Makalah Idealisme Plato Dan Realisme Aristoteles [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH IDEALISME PLATO DAN REALISME ARISTOTELES Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Filsafat Umum Dosen pengampu: Asep Furqonuddin, S. Ag.,M.M.pd.



Disusun Oleh Kelompok 2 : Anah



(201520087)



Nabilah Nur Azmi



(201520100)



As'adatul Kamilah



(201520110)



Yeni Sulastri



(201520112)



JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN TAHUN AJARAN 2021



KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabil ‘alamin puji syukur kamipanjatkan kepada Allah SWT atas anugrahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang "Idealisme Ploto dan Realisme Aristoteles". Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi kami dalam mengampu mata kuliah Filsafat Umum. Kami telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun kami pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh saya untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.



Serang, 13 April 2021



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR……………………………………………................……….….…….i DAFTAR ISI……………………………………………………………........,.........................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….…………….1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………...1 C. Tujuan Masalah…………………………………………………….....…….………….1 BAB II PEMBAHASAN A. Idealisme Plato............................................……………………………………………2 B. Realisme Aristoteles........................……………………………………………………5 C. Pengertian Realisme Menurut KBBI…………………………………………………...6 D. Pemikiran Paham Realisme Aristoteles..........................................................................7



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan……………...……………………………......................………………..10 B. Saran…………………………………………..........................………………….......10 DAFTAR PUSTAKA………………………………....................………………………….11



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah



Orang-orang terdahulu hingga sekarang, yang mencintai filsafat atau para filosof mengartikan filsafat yaitu mencintai kebijaksanaan, sehingga ketika berfilsafat berarti mereka telah mencintai kebijaksanaan, namun bukan berarti merasa dirinya sudah benar. Cinta kebijaksaan berarti akan selalu mencari bagaimana mendapatkan kebijaksaan itu, karena hal yang kita cintai tentulah ada usaha untuk mendapatkan hal tersebut. Sejarah tentang filsafat ini membawa kita untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang pemikiran-pemikiran para filosof terdahulu. Perlunya mengkaji pemikiran tersebut adalah sebagai sarana untuk merangsang pikiran kita untuk bisa lebih berkembang lagi, dan lebih luas lagi. Dari sekian banyak pemikiran tersebut pemakalah akan mengangkat tentang pemikiran filosof Plato dan Aristoteles. Pemikiran Plato dan Aristoteles ini sangat menarik untuk di bahas, karena sebagaimana kita ketahui bahwa Plato dan Aristoteles dikenal sebagai bapak Filsafat.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah idealisme plato ? 2. Bagaimana sejarah realisme aristoteles ? 3. Apa pengertian realisme menurut KBBI ? 4. Bagaimana pemikiran paham realisme aristoteles ?



C. Tujuan Masalah 1. Mendeskripsi sejarah idealisme plato. 2. Mendeskripsi sejarah realisme aristoteles. 3. Mendeskripsi pengertian realisme menurut KBBI. 4. Mendeskripsi pemikiran paham reaslime aristoteles.



