Makalah Etika Keperawatan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • indah
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN “Konsep Pengambilan Keputusan Dan Penyelesaian Sangketa Etik Keperawatan”



OLEH : Indah Triana Putri (193110137) Kelas 1A



DOSEN PEMBIMBING : Efitra,S.Kep,M.Kep



D3 KEPERAWATAN PADANG POLTEKKES KEMENKES PADANG 2019/2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pengambilan Keputusan Dan Penyelesaian Sangketa Etik Keperawatan”. Makalah ini dibuat dengan tujuan menambah pengetahuan kami dan memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. Dalam penulisan makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Padang, April 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR



i



DAFTAR ISI



ii



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang



1



2. Rumusan Masalah



1



3. Tujuan



2



BAB II PEMBAHASAN 1. Konsep pengambilan keputusan masalah etik



3



2. Penyelesaian sengketa etik keperawatan



7



3. Contoh masalah etik



9



BAB III PENUTUPAN 1. Kesimpulan



18



2. Saran



18



DAFTAR PUSTAKA



19



ii



BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Para perawatjuga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001) Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.



2. RUMUSAN MASALAH 1. Apa konsep pengambilan keputusan masalah etik ? 2. Apa penyelesaian sengketa etik keperawatan ? 3. Apa contoh masalah etik ?



1



3. TUJUAN 1. Menjelaskan konsep pengambilan keputusan masalah etik 2. Menjelaskan penyelesaian sengketa etik keperawatan 3. Menjelaskan contoh masalah etik



2



BAB II ISI 1. KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN MASALAH ETIK 1. Pengertian Pengambilan Keputusan             Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat , terutama yang terkait dengan permasalahan pada tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan praktik keperawatan yang semakin kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah situasi yang selalu berubah, serta perkembangan budaya yang ada menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi lebih berat. Dampak dari pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun institusi individu tersebut bekerja. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan : 1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan. 2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada sistematika tertentu a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil. b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia c. Falsafah yang dianut organisasi. d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam organisasi. 3. Masalah harus diketahui dengan jelas. 4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis. 5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang. Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan berbagai masalah :



3



a. Tidak tepatnya keputusan. b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik dari segi manusia, uang maupun material. c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut. d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan. Sikap atau watak berfikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara positif dan  memotivasi lingkungan kerja.  Kreativitas penting untuk membangkitkan  motivasi secara individu sehingga mampu memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif dalam memecahkan masalah atau isu secara fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan menerima kritik akan mengakibatkan hal positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan analisa seseorang terhadap fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi kelemahan. 2. Model-model pengambilan keputusan Model-model pengambilan keputusan akan membuat keputusan yang berbeda sesuai dengan kondisi yang ada. Salah satu pengklasifikasian modelmodel pengambilan keputusan ini adalah keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram. 1. Keputusan Terprogram (Programmed Decision) Suatu masalah yang pemecahannya dilakukan secara berulang-ulang atau direncanakan dengan sistematis maka disebut keputusan decision. Keputusan yang akan dibuat menurut kebiasaan, aturan, dan standar operasional prosedur yang berlaku. Keputusan ini dapat dibuat secara tertulis ataupun tidak tertulis. Dalam keperawatan pengambil keputusan ini harus mempertimbangkan kualitas pelayanan pada klien, adanya kenyamanan baik bagi klien maupun perawat, dan bisa diterima oleh pihak manapun. Keputusan ini juga harus menyediakan alternatif lain yang cocok dengan permasalahan. Konsekuensi yang mungkin terjadi harus sudah dipertimbangkan sebelum alternatif dibuat. Pembuat keputusan harus mengevaluasi keputusan yang



4



telah diambil agar tidak ada penyimpangan atau kesalahan yang terjadi. Contoh pengambilan keputusan ini di rumah sakit adalah persiapan klien untuk melakukan operasi. 2. Keputusan Tidak Terpogram (Non Programmed Decision) Keputusan tidak terprogram merupakan keputusan yang masalahnya tidak biasa atau khusus. Pada rumah sakit biasanya keputusan ini diambil tidak hanya dengan satu tenaga kesehatan tetapi diikuti tenaga kesehatan lain. Pengambil keputusan ini harus memiliki kreativitas tinggi dalam pemecahan masalah, dikarenakan sifat permasalahan yang penting dan harus segera diselesaikan 1. Kozier, dkk(1997) a. Mengidentifikasi fakta dan situasi spesifik b. Menerapkan prinsip dan teori etika keperawatan c. Mengacu kepeda kode etik keperawatan d. Melihat dan mempertimbangkan kesesuaiannya untuk klien e. Mengacu pada nilai yang dianut f. Mempertimbangkan faktor lain seperti nilai, kultur, harapan, komitmen, penggunaan    waktu,



kurangnya



pengalaman,



ketidaktahuan



atau



kecemasan terhadap hukum, dan adanya loyalitas terhadap publik. 2. Potter dan Perry (2005) a. Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua orang mempunyai maksud yang baik untuk menjelaskan masalah yang ada. b. Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan merupakan orang penting dan perlu didengar pendapatnya. c. Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan meliputi data tentang pilihan klien, sistem keluarga, diagnosis dan prognosis medis, pertimbangan sosial, dan dukungan lingkungan. d. Mengidentifikasi prinsip etik yang dianggap penting e. Mengusulkan tindakan alternatif f. Melakukan tindakan terpilih



