Makalah Interprofesional Kelompok H [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KOMUNIKASI INTERPROFESIONAL



OLEH KELOMPOK H



Hasna’ Fakhriyah J. (161610101071) Septiana Dwi R.



(161610101072)



Ardin Tito F. (161610101073) Nadiyah Rizqi A.



(161610101074)



Syafira Dwi A.



(161610101075)



Anindita Permata H. (161610101076) Isfania Harmintaswa (161610101077) Devanti Ayu C.



(161610101078)



Resza Utomo



(161610101079)



Adelia Okky S.



(161610101080)



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “komunikasi interprofesional”. Makalah ini berisikan tentang proses perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi program komunikasi yang ditujukan untuk penyedia layanan kesehatan. Diharapkan makalah ini dapat menambahkan pengetahuan kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu kami harapkan demi lebih baiknya makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita, Aamiin.



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan sesama dalam



kehidupan sehri-hari. Sehingga manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Interaksi sosial adalah hubungan antar individu, atau hubungan individu dengan kelompok, atau hubungan kelompok dengan kelompok. Sehingga komunikasi pada umumnya di artikan sebagai bentuk penyampaian informasi atau pesan serta pengertian dari seseorang kepada orang lain . Banyak pakar yang mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan fundamental bagi individu untuk bermasyarakat (Schramm, 1982). Karena jika tidak berkomunikasi maka kemungkinan untuk perbedaan makna dan kesalahpahaman dalam bermasyarakat semakin besar. Aktivitas manusia sebagian besar digunakan untuk komunikasi, salah satunya yaitu digunakan untuk komunikasi interprofesional (Sarwono, 2003). Komunikasi interprofesional merupakan komunikasi yang terjadi antar multidisiplin ilmu mengenai praktik keprofesian yang berkolaborasi untuk meningkatkan kerjasama dan pelayanan kesehatan (Barr, 2002). Komunikasi dengan mitra kerja di bidang kesehatan dapat dilakukan dengan menjunjung prinsip-prinsip yang mendukung komunikasi dalam tim (Kumala, 1995). Pada saat berkomunikasi dengan mitra kesehatan, harus berkomunikasi secara detail, cepat dan akurat agar meminimalisir kejadian buruk. Selain itu, dalam berkomunikasi antar tim kesehatan membutuhkan rasa empati, simpati, rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menghargai profesi kesehatan lainnya (Sudarma, 2008). 1.2



Rumusan Masalah     



Bagaimana pengertian dari komunikasi? Bagaimana pengertian dari komunikasi interprofesional? Apa saja tujuan dari komunikasi interprofesional? Apa saja jenis dari komunikasi interprofesional? Apa saja faktor pendukung terjadinya komunikasi interprofesional?



 1.3



Apa saja faktor penghambat terjadinya komunikasi interprofesional? Tujuan



     



Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi interprofesional. Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi interprofesional. Untuk mengetahui jenis dari komunikasi interprofesional. Untuk mengetahui faktor pendukung terjadinya komunikasi interprofesional. Untuk mengetahui faktor penghambat terjadinya komunikasi interprofesional.



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa Latin communis yang artinya membuat kebersamaan



atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar dari kata communis adalah communico yang artinya berbagi. Komunikasi juga berasal dari kata communication atau communicare yang berarti membuat sama. Dapat disimpulkan bahwa sebagai kata kerja komunikasi berarti proses bertukar pikiran, perasaan dan informas; membuat tahu seseorang; membuat sama; dan membuat hubungan yang simpatik. Sebagai kata benda komunikasi berarti bertukar simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi; proses pertukaran di antara individu melalui simbol yang sama; seni untuk mengeksoresikan gagasan; dan ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983 dalam Vardiansyah, 2004). Konsep definisi komunikasi mengarah efektifitas komunikasi antara orang yang terlibat di dalamnya. Schramm menyatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi berhasil melahirkan kebersamaan (commones), kesepakatan antara sumber (source) dengan penerima (audience). Schramm juga berpendapat bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang membuat penerima (audience) dapat menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. 2.2



Komunikasi Interprofesional Komunikasi interprofesional adalah komunikasi yang berlangsung lama antara



beberapa orang dalam 1 kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya. Komunikasi antar petugas kesehatan yang buruk dapat menimbulkan ketidakpuasan pasien. Komunikasi yang kurang baik tersebut kadang-kadang menyebabkan kecacatan atau kematian. Semangat kerjasama antar petugas kesehatan sangat penting bagi suksesnya suatu pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan harus bekerjasama membantu pasien untuk memecahkan masalah kesehatan yang kompleks. Namun terkadang semangat tersebut tidak kelihatan. Bahkan pasien sering merasa bingung karena ada dua dokter yang memberikan nasehat yang berbeda dan terkadang bertentangan.



