Makalah Farmakologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP FARMAKOLOGI PADA OBAT PSEUDOEPHEDRINE Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi Dosen pengampu : Handoyo, MN.



DISUSUN OLEH : Ahsani Taqwim



(P1337420218095)



Devi Saputri Indayani



( P1337420218110)



Afifah Neli Widayani



(P1337420218118)



Mutia Nur Afifah



( P1337420218124)



Iklima Fathullantip



(P1337420218129)



Lili Rahmawati



(P1337420218131)



Nofita Sari



( P1337420218136) TINGKAT IC



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO TAHUN 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya yang telah diberikan kepada Kami sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menyempurnakan nilai dari mata kuliah farmakologi. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Handoyo, MN selaku dosen pengampu dari mata kuliah tersebut karna tanpa bimbingan Bapak, kami bukanlah apa-apa dalam memahami materi ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya dan kami mengharapkan saran apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan.



Purwokerto, Maret 2019



Penyusun  



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL.......................................................................................i KATA PENGANTAR.....................................................................................ii DAFTAR ISI.................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1 A. Latar Belakang..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................4 C. Tujuan........................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN................................................................................5 A. Definisi.......................................................................................................5 B. Farmakoteraupetik.....................................................................................5 C. Farmakokinetik..........................................................................................5 D. Farmakodinamik........................................................................................6 E. Efek Samping.............................................................................................7 F. Kontraindikasi.............................................................................................8 G. Sediaan.......................................................................................................8 BAB III PENUTUP......................................................................................10 A. Simpulan..................................................................................................10 B. Saran.........................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Farmakologi berasal dari kata farmacon yang berarti obat dan logos yang berarti ilmu sehingga. Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang obat khususnya yang berkaitan dengan pengaruh sifaf fisika-kimiawinya terhadap tubuh, respons bagian-bagian tubuh terhadap sifat obat ,nasib yang dialami obat dalam tubuh dan kegunaan obat bagi kesembuhan. Terkait dengan Farmakologi tersebut adalah ilmu tentang : • Farmakodinamika • Farmakokinetika • Toksikologi • Farmakoterapeutika • Farmakognosi • Farmasi Farmakodinamik Farmakodinamik adalah bagian dari ilmu Farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi, serta mekanisme kerja obat. Tujuan mempelajari Farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis (pembuatan) obat baru. Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu di dalam tubuh manusia. Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek obat



1



merupakan reaksi fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun, tekanan darah turun, kadar gula darah turun. Kerja obat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dibagi menjadi onset (mulai kerja), merupakan waktu yang diperlukan oleh tubuh untuk menimbulkan efek terapi atau efek penyembuhan atau waktu yang diperlukan obat untuk mencapai maksimum terapi; Peak (puncak); duration (lama kerja), merupakan lamanya obat menimbulkan efek terapi; dan waktu paruh. Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon. Fase farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam tubuh atau mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh. Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat non spesifik. Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi dengan bagian dari sel, ribosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor. Reseptor sendiri bisa berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat, atau lemak. Semakin banyak reseptor yang diduduki atau bereaksi, maka efek dari obat tersebut akan meningkat. Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat kimia berinteraksi dengan enzim pada tubuh. Obat ini bekerja dengan cara mengikat (membatasi produksi) atau memperbanyak produksi dari enzim itu sendiri. Contohnya obat kolinergik. Obat kolinergik bekerja dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase. Enzimini sendiri bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin menjadi asetil dan kolin. Jadi ketika asetilkolinesterase dihambat, maka asetilkolin tidak akan dipecah menjadi asetil dan kolin. Maksud dari kerja non-spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan cara mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Na-bikarbonat yang mengubah pH cairan tubuh, alcohol yang mendenaturasi protein, dan norit yang mengikat toksin, zat racun, atau bakteri. Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. Kalau ada obat yang tidak sepenuhnya mengikat reseptor dinamakan dengan agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian (parsial).