5



3. Kedudukan Etika Dalam Pengambilan Keputusan Pengambilan



keputusan



etik



merupakan



salah



satu



proses



dari



pengambilan keputusan, yang didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan etika. Proses ini mencakup ara pemecahan masalah, situasi dari permasalahan  dan/ dilema yang dapat dicapai. Jadi proses pengambilan keputusan merupakan hal yang sama dan di temukan di berbagai situasi yang bermasalah, dengan demikian situasi sangat bergantung dari norma yang diacu masyarakat seperti etika, interaksi sosial, dan situasional kontekstual. 4. Prinsip Etik sebagai Panduan Pengambilan Keputusan Dalam Sumijatun (2009) dikatakan bahwa praktik keperawatan melibatkan interaksi yang kompleks antara nilai individu, sosial dan politik, serta hubungannya dengan masyarakat tertentu. Sebagai dampaknya perawat sering mengalami situasi yang berlawanan dengan hati nuraninya. Meskipun demikian, perawat tetap akan menjaga kewajibannya sebagai pemberi pelayanan yang lebih bersifat kemanusiaan. Dalam membuat keputusan, perawat akan berpegang teguh pada pola pikir rasional serta tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan hukum yang berlaku. 5. Proses pengambilan keputusan Proses pengambilan keputusan dengan konsep berfikir kritis terbagi menjadi dua juga. Pengambilan keputusan dalam keperawatan merupakan adalah hal yang sangat penting karena akan memengaruhi asuhan keperawatan yang karena diberikan. Pengambilan keputusan ini sendiri mencakup semua penilian dari segala aspek dan kegiatan yang diperlukan guna untuk mencari pilihan keputusan yang terbaik. Sesuai model pengambilan keputusan terdapat dua proses pengambilan keputusan yaitu proses rutin dalam pengambilan keputusan terprogram dan proses kreatif dalam pengambilan keputusan tak terprogram. A. Proses rutin (Keputusan terprogram) 1) Identifikasi Masalah 2) Pemilihan Alternatif 3) Alternatif piluhan



6



4) Implementasi keputusan 5) Evaluasi B. Proses kreatif (Keputusan tak terprogram) 1) Merasa adanya kebutuhan 2) Persiapan 3) Pematangan pemikiran 4) Penjelasan 5) Pembuktian 6) Implementasi keputusan 7) Evaluasi



2. PENYELESAIAN SENGKETA ETIK KEPERAWATAN Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja. (Mac Phail,1988) Salah satu cara menyelesaikan masalah etis adalah dengan melakukan rounde (Bioetics Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis. Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu: 1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan 2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta 3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma 4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema 5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative



7



6. Menetapkan tindakan yang tepat. 1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 ) Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik. a. Mengkaji situasi b. Mendiagnosa masalah etik moral c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan d. Melaksanakan rencana e. Mengevaluasi hasil 2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 ) a. Mengembangkan data dasar. Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi : 1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya 2) Apa tindakan yang diusulkan 3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan 4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan. b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat e. Mengidentifikasi kewajiban perawat f. Membuat keputusan 3. Model Murphy dan Murphy a. Mengidentifikasi masalah kesehatan b. Mengidentifikasi masalah etik c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan d. Mengidentifikasi peran perawat



8



e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif



yang mungkin



dilaksanakan f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan g. Memberi keputusan h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya. 4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981) Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik a. Mengumpulkan data yang relevan b. Mengidentifikasi dilema c. Memutuskan apa yang harus dilakukan d. Melengkapi tindakan 5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981) a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual. b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi c. Mengidentifikasi Issue etik d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait. f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada



3. CONTOH MASALAH ETIK 1. Seorang perawat di Italia ditahan karena tuduhan pembunuhan terhadap 13 pasien, Kamis (31/3). Polisi menggambarkan kasus ini sebagai pembunuhan di bangsal. Perawat perempuan ini bekerja di bagian anastesi dan unit perawatan intensif sebuah rumah sakit kota pesisir, Piombino di Tuscany.



