Makalah Gangguan Psikologis Pada Saat Melahirkan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MENGATASI GANGGUAN PASIKOLOGIS PADA SAAT MELAHIRKAN



DI SUSUN OLEH : KELOMPOK : 3 1. 2. 3. 4. 5. 6.



DESMA RAHMA. S RANI RAFITA SUNARTI YUSTITA YULISKA PUTRI PITRINI UTAMI



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN PALEMBANG 2017 KATA PENGANTAR



Assalamuallaikum Wr.Wb Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT serta Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya juga kita dapat mengetahui dan menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mengatasi Gangguan Pasikologis Pada Saat Melahirkan”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik, saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing yang telah memberi masukan dalam pembuatan makalah ini serta semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami berharap semoga dengan makalah ini kita semua lebih memahami isi yang terkandung di dalamnya. Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf dan kepada Allah kami mohon ampun. Wassalam. Palembang, Mei 2017 Penulis



DAFTAR ISI



2



HALAMAN JUDUL............................................................................................



i



KATA PENGANTAR..........................................................................................



ii



DAFTAR ISI........................................................................................................



iii



BAB I



PENDAHULUAN.............................................................................



1



1.1 Latar Belakang............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 1.3 Tujuan ..........................................................................................



1 2 3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masa nifas .................................................................................... 2.1.1 Definisi ............................................................................ 2.1.2 Fase-Fase Perubahan Psikologi Pada Ibu Pasca Partum. 2.2 Post Partum Blues......................................................................... 2.2.1 Definisi ............................................................................. 2.2.2 Klasifikasi ......................................................................... 2.2.3 Etiologi ............................................................................. 2.2.4 Tanda dan Gejala Post Partum Blues................................ 2.2.5 Dampak Post Partum Blues Pada Ibu dan Janin................ 2.2.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................... 2.2.7 Penatalaksanaan................................................................. 2.2.8 Pencegahan ....................................................................... BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ................................................................................... 3.2 Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA



3



4 4 4 6 6 6 7 10 11 12 13 16 18 18



BAB I PENDAHULUAN I.1



Latar Belakang Adakalanya ibu post partum mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues atau post partum blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu juga karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Post partum blues biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi Pada perubahan kondisi psikologis, seorang ibu post partum akan mengalami adaptasi psikologis post partum yaitu periode taking in (ibu pasif terhadap lingkungan), periode taking hold (ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayinya) dan periode letting go (ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu). Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lagi tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis seperti merasa sedih, jengkel, lelah, marah dan putus asa dan perasaan-perasaan itulah yang membuat seorang ibu enggan mengurus bayinya yang disebut post partum blues Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-



1



bulan pertama setelah melahirkan, baik tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut postpartum blus. Beberapa dugaan post partum blues disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar individu. Salah satu faktor penyebab dari dalam individu adalah adanya perubahan hormonal. Selama kehamilan kadar estrogen dan progesteron meningkat akibat dari plasenta yang memproduksi hormon tersebut. Akibat dari kelahiran plasenta saat persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun tajam mencapai kadar sebelum kehamilan dimulai pada hari ke-5 post partum. Selain perubahan hormonal, jenis persalinan merupakan salah satu faktor penyebab dari luar individu terhadap terjadinya post partum blues. Persalinan dengan sectio caesarea mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemungkinan terjadinya post partum blues, dari 63 persalinan caesar, 25% mengalami post partum blues dan dari 52 persalinan normal hanya 8% yang mengalami post partum blues. I.2



Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan post partum blues ? 2. Apa saja factor penyebab post partum blues ? 3. Bagaimana gejala-gejala post partum blues ? 4. Bagaimana asuhan pada ibu yang mengalami post partum blues ?



I.3



Tujuan Penulisan 1. Mengetahui apa itu post partum blues 2. Mengetahui factor penyebab post partum blues 2



3. Mengetahui gejala-gejala post partum blues 4. Memberikan asuhan pada ibu yang mengalami post partum blues



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1



Masa Nifas (Post Partum) Definisi Masa nifas (puerperium) berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, 3



plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Rukiyah, 2013). 2.1.2



Fase-Fase Perubahan Psikologi Pada Ibu Pasca Partum Seorang ibu yang berada pada periode pascapartum mengalami banyak perubahan baik perubahan fisik maupun psikologi. Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase: 1. Taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari. 2. Taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai 5 minggu. 3. Fase letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya, mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain Perubahan Psikologis Ibu saat Persalinan 1. Fase Laten : Pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya ia ingin berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-jalan dan menciptakan kontak mata. 4



Pada wanita yang dapat menyadari bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut. 2. Fase Aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada waktu kecepatan maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Kontraksi semakin kuat dan fekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini wanita akan lebih serius. Wanita tersebut menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya.