2



Selain menimbulkan efek farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu senyawa kimia juga dapat tidak menimbulkan efek farmakologis. Zat tersebut diberi namaantagonis. Jika nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara bersamaan dan obat antagonis memiliki ikatan yang kebih kuat, maka dapat menghalangi efek agonis. Antagonis sendiri ada yang kompetitif dan antagonis non-kompetitif. Disebut antagonis kompetitif ketika obat itu berikatan di tempat yang sama dengan obat agonis. Farmakokinetik Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 (empat) proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif sebagai proses eliminasi obat (Gunawan, 2009). Obat mempunyai 3 (tiga) nama yaitu nama kimia, generik dan paten atau merek. Farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana obat diperlakukan oleh tubuh. Farmakokinetika juga dikenal dengan ilmu ADME yakni ilmu yang mempelajari Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Eksresi/Sekresi termasuk didalamnya dibahas tentang ketersedian bahan aktif obat dalam tubuh ( bioavailabilitas )  Absorpsi obat dalam usus sangat dipengaruhi PH cairan lambung. Hal ini menyebabkan ada obat yang diberikan sebelum atau sesudah makan. Obat yang diberikan sebelum makan ( Covering agents ), appetizers ( stomachica ) dan obat-obat yang tak tahan terhadap asam lambung ( penicillin )  Distribusi obat diawali dengan absorpsi dimana obat terlebih dahulu menembus membran sel masuk kedalam cairan interstisiil . Obat dalam tubuh terikat oleh protein plasma dalam keadaan reversible.  Biotransformasi obat sebagian besar terjadi di hepar terutama oleh enzym mikrosomal untuk mengurangi toksisitas dan ekskresi.



3



Reaksi kimia yang terjadi dalam biotransformasi dapat dibedakan kedalam 2 golongan: - Reaksi sintetik ( konyugasi ) yang dapat mengurangi toksisitas Reaksi ini memerlukan ATP sebagai sumber energy. - Reaksi non –sintetik berupa oksidasi, reduksi dan hydrolisa Reaksi ini memerlukan NADPH ( Nicotinamida Adenin Dinucleotide Phosphate Hydrogen ). B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu : 1. Apakah yang dimaksud dengan obat pseudoephedrine ? 2. Bagaimana farmakoteraupetik pada obat pseudoephedrine ? 3. Bagaimana farmakokinetik pada obat pseudoephedrine ? 4. Bagaimana farmakodinamik pada obat pseudoephedrine ? 5. Bagaimana efek samping dari obat pseudoephedrine ? 6. Bagaimana kontraindikasi pada obat pseudoephedrine ? 7. Bagaimana sediaan pada obat pseudoephedrine ? C. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui apa itu obat pseudoephedrine. 2. Untuk mengetahui farmakoterapeutik pada obat pseudoephedrine. 3. Untuk mengetahui farmakokinetik pada obat pseudoephedrine. 4. Untuk mengetahui farmakodinamik pada obat pseudoephedrine. 5. Untuk mengetahui efek samping dari obat pseudoephedrine. 6. Untuk mengetahui kontraindikasi pada obat pseudoephedrine. 7. Untuk mengetahui sediaan pada obat pseudoephedrine.



BAB II PEMBAHASAN



4



A. Definisi Pseudoephedrine digunakan untuk meredakan hidung tersumbat yang disebabkan oleh pilek, alergi, dan demam. Ini juga digunakan untuk sementara meringankan kemacetan dan tekanan sinus. Pseudoephedrine akan meredakan gejala tetapi tidak akan mengobati penyebab gejala atau mempercepat pemulihan. Pseudoefedrin termasuk dalam kelas obat yang disebut dekongestan hidung. B. Farmakoteraupetik Pseudoephedrine bekerja dengan merelaksasi otot di sekitar saluran pernapasan agar lebih banyak udara masuk. Obat yang masuk ke dalam golongan dekongestan ini bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah melalui peningkatan stimulasi reseptor adrenergik alfa pada membran



saluran



pernapasan.



Selain



itu,



pseudoephedrine



juga



menstimulasi reseptor andrenergik beta yang dapat melegakan saluran pernapasan, serta meningkatkan detak dan kontraksi otot jantung. Pseudoephedrine bekerja dengan mengecilkan pembuluh darah untuk mengurangi pembengkakan dan penyumbatan. Di masa lalu, obat ini juga pernah digunakan atlet sebagai doping untuk meningkatkan performa. C. Farmakokinetik 1. Absorpsi Bioavailabilitas Hampir



sepenuhnya



diserap



dari



saluran



pencernaan



pada



penggunaan ora. Konsentrasi Puncak plasma tercapai dalam waktu sekitar 1,39-2,4 atau 3,8-6,1 jam setelah pemberian oral sebagai larutan oral atau sediaan diperpanjang-release, secara berurutan. o Durasi Hidung decongestion dapat bertahan selama 8 jam setelah pemberian oral 60 mg dan sampai 12 jam setelah 120 mg obat dalam capsules extended-release. o Makanan Penundaan penyerapan Makanan bila diberikan sebagai larutan, tetapi tampaknya tidak mempengaruhi penyerapan ketika obat ini diberikan sebagai sediaan diperpanjang-release. 2. Distribusi



