Makalah Gigitan Ular [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1.Latar belakang 1.2.Rumusan masalah 1.3.Tujuan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1.Definisi Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa. Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya, sering kali mengandung faktor letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator, racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut



merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik. 2.2.Etiologi Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam. Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam : a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic) Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluhpembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain. b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic) Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limfe. c. Bisa ular yang bersifat Myotoksin



Mengakibatkan



rabdomiolisis



yang



sering



berhubungan



dengan



maemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot. d. Bisa ular yang bersifat kardiotoksin Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung. e. Bisa ular yang bersifat cytotoksin Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler. f. Bisa ular yang bersifat cytolitik Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat gigitan. g. Enzim-enzim Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bias 2.3.Patofisiologi Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai system. Seperti, sistem neurogist, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan. Pada gangguan sistem neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan kesulitan untuk bernapas. Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang dapat mengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas 2.4.Derajat gigitan ular a. Derajat 0 -



Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam



-



Pembengkakan minimal, diameter 1 cm



b. Derajat I -



Bekas gigitan 2 taring



-



Bengkak dengan diameter 1 – 5 cm



-



Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam



c. Derajat II -



Sama dengan derajat I



-



Petechie, echimosis



-



Nyeri hebat dalam 12 jam



d. Derajat III -



Sama dengan derajat I dan II



-



Syok dan distres nafas / petechie, echimosis seluruh tubuh



e. Derajat IV -



Sangat cepat memburuk



2.5.Manifestasi klinik Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit). Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu



terjadi oedem



(pembengkakan)



pada



tungkai



5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati



ditandai



dengan



rasa), paralysis



(kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan). Tanda dan gejala khusus pada gigitan family ular : a. Gigitan Elapidae Misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits), cirinya: 1) Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut. 2) Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.



3) 15 menit setelah digigit ular muncul gejala sistemik. 10 jam muncul paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut dan kematian dapat terjadi dalam 24 jam. b. Gigitan Viperidae/Crotalidae Misal pada ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya: 1) Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan. 2) Gejala sistemik muncul setelah 50 menit atau setelah beberapa jam. 3) Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat. c. Gigitan Hydropiidae Misalnya, ular laut, cirinya: 1) Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah. 2) Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung. d. Gigitan Crotalidae Misalnya ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya: 1) Gejala lokal ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin. 2) Anemia, hipotensi, trombositopeni. Tanda dan gejala lain gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori:



a. Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka. b. Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat menyebabkan perdarahan organ internal, seperti otak atau organorgan abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian. c. Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan. d. Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal. e. Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata. 2.6.Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis, penentuan kadar gula darah, BUN dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan dan waktu retraksi bekuan. 2.7.Penatalaksanaan medis



a. Prinsip penanganan pada pasien gigitan ular: 1) Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular. 2) Menetralkan bisa. 3) Mengobati komplikasi. b. Pertolongan pertama di lapangan: Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip RIGT, yaitu: R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/panik karena kaget. I: Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang, lakukan tehnik balut tekan (pressure-immoblisation) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan). G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin. T: Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul ada korban. c. Prosedur Pressure Immobilization (balut tekan): Balut tekan pada kaki: 1) Istirahatkan (immobilisasikan) Korban. 2) Keringkan sekitar luka gigitan. 3) Gunakan pembalut elastis. 4) Jaga luka lebih rendah dari jantung. 5) Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki naik ke atas. 6) Biarkan jari kaki jangan dibalut. 7) Jangan melepas celana atau baju korban.



8) Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai menghambat aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kaki yang tetap pink). 9) Beri papan/pengalas keras sepanjang kaki. Balut tekan pada tangan: 1) Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut). 2) Balut siku & lengan dengan posisi ditekuk 90 derajat. 3) Lanjutkan balutan ke lengan sampai pangkal lengan. 4) Pasang papan sebagai fiksasi. 5) Gunakan mitela untuk menggendong tangan. 2.8.Komplikasi Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral. Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat



(serum



sickness,



tipe



III).



Anafilaksis



terjadi



dimediasi



oleh



immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar limfa, dan penurunan daya tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas timbulnya arthralgia, urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8 vial antivenin harus diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari antihistamin dan steroid.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GIGITAN ULAR



1. PENGKAJIAN a. Identitas pasien



b. Pengkajian primer (C-A-B-D) 1) Circulation -



Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardi



-



Sakit kepala



-



Pingsan



-



berkeringat banyak



-



Reaksi emosi yang kuat



-



Pusing, mata berkunang – kunang



2) Airway - Jalan napas bersih - Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi - Tidak ada jejas badan daerah dada 3) Breathing - Peningkatan frekuensi napas - Napas dangkal - Distress pernapasan - Kelemahan otot pernapasan - Kesulitan bernapas (sianosis) 4) Disability



