Makalah Jamaludin Al Afgani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Perkembangan pemikiran modern Islam adalah salah satu mata kuliah yang berisi tentang para tokoh Muslim modern yang pemikirannya berkembang di dunia Islam. Masing-masing tokoh mempunyai latar belakang pendidikan, budaya dan orientasi yang satu sama lain mempunyai ciri khas masing-masing, dan dengan cara masingmasing pula mereka memperkenalkan Islam pada umat manusia. Berbicara mengenai tokoh, sangatlah banyak tokoh pergerakan Muslim yang sudah berjasa untuk Islam, hanya saja sebagian besar diantara mereka tidak tercatat dalam tinta emas sejarah Islam. Hal tersebut dikarenakan banyak sebab, yang di antaranya karena kurangnya publikasi terhadap media dan teknologi pada masa itu, sehingga menyebabkan tidak terpublish nya sebagian para pelaku sejarah Islam. Salah satu tokoh pembaharuan dalam dunia Islam yakni Jamaluddin al-Afghani. Beliau adalah salah seorang tokoh pembaharu Islam, bahkan dalam beberapa buku beliau disebutkan sebagai tokoh bapak pembaharu Islam. Gelar itu tak ayal dinobatkan padanya sebagaimana gerak perjuangannya yang tak kenal lelah terhadap perjuangan Islam. Untuk mengenal lebih jauh siapa beliau, akan kami paparkan dalam makalah yang singkat ini.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Biografi Jamaluddin al-Afghani? 2. Bagaimana Pergerakan Jalamuddin al-Afghani? 3. Apa Saja Pokok Pemikiran Jamaluddin al-Afghani? 4. Apa Saja Karya Yang Telah Ditorehkan Jamaluddin al-Afghani?



C. Tujuan 1. Mengetahui Biografi Jamaluddin al-Afghani. 2. Mengetahui Pergerakan Jamaluddin al-Afghani. 3. Mengetahui Pokok Pemikiran Jamaluddin al-Afghani. 4. Mengetahui Karya-karya Jamaluddin al-Afghani.



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Biografi Jamaluddin Al-Afghani



Jamaluddin al-Afghani, dilahirkan di Asadabad, Afghanistan pada tahun 1254 H/1838 M. Ia merupakan orang yang anti otokrat (diktator) , aktivis politik, nasionalis Islam, pencetus dan perintis Pan Islamisme. Ia mempunyai pertalian darah dengan Husein bin Ali melalui Ali at-Tirmidzi, seorang ahli hadis terkenal pada masanya dan background keagamaan keluarganya yakni mengikuti mazhab Hanafi. Mulai kecil hingga usia 18 tahun, ia dibesarkan dan belajar di Kabul, Afghanistan. Pada usia ini, Jamaluddin tidak hanya menguasai ilmu keagamaan, tetapi juga mendalami falsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi dan astrologi. Dia seorang yang sangat cerdas, jauh melampaui remaja se-usianya. Setelah menguasai berbagai disiplin ilmu atau tepatnya menjelang usia 19 tahun, ia berkelana ke India selama lebih dari satu tahun. Kemampuannya berbicara dan pengetahuannya yang dalam membuatnya memukau banyak orang. Dia orator yang tangguh, sehingga dengan kepiawaiannya mengolah kata, ia mampu mendorong rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Beliau juga digambarkan sebagai pribadi yang lebih memperjuangkan kaum muslimin terhadap dominasi politik Barat dibandingkan masalah teologi. Jamaluddin al-Afghani berusaha memecah tembok ekslusif kaum muslimin dan membawa mereka memasuki dunia lebih terbuka. Afghani tetap optimis meskipun menghadapi realitas adanya kemajemukan bangsa, budaya dan agama. Baginya agama itu sendiri, khususnya agama Yahudi, Kristen dan Islam, bukan menjadikan faktor perpecahan. Menurutnya perpecahan hanya terjadi bila dieksploitasi oleh kepentingan semata, orang yang berkepentingan. Menurut ia, perpecahan di 2



