Makalah FTS Semi Solid - Suspensi - K.6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI PADAT-CAIR SUSPENSI Ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah Formulasi dan Teknologi Sediaan Semi Padat - Cair



Disusun oleh : 1. Rizki Akbar Nur B



(18/FAM/099)



2. Meylisa



(19/FAM/143)



3. Apri Setiana



(19/FAM/144)



4. Laela Tiki Budianto (19/FAM/145) 5. Amalia Difa Lestari



(19/FAM/146)



6. Revani Eka Saputri



(19/FAM/147)



7. Mirari Dwi R



(19/FAM/148)



PROGRAM STUDY S1 FARMASI STIKes IBNU SINA AJIBARANG 2021



i



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmatnya kepada kita semua. Rasa syukur itu dapat kita wujudkan dengan cara memelihara lingkungan dan mengasah akal budi pekerti kita untuk memanfaatkan karunia Allah SWT itu dengan sebaik-baiknya. Jadi,rasa syukur itu harus senantiasa kita wujudkan dengan rajin belajar dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan cara itu, anda akan menjadi generasi bangsa yang tangguh dan berbobot serta pintar. Makalah ini yaitu materi “Formulasi dan Teknologi Sediaan Semi Padat - Cair” tentang “SUSPENSI”. Segala usaha telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini. Namun, dalam usaha yang maksimal itu kami menyadari tentu masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang bisa kami jadikan sebagai motivasi. Ajibarang,



Juni 2021



Penyusun



ii



DAFTAR ISI Halaman Judul



i



Kata Pengantar



ii



Daftar Isi iii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang



1



B. Rumusan Masalah



2



C. Tujuan



2



BAB II ISI A. Prinsip kimia fisika dalam formulasi suspensi B. Metode pembuatan suspensi 6 C. Suspensi rekonstitusi 6 D. Formulasi sediaan suspensi



11



E. Evaluasi sediaan suspensi



17



F. Ketidakstabilan suspensi



21



BAB III Penutup A. Kesimpulan Daftar Pustaka



23 24



iii



3



BAB I PENDAHULUAN A.



LATAR BELAKANG Suspensi merupakan salah satu contoh sediaan cair yang secara umum dapat di artikan sebagai suatu system dispers kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispers merata kedalam pembawanya. Alasan bahan obat di formulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yatu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair,mudah diberikan pada pasien yang sukar menelan obat dapat diberikan pada anak-anak. Alasan sediaan suspensi dapat diterima oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik dari segi warna, ataupun bentuk wadahnya. Penggunaan sediaan suspensi jika dibandingkan dengan bentuk larutan lebih efisien karena suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan,



memungkinkan



terjadinya



perubahan



sistem



dispersi



(cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur. Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik. Demikian sangat penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk mengetahui dan mempelajari pembuatan bentuk sediaan suspensi yang sesuai dengan syarat suspensi yang ideal.



1



B.



RUMUSAN MASALAH 1. Apa prinsip kimia fisika dalam formulasi suspensi? 2. Bagaimana metode pembuatan suspensi? 3. Apa itu suspensi rekonstitusi? 4. Bagaimana formulasi sediaan suspensi? 5. Bagaimana evaluasi sediaan suspensi? 6. Apa saja jenis ketidakstabilan suspensi?



C.



TUJUAN 1. Mengetahui apa itu prinsip kimia fisika dalam formulasi suspensi 2. Mengetahui bagaimana metode pembuatan suspensi 3. Mengetahui apa itu suspensi rekonstitusi 4. Mengetahui formulasi sediaan suspensi 5. Mengetahui bagaimana evaluasi sediaan suspense 6. Mengetahui apa saja jenis ketidakstabilan suspensi



2



BAB II PEMBAHASAN Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18). Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32). Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan (Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333). A. Penerapan Prinsip-prinsip kimia fisika dalam formulasi suspensi (Farmawaty, 2015) : Difokuskan pada sifat : −



Daerah antar muka







Fase dispers







Medium dispers



1. Daerah antarmuka a.



Tegangan muka/antar muka Tegangan muka/antarmuka adalah gaya persatuan panjang yang terjadi pada antar muka antara 2 fase yang tidak dapat tercampurkan



b.



