Makalah k3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG



Batasan mengenai sektor informal sebagai sebuah fenomena yang sering muncul diperkotaan masih dirasakan kurang jelas, karena kegiatan-kegiatan perekonomian yang tidak memenuhi kriteria sektor formal—terorganisir, terdaftar, dan dilindungi oleh hukum—dimasukkan kedalam sektor informal, yaitu suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang seringkali tercakup dalam istilah umum “usaha sendiri”. Dengan kata lain, sektor informal merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang terorganisir, sulit dicacah, dan sering dilupakan dalam sensus resmi, serta merupakan kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan-aturan hukum. Agar tetap dapat bertahan hidup ( survive ), para migran yang tinggal dikota melakukan aktifitas-aktifitas informal (baik yang sah dan tidak sah) sebagai sumber mata pencaharian mereka. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan daripada menjadi pengangguran yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan tetapi rendah dan tidak tetap. Belum ada pembagian yang jelas antara jenis dan tempat kerja dari kegiatan pekerjaan formal dan informal. Sementara ini sekotr informal dan formal dibedakan karena ketidakberadaannya hubllngan kerja atau kontrak kerja yang jelas. Pada umumnya sifat pekerjaan informal hanya berdasarkan perintah dan perolehan upah. Hubungan yang ada hanya sebatas majikan dan buruh (tenaga kerja), dengan minimnya perlindungan K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu perlindungan tenaga kerja di segala jenis kegiatan usaha, baik formal maupun informal. Kegiatan dan penerapan K3 terhadap tenaga kerja di sector formal, pada umumnya sudah diterapkan dengan baik. Sedangkan penerapan di sector informal belum diketahui dengan baik. Kegiatan pekerjaan dan tempat kerja sector informal sangat banyak dan belum diklasifikasikan atas jenis usaha , jenis pekerjaan, dan tempat kerja Bila ditinjau dari ketiganya, nampaknya tidak jauh berbeda. Namun bila dilihat kondisi tempat kerja dan K3 nya sangat berbeda (sangat berbeda). Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan kerja. penggemar Roti Maryam sangat beragam . mulai anak anak hingga kaum tua , sebab roti ini bisa di kombinasikan dengan berbagai varian toping dan bahan lainya untuk menikmatinya , bisa dipadukan dengan keju , daging , pasta , coklat hingga bubur . karena kelezatan dan rasa yang selalu terjaga dari tahun ke tahun , tak heran jika se tiap hari terlihat orang mengantri dan memesan untuk berbagai keperluan acara konsumsi . bahkan pesanan



hingga luar Bogor seperti Jakarta , Bandung , hingga purwokerto , bahkan hingga Medan dan Kalimantan banyak yang menjadi pelanggan . Boleh dikatakan Kanung Bakery adalah pelopor usaha Roti Maryam di Bogor , berbekal pengalaman yang cukup lama dalam proses pembuatan Roti Maryam , pemesanan dalam jumlah banyak ( masal ) bisa dilayani dengan cepat , namun jangan khawatir soaln mutu .kami berupaya tetap menjaga kesetabilan rasa walaupun dalam jumlah besar , sebab menjaga dan mempertahankan kualitas kelezatan rasa merupakan pondasi usaha kami yang menyebabkan kepercayaan yang begitu besar dari para konsumen kepada kami , ujar Bapak Askar yang Pemilik , yang juga merupakan sekertaris Forum Komunikasi Industri Kecil Menengah Kota Bogor yang di temui tim JH di sela sela acara Halal Bihalal segenap anggota IKM Bogor dengan Kantor Dinas Perindustrian Bogor yang kebetulan Ka Nung Bakery bertindak sebagai Host dan tempat berlangsungnya acara . Walaupun Roti Maryam buatan KaNung Bakery telah melegenda , namun produk Ka Nung Bakery sebenarnya sangat beragam , mulai dari roti kering . cake , Risol Smoke Beef hingga daging kebab . Suka duka , pahit getir dalam merintis usaha sudah di rasakan Pak Askar yang merintis usaha sejak tahun 1975 , Pria ramah ini juga melibatkan anggota keluarganya dalam menjalankan usaha , mulai istri hingga anak anaknya terlihat sangat kompak dalam menjalankan roda usaha hingga bisa sebesar dan setenar ini . Bagi kami pelanggan kami anggap seperti keluarga , sehingga manajemen pemasaran yang kami terapkan sebenarnya sanngat sederhana , jika kita memperlakukan pelanggan dengan baik , dan di tambah produk yang berkualitas , sudah pasti akan menyebar dari mulut ke mulut secara cepat , kami pun berharap usaha kami ini bisa memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat , baik dalam pemberdayaan terciptanya lapangan kerja maupun memberikan kesempatan kepada siapapun yang ingin mengembangkan ekonomi keluarga dengan menjadi reseller maupun agen , sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat .Bekerja dan berwirausaha adalah ibadah , semoga kesuksesan yang kami raih bisa mendorong semangat bagi siapapun yang ingin merintis usaha agar selalu bersemangat , tidak mudah menyerah serta selalu memperhatikan kualitas produk dan pelayanan kepada pelanggan dan untuk memperoleh kesuksesan di perlukan kerja keras dan kerca cerdas dan selalu berdoa dan berusaha dan bertawakkal kepada Allah Swt sangpemberiRejeki . ujar Ir.C.S Askar kepada kami.