BAB II PEMBAHASAN A. Idealisme Plato Plato dilahirkan sekitar tahun 428/427 SM di Athena. Dan meninggal di sana pada tahun 347 SM. Dalam usia 80 tahun. dia berasal dari keluarga bangsawan. Salon (abad ke-6 SM), sang pemberi hukum bagi Athena, adalah salah satu kakek dari sisi ibunya. Sementara dari pihak ayahnya, ia masih keturunan raja terkakhir Athena. Plato memiliki dua saudara ( Adimantes dan Glaukon ) serta satu saudari (Potone). Saat Plato lahir, Athena merupakan sebuah Kota yang paling berkuasa di Yunani dengan sistem demokrasi. Kekuatan militer dan maritimnya nomor satu, kultur intelektual dan artistiknya jauh mengatasi polis-polis lain di Yunani. Dia masih mudah ketika Athena kalah perang, dan dia menunjuk sistem demokrasi lah penyebab kekalahan itu. Pelajaran yang diperoleh dimasa kecilnya Selain dari pelajaran umum, ialah menggambar dan melukis, belajar musik dan puisi. Ketika beranjak dewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Pada masa anak-anaknya plato mendapat pendidikan dari guru-guru filosofi. pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya adalah murid Herakleitos. Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasaan baginya. Pengaruh Socrates makin hari makin mendalam padanya. Ia menjadi murid socrates yang setia. Sampai pada akhir hidupnya socrates tetap menjadi pujaanya. Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu, seni dan filosofi. Pandangan yang dalam dan abstrak sekali pun dapat dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filosof sebelumnya yang dapat menandinginya dalam hal ini. Ketika socrates meninggal, ia sangat sedih dan menamakan dirinya seorang anak yang kehilangan bapak. Tak lama sesudah socrates meninggal, Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan ia mengembara dua belas tahun lamanya, dari tahun 399 SM-387 SM. Mula-mula ia pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofinya. Di ceritakan bahwa di Megara ia mengarang beberapa dialog, yang mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran socrates. Idealisme Plato Tentang Ilmu Filsafat a. Ajaran Tentang Ide Salah satu pemikiran Plato yang sangat fenomenal yakni ajaran tentang ide-ide. Ajaran tentang ide-ide ini merupakan inti dasar seluruh filsafat Plato. Namun, arti ide yang dimaksud oleh Plato berbeda dengan pengertian orang-orang moderen sekarang, yang hanya mengartikan bahwa kata ide adalah suatu gagasan atau tanggapan yang hanya terdapat dalam pemikiran saja. Sehingga orang-orang akan menganggap bahwa ide merupakan suaatu yang bersifat subjektif belaka.



Plato mengartikan kata ide itu merupakan suatu yang objektif. Menurut Plato ada ide-ide yang terlepas dari subjek yang berpikir. Beliau mengatakan bahwa semua yang ada di entitas ini semuanya ada di alam ide tersebut, yakni alam tersebut di analogikan seperti cetakan kue dan kue-kuenya itu adalah entitas-entitas ini. Menurut Plato ide-ide tidak bergantung pada pemikiran, sebaliknya pemikiran bergantung pada ide-ide. Justru karena ada ide-ide yang berdiri sendiri. Pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain dari pada menaruh perhatian kepada ide-ide itu. Munculnya pemikiran Plato tentang ide-ide adalah terinspirasi dari gurunya yakni socrates. Dimana socrates dikisahkan bahwa beliau berusaha mencari defenisi-defenisi, ia tidak puas dengan menyebut satu persatu perbuatan-perbuatan yang adil atau tindakantindakan yang berani. Ia ingin menyatakan apa keadilan atau keberanian itu sendiri, atau bisa dikatakan bahwa socrates mencoba mencari hakikat atau esensi keadilan dan keutamaan-keutamaan lain tersebut. Karena pemikiran gurunya ini lah Plato kemudian meneruskan usaha gurunya tersebut lebih jauh lagi. Menurut dia esensi itu mempunyai realitas, terlepas dari segala perbuatan kongkret. Ide keadilan, ide keberanian dan ide-ide lain itu ada. Menurut Plato realitas itu terbagi menjadi dua yakni: 1. Dunia Indrawi Realitas yang pertama ini yakni adalah yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan kepada panca indra, atau bisa dikatakan relaitas yang pertama yang dimaksud Plato adalah sesuatu yang dapat dijangkau oleh indra seperti bunga, pohon dan lain-lain. Pada taraf ini harus diakui bahwa semuanya tetap berada dalam perubahan. Bunga yang kini bagus keesokan harinya sudah layu, lagi pula dunia indrawi ditandai oleh pluralitas. Sehingga bunga tadi, masih ada banyak hal yang bagus juga. 2. Dunia Ide Disamping ada dunia indrawi yang senantiasa berubah, menurut Plato ada juga sebuah dunia yang tidak pernah berubah yakni disebut dunia yang terdiri atas ide. Semua ide bersifat abadi dan tak terubahkan. Dalam dunia ideal tidak ada banyak hal yang bagus karena hanya terdapat satu ide “ yang bagus”. Demikian pula dengan ide-ide yang lain yang bersifat abadi dan sempurna. Namun, ketika Plato mengatakan bahwa dunia itu ada yakni dunia indrawi dan dunia ideal, kemudian apa keterkaitan antara kedua dengan dunia ini tersebut? Ide-ide sama sekali tidak di pengaruhi oleh benda-benda jasmani. Lingkaran yang digambarkan pada papan tulis lalu di hapus lagi, sama sekali tidak mempengaruhi ide “lingkaran”. Tetapi Ide-ide mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmani. Hubungan antara ide-ide dan realitas jasmani bersifat seperti yang ada di atas, sehingga benda-benda jasmani tidak bisa tanpa pendasaran oleh Ide-ide itu.



