Makalah Huknah, Pat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa bowel (feses). Pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal (Robinson & Weigley, 1989). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawata harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan system tubuh lainnya.



1



2



B. Tujuan 1.



Mampu menjelaskan indikasi pemberian tindakan keperawatan eliminasi fekal (huknah).



2.



Mampu menjelaskan manfaat pemberian tindakan keperawatan eliminasi fekal (huknah).



3.



Mampu menjelaskan mekanisme pemberian tindakan keperawatan eliminasi fekal (huknah).



4.



Mampu menerapkan pemberian tindakan keperawatan eliminasi fekal (huknah).



3



BAB II PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL (HUKNAH)



A. PENGERTIAN Enema / Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui anus rektum sampai kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flaktus. Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing ( membersihkan ), carminative ( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ), dan mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema ( huknah tinggi ) dan low enema ( huknah rendah ). High enema diberikan untuk membersihkn kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 1000ml larutan orang dewasa dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbeng dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar, cleaning enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5 – 10 menit. Low enema diberikan hanya untuk membersih kan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500 mL larutan diberikan pada orang dewasa dan klien dipertahankan pada posisi ke kiri selama pemberian. B. INDIKASI 1.



Konstipasi



2.



Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur.



3.



Penggunaan laxative yang berlebihan.



4.



Peningkatan stress psikologis



5.



Impaksi fases



6.



Kebiasaan buang air besar yang teratur



7.



persiapan pra operasi



8.



untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi



9.



pasien dengan malena



3



4



C. KONTRA INDIKASI 1.



dengan diverticulis,ulcerative colitis,crhon’s disease.



2.



Post operasi



3.



Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, hemoroid, tumor rectum dan kolon.



D. DAMPAK PEMBERIAN HUKNAH 1.



Dampak positif



a.



membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi



b.



Sebagai jalan alternatif pemberian obat.



c.



Menghilangkan distensi usus.



d.



Memudahkan proses defakasi.



e.



Meningkatkan mekanika tubuh.



2.



Dampak negative



a.



Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa usus dan jika larutan terlalu dingin yang diberikan akan menyebabkan kram abdomen.



b.



Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu menahan larutan enema (perry,peterson,potter.2005).



Beberapa perbedaan dalam tindakan cleansing enema : No Perbedaan 1. Tindakan 2. 3. 4. 5. 6. Tujuan



Huknah rendah Huknah tinggi Tindakan memasukkan Tindakan memasukkan cairan hangat dari rectumcairan hangat dari rectum kedalam kolon desenden dimasukkan kedalam kolon asenden. Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi, Membantu mengeluarkan colonoscopy fases akibat konstipasi atau impaksi fekal Kanula Recti Kanula usus



Kanul enema



Posisi sims miring kekiri



5



Posisi sim’s miring ke kanan Posisi 500 ml 750-1000ml Jumlah cairan hangat yang ± 30 cm dari tempat tidur diberikan untuk dewasa ± 30-45 cm dari tempat tidur Tinggi irigator



Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, berdasar usia dan jumlah cairan yang bisa disimpan : No 1. 2. 3. 4. 5



Usia Bayi Toddler atau preschool Anak usia sekolah Remaja Deawasa



Jumlah Larutan 150 – 250 ml 250 – 350 ml 300 – 250 ml 500 – 750 ml 750 – 1000 ml



E. MACAM DAN TUJUAN ENEMA ATAU HUKNAH Enema dapat diklasifikasikan kedalam 4 golongan menurut cara kerjanya diantaranya : cleansing (membersihkan), carminative (untuk mengobati flatulence), retensi (menahan), dan mengembalikan aliran. 1.



Cleansing Enema Clensing Enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan



atau dengan meregangkan intestinal dengan memasuki volume cairan. Ada 2 cleansing enema yaitu : a.



Huknah Rendah Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan



hangat ke dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi ( persiapan pembedahan ) dan pasien yang mengalami obstipasi. Low enema (huknah rendah) diberikan hanya untuk membersihkan



6



rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims / miring kekiri selama pemberian. Tujuan huknah rendah diberikan adalah : 1)



Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi, colonoscopy



2)



Merangsang peristaltik usus



3)



Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik



b.



