Makalah Hidrosefalus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah



cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211). Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan menanggulangi masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa pembuatan makalah dan diskusi antar teman di kelas. 1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Apakah definisi Hydrocephalus ? Bagaimana epidemiologi dari hidrosefalus ? Apakah etiologi Hydrocephalus ? Apakah klasifikasi Hydrocephalus ? Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis Hydrocephalus ? Bagaimana manifestasi Klinis Hydrocephalus ? Bagaimana pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus ? Bagaimana penatalaksanaan Hydrocephalus ? 1



9. Apakah komplikasi hidrosefalus ? 10. Bagaimana prognosis hidrosefalus ? 11. Bagaimana asuhan keperawatan Hydrocephalus ? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan Umum 1. Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Hydrocephalus. Tujuan Khusus 2. 3. 4. 5. 6.



Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus Mahasiswa dapat menjelaskan tentang epidemiologi dari hidrosefalus Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Hydrocephalus Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi dan pathogenesis



Hydrocephalus 7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi Klinis Hydrocephalus 8. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus 9. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Hydrocephalus 10. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi hidrosefalus 11. Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis hidrosefalus 12. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan Hydrocephalus Manfaat: 13. Diharapkan penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan



teori



tentang



Hidrosefalus



dan



tindakan



Asuhan



Keperawatannya.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi fisiologi LCS (Liquid Cerebro Spinal) terdapat dalam suatu system yang terdiri dari spatium liquor cerebrospinalis internum dan externum yang saling berhubungan. Hubungan antara keduanya melalui dua apertura lateral dari ventrikel keempat (foramen 2



Luscka) dan apetura medial dari ventrikel keempat (foramen Magendie). Pada orang dewasa, volume cairan cerebrospinal total dalam seluruh rongga secara normal ± 150 ml; bagian internal (ventricular) dari system menjadi kira-kira setengah jumlah ini. Antara 400-500 ml cairan cerebrospinal diproduksi dan direabsorpsi setiap hari. LCS memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai pumbuluh limfe), dan memberikan beberapa perlindungan terhadap perubahan-perubahan tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal) (Kaplan, 2001). Tekanan rata-rata cairan cerebrospinal yang normal adalah 70-180 mm air, perubahan yang berkala terjadi menyertai denyutan jantung dan pernapasan. Takanan meningkat bila terdapat peningkatan pada volume intracranial (misalnya, pada tumor), volume darah (pada perdarahan) atau volume cairan cerebrospinal (pada hydrocephalus) karena tengkorak dewasa merupakan suatu kotak yang kaku dari tulang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap penambahan volume tanpa kenaikan tekanan. LCS dihasilkan oleh pleksus choroideus dan mengalir dari ventriculus lateralis ke dalam ventriculus tertius, dan dari sini melalui aquaductus sylvii masuk ke ventriculus quartus. Disana cairan ini memasuki spatium liquor cerebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventriculus quartus. Cairan meninggalkan sistem ventricular melalui apertura garis tengah dan lateral dari ventrikel keempat dan memasuki rongga subarachnoid. Dari sini cairan mungkin mengalir di atas konveksitas otak ke dalam rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil direabsorpsi (melalui difusi) ke dalam pembuluh-pembuluh kecil di piamater atau dinding ventricular, dan sisanya berjalan melalui jonjot arachnoid ke dalam vena (dari sinus atau vena-vena) di berbagai daerah kebanyakan di atas konveksitas superior. Tekanan cairan cerebrospinal minimum harus ada untuk mempertahankan reabsorpsi. Karena itu, terdapat suatu sirkulasi cairan cerebrospinal yang terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam keadaan yang seimbang. Cerebrospinal atau CSS merupakan cairan yang membungkus otak & tulang belakang (Nelson,2000). Fungsi CSS adalah : a. Sebagai 'Shock Absorber' & melindungi otak.



3



b. Mengangkut zat makanan ke neuron SSP dan membuang produk sisa ke darah ketika cairan direabsorpsi. c. Mengalir antara tempurung kepala & tulang belakang guna mengkompensasi perubahan volume darah dalam otak. d. Sebagai bantalan SSP.



Gambar 1. Aliran liquor cerebrospinalis (LCS); patofisiologi hidrosefalus; hidrosefalus pada bayi baru lahir. (sumber: Color Atlas of Pathophysiology)



2.2 Pengertian Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani yaitu : "hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala. Sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air" adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang



4



selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. Hidocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989) Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998) Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005). Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006).Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainankelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran suturasutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328). Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).



2.3 Etiologi Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta nutrisi (Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk dalam



5



sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005). Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32) Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah : 1) Kelainan Bawaan (Kongenital) 1. Stenosis akuaduktus Sylvii Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran. 2. Spina bifida dan kranium bifida Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom ArnouldJhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. 3. Sindrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat



6



sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior. 4. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma. 2) Infeksi Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar. 3) Neoplasma Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.