b. Manusia Menurut Plato Plato menganggap jiwa sebagai pusat atau inti sari keperibadian manusia. Dalam anggapannya tentang jiwa, Plato tidak saja dipengaruhi oleh socrates, tetapi juga oleh orfisme dan madzhab Pythagorean. Dengn mempergunakan semua unsur itu, plato menciptakan suatu ajaran tentang jiwa yang berhubungan erat dengan pendiriannya mengenai ide-ide. Kebakaan jiwa Plato meyakini dengan teguh bahwa jiwa manusia bersifat baka. Keyakinan ini bersangkut paut dengan ajarannya tentang ide-ide. Dalam dialog-dialognya plato sering kali merumuskan argumen-argumen yang mendukung pendapat-pendapatnya tentang kebakaan jiwa. Salah satu argumennya adalah kesamaan yang terdapat antara jiwa dan ide-ide. Dalam dialog Phaidros terdapat argumen lain yang bermaksud membuktikan kebakaan jiwa. Disini Plato menganggap jiwa sebagai prinsip yang menggerakkan dirinya sendiri dan oleh karenya juga dapat menggerakan badan. Plato tidak menjelaskan secara detail mengenai kebakaan jiwa. Dia hanya memberikan mitos yang melukiskan nasib jiwa sesudah kematian badan. Mengenal sama dengan mengingat Bagi Plato jiwa itu bukan saja bersifat baka, dalam artian bahwa jiwa tidak akan mati pada saat kematian badan, melainkan juga kekal, karena sudah ada sebelum hidup di bumi ini. Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami suatu Pra eksistensi, dimana ia memandang ide-ide. Plato berpendapat bahwa pada ketika itu tidak semua jiwa melihat hal yang sama, berdasarkan pendiriannya mengenai Pra Eksistensi jiwa, Plato merancang suatu teori tentang pengenalan. Bagi Plato pengenalan pada pokoknya tidak lain dari pada pengingatan akan ide-ide yang telah dilihat pada waktu Pra Eksistensi itu, c. Ajaran Nilai Plato Dikatakan dalam buku-buku yang menjelaskan tentang Plato, sebagian besar membahas tentang pemikiran-pemikiran Plato dibandingkan sejarah beliau. Disamping itu Plato menjelaskan ajaran-ajaran tentang ide dan jiwa, namun Plato juga mengeluarkan pemikiran yang berkaitan dengan ketata negaraan. Plato membahas tentang sebuah negara yang ideal yakni disebutkan bahwa puncak pemikiran Plato adalah pemikiran tentang negara, yang tertera dalam bukunya polites dan nomoi. Pemikirannya tentang negara ini adalah untuk upaya memperbaiki keadaan negara yang telah rusak dan buruk. Di athena pada waktu itu memiliki suatu sistem negara yang buruk menurut Plato, sehingga mendorong beliau untuk membuat suatu konsep yang bisa memperbaiki konsep negara yang buruk itu. Konsepnya tentang negara yang dikeluarkan oleh Plato yakni konsep negara yang di dalamnya terkait etika dan teorinya tentang negara yang ideal. Konsep etika yang dikemukakan oleh Plato seperti halnya konsep etika yang dikeluarkan socrates gurunya sendiri, yakni tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik



(eudamonia atau well-being). Akan tetapi untuk hidup yang baik tidak mungkin dilakukan tanpa di dalam negara. Alasannya, karena manusia mempunyai kodrat yakni makhluk yang sosial dan di dalam polis (negara). Sehingga untuk mendapatkan hidup yang baik harus di dalam negara yang baik. Dan sebaliknya, negara yang jelek atau buruk tidak mungkin menjadikan para warganya hidup dengan baik. Menurut Plato, untuk membangun sebuah negara yang ideal diperlukan sebuah konsep tentang negara yang baik. Menurutnya, negara yang ideal harus terdapat tiga golongan yang menjadi bagian terpenting dalam sebuah negara yakni: • Golongan yang tertinggi, terdiri dari orang-orang yang memerintah yakni seorang filosof. • Golongan pelengkap atau menengah yakni yang terdiri dari para prajurit, yang bertugas untuk menjaga keamanan negaradan menjaga ketaatan para warganya. • Golongan terendah atau golongan rakyat biasa, yakni yang terdiri para petani, pedagang, tukang, yang bertugas untuk memikul ekonomi negara.



B. Realisme Aristoteles Aristoteles dilahirkan di Stageira, Yunani Utara pada tahun ni 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di wilayah istana, ia mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di Akedemia plato selama kira-kira 20 tahun hingga plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika. Aristoteles adalah seorang filsuf yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang agung. Ia menulis berbagai subjek yang berbeda termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoology. Aristoteles dianggap sebagai filsuf yang paling berpengaruh dipemikiran barat. Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya Xenokrates meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aristoteles menikah dengan Pythias. Pada tahun 345 SM kota Assos diserang oleh tentara Parsi, rajanya (rekan Aristoteles) dibunuh, kemudian Aristoteles dengan kawan-kawannya melarikan diri ke Mytilene di pulau Lesbos tidak jauh dari Assos. Tahun 342 SM Aristoteles diundang raja Philippos dari Macedonia untuk mendidik anaknya Alexander. Dengan bantuan raja Aristoteles mendirikan sekolah Lykeion. Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan sebagai berikut: a) Logika, terdiri dari : - Categoriac (kategori kategori) - De interpretatione (perihal penafsiran) - Analytics Priora (analitika logika yang lebih dahulu)



- Topica - De Sophistics Elenchis (tentang cara beragumentasi kaum Sofis) b) Filsafat Alam, terdiri dari : - Phisica - De caelo (perihal langit) - De generatione et corruption (tentang timbul-hilangnya makhluk-makhluk jasmani) - Meteorologica (ajaran tentang badan-badan jagad raya) c) Psikologi, terdiri dari : - De anima (perihal jiwa) - Parva naturalia (karangan-karangan kecil tentang pokok-pokok alamiah) d) Biologi, terdiri dari : - De partibus animalium (perihal bagian-bagian binatang) - De mutu animalium (perihal gerak binatang) - De incessu animalium (tentang binatang yang berjalan) - De generatione animalium (perihal kejadian binatang-binatang) e) Metafisika, oleh Aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama atau theologia f) Etika, terdiri dari : - Ethica Nicomachea - Magna moralia (karangan besar tentang moral) - Ethica Eudemia g) Politik dan ekonomi, terdiri dari : - Politics - Economics h) Retorika dan poetika, terdiri dari : - Rhetorica - Poetica C. Pengertian Realisme Menurut KBBI Menurut KBBI Realisme adalah paham atau ajaran yang selalu bertolak dari kenyataan, aliran kesenian yang berusaha melukiskan (menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya). Dengan memasuki abad ke-20, realisme muncul, khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Real berarti yang actual atau yang ada, kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis. Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Bagi kelompok realis, alam itu, dan satu‑satunya hal yang dapat kita lakukan adalah: menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba kebenarannya.



