15 0 122 KB
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muamalah merupakan bagian dari rukun islam yang mengatur hubungan antara seseorang dan orang lain. Contoh hukum islam yang termasuk muamalah salah satunya adalah Ija>rah (sewa-menyewa). Seiring dengan perkembangan zaman, transaksi muamalah tidak terdapat miniatur dari ulama klasik, transaksi tersebut merupakan terobosan baru dalam dunia modern.Dalam hal ini kita
harus
cermat,
apakah
transaksi modern
ini
memiliki
pertentangan tidak dengan kaidah fiqih? Jika tidak, maka transaksi dapat dikatakan mubah. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara sederhana tentang definisi Ija>rah , landasan hukum, macam-macam Ija>rah , akibat hukum akad dan pembatalan ijaroh. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Ija>rah ? 2. 3. 4. 5. 6.
Apa Dasar Hukum Ija>rah ? Apa Rukun dan syarat Ija>rah ? Apa Macam-macam Ija>rah ? Bagaimana akibat hukum akad Ija>rah? Apa yang menjadi pembatalan dan berakhirnya Ija>rah ? C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian Ija>rah. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui Ija>rah.
dasar Hukum Ija>rah. rukun dan syarat Ija>rah. macam-macam Ija>rah. akibat hukum akad Ija>rah. yang menjadi pembatalan
dan
berakhirnya
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ija>rah Ija>rah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak atau menjual jasa, dan lain-lain. Secara etimologi, alija>rah
berasal
dari
kata
al-ajru
yang
berarti
al-
iwadh/pengganti.1 Demikian pula artinya menurut terminologi syara’. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan dikemukakan beberapa definisi ija>rah menurut pendapat beberapa ulama fiqih2: 1. Ulama Hanafiyah:
ع ض ع ع ْق ى ع قد د ع عل ى معنفاففعع ب فعفوع ض “Akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti.” 2. Ulama Asy-Syafi’iyah:
ع ل م ْق من ْق ع ع ع ْق معبفا ع مة ض ص معْقل صوْق ع صوْقد عةض ع فععةض ع ى ع ق ص حةض عقفاب فل عةض ل فل ْقب عذ ْق ف قد د ع عل ى حةف ب فعفوعض ع ص عولاْقلفءعبفا ع معْقلوْقم ض ض “Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu
dan
mubah,
serta
menerima
pengganti
atau
kebolehan dengan pengganti tertentu.”
1
Abdul Rahman Ghazaly, dkk., FIQH MUAMALAT, (Jakarta: Kencana, 2010), 277. 2 M. Ali Hasan, Bebagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), 227.
3
3. Ulama Malikiyah dan Hanbaliah:
مد دة ع ع ص مل في ْق ص معنفاففعع ع ض معبفا ع حة ض ص شىضء ص ك ع ت ع ْق معْقلوْقم ض ب فعفوع ض “Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti.” Dalam istilah hukum Islam, orang yang menyewakan disebut muajjir, sedangkan orang yang menyewa disebut musta’jir, benda yang diistilahkan ma’jur dan uang sewa atau imbalan atas pemakaian manfaat barang disebut ajran atau ujrah.
Sewa-menyewa
merupakan
sebagaimana
perjanjian
yang
perjanjian
bersifat
lainnya,
konsensual
(kesepakatan). Perjanjian itu mempunyai kekuatan hukum, yaitu
pada
saat
sewa-menyewa
atau
upah-mengupah
berlangsung. Apabila akad sudah berlangsung, pihak yang menyewakan (mu’ajjir) wajib
menyerahkan barang (ma’jur)
kepada penyewa (musta’jir). Dengan diserahkan manfaat barang atau benda maka penyewa wajib pula menyerahkan uang sewanya (ujrah).3 Senada
dengan
pengertian
mendefinisikan Ija>rah
di
atas,
Rahmat
Syafe’i
secara etimologi sebagai menjual
manfaat sedangkan jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa Ija>rah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Selain itu juga ada yang menerjemahkan bahwa Ija>rah sebagai jual-beli jasa (upahmengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, dan ada
pula
yang
menerjemahkan
sewa-menyewa,
yakni
mengambil manfaat dari barang. Jadi dalam hal ini, Ija>rah 3
Elok Maslakhah, PERSPEKTIF FIQIH TERHADAP TRANSAKSI DARAH DI UNIT DONOR DARAH PALANG MERAH INDONESIA (PMI) KOTA SURABAYA DAN CABANG SIDOARJO. (Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), bab II, 24.