4) Perdarahan Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360). 2.4 Klasifikasi Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan : 



Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).



7



  



Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik. Sirkulasi (LETAK) CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005) Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:



1. Kongenital Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :  Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.  Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu. 2. Didapat Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya. Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu : 1. Hydrocephalus komunikan Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP). 8



Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP) 2. Hydrocephalus non komunikan Apabila obstruksinya terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala. 3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus ) Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut. 2.5 Patofisiologi Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu: 1. Produksi likuor yang berlebihan 2. Peningkatan resistensi aliran likuor 9



3. Peningkatan tekanan sinus venosa Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Kompresi sistem serebrovaskuler. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler Perubahan mekanis dari otak. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis Hilangnya jaringan otak. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial. Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)



10



11



2.6patHway Infeksi Perdarahan Perlekatan meningen Fibrosis Liptomeningen



KelainanKongenital



Obliterasi Subasakhnoid



Hidrocefalus Kepala membesar



CSS Berlebih



Peningkatan TIK



Gangguan aliran darah ke otak Penekanan saraf lokal ng hingga tipis / pasien tidak dapat bergerak atau menggerakkan kepala



Sekresi prostagladin,Gangguan bradikinin perfusi jaringan serebral



Kerusakan mobilisasi



Nyeri



Saraf tertekan ( N.Vagus, glosofaringeal, facialis)



Imobilasi Aktivitas Mual / muntah



Krisis pada keluarga



Anoreksia



Kekurangan cairan Nutrisi kurang dari kebutuhan



Kurang pengetahuan Kurang info



12



Kecemasan



2.7 Manifestasi klinis Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu : 1.



Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital



dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003). 2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu: 1. 2. 3. 4.



Fontanel anterior yang sangat tegang. Sutura kranium tampak atau teraba melebar. Kuliat kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol. Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon). Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213) Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan



13



bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik. 2.7.1 Pada neonatus 1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun. 2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, 3. 4. 5. 6. 7.



sedikit tinggi dari permukaan tengkorak. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain : Muntah Gelisah Menangis dengan suara ringgi Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan



a. b. c. d. e. f.



tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor. Peningkatan tonus otot ekstrimitas Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes” Strabismus, nystagmus, atropi optic Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.



2.7.2 Anak yang telah menutup suturanya Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Nyeri kepala Muntah Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer Strabismus



14



2.8 Pemeriksaan diagnostik Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaanpemeriksaan penunjang yaitu : 1) Rontgen foto kepala Dengan prosedur ini dapat diketahui: 1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior. 2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial. 2) Transimulasi Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm. 3) Lingkaran kepala Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh. 4)



Ventrikulografi Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan



alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan. 5) Ultrasonografi



15



Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan. 6) CT Scan kepala Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan. 7) MRI (Magnetic Resonance Imaging) Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.



2.9 Pencegahan Untuk menghidari terjadinya hidrosefalus, dapat dilakukan sejak sebelum menikah dengan memeriksakan kesehatan kedua calon pengantin. Selanjutnya, selama kehamilan, lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur ke dokter agar diketahui kesehatan janinnya dan kemungkinan terjadinya hidrosefalus. Pada masa bayi dan balita, (hidrosefalus-red) sering terjadi akibat infeksi otak yang mengganggu lalu lintas cairan otak (cerebrospinal) karena TBC otak atau infeksi bakteri, virus, jamur. Mungkin juga karena tumor di otak. Oleh karena itu, pemeriksaan tumbuh-kembang anak secara periodik, seperti mengukur lingkar kepala, dapat sebagai alat deteksi dini yang paling mudah untuk mengetahui terjadinya hidrosefalus. Apabila ukuran lingkar kepala lebih dari kurva normal, bisa segera diperiksakan.



16



2.10 Penatalaksanaan Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni: 1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal. 2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat 3. a. b. c. d. e. f.



absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: Drainase ventrikule-peritoneal Drainase Lombo-Peritoneal Drainase ventrikulo-Pleural Drainase ventrikule-Uretrostomi Drainase ke dalam anterium mastoid Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya



infeksi sekunder dan sepsis. g. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar. h. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “: 1) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :     



Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.



17



2) “Lumbo Peritoneal Shunt” CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan. Teknik Shunting: 1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe. 2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis. 3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O. 4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7). 5. Ventriculo-Peritneal Shunt a Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan b Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum. Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.



2.11 Komplikasi 1.



Peningkatan TIK



2.



Kerusakan otak



3.



Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak



4.



Emboli otak



5.



Obstruksi vena kava superior



6.



Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik



7.



Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan



8.



Kematian Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)



1.



Peningkatan TIK



2.



Pembesaran kepala



3.



kerusakan otak



4.



Meningitis, ventrikularis, abses abdomen



5.



Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun



6.



Kerusakan jaringan saraf



18



7.



Proses aliran darah terganggu



19



BAB III PROSES ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian keperawatan 1. Wawancara DS



: Pengertian penyakit oleh keluarga/pasien



Kemampuan pasien untuk mengerti Pernyataan sakit kepala, mual-muntah, kejang Pernyataan kepalanya membesar DO



: Lingkar kepala melebihi normal



Terjadi peningkatan TIK (mual, muntah, kejang) Fortanella/Sutura belum menutup Tingkat kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi, lethargi Status tanda-tanda vital bervariasi terhadap nadi dan tekanan darah Riwayat Kesehatan Dari riwayat kesehatan pasien dengan hidrosefalus dapat menunjukkan adanya a. Riwayat trauma sewaktu lahir b. Riwayat penyakit dahulu, misal: perdarahan sebelum dan sesudah lahir, infeksi, neoplasma c. Riwayat keluarga 2. Pemerikasaan fisik a. Sakit kepala, mual, muntah, kejang b. Penurunan kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi, lethargi c. Sunset sign pada mata d. TTV yang bervariasi untuk tiap individu e. Pembesaran lingkar kepala 3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Neurologi Untuk



mengetahui



status



neurologis



pasien,



misalnya



gangguan



motoris/kejang, edema pupil saraf otak II b. Pengukuran lingkar kepala Untuk mengetahui Progrestivitas atau perkembangan lingkar kepala



20



kesadaran,



c. CT Scan Untuk mengetahui adanya kelainan dalam otak dengan menggunakan radio isotop, radioaktif dan scanner d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh 3.2 Diagnosa keperawatan 1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan serebrospinal 2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK 3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt 4. Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi A. NOC & NIC Dx I Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan cerebrospinal. NOC : Status sirkulasi Kriteria hasil NOC 1. Menunjukkan status sirkulasi ditandai dengan indikator berikut: a. TD sistolik dan diatolik dalam rentang yang diharpkan b. Tidak ada hipotensi otastik c. Tidak ada bising pembuluh darah besar 2. Menunjukkan kemampuan kognitif, ditandai dengan indikator: a.



Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan usia serta kepmampuan



b.



Menunjukkan perhatian, konsentrasi serta orientasi



c.



Menunjukkan memori jangka lama dan saat ini



d.



Memproses informasi



e.



Membuat keputusan dengan benar



21



Intervensi NIC 1.



Pantau hal-hal berikut ini



a.



Tanda – tanda vital



b.



Sakit kepala



c.



Tingkat kesadaran dan orientasi



d.



Diplopia inistagmus, penglihatan kabur, ketajaman penglihatan



e.



Pemantauan TIK



-



Pemantauan TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas perawatan



-



Pantau tekanan perfusi jaringan



-



Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus



f.



Penatalaksanaan sensasi perifer



-



Pantau adanya parestes: mati rasa atau adanya rasa kesemutan



-



Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran



2.



Aktivitas kolaboratif



a. Pertahankan parameter termodinamik dalam rentang yang dianjurkan b. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler, sesuai permintaan c. Berikan obat yang menyebabkan Hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral sesuai dengan permintaan d. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai dengan 45 derajat, bergantung pada kondisi pasien dan permintaan medis e. Berikan loap diuretik dan osmotik, sesuai dengan permintaan. Dx II Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK NOC : a.



Level nyeri



-



Laporan nyeri



-



Frekwensi nyeri



-



Lamanya nyeri



-



Ekspresi wajah terhadap nyeri



-



Kegelisahan



-



Perubahan TTV



22



-



Perubahan ukuran pupil



b.



Kontrol Nyeri -



Menyebutkan faktor penyebab



-



Menyebutkan waktu terjadinya nyeri



-



Menggunakan analgesik sesuai indikasi



-



Menyebutkan gejala nyeri



NIC : a. Manajemen Nyeri -



Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor predisposisi nyeri.



-



Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif.



-



Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat.



-



Tentukan dampak nyeri terhadap kwalitas hidup (misal ; tidur, aktivitas, dll).



-



Evaluasi dengan pasien dan tim kesehatan, efektivitas dari kontrol nyeri pada masa lalu yang biasa digunakan.



-



Kaji pasien dan keluarga untuk mencari dan menyediakan pendukung.



-



Berikan info tentang nyeri, misal; penyebab, berapa lama akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.



-



Kontrol faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi respon pasien untuk ketidaknyamanan (misal : temperatur rungan cahaya dan kebisingan).



-



Ajarkan untuk menggunakan teknik nonfarmokologi (misal : relaksasi, guided imagery, therapi musik, distraksi, dll). Dx III Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shutrl NOC :



a.



Kontrol Resiko Kriteria hasil :



-



Dapat memonitor faktor resiko



-



Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko



23



-



Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan faktor resiko



-



Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko



b.