Dapat terjadi penurunan kesadaran



ANALISA DATA



Data 



Peningkatan frekunsi napas







Napas dangkal







Distress pernapasan: pernapasan cuping



Penyebab



Bisa ular mengandung toksin Gangguan pola napas yang bersifat neurotoksin



Merangsang saraf perifer atau sentral



hidung, takipneu, retraksi 



Menggunakan otot-otot



Menyebabkan paralise otot otot lurik



pernapasan 



Kesulitan bernapas: sianosis



Masalah



Kelumpuhan / kelemahan otot otot pernapasan



Kompensasi tubuh dengan cara napas yang dalam dan cepat



Sesak



Gangguan pola napas 



Penurunan curah



Bisa ular yang mengadung



Penurunan curah



toksin yang bersifat



jantung



jantung: gelisah, letargi,



kardiotoksin dan cytotoksin



takikardia 



Sakit kepala







Pingsan







berkeringat banyak







Reaksi emosi yang kuat



terganggunya otot otot







Pusing, mata berkunang



jantung



Mengakibatkan



kunang Kerusakan otot jantung



Penurunan curah jantung



c. Pengkajian sekunder 1. Pengumpulan Data -



Aktivitas / Istrahat Gejala : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas, Klien mengatakan pinggang terasa pegal Tanda ; Klien nampak lemah



-



Makanan dan Cairan Gejala : Klien mengatakan merasa mual dan muntah Tanda ; Klien nampak mual dan muntah



-



Nyeri dan Kenyamanan Gejala : Rasa sakit di seluruh persendian tubuh



Rasa sakit atau berat didada dan perut Pusing, mata berkunang – kunang Tanda ; Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular Tanda-tanda tusukan gigi -



Integritas ego Gejala : Klien mengatakan takut dengan keadaannya Tanda ; Reaksi emosi yang kuat, kaget



2. Pengelompokan Data Data Subyektif -



Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas



-



Klien mengatakan pinggang terasa pegal



-



Klien mengatakan merasa mual dan muntah



-



Rasa sakit di seluruh persendian tubuh



-



Rasa sakit atau berat didada dan perut



-



Pusing, mata berkunang – kunang



-



Klien mengatakan takut dengan keadaannya Data Obyektf



-



Klien nampak lemah



-



Reaksi emosi yang kuat, kaget



-



Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular



-



Ekspresi wajah meringis



-



Tanda-tanda tusukan gigi



-



Klien nampak mual dan muntah



ANALISIS DATA



Data Ds :



Penyebab Gigitan ular yang berbisa



Klien mengatakan tidak



Masalah Intoleransi aktivitas



mampu melakukan aktivitas Klien mengatakan pinggangnya



Toksin masuk ke tubuh



terasa pegal Do : Klien nampak lemah



Merangsang saraf saraf



Kelemahan otot



Intoleransi aktivitas



Ds : Klien mengatakan rasa sakit di



Gigitan ular berbisa yang mengandung toksin



seluruh persendian tubuh Klien mengatakan rasa sakit atau berat didada dan perut Klien mengatakan pusing, mata



Merangsang saraf saraf seluruh ubuh



berkunang – kunang Do : Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular Ekspresi wajah meringis



Merangsang pengeluaran bradikin, prostaglandin



Nyeri akut



Impuls di sampaikan ke SSP bagian korteks serebri



Thalamus



Nyeri dipersepsikan Ds : Klien mengatakan takut dengan



Gigitan ular berbisa yang mengandung toksin



keadaannya Do : Reaksi emosi yang kuat, kaget



Mempengaruhi saraf saraf



Kurang informasi



Koping individu tidak efektif



Cemas



Cemas



2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN a. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan b. Penurunan curah jantung c. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot otot e. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk



3. INTERVENSI a. Gangguan pola napas 



Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan pernafasan dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag







Terapi oksigen







Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong







Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP







Pemantauan hemodinamik/jantung



b. Penurunan curah jantung  Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2 kali hembusan ambu bag  Kaji / pantau tekanan darah  Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra  Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran ke tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget  Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari situasi stress



c. Nyeri berhubungan dengan retensi urin Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat berkurang dengan kriteria : -



Klien melaporkan tidak nyeri lag



-



Ekspresi wajah tidak meringis



Intervensi 



Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya







Atur posisi klien senyaman mungkin R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul







Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan







Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup sehingga mengurangi itensitas nyeri







Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas secara mandiri dengan kriteria :



Intervensi



-



Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri



-



Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan







Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya







Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hariR/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari







Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi support dalam pemulihan kesehatan







Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi penyebaran toksin e. Cemas berhubungan kondisi yang menurun



Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien beransur angsur hilang Intervensi 



Ciptakan lingkungan yang tenang R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan cukup







Anjurkan klien untuk tidak panic R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh







Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan tindakan yang akan dilakukan R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu menambah wawasan klien akan gigitan ular



f. IMPLEMENTASI Sesuai dengan apa yang telah tertulis di intervensi g. EVALUASI



BAB IV PENUTUP Daftar Pustaka



https://www.slideshare.net/septianraha/askep-gawat-darurat-pada-gigitan-ular www.academia.edu/33375580/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_GIGITAN_ULAR