9



Para pasien diduga dibunuh dengan sengaja sejak 2014 hingga 2015. Mereka dibunuh dengan cara diberi obat tetes atau injeksi. Media Italia telah memantau pelaku selama beberapa bulan. Kantor berita Ansa melaporkan, perawat berusia 55 tahun itu tinggal di Tuscany sejak 1980an. Para korbannya adalah manula dengan berbagai penyakit. Penangkapan ini mengejutkan penduduk Italia. Pasalnya, sebelum kasus ini, ada seorang perawat, Daniela Poggiali, yang juga ditahan karena pembunuhan. Daniela yang berusia 44 tahun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Ia dinyatakan bersalah setelah membunuh pasien berusia 78 tahun dengan menyuntikan larutan mematikan kalium klorida. Ia juga diduga melakukan pembunuhan terhadap pasien lain. Menurut rekaman CCTV rumah sakit, Poggiali terlihat menyeringai di samping tubuh pasien yang akhirnya meninggal. Pembahasan :Kasus tersebut merupakan masalah etik yang paling banyak terjadi. Perawat yang sebenarnya harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya, justru malah melakukan pembunuhan terhadap pasiennya. Tindakan yang dilakukan oleh perawat tersebut sudah menyalahi aturan kode etik keperawatan dan bertentangan dengan prinsip moral etika keperawatan mencegahpembunuhan (avoiding killing). Seorang perawat yang bijak akan menghargai kehidupan manusia dengan tidak membunuh. Dalam melakukan tindakan apapun akan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan apakah itu merupakan langkah terbaik unuk pasien. Sumber pertimbangan tersebut adalah moral agama/kepercayaan dan kultur/norma-norma yang berlaku. 2. Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah Sakit di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.



10



Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat. Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi. Pembahasan : Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson&Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan



11



sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan emosional. Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien dan keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien salah satunya adalah memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi dan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan kesehatan menurut American Hospital Assosiation dalam Bill ofRights. Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena merupakan faktor utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga pasien yang berlawanan dengan keinginan pasien tersebut maka perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif tindakan. Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap tugas-tugasnya. Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan. Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema etik



ini



antara



lain



model



dari Megan,



Kozier



dan



Erb,



model



12



Murphy dan Murphy,



modelLevine-ariff dan Gron,



model Curtin,



modelPurtilo dan Cassel, dan model Thompsondan thompson. Berdasarkan pendekatan modelMegan, maka kasus dilema etik perawat yang merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut : 1. Mengkaji situasi   



 Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai berikut : a.     Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya.  b.     Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta perawat untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang c. Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya. 2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan etik moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya. 3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat bersama tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain :



13



a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung. Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan support yang ada sehingga perawat dan tim medis akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya. Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses tim medis. Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya perawat tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik keperawatan. b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah didiskusikan



dengan



tim



medis



maka



perawat



akan



langsung



menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter. Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga dapat berdampak pada psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang membocorkan informasi, maka Tn. A akan



14



beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan keluarganya sendiri berbohong kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau berpikiran bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib” yang dapat mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang akhirnya bisa memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga pemberian informasi secara langsung dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut.            Kendala-kendala yang mungkin timbul : 1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada Tn. A Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak ingin Tn. A frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa ketika Tn. A tahu dengan sendirinya justru akan mengguncang psikisnya dengan anggapan-anggapan yang bersifat emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa memperburuk kondisinya. Perawat tersebut harus mendekati keluarga Tn. A dan menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan hal tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka perawat dan tim medis lain bisa menegaskan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak yang terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan bahwa perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan permintaan yang bertentangan dengan kode etik dan profesi keperawatan. 2) Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang diberikan perawat. Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang sedang mendapatkan permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan pendekatan-pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Perawat juga meminta keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut. Hal ini perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A diharapkan dapat menerima kondisinya dan mempunyai semangat untuk sembuh.



15



4. Melaksanakan Rencana Alternatif-alternatif



rencana



tersebut



harus



dipertimbangkan



dan



didiskusikan dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang meliputi : a. Autonomy / Otonomi Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya. b. Benefesience / Kemurahan Hati Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A c.



Justice / Keadilan



Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya. d.



Nonmaleficience / Tidak merugikan



Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan kerugian pada Tn. A baik secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya. e.



Veracity / Kejujuran



Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi Tn. A tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan merasa dihargai dan dipenuhi haknya.



16



f.



Fedelity / Menepati Janji Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum



dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut nantinya. g.



Confidentiality / Kerahasiaan



Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien. Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara langsung memberikan informasi tentang kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan selesai dan didiskusikan dengan semua yang terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien lebih dihargai dan dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua alternatif tersebut memiliki kelemahan masing-masing. Hasil keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan pendekatan-pendekatan dan caringserta komunikasi terapeutik. 5.



Mengevaluasi Hasil



Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana Tn. A beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan yang pada intinya membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.



17



BAB IV PENUTUP 1. KESIMPULAN Pengambilan keputusan merupakan proses pemecahan masalah yang berfokus pada analisa situasi yang sulit untuk mengambil solusi yang memutuskan permasalah tersebut. Pengambilan keputusan dengan konsep berfikir kritis dalam keperawatan merupakan hal yang kompleks, karena menyangkut permasalahan manusia. Oleh karena itu seorang perawat dituntut untuk dapat memutuskan sesuatu dengan baik dan tidak merugikan orang lain yang berlandaskan etika profesi keperawatan. Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja. (Mac Phail,1988) Salah satu cara menyelesaikan masalah etis adalah dengan melakukan rounde (Bioetics Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis. 2. SARAN Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).



18



DAFTAR PUSTAKA Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika. Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.  Jakarta : EGC Suhaemi,M. 2002. Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta : EGC\ Utami, Ngesti W, dkk. 2016. Etika Keperawatan Dan Keperawatan Profesional.Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.



19