Deteksi Resiko Kritria hasil :



-



Mengtahui atau mengungkapkan tanda dan gejala tentang indikasi resiko.



-



Menggunakan sumber untuk menyediakan informasi tentang resiko potensial.



-



Berpartisipasi dalam pemeriksaan. NIC :



a.



Kontrol Infeksi Aktivitas :



-



Gunakan sarung tangn steril



-



Pelihara lingkungan yang tetap aseptik.



-



Batasi pengunjung



-



Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan jika terjadi infeksi laporkan kepada petugas kesehatan.



-



Anjurkan intake nutrisi yang baik.



b.



Identifikasi Resiko. Aktivitas :



-



Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan secara berkelanjutan



-



Menentukan sumber yang finansial.



-



Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi faktor resiko.



-



Tentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan perawatan. Dx IV Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri NOC:



1.



Anxiety control



-



Monitor intensitas dari cemas



-



Mencari informasi untuk menurunkan cemas



-



Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas



24



-



Melakukan hubungan sosial untuk memusatkan konsentrasi



-



Kontrol respon cemas



2.



Coping



-



Identifikasi pola koping yang efektif



-



Identifikasi pola koping yang tidak efektif



-



Kontrol cara pasien dalam mengungkapkan perasaannya dengan kata – kata



-



Laporkan penurunan stress



-



Pakai perilaku untuk peenurunan stress NIC



1.



penurunan cemas



-



ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi cemas



-



menyediakan informasi yang benar dan jelas tentang diagnosis dan program perawatan yang diberikan



-



kaji penyebab kecemasan pasien



-



anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien guna mengurangi kecemasan



-



identifikasi perubahan tingkat kecemasan pasien



2.



teknik ketenangan



-



pertahankan kontak mata dengan pasien



-



duduk dan berbincang – bincang dengan pasien



-



ciptakan suasana yang tenang



-



gunakan teknik distraksi



-



berikan obat anti cemas



-



instruksikan pasien dengan metoda decrease anxiety (menguurangi cemas) Dx V Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi. NOC :



a. Knowledge : Disease Process (1803) -



Kenalkan dengan nama penyakit



-



Gambarkan dari proses penyakit



-



Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit



-



Jelaskan faktor resiko



25



-



Jelaskan efek dari penyakit



-



Jelaskan tanda dan gejala



b.



Knowledga Illness care (1824



-



Proses penyakit



-



Pengendalian infeksi



-



Pengobatan



-



Prosedur pengobatan



-



Perawatan terhadap penyakit NIC :



a.



Teaching Disease Process Aktifitas :



-



Jelaskan patofisiologi penyakit



-



Jelaskan tanda dan gejala dari penyait



-



Jelaskan proses penyakit



-



Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit



-



Diskusikan pilihan perawatan



b.



Teaching : Prosedur / Treatment Aktifitas :



-



Informasikan kepada pasien kapan dan dimana prosedur perawatan dilakukan



-



Informasikan kepada pasien tentang berapa lama prosedur dilakukan



-



Jelaskan tujuan dari prosedur / perawatan



-



Gambarkan aktifitas sebelum prosedur dilakukan



-



Jelaskan prosedur tindakan



26



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan 1. Hidrosefalus adalah kelebihan akumulasi cairan serebrospinal didalam ventrikrl serebral, ruang arachnoid, atau ruang subdural (cindy smith, 1998) 2. Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. 3. Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta nutrisi (Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary). 4. Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan Gambaran klinis, Waktu pembentukan, Proses terbentuknya, Sirkulasi CSS. 5. Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu: produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor, peningkatan tekanan sinus venosa 6. Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). 7. Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaanpemeriksaan penunjang 8. Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya.



27



9. Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. 10. Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata). 11. Asuhan keperawatan pada Hedrosefalus disesuaikan dengan kejala yang di keluhkan.



4.2 Saran Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.



28



DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi 6. Jakarata : EGC Ganong. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi: 17. Jakarta: EGC Johnson, marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Clasification (NOC). Missouri: Mosby Mc. Clostrey, Deane C, & Bulechek Glorid M. (1996). Nursing Intervention Clasification (NIC). Missouri: Mosby Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006. Alih bahasa dan editor: Budi Santosa. Jakarta: Prima Medika Price. (1995). Patofisiologi: Proses-proses Penyakit Edisi: 4, Editor peter Anugrah Buku II. Jakarta: EGC Wilkinson, M, Judith; (1997) . Buku saku diagnosis keperawatan dengan NIC dan NOC . Edisi 7 . Jakarta : EGC. Zulkarnain, Nuzulul. “Asuhan Keperawatan Hidrosefalus”. http://nuzululfkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep %20Hidrosefalus.html, (diakses tanggal 7 April 2012)



29