Energi bebas permukaan Energi Bebas Permukaan menyatakan kerja yang diperlukan untuk menaikkan luas permukaan sebesar A pada komposisi yang tetap.



c.



Adsorpsi antarmuka



3



Adsorbsi antarmuka, Pada dasarnya adsorbsi adalah efek dari permukaan. Adsorbsi digunakan untuk menggambarkan proses akumulasi pada permukaan. Dapat terjadi selama penyiapan sediaan suspensi. 2. Fase dispers a.



Pembasahan/sudut kontak Pembasahan (wetting) partikel padat adalah pengusiran udara pada permukaan partikel oleh cairan. Untuk menurunkan tegangan permukaan bisa digunakan wetting agent atau surfaktan. Aksi yang paling penting dari suatu bahan pembasah adalah menurunkan sudut kontak antara permukaan dan cairan pembasah. Sudut kontak adalah sudut antara tetes cairan dan permukaan yang mana pertikel itu akan menyebar.



b.



Muatan partikel Muatan partikel. Suspensi adalah suatu sistem yang secara antar muka tidak stabil. Hal ini disebabkan besarnya luas permukaan partikel (akibat ukuran partikel kecil) menyebabkan meningkatnya energi bebas permukaan. 7 kondisi tidak stabil. Untuk menjadi lebih stabil partikel akan memilih untuk berkelompok sehingga memperkecil luas permukaan dan memperkecil pula energi bebas permukaan. Maka dapat ditambahkan surfaktan untuk memperkecil tegangan permukaan dan menurunkan energi bebas.



c.



Lapisan ganda listrik Lapisan ganda listrik, muatan listrik dapat dikembangkan dalam pertikel tersuspensi sebagai hasil ionisasi dari gugus kimia pada permukaan padatan, absorbsi dari molekul surfaktan pada permukaan padatan, atau absorbsi elektrolit dari larutan pada permukaan padatan.



d.



Zeta potensial Zeta potensial, didefinisikan



sebagai perbedaan potensial



antar



permukaan lapisan yang terikat lemah dan daerah netral listrik dari larutan e.



Ukuran bentuk dan kerapatan partikel, pertumbuhan Kristal Yang memicu terjadinya kristal : Keadaan jenuh, Pendinginan ekstrim dan pengadukan cepat, Sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat



4



aktif, Keberadaan cosolutes, cosolvent, dll. Kondisi saat proses pembuatan, Digunakan cara freez-traw cycling, yaitu diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pada pokoknya menjaga agar tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal. f.



Agregasi, flokulasi dan sedimentasi Flokulasi terjadi apabila gaya tolak menolak antar partikel relatif kecil sehingga partikel cenderung untuk mendekat dan menggumpal dengan jarak yang cukup untuk membuat flokulat yang renggang. Partikel yang terflokulasi akan mengendap dengan cepat tetapi, karena ikatan antar partikel lemah menjadi mudah untuk didispersikan kembali.



g.



Gerak brown Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan atau gerak zig zag partikel koloid. Gerakan ini terjadi karena benturan tidak teratur antara partikel koloid terdispersi dan medium pendispersi.



3. Medium dispers a.



Viskositas Dengan menambah kekentalan (viskositas) cairan, gerakan turun partikel yang dikandungnya akan diperlambat (laju pengendapan diperlambat), sehingga suspensi tetap stabil. Tapi kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.



b.



Suspending agent Suspending agent digunakan untuk mencegah pengendapan dan mempengaruhi sifat rheologi suspensi.



c.



Koloid pelindung Koloid pelindung atau hidrofilik seperti gelatin, gum (tragakan, xantin, dll) dan derivate selulosa (Na.CMC, hidroksi profil selulosa, dan hidroksi propil metil selulosa) yang diserap meningkatkan kekuatan dari bentuk lapisan hidrasi sekeliling partikel yang tersuspensi melalui ikatan hidrogen dan interaksi molekul.



d.