kalangan penganut agama lebih banyak dicetuskan oleh para pedagang agama, merekalah yang menimbulkan isu perselisihan dan memperniagakannya di warung agama guna mengambil keuntungan pribadi. Rupanya kontak awal al-Afghani dengan pemikiran barat pertama kali terjadi di India. Dari India, Al-afghani pergi haji dan melanjutkan perjalannya ke Mekkah, Mesir, Persia, Perancis dan beberapa Negara lainnya. Baik di Istambul dan Afghanistan dia mampu menunjukkan pemikirannya yang progresif dan mampu menembus kalangan tinggi di dua Negara tersebut. Jamaluddin al-Afghani mulai menemukan ide-ide pembaharuannya yang banyak menitik tolak untuk memperkuat kaum muslimin serta meningkatkan intelektual dan kesadaran mereka. Al-afghani tidak pernah berkompromi dengan apa yang tidak adil dan tidak demokratis. Ia mencampakkan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan kepadanya oleh para penguasa yang mementingkan diri sendiri. Sekalipun kadang-kadang tidak memiliki uang, ia tidak mau menerima uang dari mereka yang menghendaki agar ia mengabdi kepada mereka. Sulit sekali untuk menemukan kekurangan dalam sikap pribadi Jamaluddin, dalam tindakan-tindakannya, maupun dalam pekerjaan dan programnya. Hampir semua penulis bersama-sama sepakat mengenai kepemimpinannya yang tidak kenal takut. Pandangan W. Blunt, yang hidup pada zaman itu dan merupakan sahabat alAfghani, secara singkat ia menggambarkan kepribadian al-Afghani, sebagaimana ungkapannya: “Jamaluddin adalah orang yang terlalu besar. Orang dapat menemukan suatu pengaruh dan seruan khusus dalam ajaran-ajarannya. Tidak ada cendekiawan yang lebih terkemuka daripada dirinya dalam 30 tahun terakhir (tahun 1870) di seluruh dunia Islam. Saya merasa bangga dan merasa diri saya mendapat kemuliaan serta diberi kepuasan oleh kenyataan bahwa ia telah tinggal bersama saya selama tiga bulan tinggal di Inggris. Secara ideologis ia terlalu tabah dan kuat (artinya tidak dapat diubah). Ia merupakan orang Asia yang sempurna (dalam pikiran maupun prakter)”. Perjuangan Jamaluddin Al-afghani akhirnya sampai juga ke Istambul, Turki. Tempat ini pula yang menjadi tempat peristirahatannya yang terakhir. Ia wafat di Istambul, pada 9 Maret 1897 dalam usia 59 tahun. Beberapa penulis mengemukakan bahwa pemakamannya dilakukan dengan cara penguburan orang yang tidak dikenal yang meninggal. Ribuan pecinta al-Afghani tidak dapat mengiringi jenazahnya karena takut mengalami pengejaran terus-menerus. Tidak satupun tanda dipasang pada makamnya, semata-mata untuk menghindari makam itu sering diziarahi orang. Pembangunan sebuah monumen untuk tokoh tersebut adalah jasa seorang Amerika dari daerah Wilsonian, yang membangunnya dengan uang sendiri pada tahun 1919.