4
dibagi menjadi dua bagian, yaitu Ija>rah
atas jasa dan
Ija>rah atas benda.4 Dari pendapat-pendapat ulama di atas bisa disimpulkan bahwa ija>rah adalah akad atas kemanfaatan pada sesuatu dengan adanya pengganti atas manfaat tersebut. Akad ija>rah tidak berlaku bagi pepohonan untuk diambil buahnya, karena buah itu adalah materi, sedangkan akad ija>rah
hanya ditujukan untuk manfaatnya saja. Demikian
juga kambing dan sapi, tidak boleh dijadikan sebagai obyek ija>rah , untuk diambil susunya atau bulunya, karena susu dan bulu termasuk materi.5 B. Dasar Hukum Ulama fiqh berpendapat, bahwa yang menjadi dasar hukum dibolehkannya ija>rah adalah firman Allah6:
ع مفعي ع شت عهصمم ت عرب ب ك ك أهصمم ي عقم ف مو ع ن قع ع سممعنفا ب عيمن عصهم د م ع ن عرحم ع س ص ك ن عحم ص ت جلل ض ضللهصمم فعللومقع ب ع عمضض د ععر ىع حي عوىةف ٱلللد دنمي عاك وععرفععمن عللفا ب ععم ع فف ي ٱلم ع ت عرببل ع مللفا ك ع ل بي عت د ف ضصهم ب ععم ض خذ ع ب ععم ص ضفا ص م د خ يمرر ب مل ص سللخمرفي ضياا وععرحم ع [٣٢, ]سورة لالزخرف٣٢ ن مصعو ع ي عجم ع Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
4 5 6
Ibid., 25. Ali Hasan, Berbagai, 228. Ibid., 229.
5
sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (Az Zukhruf: 32) Dan juga firman Allah:
ع س ع ن حيم ص ن ف من وصجمد فك صمم وععل ت ص ع منم ع ث ع كنصتم ب ضللٓادروهص د أسمك فصنوهص د ن وإن ك صن أ صول ىعت حممل فعلل ع ع ْق ن لل ه ي م ل ع لا قو ص ف أن ضي ب ص ع ف ل فت ص ع ف د قولا ْق ع عل عيمهف نك ك ع ف د ْق ف ع ض ن فعإنم أ عرمضعمن ل عك صمم فعٔفاتوهص ص ن ع ع ن ص نأ ص ى يع ع ع جوعرهص د د ع ع ضعم ع حمملهص نك ك ف حت د ى مصرولا ْق ب عيمن ع ص هللۥۥ م عمصرو ض ف ست صرم ف وعأمت ع ف سللرمت صمم فع ع ف وعفإن ت عععفا ع ضللعص ل ع ص كم ب ف ع [٦, ]سورة لاللطلق٦ أ صخمعرىى
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut
kemampuanmu
dan
janganlah
kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anakanak)mu
untukmu
maka
berikanlah
kepada
mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan
lain
boleh
menyusukan
(anak
itu)
untuknya (At Talaq: 6) Juga firman Allah:
ت ٱلم ع ج سسسٱتٔم ع ع سمرم ع قللوفيد
عقفال عتم إحمدىهمفا يأ ع ن م ر ي م خ ن إ ف مه ر ج ٔ م ت س م ٱ ت ب ع ع ف د ع ف ع ى ص ع يعى ع ف ه ع ف ف ع [٢٦, ]سورة لالقصص٢٦ ن ٱلمأ ف مي ص
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
6
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya" (Al Qasas: 26)
Ada pula dalam:
ى إ فعذٓا أ عت ععيٓا أ عهم ع مٓا أ عهمل عهعللفا فعللأ عب عوملا ْق عأن ل قعرمي عللةض ٱسسطمت عسم فعٱنط عل ع ع قفا ع سسسسعع ع حت د يى ع هۥف ريد ص عأن عين ع دلا ضي ب ص ج ع ج ع مفا فعوع ع يص ع م ص ض فعأعقفا ع ففيعهفا ف فوهص ع ق د دلاضرلا ي ص ف عقفا ع [٧٧, ]سورة لالكهف٧٧ ت ع عل عيمهف أ عجمضرلا ت ل عت د ع ل ل عوم ف خذم ع شئم ع Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak
mau
menjamu
mereka,
kemudian
keduanya
mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu" (Al Kahfi: 77) Dalam hadith juga disebutkan sebagai berikut: a. Hadith riwayat Bukhari, dari Ibnu Abbas:
نحددنثنن ا ممسونس ى بمن إعبسنم اععلينل نحددنثنن ا مونهبليييبب نحييددنثنن ا ابييمن نطيي اموسس نعييبن صدل ى ادلميي أنعبليعه نعبن ابعن نعدب اسس نر ع ضني ادلم نعبنمهنم ا نق انل ابحنتنجنم الدنعبيي ن نعنلبليعه نونسلدنم نوأنبعنط ى ابلنحدج انم Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Ibnu Thowus dari bapaknya dari Ibnu
7
'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berbekam dan memberi upah tukang bekamnya.