Huknah Tinggi Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asendens



dengan menggunakan kanula usus (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006). High enema (huknah tinggi) diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 750-1000 ml larutan untuk orang dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini cairan dapat turun ke usus besar. Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low enema. Oleh karena itu, wadah dari larutan digantung lebih tinggi. Cleansing enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5-10 menit. Tujuan huknah tinggi diberikan untuk : 1) Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal 2) Membantu defaksi yang normal sebagai bagian dari program latihan defakasi (bowel training program) 3) Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik. Persiapan alat : pemberian melalui slang rectal dengan wadah enema pada enema rendah dan enema tinggi. a)



Wadah enema (huknah)



b)



Volume larutan hangat Dewasa : 700-1000ml, dengan suhu 40,5-43ºC Anak – anak Bayi : 150-250ml



7



Usia bermain (toddler): 250-350ml Usia sekolah : 300-500ml Remaja : 500-700 ml Catatan : Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adlah 37,7ºC,sedang untuk dewasa dihangatkan 40,5-43ºC c)



Slang rectal dengann ujung bulat. Dewasa : No.22-30 G French(fr) Anak – anak : No.12-18 fr



d)



Slang menghubungkan slang rectal ke wadah (slang irrigator)



e)



Klem pengatur pada slang



f)



Termometer air untuk mengukur suhu larutan



g)



Pelumas lautan dalam air



h)



Perlak pengalas



i)



Selimut mandi



j)



Kertas toilet



k)



Pispot



l)



Baskom, waslap dan handuk, serta sabun



m) Sarung tangan sekali pakai n)



Tiang intravena



o)



Cucing



p)



Disinfektan Persiapan pasien



1.



Mengucapkan salam terapiutik



2.



Memperkenalkan diri



3.



Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan



4.



Membuat kontak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)



5.



Selama komunikansi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam



8



6.



Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klasifikasi



7.



Memperlihatkan kesabaran, punuh empati, sopan, dan perhatian serat respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan



8.



Pasien disiapkan dlam posisi yang sesuai Persiapan lingkungan



1.



Ruangan terutup



2.



Pastikan semua jendela atau pintu dakam keadaan tertutup agar privasi terjaga.



3.



Pasang sekat atau sampiran



4.



Gunakan selimut untuk melindungi daerah privasi pasien Prosedur pelaksanaan



Penatalaksanaan cleansing enema yang terdiri dari low enema (huknah rendah) dan high enema (huknah tinggi), diantaranya : 1.



Jelaskan prosedur kepada klien. Mengurangi ansietas klien dan meningkatkan kerja sama prosedur.



2.



Tutup ruangan / tirai. Memberikan privasi pada klien.



3.



Bantu klien untuk pada posisi miring ke kiri (lateral kiri) untuk huknah rendah dan miring ke kanan untuk huknah tinggi dengan lutut kanan fleksi. Biasanya ditempatkan pada posisi rekumben dorsal. Posisikan klien dengan sedikit control sfingter pada pispot. Memungkinkan larutan enema mengalir kebawah dengan bantuan gravitasi sepanjang lengkung natural kolon sigmoid rectum, sehingga memperbaiki retensi larutan (klien dengan control sfingter buruk tidak akan mampu menahan larutan enema).



4.



Letakkan perlak pengalas dibawah pantat klien Agar linen tempat tidur tidak basah



9



5.



Selimut butuh dan ekstrimitas bawah klien dengan selimut mandi, biarkan hanya anal yang kelihatan. Mencegah pemajanan bagian tubuh yang tidak perlu dan mengurangi rasa malu klien.



6.



Susun wadah enema, hubungkan slang, klem, dan selang rectal. Slang rectal harus cukup kecil untuk diameter anus klien, tetapi cukup besar untuk mencegah kebocoran disekitar slang.



7.



Tutup klem pengatur Mencegah kehilangan larutan awal saat ditambah ke wadah



8.



Tambahkan larutan hangat kedalam wadah. Hangatkan air seperti layaknya mengalir dari kran. Letakkan wadah salin normal dalam baskom kedalam baskom air panas sebelum menuangkan salin normal dalam baskom kedalam wadah enema. Periksa suhu larutan dengan thermometer air atau dengan meneteskan sedikit larutan diatas pergelangan tangan sebelah dalam. Air panas dapat membakar mukosa usus sedangkan air dingin dapat menyebabkan karam abdomen dan sulit menahan air.



