. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam Kurangnya istirahat pada ibu nifas dapat berakibat : a. Mengurangi jumlah ASI b. Memperlambat



involusi,



yang



akhirnya



bisa



menyebabkan



perdarahan c. Depresi.



2.4 Kebutuhan Gizi Ibu Nifas Ibu nifas dianjurkan untuk : 1. Makan dengan diit berimbang, ukup karbohidrat da, protein, lemak, vitamin dan mineral. 2. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut aalah dari kebutuhan kalori perharinya. Misalnya pada ibu dengan kebutuhan perhari 1800 kalori artinya saat nifas pada 6 bulan pertama dibutuhkan 1800 kalori plus tambahan 800 kalori sehingga yang dibutuhkan sebanyak 2600 kalori. 3. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplemen dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulanbulan pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang terkandung dalam ASI.



13



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim., sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organorgan yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya. Deteksi dini pada komplikasi masa nifas (post partum) sangat perlu untuk diperhatikan, agar tidak terjadinya infeksi atau kelainan pada ibu nifas dan bayinya. Beberapa cara untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi tersebut, telah dibahas, walaupun dengan banyak kekurangan. 3.2 Saran Untuk dapat membuat makalah lebih baik dan tidak banyak kekurangan, agar perpustakaan menyediakan beberapa referensi untuk dapat membandingkan dan merangkum, hingga referensi yang didapat tidak monoton dan bervariasi atau dari berbagai sumber.



14



DAFTAR PUSTAKA



Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 vol. 2. Penerbit Buku Kedokteran : EGC : Jakarta, 2007 Suherni, dkk. Perawatan Masa Nifas. Cetakan ke empat. Penerbit Fitramaya : Yogyakarya, 2009