3



B. Pergerakan Jamaluddin Al-afghani Beberapa perjalanan Jamaluddin Al-afghani dalam meneruskan perjuangan Islamnya, diantaranya yakni: a. India dan Afghanistan Sebagaimana tertulis diatas, semenjak Al-afghani menginjak usia dewasa ia pergi dari Kabul menuju ke India untuk mendapatkan pendidikan modern. Disini ia merasa tidak senang melihat kaum kolonialis yang selalu menindas dan memeras rakyat. Terutama East India Company (E.I.C) yang menyebabkan kehidupan kaum muslimin sangat menyedihkan. Di negara ini, ia memulai kiprah awalnya sebagai tokoh aktivis politik yang ulung, hal itu dibuktikan dengan kepiawaiannya sebagai orator yang mampu membakar semangat juang rakyat India, sehingga mendorong rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya, pada tahun 1857 muncul kesadaran baru di kalangan pribumi India melawan penjajah, sehingga perang kemerdekaan pertama di India pun meletus. Setelah menetap beberapa lama di India, ia melanjutkan perjalanannya ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Sepulang menunaikan ibadah haji, Jamaluddin diminta penguasa Afghanistan, Pangeran Dost Muhammad Khan untuk membantunya dalam pemerintahan. Tahun 1864, Jamaluddin diangkat menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Namun karena campur tangan Inggris dan kekalahannya atas golongan yang disokong Inggris, Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Inggris yang menilai Jamaluddin sebagai tokoh yang berbahaya karena ide-ide pembaharuannya, terus mengawasinya. Ia tak diperkenankan melalui jalan darat, juga tak diperkenankan bertemu dengan pemimpin-pemimpin India. Melalui jalan laut, Jamaluddin melanjutkan perjalanannya ke Kairo dan menetap untuk beberapa waktu disana. b. Mesir Ketatnya pengawasan Negara Inggris terhadap dirinya, ia pun pergi selama 40 hari dan tinggal di Kairo serta berkenalan dengan para pencedekiawan dan mahasiswa Universitas Al-Azhar. Dalam setiap ceramahnya, ia menarik perhatian semua orang Mesir terhadap bahaya Eropa, Inggris yang bertekad untuk mempertahankan kedudukan mereka di India, dengan jalan membangun kekuatan di Mesir untuk digunakan bagi kepentingan nasional mereka sendiri. Di Kairo, pada awalnya Jamaluddin mencoba menjauhkan diri dari politik dengan memusatkan diri mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra Arab. Rumahnya dijadikan sebagai tempat pertemua para berbagai kalangan, termasuk intelektual muda, mahasiswa dan tokoh-tokoh pergerakan. 4



Salah satu muridnya adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir. Namun, politik tampaknya tidak pernah lepas dari kiprah perjuangannya. Melihat campur tangan Inggris di Mesir, Jamaluddin akhirnya kembali berpolitik. Inggris menghasut kaum teolog ortodoks untuk melawan Jamaluddin. Ini menjadi alasan Inggris mengusir Jamaluddin dari Mesir, 1897 dengan bantuan dari Kadhi yang sedang berkuasa saat itu. Jamaluddin kembali pergi ke Hyderabad Deccau (India). c. India dan Perancis Setelah pengusirannya dari Kairo, Al-afghani berkunjung lagi ke India, ia singgah di Bombay dan kemudian pindah ke Hyderabad yang merupakan pusat kebudayaan Islam pada masa itu. Kalangan ilmuan sudah mengenalnya dari tulisan yang ia buat, salah satu tulisan yang ia terbitkan di Hyderabad ini yakni risalah yang sangat terkenal, Pembuktian Kesalahan Kaum Materialis. Risalah ini menimbulkan gejolak besar kalangan materialis. Seperti pada tahun sebelumnya, ia kembali mengisi ceramahceramah disana, akan tetapi lebih condong pada kajian politik. Ia memulai dengan menyerang gagasan-gagasan Darwin dan kemudian menegaskan bahwa hanya agamalah yang dapat menjamin stabilitas masyarakat serta kekuasaan bangsa-bangsa, sedangkan materialisme atheisme merupakan sumber-sumber kehancuran dan kemerosotan nilai manusia. Ia menekankan penegasannya dengan memerinci bahwa kepercayaan kepada Tuhan dan agama, memberikan kepada masyarakat, pertama-tama dalam arti kolektif, kebanggaan memiliki pengetahuan tentang keunggulan manusia atas hewan dan kebanggaan menjadi anggota masyarakat yang paling baik yakni Islam. Ia menyalahkan materialisme sebagai penyebab kehilangan supremasi politik beberapa Negara (Epicurianisme di Yunani dan Rousseau di Perancis, dsb). Di Perancis kegiatan Al-afghani bermacam-macam. Ia menulis dan berbicara mengenai prinsip-prinsip, lembaga-lembaga serta prestasi Islam. Dengan gigihnya ia menerangkan tentang cita-cita Negara Islam dan perlunya pembaharuan negera itu. Ia tidak pernah berbicara menentang kepercayaan lain, baik Kristen maupun Yahudi. Walaupun demikian, ketika seseorang salah menggambarkan fakta tentang masa lampau Islam, ia dengan berani menghadapi atas dasar intelektual.