2.2 2.2.1



Post Partum Blues Definisi Post partum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Biasanya terjadi mulai minggu ke-4 (Rukiyah, 2013). Post partum blues adalah suasana hati yang dirasakan oleh wanita setelah melahirkan yang berlangsung selama 3-6 hari dalam 14 hari pertama pasca melahirkan yang perasaan ini ini berkaitan dengan bayinya (Mansur, 2014). Post partum blues merupakan depresi pada masa kehamilan relatif rendah, namun meningkat dalam 12 bulan pertama setelah melahirkan. Umumnya gejala terjadi antara hari ke-3 sampai hari ke 10, seperti menangis, sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi (Maryunani, 2015). 5



2.2.2



Klasifikasi Menurut Rukiyah (2013), post partum blues terdiri dari beberapa tingkatan, seperti: 1. Ringan Gejala-gejala seperti: a. Reaksi depresi/sedih/disporia b. Sering menangis c. Mudah tersinggung d. Cemas e. Labilitas perasaan. 2. Berat Gejala-gejala seperti : a. Perubahan pada mood b. Gangguan pada pola tidur c. Perubahan mental dan libido d. Dapat pula muncul pobia e. Ketakutan akan menyakiti diri sendiri atau bayinya depresi berat akan memiliki risiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah mengalami kelainan psikiatrik atau pernah mengalami pre menstrual



2.2.3



sindrom. Etiologi Menurut Rukiyah (2013), faktor yang menyebabkan terjadinya post partum blues bisa terjadi dari dalam dan luar individu, misalnya: 1. Ibu belum siap menghadapi persalinan, adanya perubahan hormon, payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau jahitan yang belum sembuh. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada emosional seperti payudara bengkak dan nyeri jahitan, rasa mulas, ketidak mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks, faktor umum dan paritas. Pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan.



6



2. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak di inginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi. 3. Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami, keluarga dan teman) apabila suami mendukung kehamilan ini, apakah suami mengerti perasaan istri, apakah suami, keluarga dan teman memberikan dukungan fisik dan moril, misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus bayi, mendengarkan keluh kesah ibu. 4. Stres dalam keluarga misalnya: faktor ekonomi memburuk, persoalan dengan suami, problem dengan mertua. Stres yang dialami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh, stress melihat bayi sakit, rasa bosan dengan hidup yang dijalani. 5. Kelelahan paska persalinan, perubahan peran yang dialami oleh ibu, rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut kehilangan bayinya. Problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu. Menurut Mansur (2014) penyebab post partum blues yaitu: 1. Faktor hormonal berupa kadar estrogen, progesteron, prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. 2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas 3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan



7



4. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, status ekonomi, serta dukungan sosial. 5. Fisik, seperti kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari. Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi postpartum sebagai berikut : 1. Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat. 2. Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti. 8



3. Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.. 4. Faktor sosial. Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada 2.2.4



ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan. Tanda dan Gejala Post Partum Blues Menurut Saleha (2009), gejala dan tanda dari post partum blues diantaranya adalah : 1. Depresi 2. Sering menangis 3. Insomnia 4. Mudah lelah 5. Gangguan nafsu makan 6. Kecenderungan bunuh diri 7. Dan berpikir tentang kematian Menurut Rukiyah (2013), gejala-gejala post partum blues atau sering juga maternity blues atau sindroma ibu baru dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak pada mingu pertama setelah persalinan ditandai dengan gejala-gejala: 1. Reaksi depresi/sedih/disporia 2. Sering menangis 3. Mudah tersinggung 4. Cemas 5. Labilitas perasaan 6. Cenderung menyalahkan diri sendiri 7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan 8. Kelelahan 9. Mudah sedih 10. Cepat marah 11. Mod mudah berubah 9



2.2.5



12. Cepat menjadi sedih dan cepat pada gembira 13. Perasaan terjebak 14. Marah kepada pasangan dan bayinya 15. Perasaan bersalah 16. Sangat pelupa Dampak Post Partum Blues Pada Ibu dan Janin Gangguan mengurus anak merupakan kesulitan yang umum terjadi pada wanita dengan gangguan psikosis puerperalis. Pemantauan jangka panjang menunjukkan bahwa terdapat gangguan tingkah laku pada anak yang ibunya menderita psikosis puerperlis. Salah satu kejadian yang paling berbahaya adalah kekerasan pada anak. Wanita yang menderita psikiatrik lebih banyak menelantarkan anaknya dan lebih banyak terjadi child abuse. pembunuhan anak sering terjadi pada wanita penderita psikiosis (Rukiyah, 2013). Dampak post partum blues pada ibu dan janin, adalah: 1. Dampak baby blues bagi ibu : a. Asi menjadi sulit keluar b. Demam tinggi c. Pendarahan yang tidak normal d. Tidak bisa tidur lelap 2. Apa yang menjadi dampak buat si baby : a. Bayi menjadi cepat rewel dan gelisah b. Suami merasa tidak diperhatikan oleh istri, bisa ikut bingung dan stres, akibatnya keharmonisan keluarga jadi terganggu. c. Bila hal ini dialami pada kelahiran anak kedua ,maka stres yang



2.2.6



dialami ibu akan berdampak juga pada anak pada anak pertama. Pemeriksaan Penunjang Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat



10



dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian. 2.2.7



Penatalaksanaan Penatalaksanaan dapat dilalukan dengan pemberian dukungan moril dan obat antideprsi. Jika keadaan membaik setelah enam minggu, konsumsi obat dilanjutkan hingga enam bulan untuk mencegah terjadinya kambuh.