Thickening agent



5



Thickening agent atau pengental adalah zat yang dapat meningkatkan viskositas dari cairan tanpa secara substansial mengubah sifat lainnya. e.



Rheologi Rheologi menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan



B. Metode pembuatan suspensi 1. Metode Dispersi Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam musilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui



bahwa



kadang-kadang



terjadi



kesukaran



pada



saat



mendispersikan serbuk ke dalampembawa. Hal tersebut karena adanya udara, lemak atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya sebuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Jika sudut kontak kurang lebih 90o, sebuk akan mengembang diatas cairan. Serbuk yang demikian tersebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent. 2. Metode Presipitasi Metode ini dilakukan dengan cara zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol. (Syamsuni, 2006) C.



Suspensi Rekonstitusi Suspensi rekonstitusi adalah campuran sirup dalam keadaan kering yang



akan didespersikan dengan air pada saat akan digunakan. Umumnya, suatu



6



sediaan suspensi kering dibuat karena stabilitas zat aktif didalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisika. (Rowe, Raymond C,.2003) Alasan Pembuatan Suspensi Kering : Umumnya, suatu sediaan suspensi kering dibuat karenastabilitas zat aktif dalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisik. Umumnya antibiotik memiliki stabilitas terbatas di dalam pelarut air. Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms : Disperse System, 1989, Vol 2, hal 318) : 1.



Campuran serbuk/granul harus merupakan campuran yang homogen, sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk setiap pemberian obat.



2.



Selama rekons titusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat dan sempurna dalam medium pembawa.



3.



Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah didispersikan kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh dosis yang tepat dan serba sama.



4.



Produk akhir harus menunjukkan penampilan, rasa, dan aroma yang menarik.



Keuntungan Sediaan Suspensi Rekonstitusi Untuk zat aktif yang tidak stabil dalam pembawa air, kestabilan zat aktif dapat dipertahankan karena kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam medium pendispersi pada saat akan digunakan. Jenis Sediaan Rekonstitusi Suspensi : 1) Suspensi rekonstitusi yang berupa campuran serbuk Formulasi berupa campuran serbuk merupakan cara yang paling mudah dan sederhana.



Proses pencampuran dilakukan secara bertahap



apabila ada bahanberkhasiat dalam komponen yang berada dalam jumlah kecil.



Penting untuk diperhatikan, alat pencampur untuk mendapatkan



campuran yang homogen. Keuntungan formulasi campuran serbuk : −



Alat yang dibutuhkan sederhana, hemat energi dan tidak banyak







Jarang menimbulkan masalah stabilitas dan kimia karena tidak digunakannya pelarut dan pemanasan saat pembuatan.







Dapat dicapai kelembaban yang sangat rendah



7



Kerugian formulasi campuran serbuk : −



Homogenitas kurang baik. Sulit untuk menjamin distribusi obat yang homogen ke dalam campuran.







Kemungkinan adanya ketidakseragaman ukuran partikel.







Aliran serbuk kurang baik. Variasi ukuran partikel yang terlalu banyak berbeda dapat menyebabkan



pemisahan bentuk lapisan dengan ukuran.



Aliran yang tidak baik dapat



menimbulkan pemisahan. 2) Rekonstitusi suspensi yang digranulasi Pembuatan dengan cara digranulasi terutama ditujukan untuk memperbaiki sifat aliran serbuk dan pengisian dan mengurangi volume sediaan yang voluminous dalam wadah. Dengan cara granulasi ini, zat aktif dan bahan-bahan lain dalam keadaan kering dicampur sebelum diinkorporasi atau disuspensikan dalam cairan penggranulasi.Granulasi dilakukan dengan menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat juga digunakan sebagai pelarut non-air untuk bahan berkhasiat yang terurai dengan adanyaair. Keuntungan cara granulasi : −



Memiliki penampilan yang lebih baik daripada campuran serbuk.