Agar gagasan serta tujuan misinya dapat diketahui oleh masyarakat Islam maupun penguasa mereka, Jamaluddin menerbitkan risalah mingguan yang bernama Urwatul Wustqa (hubungan yang tak dapat dipisahkan) yang mengecam keras Barat. Penguasa barat akhirnya melarang jurnal ini diedarkan di Negara-negara Muslim karena dikhawatirkan dapat menimbulkan semangat persatuan Islam. Karena dilarang diedarkan, usia jurnal ini hanya 8 bulan dengan keseluruhan 18 nomor saja. Tujuan pokok risalah itu ialah: Pertama, memberikan informasi kepada umat Muslim tentang tipu daya kaum imperialis dengan maksud untuk menggugah mereka kembali ke arah persatuan politik dan untuk mengungkapkan kepada Negara-negara Islam 5



bahwa beberapa Negara Eropa sebenarnya mengambil keuntungan dari pertikaianpertikaian serta sikap naif terhadap Negara Islam itu sendiri. Kedua, untuk melindungi perbatasan setiap Negara Islam terhadap setiap serangan ataupun pengacauan dari Negara lain dan untuk menggunakan keseluruhan sumber mereka guna menghadapi agresi. Ketiga, untuk berjuang bagi pembebasan semua Negara yang dikuasai oleh kekuatan kolonial Barat. Salah satu tujuan misi Jamaluddin di Paris ialah untuk menjelaskan kepada Negaranegara Islam agar mereka membangun pertahanan nasional mereka sendiri dan jangan menggantungkan diri pada potensi militer Negara-negara Eropa. d. Istambul Perjalanan perjuangan Jamaluddin akhirnya sampai juga ke Istambul, Turki. Kepergian Jamaluddin ke Istambul atas permintaan Sultan Abdul Hamid, Khalifah Utsmaniyyah. Sultan ketika itu ingin memanfaatkan pengaruh Jamaluddin atas negera-negara Islam untuk menentang Eropa, yang ketika itu mendesak kedudukan kekhalifahan Utsmani di Timur Tengah. Namun upaya Sultan itu gagal, karena keduanya ternyata berbedaan pendapat yang cukup tajam. Abdul Hamid tetap mempertahankan kekuasaaan otokrasi lama yang ortodoks, sementara Jamaluddin mencoba memasukkan ide-ide pembaharuan dalam pemerintahan. Sultan akhirnya membatasi kegiatan-kegiatan Jamaluddin dan melarangnya keluar dari Istambul, sampai ajal menjemputnya.



C. Pemikiran Jamaluddin al-Afghani Pandangan al-Afghani terhadap Islam sangat komprehensif. Menurutnya, Islam mencakup segala aspek kehidupan, baik ibadah, hukum dan sosial. Persatuan umat Islam harus diwujudkan kembali. Menurutnya, kekuatan umat Islam bergantung pada keberhasilan membina persatuan dan kerjasama. Ia juga menyorot peran wanita. Dalam pandangannya, kaum pria dan wanita, sama dalam beberapa hal, perempuan adalah saudara kandung laki-laki. Keduanya mempunyai akal untuk berpikir, tidak ada halangan bagi wanita untuk bekerja jika situasi menuntut untuk itu. Jamaluddin menginginkan pria dan wanita meraih kemajuan dan bekerjasama mewujudkan Islam yang maju dan dinamis. Perjuangan dan keyakinan akan persatuan umat gemanya terus berkumandang. Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga seluruh penjuru dunia. Sepak terjangnya dalam menggerakkan kesadaran umat Islam dan gerakan revolusionernya yang membangkitkan dunia Islam, menjadikan dirinya tercatat dengan tinta emas sejarah perjuangan Islam, sebagai pencetus persatuan Islam. Ide besar Jamaluddin al-Afghani adalah “Pan Islamisme”, sebuah gagasan untuk membangkitkan dan menyatukan dunia Arab khususnya, dan dunia Islam umumnya 6