11



Akan tetapi jika respons pengobatan buruk atau terjadi kambuh, segera hubungi psikiater (Saleha, 2009). Menurut Rukiyah (2013), cara untuk mengatasi post partum blues antara lain: 1. Komunikasikan



segala



permasalahan



atau



hal



lain



yang



ingin



diungkapkan. 2. Bicarakan rasa cemas yang dialami 3. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah melahirkan. 4. Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfectsionis dalam mengurus bayi dan rumah tangga. 5. Belajar tenang dan menarik nafas panjang dan meditasi 6. Kebutuhan istirahat yang cukup, tidurlah ketika bayi sedang tidur. 7. Berolahraga ringan 8. Bergabung dengan klompok ibu-ibu baru 9. Dukungan tenaga kesehatan 10. Dukungan suami, keluarga, teman-teman sesama ibu 11. Konsultasikan kepada dokter atau orang yang profesional agar dapat meminimalisir faktor risiko lainnya dan melakukan pengawasan. Menurut Marmi (2014), Cara mengatasi post partum blues ada dua yaitu : 1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara: a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi b. Dapat memahami dirinya c. Dapat mendukung tindakan konstruktif 2. Dengan cara peningkatan support mental Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya:



12



a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti: membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu, dan lain-lain. b. Memanggil orangtua ibu bayi, agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi. c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih d. e. f. g.



perhatian terhadap istrinya. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir Memperbanyak dukungan dari suami Suami menggantikan peran istri ketika istri kelelahan Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja



melahirkan h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu i. Mengganti suasana dengan bersosialisasi j. Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.



Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara:



2.2.8



1. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi 2. Tidurlah ketika bayi tidur 3. Berolahraga ringan 4. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu 5. Tidak perfeksionis dalam hal mengurus bayi 6. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan 7. Bersikap fleksibel 8. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1x 9. Bergabung dengan kelompok ibu Pencegahan Menurut Saleha (2009), pencegahan terbaik adalah



dengan



mengurangi faktor risiko terjadinya gangguan psikologis pada ibu hamil dan



13



ibu pasca persalinan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor risiko adalah: 1. Pemberian dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan maupun profesional selama kehamilan, persalinan dan pasca persalinan dapat mencegah depresi serta mempercepat proses penyembuhan. 2. Mencari tahu tentang gangguan psikologis yang mungkin terjadi pada ibu hamil dan ibu yang baru saja melahirkan, sehingga ibu terjadi gejala dapat dikenali dan ditangani segera. 3. Konsumsi makanan sehat, istirahat cukup dan olahraga minimal 15 menit per hari dapat menjaga suasana hati tetap baik 4. Mencegah pengambilan keputusan yang berat selama kehamilan 5. Mempersiapkan diri secara mental dengan membaca buku atau artikel tentang kehamilan dan persalinan, serta mendengarkan pengalaman wanita lain yang pernah melahirkan dapat membantu mengurangi ketakutan. 6. Menyiapkan seorang untuk membantu keperluan sehari-hari seperti memasak, membersihkan rumah, belanja dan lain-lain. 7. Jika berisiko tinggi mengalami gangguan psikologis, jalani pengobatan profilaksis dan terapi psikologis selama kehamilan untuk mencegah atau menghilangkan depresi



14



BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan Adakalanya ibu post partum mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues atau post partum blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu juga karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Post partum blues biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Baby blues atau post partum blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan. Gejala yang dapat muncul yaitu: insomnia, sering menangis, depresi, cemas konsentrasi menurun dan mudah marah (Saleha,



3.2



2009) Saran Semoga dengan adanya makalah ini , pembaca dan kita juga sebagai calon bidan dapat mengambil manfaat dari topik dari makalah ini , karena banyaknya ilmu pengetahuan yang sangat penting diketahui oleh pembaca .Pembaca dapat mengembangkan dan menerapkan dinamika psikologi pada 15



wanita masa pasca persalinan baik dalam praktik klinik ataupun kehidupan sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA Julianasari. 2016. Gangguan post partum blogspot.co.id, diakses 8 Mei 2017



blues.



http://anairmajulianasari.



Marmi. 2011. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Maryunani, Anik. 2015. Asuhan ibu nifas dan asuhan ibu menyusui. Bogor : In Media Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2013. Asuhan kebidanan patologi kebidanan. Jakarta : Trans Info Media. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta : Salemba Medika



16