D. Pemikiran Paham Realisme Aristoteles Plato mengagaskan dua rumusan dalam pemikirannya, yaitu hubungan antara yang umum dan yang khusus serta bahan dan bentuk. Bagi Plato yang umum adalah yang tetap, tidak berubah-ubah. Sedngkan yang khusus adalah yang berubah-ubah, yang biasanya diserap oleh indera, yang biasa dikaitkan dengan bahan. Pada pemikirannya Plato hanya meraih yang bersifat umum yang dapat dipikirkan oleh ide. Karena itu Plato menganggap bahwa pengetahuan yang diberikan oleh indera adalah pengetahuan yang menyesatkan, tetapi Plato juga menganggap data indera itu penting sebagai jalan menuju pengetahuan yang benar. Bagi Plato yang diserap oleh inderanya berguna sejauh ia menghasilkan bentuk yang bisa mengingatkan kita pada pola di dunia idea. Jadi yang ada adalah yang konkret, yang dapat diamati oleh indera. Aristoteles, salah seorang murid Plato, membelokkan kecenderungan ini. Bagi dia, yang nyata itu bukan yang bersifat umum (universal), namun yang bersifat khusus (particular). Hidup bagaimanapun juga berada dan bercampur dengan yang khusus itu (ayam nyata, bunga mawar nyata, dst) dan kita tak pernah menemukan yang umum (ayam ide, mawar ide, dan seterusnya). Di luar benda-benda konkret atau selain benda konkret dianggap tidak ada. Aristoteles menjelaskan bahwa pengertian umum terdapat dan bersama-sama di dalam benda konkret. Yang khusus dikaitkan dengan istilah substansi, yaitu benda yang dapat ada tanpa tergantung pada yang lain. Benda ini adalah gabungan antara bahan dan bentuk. Untuk mengetahui perbedaan bahan dan bentuk dapat diketahui dengan cara berpikir Plato. Bagi Plato yang dapat dilihat dengan indera adalah bahan dari bendabenda yang hanya ilusi, sedangkan yang nyata adalah bentuk yang bisa ditangkap oleh pikiran. Bagi Aristoteles bahan bukan ilusi atau pelengkap yang mengiringi bentuk. Bahan justru memberikan nilai khas bagi keberadaan suatu benda dalam kenyataan. Kecenderungan berfikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan filsafat Aristoteles yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris. Jika dibandingkan dengan Plato yang pandangan filsafatnya bersifat abstrak dan idealisme, maka orientasi yang di kemukakan Aristoteles lebih pada hal-hal yang kongkret (empiris). Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi, ia menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-macam bentuknya, yang semua itu berada di dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles disebut sebagai realisme. Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Sebagai contoh, semua orang berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita semua memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan tidak ada dua yang sama. Kami melakukan semua berbagi sesuatu yang universal yang disebut “kemanusiaan”. Kualitas universal ini tentunya nyata karena itu ada secara mandiri dan terlepas dari satu orang. Aristoteles menyebut kualitas bentuk universal



(gagasan atau esensi), yang merupakan aspek nonmaterial dari setiap objek materi tunggal yang berhubungan dengan semua benda lain dari grup tersebut.