B. TUJUAN Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja khususnya di home industry roti konde. 3. Untuk mengetahui penggunaan APD di tempat kerja khususnya di home industry roti konde. 4. Untuk mengetahui pengendalian / pencecegahan kecelakaan kerja khususnya di home industry roti konde.



5. Untuk mengetahui fasilitas kesehatan yang ada di tempat kerja khususnya di home industry roti konde. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dan tujuan diatas maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu ; 1. Bagaimana pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja?. 2. Bagaiamana kondisi lingkungan kerja khususnya di home industry roti konde? 3. Bagaimana penggunaan APD di tempat kerja khususnya di home industry roti konde? 4. Bagaimana pengendalian / pencecegahan kecelakaan kerja khususnya di home industry roti konde? 5. Bagaiamana fasilitas kesehatan yang ada di tempat kerja khususnya di home industry roti konde? BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. GAMBARAN LOKASI Di Bogor , tepatnya daerah Empang, di jalan Sadane , maka akan dijumpai gerai home industri roti yang cukup terkenal dengan nama Ka Nung Bakery. Salah satu andalannya adalah produk Roti Maryam , roti yang sebenarnya mempunyai banyak padanan nama ( sesuai kebiasaan daerah masing masing ) , Roti Maryam juga sering di sebut roti cane , Roti prata,Roti Konde hingga disebut juga roti banting . Roti ini terbilang unik , bentuknya yang bulat dengan diamater antara 12 hingga 15 centimeter dengan tebal 9 mm dan berkontur ulir , jika di tarik bagian tengah roti maka akan terus tertarik panjang seperti Mie.



1. Sejarah Pendirian 2. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang telah dilakukan, jumlah tenaga kerja dari usaha ini ada 4 orang yaitu penanggung jawab cabang usaha, Mas Fajar, beserta 2 orang anggotanya, Kevin dan Iwan. Ketentuan jam kerja pada usaha ini tidak menentu tergantung dari banyaknya pesanan. Namun, berdasarkan hasil wawancara rata-rata jam kerjanya yaitu kurang 8 jam kerja setiap hari.



B. TINJAUAN UMUM Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara/metoda kerja, proses kerja dan kondisi kerja yang bertujuan untuk : 1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya. 2. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya. 3. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. 4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya. Kapsitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara baik. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia, dll) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibatnya. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Penyakit akibat kerja dan atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Dewasa ini terhadap kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Juga masih terdapat pendapat yang sesat bahwa dengan mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat sutuasi terkendalikan. Walaupun merupakan langkah yang penting namun hal ini bukan memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut tetap membiarkan lingkungan kerja yang tidak sehat tetap tidak berubah, dengan demikian potensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah' Hanya dengan "diagnosa" dan "pengobatan/ penyembuhan" dari



lingkungan kerja, yang dalam hal ini disetarakan berturut-turut dengan "pengenalan/evaluasi" dan "pengendalian efektif" dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada dapat membuat lingkungan kerja yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat. Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-bahaya dilingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja utamanya terhadap para pekerja, ditempuh 3 langkah utama yaitu : Pengenalan lingkungan kerja, evaluasi lingkungan kerja dan pengendalian lingkungan dari berbagai bahaya dan resiko kerja. 1. Pengenalan lingkungan kerja Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan dilingkungan kerja biasanya pada waktu survai pendahuluan dengan cara melihat dan mengenal ("walk-through survey"), yang salah satu langkah dasar yang pertama-tama harus dilakukan dalam upaya program kesehatan kerja. Beberapa diantara bahaya dan resiko tersebut dapat dengan mudah dikenali, seperti masalah kebisingan disuatu tempat, bilamana sebuah percakapan sulit untuk didengar, atau masalah panas disekitar tungku pembakaran atau peleburan yang dengan segara dapat kita rasakan. Beberapa hal lainnya yang tidak jelas atau sulit untuk dikenali seperti zat-zat kimia yang berbentuk dari suatu rangkaian proses produksi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya. Untuk dapat mengenal bahaya dan resiko lingkungan kerja dengan baik dan tepat, sebelum dilakukan survai pendahuluan perlu didapatkan segala informasi mengenai proses dan cara kerja yang digunakan, bahan baku dan bahan tambahan lainnya, hasil antara hasil akhir hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan. Kemungkinankemungkinan terbentuknya zat-zat kimia yang berbahaya secara tak terduga perlu pula dipertimbangkan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan pula yaitu efekefek terhadap kesehatan dari semua bahaya-bahaya dilingkungan kerja termasuk pula jumlah pekerja yang potensial terpapar, sehingga langkah yang ditempuh, evaluasi serta pengandaliannya dapat dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan yang ada. 2. Evaluasi Lingkungan kerja Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, menetapkan karakteristik-karakteristiknya serta memberikan gambaran cakupan besar dan luasnya pemajanan. Tingkat pemajanan dari zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja yang terkendali selama survai pendahuluan harus ditentukan secara kualitatif dan atau kuantitatif, melalui berbagai teknik misalnya pengukuran kebisingan, penentuan indeks tekanan panas, pengumpulan dan analisis dari sampel udara untuk zat-zat kimia dan partikelpartikel (termasuk ukuran partikel) dan lain-lain. Hanya setelah didapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari proses pemajanan kemudian dapat dibandingkan dengan standar kesehatan kerja yang berlaku, maka penilaian dari bahaya atau resiko yang sebenarnya terdapat dilingkungan kerja yang telah tercapai. Perilaku dan sikap para pekerja yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan pekerja yang bersangkutan.