Memiliki sifat aliran yang lcbih baik.







Tidak terjadi pemisahan.







Tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama pengisian.



Kerugian cara granulasi : −



Melibatkan proses yang lebih panjang serta dibutuhkan peralatan yang lebih banyak dan membutuhkan energi listrik.







Adanya panas dan kontak dengan pelarut dapat menyebabkan terjadinya instabilitas zat akif.







Sulit sekali menghilangkan sesepora cairan penggranul dari bagian dalam granul dimana dengan adanya sisa cairan penggranul kemungkinan dapat menurunkan cairan.







Eksipien yang ditambahkan harus stabil terhadap proses granulasi.







Ukuran granul diusahakan sama karena bagian yang halus akan memisah sebagai butiran fines. 8



3) Suspensi rekonstitusi yang merupakan campuran antam granul dan serbuk Pada cara ini komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif yang tidak stabil terhadap panas atau flavor dapat ditambahkan sebelum pengeringan granul untuk mencegah pengaruh panas. Pada tahap awal dibuat granul dari beberapa komponen, kemudian dicampur dengan serbuk (fines). Kerugian dari cara ini : −



Meningkatnya resiko tidak homogen.







Untuk menjaga keseragaman, ukuran partikel harus dikendalikan.



Perbandingan Ketiga Jenis Suspensi Rekonstitusi Jenis Suspensi Campuran serbuk



Keuntungan Kerugian Lebih ekonomis, resiko Terjadi mixing ketidakstabilan



Campuran granul



lebih segregasi,



dan



kehilangan



rendah selama proses Penampilan lebih baik, Harga lebih mahal, efek karakteristik aliran lebih panas



dan



cairan



baik, segresi dan debu penggranulasi pada obat dapat ditekan dan eksipien Kombinasi antara serbuk Harga lebih murah, dapat Dapat terjadi segregasi dan granul



menggunakan



senyawa campuran yang granular



yang tidak tahan panas dan non-granular (Pharm.Dosage Form : Disperse System, vol 2, hal 326) Komponen yang Terdapat Dalam Suspensi Rekonsitusi Terdiri Dari : 1. Zat aktif Zat aktif dengan kelarutan yang relatif kecil dalam fasa pendispersi. Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah ukuran partikel dan sifat permukaan padat-cair (hidrofob/hidrofil). 2. Bahan Pensuspensi Bahan ini digunakan untuk memodifikasi viskositas dan menstabilkanzat yang tidak larut dalam mediumpendispersi. Bahan pensuspensi yang sering digunakan dalam suspensi rekonstitusi antara lain: Akasia, CMC Na, Iota



9



karagen, Mikrokristalin selulosa dengan CMC Na, Povidon, Propilengliko, alginat, Silikon dioksida, koloidal, Na starch glycolate, Tragakan, Xanthan gum 3. Pemanis Obat umumnya pahit dan tidak enak. Untuk mengatasi hal ini sukrosa selain digunakan sebagai pemanis, berperan pula sebagai peningkat viskositas dan pengencer padat. Sukrosa dapat pula dihaluskan untuk meningkatkan luas permukaan dan dapat pula digunakan sebagai pembawa untuk komponen yang berbentuk cair misalnya minyak atsiri. Pemanis lain yang dapat digunakan: manitol, aspartam, dekstrosa, dan Na sakarin. Aspartam cukup stabil tapi tidak tahan panas. 4. Wetting agent Wetting agent ini dipakai jika zat aktif bersifat hidrofcb. Zat yang hidrofob menolak udara, untuk mempermudah pembaşahan ditambahkan wetting agent. Wetting agent ini harus efektif pada konsentrasi kecil. Zat pembasah yang berlebihan akan mengakibatkan pembentukan busa dan'rasa yang tidak menyenangkan. Yang lazim digunakan adalah Tween 80, non ionik, paling kompatibel dengan eksipien kationik dan anionik dari obat. Konsentrasi yang biasa digunakan adalah