5



o Kecepatan Dianggap melewati plasenta dan masuk CSF. Sekitar 0,5% dari dosis oral didistribusikan ke dalam susu lebih dari 24 jam. 3. Metabolisme Tidak lengkap dimetabolisme di hati menjadi metabolit aktif 4. Eliminasi o Rute Eliminasi Diekskresikan dalam urin; 55-96% dari dosis dihilangkan sebagai obat tidak berubah o Waktu Paruh 3-6 jam pada pH urin dari 5; 9-16 jam pada pH urin 8. D. Farmakodinamik Pseudoefedrin memiliki aktivitas simpatomimetik langsung dan tidak langsung dan merupakan dekongestan yang efektif pada saluran pernapasan atas. Ini adalah stereoisomer efedrin dan memiliki aksi yang sama, tetapi telah ditemukan memiliki aktivitas pressor yang lebih sedikit dan lebih sedikit efek sistem saraf pusat (SSP). Agen simpatomimetik digunakan sebagai dekongestan hidung untuk memberikan bantuan gejala. Mereka bertindak dengan menyebabkan vasokonstriksi yang mengakibatkan redistribusi aliran darah lokal untuk mengurangi edema mukosa hidung, sehingga meningkatkan. E. Efek Samping Sebelum penggunaan obat pseudoephedrine ini, seseorang perlu meninjau efek samping pseudoefedrin sebelum memulai pengobatan dengan obat ini. 1. Gelisah atau Sulit Tidur Pengobatan dengan pseudoephedrin dapat menyebabkan kegelisahan atau kegugupan pada orang-orang tertentu. Orang yang mengalami efek samping ini dapat terlihat gelisah luar biasa atau dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi saat bekerja atau sekolah. Gelisah atau gugup juga dapat menyebabkan kesulitan tidur atau tetap tidur sepanjang malam. 2. Sakit perut Setelah mengambil dosis dekongestan hidung ini, orang-orang tertentu dapat mengembangkan efek samping sakit perut. Orang yang terkena



6



dampak dapat merasa mual atau mulai muntah. Orang dapat membatasi perkembangan efek samping gangguan perut ini dengan menghindari minum obat ini saat perut kosong. 3. Sakit kepala, Pening atau Kelemahan Sakit kepala, pusing atau kelemahan dapat terjadi pada orang-orang tertentu yang menggunakan pseudoephedrine. Sakit kepala biasanya ringan, tetapi bisa mengganggu kemampuan seseorang untuk tetap fokus atau waspada di siang hari. Pusing atau kelemahan dapat menyebabkan orang-orang tertentu tampak bingung dan tidak stabil. Orang yang mengalami pusing parah atau persisten atau kelemahan saat mengambil pseudoefedrin harus mencari perawatan tambahan dari dokter. 4. Detak Jantung atau Kelainan Pernafasan Detak jantung atau kelainan pernapasan dapat muncul pada orang tertentu yang menggunakan dekongestan hidung ini. Orang yang mengalami detak jantung yang lambat atau tidak teratur atau mengalami kesulitan bernapas selama perawatan dengan pseudoephedrine harus berkonsultasi dengan dokter sesegera mungkin. F. Kontraindikasi Ibu hamil sebaiknya menghindari



mengkonsumsi



obat



Pseudoephedrine. Beberapa jenis obat dapar masuk ke ASI, untuk itu sebaiknya hindari penggunaan ini pada ibu menyusui. Harap berhati-hati penggunaan obat ini pada penderita dengan diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, hipertiroidisme, glaukoma, gangguan ginjal, gangguan pencernaan, gangguan hati, detak jantung yang tidak teratur atau cepat, dan pembengkakan prostat. Hindari melakukan kegiatan seperti mengemudi atau aktivitas berat lainnya saat mengkonsumsi obat Pseudoephedrine, karena obat ini memiliki efek samping pusing. Sampaikan kepada dokter jika memiliki riwayat alergi. Hindari mengkonsumsi minuman keras dan merokok serta minuman yang mengandung kafein. G. Sediaan Sediaan obat pseudoefedrin dalam bentuk tablet dan sirup Konsumsi obat ini langsung dengan atau tanpa makanan, biasanya setiap 4-6 jam, seperti diarahkan oleh kemasan produk atau oleh dokter.