    



Beberapa contoh perilaku dan sikap tersebut adalah : Merokok, terlebih lagi bekerja sambil merokok. Pola makan yang tidak terartur dan tidak seimbang. Ceroboh dan tidak mengindahkan aturan kerja yang berlaku misalnya menolak anjuran menggunakan alat pelindung diri, bercanda dengan teman sekerja pada waktu bekerja. Menggunakan obat-obat terlarang atau minum-minuman keras (bir atau sejenis minuman beralkohol lainnya). Dan Lain-lain.



BAB III PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Tentang K3 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa informan mempunyai sedikit pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.Tapi karena faktor kebiasaan, hal tersebut tidak dihiraukan bahkan tidak diaplikasikan. 2. Kondisi Lingkungan Kerja a. POTENSIAL HAZARD LINGKUNGAN FISIK Faktor fisik yang terdapat pada usaha Martabak “Gudang Rasa’ yaitu suhu yang panas dari penggorengan. b. POTENSIAL HAZARD LINGKUNGAN KIMIA Api yang berpotensi untuk mengakibatkan luka bakar dan minyak akan membuat lingkungan kerja jadi licin. Dan minyak panas pada penggorengan akan menyebabkan tangan melepuh. c. POTENSIAL HAZARD LINGKUNGAN FISIOLOGI Tidak ergonomis. Karena selama mereka bekerja mereka terus saja berdiri. d. POTENSIAL HAZARD LINGKUNGAN BIOLOGI Karena posisi usaha martabak berada di pinggir jalan, debu akibat asap kendaraan dan debu-debu lainnya dapat hinggap pada jajanan tersebut. 3. Penggunaan APD Pengelolah usaha Martabak “Gudang Rasa’ itu sama sekali tidak menggunakan alat pelindung diri karena menurutnya hanya dapat memperlambat pekerjaanya dan mereka jadi terganggu dalam mengerjakan tugasnya. APD yang harus digunakan pada usaha martabak ini adalah menggunakan celemek saat menggoreng dan sarung tangan saat membuat adonan. APD lain yang dapat digunakan adalah penutup kepala untuk menghindarkan kotoran dari kepala masuk dalam makanan. 4. Pengendalian Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yaitu : 1. Membersihkan lantai atau permukaan lingkungan kerja yang terkena minyak ketika hendak membereskan jualan 2. Menggunakan celemek ketika menggoreng 3. Jika tidak ada pembeli, istirahatlah dengan kata lain duduk. 4. Hygiene pribadi juga harus diperhatikan oleh penjamah makanan, seperti, tidak membiarkan kuku panjang, penggunaan celemek, alas kaki, serta penutup kepala



BAB IV PENUTUP Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di industri nonformal khususnya di industri penjahit dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ; 1. Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dimiliki pekerja di industri ini masih kurang memadai karena dia sedikit tahu tentang kesehatannya saja tanpa memperhatikan aspek keselamatannya. 2. Kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi terhadap beberapa potensial hazard. Seperti ; potensial hazard lingkungan fisik (panas), potensial hazard lingkungan fisiologis ( ergonomi ), serta potensial hazard lingkungan biologi (debu dan mikroorganisme) 3. Pada penggunaan Alat Pelindung Diri, tidak digunakan karena faktor kebiasaan. 4. Pencegahan / pengendaliaan kecelakaan kerja di tempat ini yaitu jika pekerja merasa sudah lelah dia berhenti bekerja kemudian beristirahat sejenak.Ini dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja akibat kelelahan. Membersihkan lantai atau permukaan lingkungan kerja yang terkena minyak ketika hendak membereskan jualan Menggunakan celemek ketika menggoreng



A. Saran Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan penulis yaitu untuk pemerintah agar lebih memperhatikan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di industri khususnya industri sektor informal. Dan kepada pengusaha ini sebaiknya menmperhatikan hygiene dan aspek sanitasinya.



DAFTAR PUSTAKA     



(http://www.pondokinfo.com/index.php/pondok-realita/45-masyarakat/64-sektor-informalpermasalahan-dan-upaya-mengatasinya.html http://sanitationhealth.blogspot.com/2012/01/usaha-kesehatan-kerja-bagi-pekerja.html Pdf-kesehatan dan keselamatan kerja-sektor informal Suardi, Rudi. 2007. Sistem manajemen dan kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PPM Subaris, Heru. 2007. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja ( Hiperkes ). Jakarta : sagung seto