Berikut ini terdapat beberapa pemikiran-pemikiran Aristoteles, diantaranya adalah : 1) Ajarannya tentang logika Logika tidak dipakai oleh Aristoteles, ia memakai istilah analitika. Istilah logika pertama kali muncul pada abad pertama Masehi oleh Cicero, artinya seni berdebat. Kemudian, Alexander Aphrodisias (Abad III Masehi) orang pertama yang memakai kata logika yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Menurut Aristoteles, berfikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi (sebagai sifat yang umum) dan aksidensia (sebagai sifat yang secara tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu: a) Substansi (mis. Manusia, binatang) b) Kuantitas (dua, tiga) c) Kualitas (merah, baik) d) Relasi (rangkap, separuh) e) Tempat (di rumah, di pasar) f) Waktu (sekarang, besok) g) Keadaan (duduk, berjalan) h) Mempunyai (berpakaian, bersuami) i) Berbuat (membaca, menulis) j) Menderita (terpotong, tergilas). Sampai sekarang, Aristoteles dianggap sebagai bapak logika tradisional. 2) Ajarannya tentang silogisme Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses berfikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk mencapai kesimpulan yang sifatny umum. Sementara itu, deduksi adalah proses berfikir yang bertolak padad dua kebenaran yang tidak diragukan lagi untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan baru. Berfikir dedukasi yaitu silogisme, yang terdiri dari premis mayor dan premis minor, dan kesimpulan. Perhatikan contoh berikut: - Manusia adalah makhluk hidup (premis maror) - Si Fulan adalah manusia (premis minor) - Si Fulan adalah makhluk hidup (kesimpulan) 3) Ajarannya tentang pengelompokan ilmu pengetahuan Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu: - Ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik)



- Ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian) - Ilmu pengetahuan teorotis (fisika, matematika, metafisika) 4) Ajarannya tentang potensi dan dinamika Mengenai realitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran atau pemikiran filsafatnya adalah ajaran Plato tentang ide. Realitas yang sungguhsungguh ada bukanlah yang umum dan yang tetap seperti yang dikemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada yang khusus dan yang individual. Keberadaan manusia bukan di dunia ide, tetapi manusia berada yang satu per satu. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang konkret, yang bermacam-macam, yang berubah-ubah. Itulah realitas yang sesungguhnya. 5) Ajarannya tentang pengenalan Menurut Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenalan indrawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan indrawi kita hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan materinya) dan hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, pengenalan rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikat dari suatu benda. Dengan pengenalan rasionall ini dapat menuju satusatunya untuk ke ilmu pengetahuan. Cara untuk menuju ke ilmu pengetahuan adalah dengan teknik abstraksi. Abstraksi artinya melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan, sehingga tinggal sifat atau keadaan yang secara kebetulan yaitu intisari atau hakikat suatu benda. 6) Ajarannya tentang etika Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap masalah etika. Karena etika bukan diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi dipakai sebagai hukum kesusilaan. Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan adalah suatu keadaan di mana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. Jadi, bukan sebagai kebahagiaan subjektif. Kebahagiaan harus sebagai suatu aktivitas yang nyata dan dengan perbuatannya itu dirinya semakin disempurnakan. Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berfikir murni. 7) Ajarannya tentang negara Menurut Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang paling baik adalah negara dengan system demokrasi moderat, artinya system demokrasi yang berdasarkan Undang-undang Dasar.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah tentang filsafat ini membawa kita untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang pemikiran-pemikiran para filosof terdahulu. Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu, seni dan filosofi. Pandangan yang dalam dan abstrak sekali pun dapat dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filosof sebelumnya yang dapat menandinginya dalam hal ini. Aristoteles adalah seorang filsuf yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang agung. Ia menulis berbagai subjek yang berbeda termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoology. Aristoteles dianggap sebagai filsuf yang paling berpengaruh dipemikiran barat. B. Saran Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran daan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Dan apabila terdapat kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf dan mohon untuk memakluminya.



DAFTAR PUSTAKA



Achmadi, A. (1995). Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Aisyah, N. (2012, November). Realisme Aristoteles. Retrieved from Realisme Aristoteles: http://nisaaisyah05.blogspot.com/2012/11/realisme-aristoteles.html Maksum, A. (2008). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Mizu, M. (2014, November). Filsafat Aristoteles. Retrieved from Filsafat Aristoteles: http://mmeri3328.blogspot.com/2014/11/filsafat-aristoteles.html Q-Anees, B. d. (2003). Filsafat untuk Umum. Jakarta : Kencana. Sayrbaini, M. D. (2009). Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi (Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa) . Bogor: Ghalia Indonesia. Syam, N. W. (2010). Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Wiramihardja, A. S. (2007). Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.