9.



Bilas wadah, isis dengan larutan, lepaskan klem, dan biarkan larutan keluar sampai tak ada udara. Tempatkan dekat dengan unit tempat tidur untuk memenuhi slang. Klem kembali slang. Membuang udara dari dalam slang dan mencegah kehilangan cairan.



10. Letakkan pispot dekat dengan tempat tidur. Agar mudah untuk diambil bila klien tidak mampu menahan enema. 11. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. Mengurangi transmisi mikro organism 12. Beri pelumas 3-4 cm pada ujung slang rectal dengan pelumas jeli. Memungkinkan insersi halus slang tanpa resiko iritasi atau trauma pada mukosa rectal 13. Alirkan sebagian kecil cairan keluar, sepanjang slang rectal untuk mengeluarkan udara dalam slang. Kemudian tutup kembali klem.



10



14. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus. Instrusikan klien untuk rileks dengan menghembuskan nafas pada perlahan melalui mulut. Dengan mengembuskan napas, relaksasi sfingter anus eksternal akan meningkat. 15. Masukkan ujung slang rectal secara perlahan dengan mengarahkanny ke umbilicus klien. Panjang insersi beragam ; 7,4-10 cm untuk orang dewasa, 5-7,5 cm untuk anak-anak, dan 2,5-3,25 cm untuk bayi. Tarik slang dengan segera, jika ditemukan obstruksi. Insersia hati-hati mencegah trauma pada mukosa rectal akibat penusukan slang secara tidak sengaja pada dinding. Insersi yang melebihi batas dapat menyebabkan perforasi usus. 16. Terus pegang slang sampai pengisian cairan berakhir. Kontraksi otot dapat menyebabkan ekspultasi rectal. 17. Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan perlahan dengan wadah pada setinngi pinggul klien. Penginfusan cepat dapat merangsang evakuasi dini, sebelum volume yang cukup dapat diinfuskan. 18. Naikkan wadah secara perlahan sampai pada ketinggian diatas anus (30-45 cm untuk ketinggian enema tinggi, 30 cm untuk enema rendah, dan 7,5 cm untuk bayi). Waktu pengaliran sesuai dengan pemberian volume larutan (missal,1 liter dalam 10 menit). Memungkinkan penginfusan perlahan terus-menerus, sebelum volume yang cukup diinfuskan. Jika wadah dinaikkan terlalu tinggi, tetesan infuse akan cepat dan memungkinkan akan nyeri akibat detensi kolon. 19. Rendahkan wadah atau klem slang selama 30 detik, kemudian alirkan kembali secara lebih lambat jika klien mengeluh kram. Penghentian sementara penginfusan adalah untk mencegah kram. Kram dapat menghambat klien menaahan semua cairan. 20. Klem slang setelah semua larutan dialirkan. Mencegah masuknya udara kedalalm rectum. 21. letakkan lapisan tisu toilet disekitar slang pada anus dan dengan perlahan tarik slang.



11



Memberikan kenyamanan pada klien dan kebersihan. 22. Jelaskan pada klien bahwa prasaan distensi adalah normal. Minta klien untuk menahan larutan selama mungkin saat berbaring ditempat tidur (untuk bayi atau anak kaci, dengan perlahan pegang kedua sisi pantat selama beberapa menit). Larutan akan mendesak usus. Lamanya retensi beragam dengan tipe enema dan kemampuan klien untuk mengontruksi sfingter ani. Makin ditahan, perangsangan peristaltic dan defakasi akan lebih efektif (bayi dan anak-anak mempunyai control sfingter yang buruk). 23. Bereskan wadah enema dan sleng pada tempat yang telah disediakan atau cuci secara menyeluruh dengan air hangat dan sabun bila akan digunakan ulang. Mengontrol transmisi mikro organisme. 24. Lepaskan sarung tangan dengan cara menariknya hingga terbalik dan taruh ke dalam wadah yang telah disediakan. Posisi jongkok normal meningkatkan defakasi. 25. Bantu klien ke kamar mandi atau mengatur posisi pispot. Posisi jongkok normal meningkatkan defakasi. 26. Observasi feses dan larutan (peringatkan klien agar jaringan menyiram toilet sebelum perawat menginspeksi). Jika enema diinstruksikan ”sampai bersih”, penting untuk mengobservasi isi larutan yang dikeluarkan. 27. Bantu klien sesuai kebutuhan untuk mencuci area anal dengan air hangat dan sabun. Isi fases dapat mengiritasi kulit. Kebersihan meningkatkan kenyamanan klien. 28. Cuci tangan anda catat hasil enema pada catatan perawat. c.