b. Hadith riwayat Ibnu Majah:
نحددنثنن ا ابلنعدب امس بمن ابلنسوعلليعد الددنمبشعقيي نحددنثنن ا نوبهمب بمن نسععليعد بعن نععطدلييينة الدسنلعميي نحددنثنن ا نعببمد الدربحنمعن بمن نزبيعد بعن أنبسلننم نعبن أنعبليعه نعبن نعببعد ادلع صدل ى ادلم نعنلبليعه نونسلدنم أنبعمطسوا ا ب ن لعجلييينر بعن معنمنر نق انل نق انل نرمسسومل ادلع ن أنبجنرمه نقبنل أنبن نيعجدف نعنرمقمه Telah menceritakan kepada kami Al Abbas bin Al Walid Ad Dimasyqi berkata, telah menceritakan kepada kami Wahb bin
Sa'id
bin
Athiah
As
Salami
berkata,
telah
menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari Bapaknya dari Abdullah bin Umar ia berkata, "Rasulullah
shallallahu
"Berikanlah
upah
'alaihi
kepada
wasallam
pekerja
bersabda:
sebelum
kering
keringatnya."
C. Rukun dan Syarat Ija>rah Sebagai sebuah akad (transaksi), ija>rah
baru dianggap
sah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Menurut ulama madzhab Hanafi, rukun ija>rah
hanyalah satu yakni
ijab dan qabul dari duabelah pihak yang bertransaksi. Adapun menurut jumhur ulama rukun ija>rah ada 47: 7
Abdul Rahman, FIQH, 278.
8
1. Dua orang yang berakat (mu’ajjir dan musta’jir) 2. Sighat (ijab dan qabul) 3. Sewa atau imbalan (ujrah) 4. Manfaat. Menurut ulama madzhab Hanafi Rukun yang dikemukakan oleh jumhur ulama di atas adalah syarat. 8 Adapun syarat ija>rah adalah9: 1. Syarat bagi kedua orang yang berakad, adalah telah baligh dan berakal (Madzhab Syafi’i dan Hambali). Dengan demikian, apabila orang itu belum atau tidak berakal, seperti anak kecil atau orang gila, menyewakan hartanya, atau diri mereka sebagai buruh (tenaga dan ilmu boleh disewa), maka ija>rah nya tidak sah. Namun berbeda dengan madzhab Hanafi dan Maliki, mengatakan bahwa orang yang melakukan akad, tidak harus mencapai usia baligh, tetapi anak yang mumayiz pun boleh melakukan akad ija>rah dengan ketentuan disetujui oleh walinya. 2. Kedua belah pihak yang melakukan akad menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad ija>rah
tersebut.
Apabila
terpaksa
salah
seorang
diantara
keduanya
melakukan akad, maka akadnya tidak sah. 3. Manfaat yang menjadi obyek ija>rah
harus diketahui
secara jelas, sehingga tidak terjadi perselisihan dikemudian hari. Jika manfaatnya tidak jelas maka akadnya tidak sah. 8 9
Ali Hasan, Berbagai, 231. Ibid., 231-235.
9
4. Objek ija>rah itu dapat diserahkan dan digunakan secara langsung dan tidak ada cacatnya. Oleh sebab itu, ulama fiqh sepakat mengatakan, bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak dapat diserahkan atau dimanfaatkan langsung oleh oeang yang menyewa. Umpamanya, rumah atau toko harus siap dipakai atau tentu saja sangat tergantung kepada penyewa apakah ingin melanjutkan akad atau tidak. Sekiranya rumah atau toko itu disewa oleh orang lain, maka setelah habis sewanya, baru bisa disewakan kepada orang lain. 5. Objek ija>rah
itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’.