untuk melawan kolonialisme Barat. Yang dimaksud dengan barat adalah Inggris dan Perancis khususnya yang kala itu banyak menduduki dan menjajah dunia Islam dan Negara-negara berkembang. Inti dari Pan Islamisme, terletak pada ide bahwa Islam adalah satu-satunya ikatan kesatuan kaum Muslimin. Jika ikatan itu diperkokoh, jika dia menjadi sumber kehidupan dan pusat loyalitas mereka, maka kekuatan solidaritas yang luar biasa akan memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan Negara Islam yang kuat dan stabil. Muhammad Iqbal, sastrawan dan pemikir besar muslim abad ke 20 lainnya, menyatakan, “jiwa yang tak mau diam itu selalu mengembara dari negera satu ke negera Islam lainnya. Memang, al-Afghani tak pernah menuntut sebutan sebagai pembaharu, akan tetapi tidak ada seorang pun di zaman ini yang lebih mampu mengungkapkan getaran jiwa agama Islam melebihi dirinya. Semangat dan pengaruhnya masih tetap besar bagi dunia Islam, dan tak ada seorang pun tahu kapan berakhirnya”. Pakar sejarah Azyumardi Azra dalam Historiografi Islam Kontemporer, menilai ide Jamaluddin tentang Pan Islamisme atau persatuan umat Islam sedunia, sebagai entitas politik Islam Universal. Konsekuensinya, dia pun bersentuhan langsung dengan para penjajah itu. Dengan idenya tersebut, al-Afghani menjadikan Islam sebagai ideologi anti-kolonialis yang menyerukan aksi politik menentang Barat. Menurut beliau, Islam adalah faktor yang paling esensial untuk perjuangan kaum Muslimin melawan Eropa dan Barat pada umumnya. Al-Afghani berpendapat juga bahwa kemunduran umat Islam disebabkan antara lain karena umat telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang menjadikan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain lagi adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, lemahnya persaudaraan antara umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua hal itu antara lain menurut pendapatnya ialah umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan akhlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintah otokratis harus diubah menjadi demokratis, dan persatuan umat Islam harus diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai dengan tuntutan zaman. Ia juga menganjurkan umat Islam untuk mengembangkan pendidikan secara umum, yang tujuan akhirnya untuk memperkuat dunia Islam secara politis dalam menghadapi dominasi dunia barat. Ia berpendapat tidak ada sesuatu dalam ajaran Islam yang tidak sesuai dengan akal/ilmu pengetahuan, atau dengan kata lain Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Ide-ide pembaharuan dan pemikiran politik Al-Afghani tentang Negara dan sistem pemerintahan, yaitu: a. Membentuk Negara dan Sistem Pemerintahan 7