Huknah Gliserin Memaskkan cairan melalui anus ke dalam kolon sigmoid dengan menggunakan spuit



gliserin bertujuan untuk melunakkan fases dan merangsang buang air besar serta sebagai tindakan pengobatan.



12



Persiapan alat 1.



Selimut mandi atau kain penutup



2.



Perlak atau pengalas



3.



Spuit gliserin



4.



Bengkok



5.



Gliserin dalam tempatnya yang direndam air panas



6.



Mangkok kecil



7.



Pispot



8.



Sampiran



9.



Tisu



10. Waslap 2 buah 11. Baskom 2 buah 12. Handuk serta sabun Penatalaksanaan 1.



Jelaskan tujuan dan proseedur pelaksaan.



2.



Pasang sampiran.



3.



Pasang selimut mandi dan tarik selimut tidur.



4.



Lepas pakaian bagian bawah.



5.



Atur posisi pasien. Dewasa : miring kekiri dengan lutut kanan fleksi Bayi dan anak : rekumben dorsal dibawahnya diberi pispot



6.



Pasang alat dan perlaknya.



7.



Teteskan gliserin pada punggung tangan untuk memeriksa kehangatan kemudian tuangkan mangkok kecil.



8.



Isi spuit gliserin 10 – 20 cc dan keluarkan udara.



9.



Setelah pasien berada pada posisi miring, tangan kiri dan kanan mendorong pantat ke atas sambil memasukkan spuit perlahan-lahan hingga rectum.



13



10. Masukkan spuit gliserin 7-10 cm untuk orang dewasa dan 5-7,5 cm untuk anak serta 2,5-3,75 cm untuk bayi. 11. Masukkan gliserin perlahan-lahan sambil menganjurkan pasien untuk menarik napas panjang dan dalam. 12. Cabut spuit dan letakkan dalam bengkok. 13. Bantu pasien BAB Bantu pasien ke toilet untuk pasien yang bisa ke toilet Untuk pasien dengan keadaan umum yang lemah dengan tirah baring, pasang pispot 14. Ambil pispot 15. Bersihkan daerah perianal pada pasien yang buang air besar pada pispot. Bersihkan dengan tisu Ambil waslap dan bersihkan dengan air sabun pada daerah perianal Bilas dengan air bersih Keringkan dengan handuk 16. Tarik alas dan perlak 17. Ganti selimut mandi dan selimut tidur. 18. Bantu pasien mengenakan pakaian bawah. 19. Buka sampiran . 20. Rapikan alat kemudian cuci tangan. 21. Dokumentasikan warna dan konsistensi fases, adanya distensi abdomen. 2.



Retention Enema Retention enema, dimasukkan oil (pelumas) kedalam rektum dan kolon sigmoid,



pelumas tersebut tertahan untuk waktu yang lama (1-3 jam). Ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal, yang akhirnya memudahkan jalannya fases. Persiapan alat a. Batang dengan ujung slang rectal b. Sarung tangan sekali pakai c. Pelumas larut dalam air



14



d. Perlak pengalas e. Selimut mandi f. Kertas Toilet g. Pispot h. Baskom i. Waslap dan handuk, serta sabun Penatalaksanaan enema dengan unit sekali pakai (enema retensi minyak). a. Ikuti langkah 1 sampai 5 ”slang rectal dengan wadah enema”. b. Letakkan pispot dekat tempat tidur. Agar mudah untuk diambil bila klien tidak mampu menahan enema c. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme d.



Kenakan sarung tangan sekali pakai. Menurunkan transmisi mikroorganisme dari feses



e.



