Makalah Indera Penciuman Dan Penecapan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TENTANG Indera penciuman dan pengecapan



Disusun oleh : klp 3        



M.haris munandar khaeirudin l.dedi azwar anas l.a.nasrullah l.gunawan m.fahrurrozi muharum marzuki lita hindawati



Kelas : a Prodi : S1.keperawatan



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) QAMARUL HUDA BAGU–LOMBOK–TENGAH-NTB TAHUN AJARAN 2011/2012



1



KATA PENGANTAR



Ucapan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini dapat terselesaikan. Harapan besar. bahwa makalah ini dapat membantu mahasiswa untuk memahami mata kuliah yang diberikan. Tentu saja makalah ini bukan sebagai sumber bidang ilmu Psikologi dalam hal Fisiologi Manusia, mahasiswa masih tetap diharuskan membaca buku-buku lain sebagai sumber acuan. makalah ini sebagai panduan apa saja yang harus diketahui dan dipahami mahasiswa. makalah ini berkutat khusus pada manusia secara internal, dengan pengkhususan pada jaringanjaringan dan sejumlah organ yang berkaitan manusia. Mahasiswa diharapkan mampu setelah mempelajari makalah agar paham, mampu menguraikan struktur, fungsi, dan proses indera,yang berkaitan dengan perilaku. Penerimaan stimulus dari lingkungan diterima dan diolah oleh manusia. Manusia kemudian merespon untuk menanggapi perilaku tersebut. Perilaku dari manusia ternyata tidak seragam dalam merespon lingkungannya. Perbedaan respon ini menjadi bagian dasar pengembangan ilmu psikologi. Penulis berusaha mengulas berbagai organ dan jaringan tubuh pada manusia. Ulasan pada diktat ini, penulis berusaha mengaitkan antara fisiologi manusia dengan kondisi psikologis yang terjadi. Penulis merasa perlu mengutarakan kondisi psikologis pada mahasiswa psikologi. Agar simpati dan empati dapat terbentuk saat ini, dengan mengetahui permasalahan yang terjadi. Tentu saja ini pengkondisian ini sangat terbatas. Besar harapan penulis, agar pengetahuan yang dibagikan menjadi bermanfaat. Tentu saja makalah ini masih mengalami banyak kekurangan. Adanya kritik dan saran dari pembaca, agar diktat ini dapat menjadi media berbaginya pengetahuan antara penulis dan mahasiswa. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kemajuan kita bersama. Bagu 4 juni 2011



Kelompok 3



2



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................iii BAB I. PENCIUMAN...........................................................................1 A. Indera Penciuman....................................................................1 B. Berbagai Fungsi Alat Penciuman............................................3 C. Sinus Paranasal.......................................................................4 D. Sawar Udara Darah.................................................................4 E. Fungsi Sistem Pernafasan.......................................................5 F. Fisiologi Penciuman.................................................................5 G. Protein Pengikat Bau...............................................................6 H. Pembauan Hubungannya dengan Jenis Kelamin dan Ingatan.....................................................................................6 BAB V. ALAT PENGECAP (LIDAH)...................................................8 A. Lokasi Kepekaan Pengecapan.................................................8 B. Fungsi Alat Pengecap...............................................................9 C. Fungsi Saliva (Kelenjar Ludah).................................................10 D. Sensasi yang Dirasakan oleh Lidah..........................................10 E. Ambang Kecap dan Pembedaan Intensitas..............................11 F. Faktor Genetik, Tipuan Kimia, dan Kelainan-kelainan..............11