Menurut Al-Afghani, Islam menghendaki bahwa bentuk pemerintahan adalah Republik, Jamaluddin al-Afghani berencana membentuk sebuah Negara modern dengan suatu sistem pemerintahan yang di perbaharui, pada saat itu, beliau mengkoordinir para tentara dengan membangkitkan semangat heroik dan mengerahkan tenaga muda serta menyusun sistem-sistem Pemerintahan yang ada. b. Sistem Demokrasi Di dalam pemerintahan kyang absulot dan otokratis tidak ada kebebasan berpendapat, kebebasan hanya ada pada raja/kepala negara untuk bertindak yang tidak diatur oleh Undang-undang. Karena itu al-Afghani menghendaki agar corak pemerintahan absulot diganti dengan dengan corak pemerintahan demokrasi. Pemerintahan demokratis merupakan salah satu identitas yang paling khas dari pemerintahan yang berbentuk republik. Pada tahun 1889, al-Afghani di undang ke Persia untuk suatu urusan persengketaan politik antara Persia dengan Rusia. Bersamaan dengan itu, al-Afghani melihat ketidakberesan terhadap politik dalam Negeri Persia Sendri. Karenanya beliau mengajukan perombakan sistem yang masih otokratis. Menurut al-Afghani sebelum menangani politik luar Negeri harus dibenahi sistem politik dalam Negerinya, rupanya pandangan politik Afghani yang sangat demokratis tidak bertemu dengan kepentingan politik Sultan yang sangat otokratis. D. Karya-karya Jamaluddin al-Afghani Beberapa buku yang ditulis oleh al-Afghani antara lain Tatimmat al-bayan (Cairo, 1879). Buku sejarah politik, sosial dan budaya Afghanistan. Hakikati Madhhabi Naychari wa Bayani Hali Naychariyan. Pertama kali diterbitkan di HaydarabadDeccan, 1298 H/1881 M, ini adalah karya intelektual Afghani paling utama yang diterbitkan selama hidupnya. Merupakan suatu kritik pedas dan penolakan total terhadap materialisme. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Arab oleh Muhammad Abduh dengan judul Al-Radd 'ala al-dahriyyin (Bantahan terhadap Materialisme). Kemudian Al-Ta'Liqat 'ala sharh al-Dawwani li'l-'aqa'id al-'adudiyyah (Cairo, 1968). Berupa catatan Afghani atas komentar Dawwani terhadap buku kalam yang terkenal dari Adud al-Din al-'Iji yang berjudul Al-‘Aqa’id al-‘Adudiyyah. Berikutnya Risalat alWaridat fi Sirr al-Tajalliyat (Cairo, 1968). Suatu tulisan yang didiktekan oleh Afghani kepada siswanya Muhammad 'Abduh ketika ia di Mesir. Khatirat Jamal al-Din al-Afghani al-Husayni (Beirut, 1931). Suatu buku hasil kompilasi oleh Muhammad Pasha al-Mahzumi wartawan Libanon. Mahzumi hadir dalam kebanyakan forum pembicaraan Afghani pada bagian akhir dari hidupnya Buku berisi informasi yang penting tentang gagasan dan hidup Afghani.



8



BAB III PENUTUP



Kesimpulan 1. Jamaluddin al-Afghani merupakan seorang tokoh pejuang Islam yang banyak menyerahkan waktu dalam hidupnya untuk mengabdikan diri pada perjuangan Islam sebagaimana telah panjang lebar dijabarkan pada pembahasan diatas. Dalam berjuang ia tak kenal kompromi terhadap ketidakadilan dan sifat otoriter suatu pemerintah. Hal tersebut yang menjadi ciri khas tersendiri dalam karakternya yang tegas dalam menegakkan kebenaran. 2. Perjuangan beliau dalam ber-Islam sangatlah luar biasa, hal tersebut terlihat dengen sepak terjangnya yang melalangbuana ke berbagai Negara guna menyelamatkan Islam dari perangkap kaum materialisme untuk memecah-belah umat Muslim. Dengan demikian, al-Afghani dengan Pan Islamisme nya mencoba untuk menyatukan kembali umat Muslim sedunia, dan membuka cakrawala masyarakat Islam untuk dapat hidup mandiri tanpa mengharap bantuan dari Barat, dalam berbagai aspek agar tak ada ketergantungan antara umat Muslim dengan barat, dsb. 3. Karya tulis Jamaluddin al-Afghani berjumlah puluhan buku, yang di antara sebagaian besar karyanya banyak membahas mengenai perjuangan-perjuangan Islam, tipu muslihat orientalis, yang mana kesemuanya itu untuk membakar semangat juang Muslimin dan menyadarkan umat Muslim akan ancaman-ancaman dari eksternal guna menghancurkan dan memecah belah umat Muslim.



9



Daftar Pustaka https:///id.m.wikipedia.org/wiki/Jamal-Din_Afgan.



https:islamic-methodology.blogspot.co.id/2010/07/pemikiran-politik-jamaluddinalafghani.



10