2.3



Tujuan Komunikasi Interprofesional Komunikasi Interprofessional pada pelayanan kesehatan dilakukan oleh tenaga-tenaga



medis seperti dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, dokter spsialis, dan lainnya. Dengan adanya komunikas Inteprofessional bertujuan untuk   



Mewujudkan kesehatan pasien yang lebih baik Bertukar informasi dan alat medis agar lebih efektif untuk memajukan praktek medis Mengadvokasi untuk penerapan standar baru pelayanan perawatan kesehatan Berdasarkan tujuan tersebut diharapkan semua tenaga medis dapat memberikan



pelayanan kesehatan sebaik-baiknya tanpa adanya kesalahan komunikasi antar tenaga medis 2.4



Prinsip Komunikasi Interprofesional Komunikasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat mendukung komunikasi



dalam tim. Menurut Kumala (1995) prinsip-prinsip tersebut ialah: 1.



Setiap individu dalam tim memiliki hak untuk mengemukakan dan menjelaskan



2.



pendapatnya atau pandangan mereka untuk melakukan sesuatu tindakan. Pesan yang diberikan, dalam bentuk lisan maupun tulisan, harus dinyatakan dengan menggunakan bahasa serta ungkapan yang jelas dan mudah dimengerti oleh semua



3.



individu dalam tim tersebut. Setiap individu dalam tim menghindari perselisihan dan pertentangan sesama individu dalam tim agar komunikasi atau hubungan yang terjalin lebih baik.



2.5



Jenis Komunikasi Interprofesional Komunikasi interprofessional dapat terjadi dalam berbagai jenis komunikasi dalam



suatu organisasi pelayanan kesehatan. Jenis komunikasi tersebut dapat berupa : 1. Komunikasi antara manajer fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan 2. Komunikasi antara dokter dengan perawat/bidan 3. Komunikasi antara dokter dengan dokter, misalnya komunikasi antara dokter spesialis dengan dokter ruangan atau antar dokter spesialis yang merawat pasien 4. Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas apotek 5. Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas administrasi/keuangan 6. Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas pemeriksaan penunjang (radiologi, laboratorium, dan lain-lain)



Jenis-jenis komunikasi tersebut tentunya bisa lebih banyak lagi bergantung kepada besarnya organisasi dan banyaknya jenis pelayanan yang diberikan. Semakin banyak jenis komunikasi yang ada pada suatu organisasi tersebut, kemungkinan terjadinya gangguan komunikasi juga lebih besar. Selain jenis komunikasi diatas, komunikasi interprofessional memiliki bentuk komunikasi



yang



terjadi



ketika



komunikasi



berlangsung.



Bentuk



komunikasi



interprofessional dapat berupa komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Contoh komunikasi nonverbal dalam komunikasi interprofessional dapat berupa rekam medik pasien, resep untuk pasien, dan lain-lain. Rekam medik pasien menjadi sumber informasi untuk tenaga medis yang akan menjadi petugas pelayanan perawatan di kemudian hari. Rekam medis pun bentuk komunikasi antar tenaga medis dalam memberikan pelayanan kesehatan. Sehingga mereka dapat melihat rekam medik terlebih dahulu dan saling memberikan informasi. Selain itu, resep pun menjadi bentuk komunikasi yang diberikan dokter untuk pasien mengambil obat di apotek. 2.5



Faktor Pendukung Komunikasi Interprofesional Menurut (Potter & Perry, 2005), terdapat beberapa faktor pendukung komunikasi



interprofessional, antara lain: 



Persepsi Saat berkomunikasi antar profesi perlu menyetarakan persepsi, agar tidak







menimbulkan masalah dalam berkomunikasi Lingkungan Saat berkomunikasi, pilihlah lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi.