3



BAB I PENCIUMAN Penciuman memiliki kaitan yang erat pada sistem pernafasan dan pengecapan mempunyai kaitan yang erat dengan saluran pencernaan. Secara fisiologis keduanya berkaitan satu dengan yang lain. Uraian akan dibedakan sedemikian rupa, hal ini disebabkan keterbatasan waktu dan tempat. Sistem pernapasan terutama berfungsi untuk menyelenggarakan pengambilan oksigen oleh darah dan untuk pembuangan karbon dioksida. Paru-paru dihubungkan dengan lingkungan luar melalui serangkaian saluran, hidung, faring, laring, trakea dan bronki. Saluran-saluran tersebut relatif kaku dan tetap terbuka dan keseluruhannya merupakan bagian konduksi dari sistem pernapasan. Kondisi hidung sebagai fungsi pernafasan dan penciuman untuk makanan dapat terganggu. Penciuman akan terasa berbeda bila seseorang menderita masuk angin yang menurunkan kepekaan indera penciuman. Antara penciuman dan pengecapan memiliki anatomis yang berbeda. Reseptor penciuman merupakan reseptor yang jauh (telereseptor); jalur penciuman tidak mempunyai penyambung di talamus. Selain itu tidak ada daerah proyeksi neokorteks pada penciuman. A. Indera Penciuman Hidung bagian luar merupakan bangunan berongga yang terbagi oleh suatu sekat di bagian tengah menjadi rongga hidung kanan dan kiri. Hidung dibentuk oleh dua tulang nasal dan tulang rawan. Tulang itu dibungkus dan dilapisi oleh kulit dan sebelah dalamnya terdapat bulu-bulu halus yang mencegah bendabenda asing masuk ke dalam pernafasaan bagian dalam. Masing-masing rongga di bagian depan yang berhubungan keluar melalui nostril anterior (nostril) dan bagian belakang berhubungan dengan bagian atas faring (rongga tekak), yaitu nasofaring. Rongga hidung berhubungan pula dengan tulang dahi, kelenjar air mata, telinga bagian tengah, serta rongga mulut. Dengan demikian hubungan-hubungan tersebut dapat menerangkan mengapa seseorang dapat bernafas melalui mulut. Kepekaan hidung dalam mencium suatu bau, segera akan disalurkan pada saraf (nervus olfaktorius) bagian dari bulbus olfaktorius. Daerah ini berukuran 250 mm2, kurang lebih seluas materai. Energi yang bersifat bau itu bergerak 4



melalui daerah penerima akhir di bagian otak, yang disebut dengan pusat olfaktorius di lobus temporalis. Pada bagian otak inilah energi bau ditafsirkan. Pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah apokat, dari dinding lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang dilapisi mukosa. Bangunan ini adalah konka nasalis yang terdiri dari lipatan selaput lendir dan puncaknya terdapat sarafsaraf pembau, bila bernafas lewat hidung dan mencium bau yang terdapat di udara, maka udara yang dihisap masuk melalui bagian atas dari rongga hidung. Pada kavum nasalis terdapat 3 bagian hidung, yaitu atas, tengah dan bawah. Pada kavum nasalis ini rongga hidung dilapisi oleh membran mukosa bersilia yang banyak memiliki banyak pembuluh darah dan udara yang dihangatkan setelah memiliki epitelium, yang banyak mengandung kapiler. Permukaan selaput lendir (mukosa) tetap basah karena adanya sekret mukosa dan serosa. Sekret tersebut juga melembabkan udara inspirasi. Darah di dalam sinus venosus menghangatkan udara. Konka nasalis juga enyebabkan benda-benda kecil mudah tertangkap. Silia yang terdapat pada sel-sel bersilia, senantiasa mendorong lapisan lendir ke belakang ke arah nasofaring untuk selanjutnya ditelan atau dibatukkan keluar. Tulang-tulang di sekitar rongga nasal berlubang. Lubang pada tulang disebut dengan sinus paranasalis. Sinus paranasalis ini berfungsi memperlunak tulang dan gunanya sebagai ruang bunyi suara, suara menjadi lebih beresonansi.



B. Berbagai Fungsi Alat Penciuman Di atas konka nasalis superior serta di bagian sekat hidung di dekatnya, terdapat daerah berwarna coklat-kekuningan (pada selaput lendir segar). Daerah khusus ini mengandung reseptor penghidu, disebut daerah olfaktoria atau mukosa olfaktoria. Udara yang masuk melalui lubang hidung melewati kedua olfaktori tersebut. Indera penciuman manusia bila dibandingkan dengan hewan, relatif sangat lemah. Hanya saja pembauan manusia dapat mendeteksi vanilin seberat 0,0000000002 g (penyedap vanili) yang diuapkan dalam 1000 liter udara. Berbagai molekul yang merupakan kombinasi energi, kemudian berwujud sebagai suatu bau. Epitel olfaktoria disusun oleh tiga jenis sel yang sering disebut sel penyokong, sel basal dan sel olfaktoris. Adapun kegunaan sel-sel penciuman berperanan sebagai berikut: 5



1. Menimbulkan sekresi liur dan getah lambung dalam respons terhadap bau yang menyenangkan dan waspada terhadap bau yang busuk dan bau yang tidak menyenangkan. 2. Memantau kebersihan, seperti keringat dan kotoran. 3. Mengadakan informasi sosial melalui penciuman yang berhubungan dengan „keluarga‟ dan „orang luar‟. 4. Mempengaruhi tingkah laku seksual. 5. Mempengaruhi keadaan emosi, yang berkaitan dengan perasaan kegembiraan dan kelesuan. Di dalam lamina propria terdapat kelenjar serosa tubuloasinosa bercabang (kelenjar Bowman), yang mengeluarkan sekret berupa cairan yang dicurahkan ke permukaan melalui saluran sempit. Sekret kelenjar Bowman berperan melarutkan bahan-bahan berbau. Kelenjar ini bersekresi terus menerus dan berfungsi untuk memperbaharui lapisan cairan di permukaan yang mencegah pengulangan rangsangan rambut-rambut olfaktoria oleh satu bau tunggal. C. Sinus Paranasal Sinus paranasal merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulangtulang tengkorak dan berhubungan dengan rongga hidung. Terdapat empat tempat sinus: 1. Maksilaris : rongga tulang hidung 2. Frontalis : rongga nasalis inferior 3. Sfenoidalis : rongga nasalis inferior 4. Etmoidalis : rongga nasalis yang berfungsi sebagai tapis Sinus ini diliputi oleh selaput lendir. Jika terjadi peradangan terhadap rongga hidung, lendir-lendir dari sinus paranasalis akan keluar, jika tidak dapat mengalir keluar akan menjadi sinusitis. Epitel yang membatasi sinus-sinus paranasal merupakan lanjutan dari epitel hidung dan juga adalah jenis epitel bertingkat silindris bersilia.



D. Sawar Udara-Darah Sawar udara-darah meliputi bagian bagian-bagian yang dilalui oleh gas pada pertukaran gas yang terjadi antara udara di dalam alveoli dengan darah dalam kapiler paru. Bangunan-bangunan tersebut adalah: Satu, epitel permukaan paru yang tipis. Dua, ruang intersitial, di banyak tempat hanya berupa peleburan lamina basal epitel dan endotel. Tiga, endotel kapiler. Di samping itu masih terdapat selaput tipis cairan yang membatasi alveol yang berisi surfaktan. Surfaktan berperan sebagai faktor antikolaps dan terutama penting bagi bayi; bila jumlah surfaktan kurang mencukupi, maka bayi (terutama bayi prematur) dapat menderita penyakit membran hialin atau sindrom gawat pernafasan, dengan kegagalan alveoli untuk mengembang pada saat inspirasi dan alveoli kolaps pada saat ekspirasi. 6



E. Fungsi Sistem Pernafasan Fungsi utama pernapasan adalah untuk melaksanakan pertukaran gas. Oksigen dalam bentuk terlarut dari alveoli masuk ke dalam kapiler darah melalui sawar udara-darah dan karbon dioksida berjalan sebaliknya. Fungsi bagian penghantar adalah untuk menyaring, mencuci, melembabkan dan memanaskan atau mendinginkan udara inspirasi. Paru-paru juga berfungsi sebagai alat pembuangan, karena air ikut hilang di dalam udara. F. Fisiologi Penciuman Bau yang masuk ke dalam rongga hidung akan merangsang saraf (nervus olfaktorius) dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan stasiun penghubung hingga mencapai daerah penerima akhir dalam pusat olfaktorius pada lobus temporalis otak di mana perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang dihisap dan kepekaan akan rasa tersebut mudah hilang bila pada bau yang hampir sama dengan waktu yang cukup lama. Reseptor penciuman berespons terhadap bahan-bahan yang berkontak dengan epitel penciuman dan larut dalam lapisan tipis mukus yang melapisinya. Ambang penciuman untuk bahan-bahan tertentu diperlihatkan dalam tabel sebagai berikut: Bahan



Mg/L udara



Etil eter



5.83



Kloroform



3.30



Piridin



0.03



Oil of peppermint



0.02



Lodoform



0.02



Asam butirat



0.009



Propil merkaptan



0.006



Musk buatan



0.00004



Metil merkaptan



0.0000004



Misalnya Metil merkaptan, bahan yang memberi bau yang khas pada bawang putih, dapat tercium pada konsentrasi udara kurang dari 500 pg/L. Selain itu manusia dapat membedakan antara 2000 sampai 4000 bau. Di pihak lain, pembedaan berbagai intensitas setiap bau adalah buruk. Konsentrasi bahan penghasil bau harus berubah sekitar 30% sebelum adanya perubahan dapat terdeteksi. Arah asal bau tampaknya didasarkan pada perbedaan kecil dalam waktu kedatangan molekul bahan yang bersangkutan ke 2 lubang hidung. Ambang penciuman tergantung pada kelembapan udara dan suhu serta kondisi-kondisi yang lain. 7



Ada suatu pertanyaan menarik bagaimana suatu organ indera sederhana seperti mukosa penciuman dan representasinya di otak, yang tampaknya tidak rumit dapat membedakan lebih dari 2000 macam bau. Sebagai perbandingan dengan indera pengecap, yang hanya dapat menentukan 4 rasa. Salah satu jawaban untuk pertanyaan ini adalah bahwa terdapat bermacam-macam reseptor bau, dan yang lain adalah bahwa sel-sel yang mengandung reseptor, yang mungkin hanya ada satu reseptor di sebagian besar sel, berproyeksi dalam berbagai pola di otak. G. Protein pengikat Bau



Berbeda dengan ambang untuk rangsangan penciuman yang rendah apabila membran mukosa olfaktorius utuh, reseptor-reseptor penciuman yang telah dilakukan patch clamped memiliki ambang yang relatif tinggi dan masa laten yang panjang. Selain itu, molekul lipofilik penghasil bau harus melewati mukus hidrofilik di hidung untuk mencapai reseptor. Kenyataankenyataan ini menimbulkan pandangan bahwa mukus penciuman mungkin mengandung satu atau lebih protein pengikat bau (odorant binding protein, OBP) yang memekatkan bau dan menyalurkannya ke reseptor. Saat ini telah berhasil diisolasi sebuah OBP 18-kDa yang khas untuk rongga hidung, dan protein yang terkait lainnya mungkin ada. Protein ini memiliki homologi yang cukup besar dengan protein lain dalam tubuh yang dikenal sebagai pembawa molekul-molekul lipofilik kecil. Protein pengikat serupa juga tampaknya dengan pengecapan. H. Pembauan Hubungannya dengan Jenis Kelamin dan Ingatan



Pada banyak spesies hewan, terdapat hubungan erat antara fungsi penciuman dan seksual, dan iklan-iklan parfum merupakan bukti yang nyata bahwa ada hubungan serupa juga terdapat pada manusia. Indera penciuman diakatakan lebih halus pada wanita daripada pria, dan pada wanita paling halus adalah saat ovulasi. Penciuman memiliki kemampuan yang unik membangkitkan ingatan jangka panjang, suatu kenyataan yang ditulis oleh para novelis dan dibuktikan oleh para ahli psikolog experimental. 1. Menghirup atau mengendus (Sniffing)



Jumlah udara yang mencapai daerah membran mukosa olfaktorius sangat meningkat dengan menghirup atau mengendus (sniffing). Tindakan mengendus yang mencakup kontraksi bagian bawah nares di septum untuk membantu mengarahkan arus udara ke atas. Mengendus adalah suatu respons semi refleks yang biasanya terjadi apabila ada bau baru yang menarik perhatian.



2. Peran Serat Nyeri di Hidung



Ujung-ujung bebas dari banyak serat nyeri trigeminus ditemukan di membran mukosa olfaktorius. Ujung-ujung ini dirangsang oleh bahan-bahan iritatif, dan komponen iritatif yang diperantarai saraf trigeminus merupakan bagian dari “bau” khas bahan tertentu seperti pepermint, mentol, dan klorin. Ujung-ujung ini juga berperan mencetuskan bersin, lakrimasi, inhibisi napas,dan respon refleks lain terhadap iritasi hidung.



3. Adaptasi



8



Secara umum diketahui bahwa apabila seseorang secara terus menerus terpajan bau tertentu (bahkan bau yang paling tidak mengenakkan), maka persepsi bau akan menurun dan akhirnya berhenti. Fenomena yang kadang-kadang bermanfaat ini disebabkan oleh adaptasi, atau desensitisasi, yang relatif cukup cepat pada penciuman. Adaptasi ini spesifik untuk bau tertentu yang sedang tercium, dan ambang untuk bau lain tidak berubah.



4. Kelainan



Kelainan menghidu antara lain anosmia (hilangnya daya menghidu), hiposmia (berkurangnya kepekaan menghidu), dan disosmia (distorsi daya menghidu). Pada manusia telah ditemukan beberapa lusin jenis anosmia yang berlainan; kelainan-kelainan ini diperkirakan disebabkan tidak adanya atau gangguan fungsi salah satu dari banyak anggota famili reseptor bau. Ambang penciuman meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan lebih dari 75% orang berusia di atas 80 tahun mengalami gangguan mengidentifikasi bau. Rasa penciuman akan lemah bila selaput lendir hidung sangat kering, basah atau membengkak seperti waktu influneza.



9



BAB II ALAT PENGECAP (LIDAH)



Alat pengecap ini pada manusia hanya terdapat di lidah. Tetapi pada hewan di seluruh mulut, bahkan ada yang mempunyai alat ini di kulitnya. Lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera khusus pengecap. Gerakan lidah mempunyai 2 gerakan khusus, yaitu: 1. Otot instrinsik melakukan gerakan halus. 2. Otot ekstrinsik melaksanakan gerakan-gerakan kasar pada waktu mengunyah dan menelan. A. Lokasi Kepekaan Pengecapan



Mulut merupakan organ yang berongga, bagian dari alat untuk memasukkan makanan, pengolah, dan proses penelan. Fungsi mulut sebagai proses makan juga dapat berfungsi lain, untuk bernapas. Mulut menjadi bagian dari bibir dan pipi yang kemudian mengarah pada tenggorokan. Mulut menjadi pelindung dari lidah terhadap lingkungan luar.



Lidah terletak pada dasar mulut, ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi, dan terdiri dari otot serat lintang yang dilapisi oleh selaput lendir yang dapat digerakkan ke segala arah. Puting kecap terdiri atas sekitar 40 sel-sel epitel yang telah mengalami modifikasi yang kemudian dinamakan sel-sel kecap. Sel-sel ini terus menerus diganti. Ada sel yang muda dan ada sel yang matang yang akan segera terlepas. Masa hidup setiap sel kecap sekitar 10 hari.



Selaput lendir atau membran mukosa selalu lembab. Permukaan atas yang seperti beludru dan ditutupi papil-papil (papila). Puting kecap atau kuncup perasa ini, selain di lidah juga terdapat di langitlangit dan faring. Selain terdapat kuncup perasa terdapat juga bermuatan putingputing pengecap. Setiap tiga atau empat jenis papil terdapat puting kecap. Macam pengecap terbagi atas 4 bagian, yaitu:



1. Pertama, rasa manis dan asin, rasa ini terdapat di ujung lidah. Meskipun demikian sebenarnya pada ujung lidah dapat menerima semua rasa. 2. Rasa asin, terdapat pada ujung, samping kiri dan kanan lidah. Pada bagian ini khususnya pada rasa asam dapat dirasakan pada tepi lidah.



3. Asam, terletak pada samping kiri dan kanan lidah 4. Pahit, terletak pada pangkal lidah. Individu bisa saja menyatakan bahwa rasa makanan yang dikecap pada lidah memiliki rasa lain. Pengecapan ini merupakan kombinasi dari berbagai macam bagian-bagian rasa yang terjadi. Punggung lidah bersifat relatif tidak dapat menerima sesuatu modalitet. Perangsang pada lidah adalah



10



benda-benda yang dapat larut. Bahan-bahan yang dapat larut dalam cairan mulut inilah yang membasahi reseptor-reseptor tersebut.



Terjadi beberapa kasus, terdapat individu yang memiliki rangsangan untuk perasaan nyeri, seperti misalnya, saus pedas. Organ hidung juga berperan terhadap keseluruhan sensasi yang dihasilkan oleh makanan , konsistensi atau tekstur dan suhu serta rasa makanan. Makanan yang memiliki aroma tertentu membuat mulut mengeluarkan air liur yang berlebihan. Padahal aroma tersebut dicium dari hidung. Hal ini disebabkan ada bagian yang disebut dengan nasofaring yang berhubungan dengan hidung dan mulut. B. Fungsi alat pengecap



Fungsi alat pengecap, pertama, untuk merasakan arti makanan yang enak atau tidak enak sebagai organ pengecap. Kedua, membantu dalam mengunyah makanan. Ketiga, membantu dan menelan. Keempat, sebagai alat bantu untuk berbicara. Fungsi lainnya sebagai alat reflek, dengan adanya rasa asam, asin, pahit, manis dan sebagainya, maka getah cerna akan keluar. C. Fungsi Saliva (Kelenjar Ludah)



Fungsi saliva atau kelenjar ludah sebagai fungsi yang bersifat mekanis. Fungsi pertama, mencampur ludah dengan makanan sehingga menjadi lunak setengah cair dan mudahditelan. Kedua adalah sebagai fungsi kimia. Enzim ptialin mengubah hidrat arang menjadi maltose, enzim maltoze menjadi glukosa. Fungsi ketiga, membasahi lidah, pipi dan langit-langit (palatum) yang penting dalam proses berbicara. Fungsi keempat, melarutkan makanan yang kering hingga dapat dirasakan. Misalnya: gula dan garam. Terakhir, mencegah gigi menjadi karies, mengubah suasana asam yang ditimbulkan oleh bakteri pembusuk.



Kelenjar saliva dihasilkan secara refleks, makanan yang masuk ke dalam mulut. Kondisi pengeluaran air ludah pada makanan ini adalah hasil dari kondisi belajar. Pengeluaran saliva ini juga dipelajari dari individu yang melihat, membau dan berpikir tentang makanan. Bila makanan ada dalam mulut atau kita mencium bau makanan maka akan keluar saliva atau yang disebut sekresi psikis yang akan merangsang nervus olfaktorius dan nervus glossofaringus. Air liur sendiri sebagai wujud air dalam jumlah besar berguna melembabkan dan melunakkan makanan. Lendir itu sendiri berfungsi melumasi dan melunakkan serta membuat benda tersebut lebih fleksibel di dalam mulut.



11



D. Sensasi yang dirasakan oleh lidah 1. Haus



Rasa sensasi haus diproyeksikan pada faring, reseptornya tidak diketahui dengan pasti sedangkan serabut eferennya melalui nervus glossofaringeus saraf IX. Pusatnya tidak diketahui, sensasi haus merupakan pelindung untuk segera minum. 2. Sensasi Lapar



Sensasi lapar diproyeksikan pada lambung biasanya bersamaan dengan kontraksi ritmis yang kuat dari otot-otot lambung yang timbul periodik tiap 30-60 menit sekali. Reseptor lapar terletak diantara otot-otot lambung serabut eferen melalui nervus vagus dan pusat lapar yang tidak diketahui dengan jelas. Sensasi-sensasi lain adalah kombinasi dari 4 macam modalitet itu. Waktu orang mengecap sesuatu mungkin juga disertai oleh sensasi dari pancaindera lain. Misalnya, bau makanan yang diberi vanili, pewarna makanan yang menarik mata untuk dilihat dan lain-lain. Guna memeriksa modalitet pengecap, digunakan:



a. Gula - sacharose, maltosa, laktosa, glukosa. Rasa penimbul yang lain adalah kloroform, garam berilium, berbagai amida asam aspartat. Untuk pemanis buatan sakarin, aspartam dan garam-garam timah. Rasa ini untuk penimbul rasa manis.



b. Garam (Na Cl) untuk rasa asin. c. Jeruk asam dari asam (acid), adam-asam organik dan asam mineral dengan konsentrasi H untuk asam d. Kina sulfat, senyawa organik lain adalah morfin, nikotin, kafein dan urea. Rasa ini disebabkan adanya kation untuk pahit. E. Ambang Kecap dan Pembedaan Intensitas



Reseptor atau penerima dari alat pengecap terdapat pada suatu alat yang berbentuk tombol atau knop yang disebut: „gemma gustatoria‟, suatu benda-benda bulat yang terdapat di permukaan lidah. Dalam gemma gustatoria ini terdapat dua macam sel yang dinamakan: sel neuroepithel dan sel penyokong.



Kelenjar ludah mengeluarkan ½ liter dalam 24 jam dalam mengolah enzim amilase, sebagai katalisator dalam perubahan karbohidrat menjadi monosakarida dan disakarida. Perbedaanmanusia dalam membedakan intensitas rasa, seperti pada intensitas penciuman, relatif kasar. Diperlukan perubahan konsentrasi bahan sebesar 30% sebelum perbedaan intensitas dapat dideteksi. Papil pengecap berespons pada bahan-bahan yang masing-masing konsentrasi ambangnya bervariasi.



Pada pengecap kita jumpai pula minimum perangsang yang masih dapat dikecap. Ternyata ada beberapa benda yang dapat dikecap oleh beberapa orang, tetapi tidak dapat dirasakan oleh orang lain. Lain dari itu sesuatu benda dapat memberikan sensasi yang berlainan kepada beberapa orang, misalnya: minum bir, untuk beberapa orang pahit, tetapi untuk beberapa orang lagi tidak merasakan apa-apa.



12



F. Faktor Genetik, Tipuan Kimia dan Kelainan-kelainan



Pada manusia terdapat variasi menarik dalam kemampuan merasakan feniltiokarbamid (PTC). Dalam larutan encer, PTC terasa asam bagi sekitar 70% populasi Kaukasus. Sedangkan sisanya merasakan tidak demikian. Ketidakmampuan merasakan PTC diwariskan sebagai sifat yang resesif otonom. Pemeriksaan sifat-sifat ini berguna dalam penelitian-penelitian mengenai genetik manusia. Terdapat protein yang dapat mengubah rasa. Rasa asam dapat diubah menjadi terasa manis. Protein ini disebut dengan mirakulin.



Kelainan pengecapan antara lain ageusia (hilangnya daya pengecapan), hipogeusia (berkurangnya kepekaan pengecapan), dan disgeusia (distori daya pengecapan). Berbagai penyakit dapat menimbulkan hipogeusia. Selain itu, obat-obatan misalnya kaptopril dan penisilamin, yang mengandung gugus sulfhidril, menyebabkan hilangnya sensasi kecap sementara. Penyebab efek dari senyawa sulfhidril ini tidak diketahui.



13