7



Jangan mengkonsumsi lebih dari 4 dosis dalam sehari. Dosis diberikan berdasarkan usia, kondisi kesehatan, dan respon terhadap terapi. Jangan meningkatkan dosis atau mengkonsumsi obat ini lebih sering dari yang diarahkan. Jangan mengkonsumsi obat ini lebih dari yang direkomendasikan untuk usia. Bila mengonsumsi dalam bentuk tablet kunyah, kunyah dengan baik dan telan. Bila mengonsumsi pengobatan ini dalam bentuk cairan, takar dosis dengan menggunakan alat/gelas ukur khusus obat yang tersedia. Jika tidak ada, mintalah sendok/gelas takar khusus pada apoteker. Jangan menggunakan sendok rumahan untuk menghindari pemberian dosis yang tidak tepat. Pseudoephedrine tersedia di pasaran dalam berbagai merek dan bentuk. Beberapa tablet harus dimakan dengan sejumlah air yang banyak. Periksa kemasan produk untuk arahan yang spesifik. Bacalah instruksi dosis dengan saksama untuk setiap produk sebab jumlah kandungan pseudoephedrine dapat berbeda antara setiap produk. Jangan mengonsumsi pseudoephedrine lebih dari yang direkomendasikan.



8



BAB III PENUTUP A. Simpulan Pseudoephedrine digunakan untuk meredakan hidung tersumbat yang disebabkan oleh pilek, alergi, dan demam. Fase farmakologi obat Pseudoephedrine



ada



tiga:



farmakoterapik,



farmakokinetik,



dan



farmakodinamik. Fase farmakoterapik obat tersebut adalah obat yang masuk ke dalam golongan dekongestan ini bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah melalui peningkatan stimulasi reseptor adrenergik alfa pada membran saluran pernapasan. Fase farmakokinetik obat tersebut ada tiga tahap, yaitu : adsorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Fase farmadinamik obat tersebut adalah agen simpatomimetik digunakan sebagai dekongestan hidung untuk memberikan bantuan gejala. Mereka bertindak dengan menyebabkan vasokonstriksi yang mengakibatkan redistribusi aliran darah



lokal



untuk



mengurangi



edema



mukosa



hidung,



sehingga



meningkatkan. Efek samping obat Pseudoephedrine, yaitu : gelisah atau sulit tidur, sakit perut, sakit kepala, dan kelainan pernafasan. Untuk kontraindikasi dari obat tersebut adalah pada ibu hamil, menyusui, selain itu juga berhati-hati penggunaan obat ini pada penderita dengan diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, hipertiroidisme, glaukoma, gangguan ginjal, gangguan pencernaan, gangguan hati, detak jantung yang tidak teratur atau cepat, dan pembengkakan prostat. Sediaan obat pseudoefedrin dalam bentuk tablet dan sirup. Konsumsi obat ini langsung dengan atau tanpa makanan, biasanya setiap 4-6 jam, seperti diarahkan oleh kemasan produk atau oleh dokter. Bila mengonsumsi pengobatan ini dalam bentuk cairan, takar dosis dengan menggunakan alat/gelas ukur khusus obat yang tersedia. Jika tidak ada, mintalah sendok/gelas takar khusus pada apoteker B. Saran



9



Semoga kedepannya teknologi mengenai farmakologi semakin maju, sehingga terdapat inovasi baru terhadap obat-obatan saat ini. Selain itu, semoga masyarakat makin sadar akan pentingnya pengetahuan mengenai obat-obatan, sehingga tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan.



10



DAFTAR PUSTAKA Samiadi, Lika Aprilia. 2016. Pseudoephedrine. Diakses tanggal 8 Maret 2019 (hellosehat.com). Sherkat, AA. et al. (2011). The role of pseudoephedrine on daytime somnolence in patients suffering from perennial allergic rhinitis (PAR). The American College of Allergy, Asthma, & Immunology. 106(2). pp. 97-102 Wickford, Hannah. 2017. Pseudoephedrine. Diakses tanggal 10 Maret 2019 (https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682619.html). Zen, Hanisyarah Diana. 2016. Obat Pseudoephedrine atau Phenylephrine untuk Flu dan Batuk. Diakses tanggal 7 Maret 2019 (http://corporate.kimiafarmaapotek.co.id/entry/obat-pseudoephedrineatau-phenylephrine-untuk-flu-dan-batuk).



11