Hindari lingkungan yang dapat mengganggu/ menghambat proses komunikasi Pengetahuan Saat berkomunikas, tingkat pengetahuan yang berbeda, dapat menimbulkan penyampaian pesan yang tidak jelas dan negative feedback



2.6



Faktor Penghambat Komunikasi Interprofesional Yang menyebabkan konflik antar petugas kesehatan antara lain: a. Role Stress Adanya permasalahan yang dialami petugas kesehatan pada saat bekerja, menyebabkan seseorang tersebut mengalami stress sehingga mempengaruhi suasana hati orang tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi hubungannya dengan petugas yang lain, sehingga menyebabkan komunikasi interprofesional terganggu.



b. Lack of interproffesional understandings Maksudnya adalah, kurangnya pemahaman seseorang akan peran dari masingmasinng



petugas



lainnya.



Hal



ini



dapat



menyebabkan



kebingungan



dan



kesalahtafsiran terhadap pettugas lainnya ketika berada pada lingkungan kerja, sehingga



menyebabkan



timbulnya



konflik



akibat



terganggunya



komunikasi



interprofesional. c. Autonomy Struggles (masalah otonomi). Otonomi maksudnnya, setiap petugas kesehatan memiliki peran, tanggungjawab, dan wewenang tersendiri terhadap profesi yang digelutinya. Namun, adanya perbedaan tigkat otonomi pada masing-masing petugas kesehatan dapatt memicu adanya ketegangan interpersonal pada diri seseorang. Seperti contoh, seorang perawat merasa sangat kesal karena rendahnya otoritas mereka dalam menentukan suatu keputusan mengenai keamanan atau kenyamanan pasien. Jadi seharusnya, tiap-tiap orang memahami betul bagaimana ewenang mereka dan bagaimana otoritas mereka terhadap kounikasi interprofesionalnya dengan orang lain. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari masalah yang timbul dalam komunikasi interprofesional: a. Sensitifitas kepada penerima komunikasi Sensitivitas ini sangatlah penting dalam penentuan cara komunikasi serta pemilihan media komunikasi. Hal-hal yang bersifat penting dan pribadi paling baik dibicarakan secara langsung atau tatap muka, dan dengan demikian adanya kecanggungan serta kemungkinan adanya miskomunikasi. b. Kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis Komunikasi seringkali disampaikan secara non verbal atau lebih dikenal dengan body language. Pengertian akan body language, yang bisa berbeda sesuai dengan kultur, ini akan memberikan kelebihan dalam komunikasi. c. Penentuan waktu yang tepat dan umpan balik Hal ini sangatlah penting dalam mengkomunikasikan keadaan yang bersifat sensitif. Umpan balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena dapat memberikan kepastian mengenai sejauh mana komunikasi yang diadakan oleh seseorang sumber (source) dapat diterima oleh komunikan (receiver). Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan pengaturan komunikasi yang sebaikbaiknya antar tenaga kesehatan. Maka dalam organisasi kesehatan agar komunikasi berjalan dengan baik dan tanpa ada masalah perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing-masing petugas dalam suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak dan tugas petugas lain juga harus diketahui oleh masing-masing petugas, 2)



memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil keputusan sesuai dengan kewajiban dan kemampuannya, dan 3) mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan yang saling melengkapi.



BAB III KESIMPULAN



Komunikasi interprofessional adalah bentuk interaksi untuk bertukar pikiran, opini dan informasi yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam upaya untuk menjalin kolaborasi interprofesi. Komunikasi Interprofessional dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi program komunikasi yang ditujukan untuk penyedia layanan kesehatan. Adanya komunikasi interprofessional ialah bertujuan untuk :  



mewujudkan kesehatan pasien yang lebih baik bertukar informasi dan alat medis agar lebih efektif untuk memajukan praktek







medis serta mengadvokasi untuk penerapan standar baru pelayanan perawatan kesehatan.



Dengan adanya tujuan tersebut diharapkan semua tenaga medis dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya tanpa adanya kesalahan komunikasi antar tenaga medis.



Daftar Pustaka



Bahfiarti, T.. 2012. Buku Ajar: Dasar-dasar Teori Komunikasi. Universitas Hasanuddin Barr, H. 2002. Interprofessional Education. John Wiley & Sons, Ltd. Kumala, P. 1995. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Sarwono. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Gravido Persada Schramm, W.., and Porter, W. E. 1982. Men, Women, Messages, And Media: Understanding Human Communication. New York: Harper and Row. Sudarma, M. 2008. Sosiologi untuk kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Rokhmah, N. Ariyani dan Anggorowati. Komunikasi Efektif dalam Praktek Kolaborasi Interprofesi sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan. Journal of Health Studies. 1(1): 65-71, 2017 Vardiansyah, D.. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi Cetakan Ke-1. Bogor:Ghalia Indonesia.