Oleh sebab itu ulama fiqh sependapat, bahwa tidak boleh menggaji tikang sihir, tidak boleh menyewa orang untuk membunuh,
tidak
boleh
menyewakan
tempat
untuk
maksiat, dan juga tidak boleh menyewakan rumah/tempat kepada non-muslim sebagai tempat beribadah. 6. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa, misalnya menyewa orang untuk melaksanakan shalat untuk
diri
penyewa
atau
menyewa
orang
untuk
melaksanakan haji. Para ulama fiqh sepakat bahwa akad sewa semacam ini tidak sah, karena shalat dan haji adalah kewajiban penyewa itu sendiri.10 7. Objek ija>rah
merupakan sesuatu yang bisa disewakan,
seperti rumah, mobil, hewan tunggangan dan lain-lain. 8. Upah/sewa dalam akad ija>rah harus jelas, tertentu, dan bernilai
harta.
Namun,
diharamkan oleh syara’.
10
Abdul Rahman, FIQH, 280.
tidak
boleh
barang
yang
10
D. Macam-Macam Ija>rah Ija>rah terbagi menjadi dua bagian, yaitu11: 1. Ija>rah yang bersifat manfaat, umpamanya adalah sewamenyewa rumah, toko, kendaraan, pakaian, dan pehiasan. Apabila manfaat itu merupakan manfaat yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka para ulama sepakat menyatakan boleh dijadikan objek sewa-menyewa, jadi penyewaan
barang-barang
tersebut
tergantung
pada
kemanfaatannya. 2. Ija>rah yang bersifat pekerjaan (jasa) ialah dengan cara mempekerjakan
seseorang
untuk
melakukan
pekerjaan. Menurut para ulama ija>rah
suatu
ini hukumnya
boleh apabila pekerjaan itu jelas, seperti buruh bangunan, tukang jahit, buruh pabrik, tukang sepatu dan lain-lain. Ija>rah
ini ada yang bersifat pribadi seperti menggaji
pembantu rumah tangga, dan ada yang bersifat serikat, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang menjual jasanya untuk kepentingan orang banyak, seperti tukang sepatu, tukang jahit dan lain-lain. Kedua bentuk ija>rah ini menurut para ulama fiqh hukumnya boleh. E. Akibat Hukum Akad Ija>rah12 Konsekuensi hukum Ija>rah di bedakan menjadi dua, yaitu: 1. Konsekuensi
hukum
ija>rah
yang
shahih
adalah
penetapan hak kepemilikan manfaat bagi penyewa dan penetapan hak kepemilikan upah yang disepakati bagi 11
M. Ali Hasan, Berbagai, 236. RIRIN INDAH FITRIYANI, ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMOTONGAN GAJI KULI KONTRAKTOR DI HOTEL PARADISO JL. KARTIKA PLAZA KUTA BADUNG DENPASAR. (Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), bab II, 38. 12
11
orang
yang
menyewakan,
ija>rah
adalah
akad
mu’awadhah (tukar-menukar) karena ia adalah jual beli manfaat. 2. Sedangkan konsekuensi hukum ija>rah yang tidak sah adalah jika penyewa telah mengambil manfaat, maka ia wajib membayar upah yang berlaku umum atau tidak melebihi upah yang telah ditetapkan. Menurut ulama Hanafiyah upah yang wajib adalah lebih sedikit dari upah umum dan dari upah yang telah ditetapkan. Sedangkan Imam Maliki dan Imam syafi’i berpendapat bahwa dalam ija>rah yang tidak sah maka orang yang menyewakan wajib membayar upah tertinggi, sama seperti dalam jual beli. Jika jual beli itu tidak sah, maka wajib membayar nilai betapapun tingginya. F. Batalnya/Berakhirnya Akad Ija>rah Menurut Mazhab Hanafi, perjanjian tersebut
menjadi
batal
sewa-menyewa
dengan meninggal dunia salah
satu pihak yang melakukan perjanjian. Sedangkan menurut jumhur ulama, perjanjian sewa-menyewa tersebut tidak menjadi batal yang
dengan
meninggalnya
melakukan perjanjian.13
tertutup
kemungkinan
Namun
salah
satu
pihak
demikian,
tidak
adanya pembatalan
perjanjian
sewa-menyewa oleh salah satu pihak jika ada alasan yang kuat untuk itu. Adapun hal-hal yang menyebabkan ija>rah batal sebagai berikut14:
13 14
Ali Hasan, Berbagai, 237. Abdul Rahman, FIQH, 284.
12
1. Terjadi aib pada barang sewaan yang kejadiannya di tangan penyewa atau terlihat aib lama padanya. 2. Rusaknya
barang yang disewakan, seperti
runtuhnya
rumah yang disewakan. 3. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’jur ‘alaih), seperti baju yang diupahkan untuk dijahitkan, karena akad tidak mungkin terpenuhi sesudah rusaknya (barang). 4. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, atau selesainya pekerjaan, berakhirnya masa, kecuali jika terdapat użur yang mencegah rusak. Seperti jika masa ija>rah tanah pertanian telah berakhir sebelum tanaman dipanen, maka ia tetap berada di tangan penyewa sampai masa selesai diketam, sekalipun terjadi pemaksaan, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya bahaya (kerugian) pada pihak penyewa;
yaitu
dengan
mencabut
tanaman
sebelum
waktunya. 5. Penganut-penganut
madzhab
Hanafi
berkata:
boleh
membatalkan ija>rah, karena adanya użur sekalipun dari salah satu pihak. Seperti seseorang yang menyewa toko untuk berdagang, kemudian hartanya terbakar, atau dicuri, atau
dirampas,
atau
membatalkan ija>rah.
bangkrut,
maka
ia
berhak
13
BAB III KESIMPULAN Ija>rah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak atau menjual jasa, dan lain-lain. Secara etimologi, alija>rah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadh/pengganti. Dari pendapat-pendapat ulama di atas bisa disimpulkan bahwa secara etimologi, ija>rah
adalah akad atas kemanfaatan pada
sesuatu dengan adanya pengganti atas manfaat tersebut. Ulama fiqh berpendapat, bahwa yang menjadi dasar hukum dibolehkannya ija>rah
adalah firman Allah dalam Az
Zukhruf: 32, At Talaq: 6, Al Qasas: 26, dan Al-Kahfi: 77. Serta dalam hadith Nabi, salah satunya dari Abdullah bin Umar ia
14
berkata,
"Rasulullah
shallallahu
'alaihi
wasallam
bersabda:
"Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya." Sebagai sebuah akad (transaksi), ija>rah
baru dianggap
sah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Menurut jumhur ulama rukunnya adalah Dua orang yang berakat (mu’ajjir dan musta’jir ), sighat (ijab dan qabul), sewa atau imbalan (ujrah), dan manfaat. Adapun syarat ija>rah adalah: 1. Syarat bagi kedua orang yang berakad, adalah telah baligh dan berakal 2. Kedua belah pihak yang melakukan akad menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad ija>rah tersebut. 3. Manfaat yang menjadi obyek ija>rah
harus diketahui
secara jelas 4. Objek ija>rah itu dapat diserahkan dan digunakan secara langsung dan tidak ada cacatnya. 5. Objek ija>rah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’ 6. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa 7. Objek ija>rah merupakan sesuatu yang bisa disewakan 8. Upah/sewa dalam akad ija>rah harus jelas, tertentu, dan bernilai harta. Ija>rah terbagi menjadi dua bagian, yaitu Ija>rah yang bersifat manfaat dan Ija>rah yang bersifat pekerjaan. Batalnya/Berakhirnya Akad Ija>rah terjadi saat:
15
1. Terjadi aib pada barang sewaan 2. Rusaknya barang yang disewakan 3. Rusaknya barang yang diupahkan 4. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan 5. Penganut-penganut
madzhab
Hanafi
berkata:
boleh
membatalkan ija>rah, karena adanya użur sekalipun dari salah satu pihak.
Daftar Pustaka Fitriyani, Ririn Indah. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMOTONGAN GAJI KULI KONTRAKTOR DI HOTEL PARADISO JL. KARTIKA PLAZA KUTA BADUNG DENPASAR. Undergraduate thesis. UIN Sunan Ampel Surabaya. 2013. Ghazaly, Abdul Rahman, dkk. FIQH MUAMALAT. Jakarta: Kencana. 2010.
16
Hasan, M. Ali. Bebagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2003. Maslakhah, Elok. PERSPEKTIF FIQIH TERHADAP TRANSAKSI DARAH DI UNIT DONOR DARAH PALANG MERAH INDONESIA (PMI) KOTA SURABAYA DAN CABANG SIDOARJO. Undergraduate thesis. UIN Sunan Ampel Surabaya. 2013.