Lepaskan kap plastik dari ujung rectal. Meskipun ujung sudah berpelumas, jeli tambahan dapat diberikan sesuai kebutuhan. Pelumas memudahkan insersi slang rectal tanpa menyebabkan iritasi atau trauma pada rectal



f. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus. Instruksikan klien untuk rileks dengan menghembuskan napas pada perlahan melalui mulut. Dengan mengembuskan napas, relaksasi sfingter anus eksternal akan meningkat g.



Masukan ujung botol secara perlahan kedalam rectum. Masuknya sejauh 7,5 – 9 cm untuk orang dewasa (anak-anak dan bayi biasanya tidak mendapat enema hipertonik perkemasan). Insersi perlahan mencegah trauma pada mukosa rectal



h. Peras botol sampai semua larutan telah masuk rectum dan kolon. (kebanyakan botol mengandung kurang lebih 250ml larutan). Larutan hipertonik memrlukan hanya sedikit volume untuk merangsang defekasi i. Ikuti langkah 20 sampai 27 ”slang rectal dengan wadah enema sebelumnya.



15



3. Carninative Enema Carminative enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan kedalam rektum untuk mengeluarkan gas dimana ia meregangkan peritaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60-180ml. Contoh enema carminative ialah larutan GMW,yang mengandung 30ml magnesium, 60ml gliserin, dan 90ml air. 4. Enema bilas Harris Enema Bilas Harris ( Enema arus balik ),kadang kadang mengarah pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Ini adalah pemasukan cairan yang berulang ke dalam rektur dan pengaliran cairan dari rektum. Pertama-tama larutan ( 100-200ml untuk orang dewasa ) dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid klien, kemudian wadah larutan direndahkan sehingga cairan turun kembali keluar melalui rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran cairan ke dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali,sampai ( perut ) kembung hilang dan rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Banyak macam larutan yang digunakan untuk enema. Larutan khusus mungkin diminta oleh dokter. Persiapan alat pada enema bilas harris (enema arus balik) a. Wadah enema b. Slang enema dan klem c. Pelumas d. Tutup Troli e. Perlak f. Tisu toilet g. Larutan : 500ml ledeng dengan suhu 105C h. Sarung tangan sekali pakai Penatalaksanaan Enema bilas harris (enema arus balik) a. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada klien. b. Pasang sampiran.



16



c. Tuanglah larutan kedalam wadah plastik dan tutupi wadah tersebut. Bawa Troli kesisi tempat tidur. d.



Letakkan perlak dibwah pasien.



e.



Tempatkan pelumas diatas tisu. Oleskan pelumas tersebut pada ujung slang enema.



f. Alirkan sedikit air didalam slang untuk mengeluarkan udara. g.



Pakai sarung tangan.



h.



Masukkan slang ke dalam rectum sepanjang 10 cm.



i.



Lakukan bilas harris sebagai berikut untuk mempengaruhi peristaltik : Buka klem, naikkan kaleng irigasi setinggi 30 – 45 cm diatas panggul pasien alirkan 200 ml cairan di atas rectum. Turunkan kaleng irigasi sekitar 30 cm dibawah tempat tidur dan biarkan air mengalir keluar dari rectum ke dalam kaleng.



j. Lanjutkan prosedur gas keluar. Jika semua cairan telah kembali ke luar, klem slang tersebut dan amgkat k. angkat penutup tempat tidut. l. Kembalikan troli ke ruang peralatan. Buang isi kaleng, bersihkan peralatan pada enema biasa. Lepas sarung tangan dan buang dengan benar. m. Dokumentasikan waktu adanya distensi abdomen dan reaksi pasien.



17



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Enema / Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melaui anus rektum sampai kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flatus. Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing ( membersihkan ), carminative ( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ), dan mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema ( huknah tinggi ) dan low enema ( huknah rendah ). Indikasi huknah, yaitu : 1. Konstipasi 2. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur. 3. Penggunaan laxative yang berlebihan. 4. Peningkatan stress psikologis 5. Impaksi fases 6. Kebiasaan buang air besar yang teratur 7. persiapan pra operasi 8. untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi 9. pasien dengan malena



B. Saran Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat yakin masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik.



17



18



DAFTAR PUSTAKA Alimul Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC