Makalah - Karakteristik Kualitatif Informasi - KLP 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI Dosen Pengampu Dr. Gerianta Wirawan Yasa, S.E., M.Si.



Disusun Oleh: Kelompok 3 Ghema Purnama Sari



(1807531188/16)



I Rai Kevin Agustia Chrisnawan



(1807531195/18)



PROGRAM STUDI AKUNTASI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Karakteristik Kualitatif Informasi” Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada bidang studi Teori Akuntansi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hukum kontrak bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, S.E., M.Si. selaku dosen Teori Akuntansi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya menyadari, bahwa rangkuman mata kuliah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Denpasar, 11 Oktober 2020



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................1 1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................................................1 1.3 TUJUAN.....................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3 2.1 Karakteristik Kualitatif Informasi Dalam Rerangka Konseptual..............................3 BAB III PENUTUP.................................................................................................................10 3.1 Kesimpulan...............................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Rerangka konseptual merupakan pedoman (semacam konstitusi) bagi penyusun standar (di Amerika FASB sendiri) untuk memutuskan apakah suatu objek atau kejadian harus diwajibkan, melalui standar akuntansi, untuk dilaporkan oleh badan usaha atau organisasi. Bila belum ada standar akuntansi untuk suatu kejadian. Manajemen badan usaha (penyusun statemen) juga menghadapi masalah apakah suatu kejadian harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Penentuan apakah suatu objek layak dilaporkan atau tidak dan bagaimana melaporkannya melibatkan apa yang disebut pilihan/alternatif akuntansi (accounting choices) atau kebijakan akuntansi (accounting policies) karena tersedianya berbagai alternatif perlakuan akuntansi. Jadi, ada dua tataran atau level kebijakan akuntansi yaitu tataran penyusun standar dan tataran badah usaha secara individual. Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erat kaitannya dengan masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi pihak pemakai yang dituju. Kebermanfaatan (Usefulness) merupakan suatu kaakteristik yang hanya dapat ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya dengan keputusan, pemakai, dan keyakinan pemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum disebut karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) atau kualitas (qualities) informasi akuntansi.



1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan karakteristik kualitatif informasi dalam rerangka konseptual? 2. Apa saja macam-macam karakteristik kualitatif informasi dalam rerangka konseptual?



1



1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui karakteristik kualitatif informasi dalam rerangka konseptual 2. Untuk mengetahui macam-macam karakteristik kualitatif informasi dalam rerangka konseptual



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1. KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI DALAM RERANGKA KONSEPTUAL  



Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erat kaitannya dengan



masalah apakah suatu obyek bermanfaaat dalam pengambilan keputusan bagi pihak pemakai yang berkepeningan. Kebermanfaatan merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat ditentukan secara kualitatif yang hanya hubungannya dengan keputusan pemakai, dan keyakinan pemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum disebut karakteristik kualitatif atau kualitas.  Informasi tersebut akan bermanfaat apabila berpaut dengan keputusan yang menjadi sasaran informasi. Informasi tersebut akan bermanfaat jika informasi tersebut dipahami dan digunakan oleh pemakai. Disamping itu informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipakai oleh pemakai. Oleh karena itu FASB menetapkan tiga gagasan dan mengkaitkannya dengan proses penalaran dan pertimbangan oleh penyusun standar atau penyusun statement dalam memilih dan menentukan kebijakan akuntansi. Adapun proses pertimbangan penentuan kebijakan akuntansi antara lain: 1.      atas dasar tujuan pelaporan, apakah informasi tentang suatu objek perlu disediakan kepada para pemakai? 2.      apakah manfaat informasi melebihi kos penyedia? 3.      apakah pemakai mamu mencerna informasi tersebut? 4.      apakah pemakai akan menggunakan informasi tersebut? 5.      apakah informasi tersebut mempengaruhi keputusan? 6.      apakah dilaporkan via statement keuangan atau media pelaporan yang lain?                Hasil proses perekayasaan perumusan karakteristik kualitatif informasi yang dilukiskan dituangkan FASB dalam konsep yang disebut Hierarki Kualitas informasi akuntansi. Karakteristik kualitatif dalam gambar ini berlaku baik untuk organisasi bisnis maupun non bisnis. Karakteristik kualitatif merupakan kriteria untuk menentukan apakah suatu informasi perlu dilaporkan.



3



FASB merumuskan kualitas spesifik ini dalam dua kategori yaitu primer (primary) beserta unsur-unsurnya (ingredients) dan sekunder/interaktif (secondary/interactive). Kualitas primer terdiri atas kerelevanan atau keberpautan atau relevansi (relevance) dan keterandalan atau reliabilitas (reliability). Unsur keberpautan adalah nilai prediktif, nilai balikan, dan ketepat waktuan sedangkan unsur keterandalan adalah keterujian atau verifiabilitas (verifiability) dan ketepatan penyimbolan (representational faithfulness). Kualitas sekunder terdiri atas keterbandingan (comparability), ketaatasasan atau konsistensi (consistency) dan kenetralan atau netralitas (neutrality).



2.1.1. Nilai Informasi Informasi dikatakan mempunyai nilai ( kebermanfaatan keputusan ) apabila informasi tersebut: 1. Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu, sekarang atau masa datang. 2. Menambah keyakinan para pemakai mengenai profitabilitas terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian. 3. Mengubah prilaku atau keputusan para pemakai. Kualitas yang dinyatakan dalam gambar dibawah ini adalah kualitas yang menjadikan informasi mempunyai nilai atau manfaat. Berikut ini dijelaskan secara ringkas kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi.



4



2.1.2. Keterpahaman (Understandibility) Keterpahaman adalah kemampuan informasi untuk dapat dicerna maknanya oleh pemakai. Dua faktor yang mempengaruhi keterpahaman informasi adalah pemakai dan informasi itu sendiri. Walaupun FASB mengacu pemakai sebagai professional dan nonprofessional, pemakai nonprofessional harus bersedia mempelajari informasi dengan ketekunan yang cukup. Dengan demikian, tidak selayaknya pembuat keputusan ( penyusun standar ) tidak bersedia memperkenalkan sesuatu yang baru. Karena khawatir para pemakai tidak tau atau bingung sendiri sementara yang diacu adalah pemakai awam. Yang tidak mau lagi belajar. Kualitas keterpahaman juga menjadi isyarat bahwa pembuat keputusan / kebijakan harus berusaha agar informasi dapat dipahami misalnya dengan pendidikan melalui media pembelajaran yang sesuai.



2.1.3. Keterpautan ( Relevance) Keterpautan atau relevance adalah kemampuan informasi untuk membantu pemakai dalam membedakan beberapa alternative keputusan sehingga pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan. Bila dihubungkan dengan tujuan pelaporan keuangan, keterpautan adalah kemampuan informasi untuk membant investor, kreditor, dan pemakai lain dalam menyusun prediksi-prediksi tentang beberapa munculan dari kejadian masa lalu, sekarang dan masa datang atau dalam konfirmasi atau mengoreksi harapan-harapannya. Informasi jika berpaut



(relevan)



dengan



keputusan



investasi



kalau



informasi



tersebut



mampu



mengkonfirmasi ketidakpastian suatu keputusan yang telah dibuat sehingga keputusan tersebut tetap dipertahankan atau diubah. Bila dihubungkan dengan pemakai, keterpautan dalam tiga aspek yaitu keterpautan tujuan yaitu kemampuan informasi untuk membantu para pemakai untuk mencapai tujuannya: keterpautan sistematik yaitu kemampuan informasi untuk dipahami maknanya oleh para pemakai sesuai dengan makna yang disampaikan. Dan keterpautan keputusan yaitu kemampuan informasi untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan oleh para pemakai keputusan.



5



2.1.4. Nilai Prediktif ( Predictive Value ) Nilai prediktif adalah kemampuan informasi untuk membantu pemakai dalam meningkatkan profitabilitas bahwa harapan-harapan pemakai akan munculan/hasil suatu kejadian masa lalu atau datang akan terjadi. Nilai prediksi disini adalah jenis dan sifat informasi yang menjadi masukan dalam proses prediktif. Dengan kata lain, nilai prediksi adalah kemampuan informasi dalam memperbaiki kemampuan atau kapasitas pembuat keputusan untuk melakukan prediksi.



2.1.5. Nilai Balikan (Feedback Value) Nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk membantu pemakai dalam mengkonfirmasi dan mengkoreksi harapan-harapan pemakai dimasa lalu. Jadi Nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk dijadikan basis mengevaluasi apakah keputusankeputusan masa lalu adalah tepat dengan datangnya informasi tersebut.



2.1.6. Ketepatwaktuan ( Timelinesss) Ketepatwaktuan adalah ketersediaan informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan. Mengejar keterpautan dan ketepatwaktuan untuk mencapai kebermanfaatan harus dibarengi dengan mengorbankan kualitas lain yaitu keakuratan atau keterandalan. Jadi terdapat saling korban (Trade off)



antara ketepatwaktuan dan kekuratan/reabilitas untuk mendapatkan



kebermanfaatan.



2.1.7. Keterandalan (Reliability) Keterandalan adalah kemampuan informasi untuk memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Informasi akan berkurang nilainya kalau orang yang menggunakan informasi meragukan kebenaran atau validitas informasi tersebut. Informasi akan mempunyai nilai tinggi kalau pemakai mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kebenaran informasi.



6



2.1.8. Ketepatan Penyimbolan (Representational Faithfulness) Ketepatan penyimbolan adalah kesesuaian atau kecocokan antara pengukur atau deskripsi dan fenomena yang diukur atau dideskripsi. Dalam akuntansi fenomena yang ingin direpresentasi adalah kondisi fisis, kondisi keuangan, dan transaksi atau kejadian yang mengubah sumber ekonomik dan kewajiban tersebut. Ketepatan penyimbolan dalam akuntansi menyangkut dua hal yaitu ketepatan deskripsi atau definisional dan validitas pengukuran. Ketidaktepatan akan mengurangi atau menghilangkan keterandalan informasi. Faktor yang mempengaruhi keterandalan informasi melalui ketepatan penyimbolan adalah ketelitian, ketidakpastian, pengaruh bias, dan kelengkapan. Karena berbagai faktor dan konteks menentukan keterandalan informasi, keterandalan harus dipandang sebagai suatu kualitas yang relatif.



2.1.9. Keterujian (Verifiability) Sebagai unsur keterandalan, keterujian adalah kemampuan informasi untuk memberi keyakinan yang tinggi kepada para pemakai karena tersedianya sarana bagi para pemakai untuk menguji secara independen ketepatan penyimbolan (kebenaran/validitas informasi). Keterujian adalah kemampuan untuk menyakinkan bahwa informasi merepresentasi apa yang dimaksudkan untuk direpresentasi sesuai dengan konsensus atau bahwa cara pengukuran yang dipilih telah diaplikasikan tanpa kesalahan. Verifikasi lebih berkaitan dengan meminimalkan kesalahan dalam proses pengukuran daripada dengan menentukan ketepatan dasar pengukuran. Dengan demikian, verifikasi tidak dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa dasar pengukuran relevan dengan keputusan yang dituju.



2.1.10. Kenetralan (Neutrality) Sebagai unsur sekunder keterandalan, kenetralan adalah ketidakberpihakan pada grup tertentu atau ketakberbiasan dalam perlakuan akuntansi. Ketakberbiasan adalah informasi yang disajikan tidak untuk mengarahkan grup pemakai tertentu agar bertindak sesuai dengan keinginan penyedia informasi atau untuk menguntungkan/merugikan grup pemakai tertentu atau untuk menghindari akibat/konsekuensi tertentu bagi kelompok pemakai.



7



Kenetralan lebih mempunyai arti penting bagi penyusunan standar daripada bagi pelaksana standar. Akan tetapi, makna kenetralan sama bagi kedua pihak. Netral tidak berarti tanpa tujuan dan tidak berarti bahwa informasi akuntansi tidak mempengaruhi prilaku. Yang menjadi masalah adalah membelokan tujuan atau prilaku dengan mengorbankan reabilitas dan relevansi. Ditataran perekayasaan akuntansi, kenetralan diartikan dalam konteks akuntansi sebagai kegiatan sosial yang mempunyai tujuan fungsional. Bila kenetralan dalam penyususan standar diterapkan dalam tataran perekayasaan akuntansi, perekayasaan akan terhalangi untuk bekerja demi kepentingan yang lebih luas yaitu untuk membantu pencapaian tujuan negara.



2.1.11. Keterbandingan (Comparability) Keterbandingan merupakan unsur tambahan yang menjadikan informasi bermanfaat. Keterbandingan adalah kemampuan informasi untuk membantu pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua perangkat fenomena ekonomik. Dua hal atau lebih dapat dibandingkan jika mempunyai beberapa karakteristik bersama sebagai basis perbandingan. Perbandingan akan bermakna hanya jika kuantitas karakteristik bersama dihasilkan dengan dasar, standar, prosedur, atau metode yang sama. Selain itu definisi objek juga harus sama. Standar akuntansi dimaksudkan untuk menjamin bahwa kualitas keterbandingan antar badan usaha tinggi. Sementara itu, standar akuntansi juga memberikan keleluasaan bagi badan usaha untuk memilih perlakuan akuntansi yang lebih sesuai dengan kondisi badan usaha. Karena itu terjadi tarik menarik antara perlunya keseragaman dan keragaman perlakuan akuntansi. Hendriksen dan van Breda (1992, hlm. 142) menunjukan argument para pendukung masing-masing pendekatan. Pendukung keragaman : 1. Adanya berbagi metode akuntansi yang diperbolehkan menjadikan perbandingan antar perusahaan sulit bahkan tidak mungin dilakukan. 2. Keleluasaan untuk memilih metode yang cocok dapat membuka kesempatan bagi manajemen untuk memanipulasi informasi untuk kepentingannya. 8



3. Keseragaman yang ditentukan sendiri oleh profesi atau sektor swasta akan lebih bermanfaat dibandingkan keseragaman yang dipaksa oleh autoritas (SEC/BAPEPAM atau pemerintah). Pendukung keragaman : 1. Keseragaman akan membatasi kebebasan menajemen untuk mementukan metode terbaik dalam konteks kegiatan perusahaan. 2. Keseragaman prosedur yang kaku justru akan merugikan perbandingan karena informasi tidak lagi berpaut dan terandalkan untuk kegiatan nyata tiap perusahaan. 3. Keseragaman menghalangi perubahan yang memang diperlukan untuk menuju keperbaikan. Keseragaman dapat menjamin keterbandingan yang tinggi tetapi dapat mengurangi relevansi dan reliabilitas informasi badan usaha secara individu. FABS termasuk pendukung adanya keragaman dengan batasan-batasan yang wajar sehingga keterbandingan yang cukup bermakna tetap dapat tercapai. Kualitas informasi yang keterkaitannya dengan keterbandingan adalah ketaatasasan atau konsistensi. Ketaatasasan adalah mengikuti standar dari periode keperiode tanpa perubahan kebijakan atau prosedur. Tetapi konsistensi yang belebih dapat mengurangi keberpatuatan informasi. Kalau perubahan dapat membawa informasi menjadi lebih baik kualitasnya, menjaga konsistensi dapat menghalangi kemajuan. Namun, pengungkapan dapat mengatasi masalah konsistensi dalam hal terjadi perubahan.



2.1.12. Marerialitas (Materiality) Materialitas adalah besar kecilnya atau magnituda suatu penghilangan atau penyalahsajian informasi akuntansi yang menjadikan besar kemungkinan bahwa pertimbangan seorang bijaksana yang mengandalkan diri pada informasi tersebut berubah atau terpengaruh oleh penghilangan atau pengabaian tersebut. Untuk menjadi material, magnituda informasi harus dievaluasi bersamaan dengan kondisi-kondisi yang melingkupi informasi tersebut, Artinya, magnituda (jumlah rupiah) itu sendiri tidak cukup untuk basis pertimbangan materialitas tanpa memperhatikan sifat objek atau pos dan kondisi-kondisi yang melatarbelakangi suatu keputusan. 9



Pertimbangan materialitas lebih banyak dihadapi oleh manajemen dan auditor daripada oleh perekayasaan atau penyusun standar. Auditor sangat berkepentingan dengan materialitas untuk kewajaran dalam laporan auditor dinyatakan dalam batasan-batasan dalam semua hal yang material.



2.1.13. Bobot Keberpatutan dan Keterandalan Keberpatutan dan keterandalan keduanya harus melekat pada suatu informasi agar informasi tersebut bermanfaat. Kebermanfaatan akan hilang kalau salah satu karakteristik tidak ada. Karakteristik keberpatutan dan keterandalan juga menjadi kreteria yang keduanya harus dipenuhi dalam pengakuan informasi untuk disajikan dalam statement keuangan. Karena para pemakai yang berbeda mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang berbeda, dalam kondisi tertentu bobot yang diletakan pada tiap karakteristik juga berbeda. Dalam kenyataannya keberpatutan maksimum (100%) dan keterandalan maksimum (100%) untuk suatu objek informasi jarang bahkan tidak mungin tercapai. Dalam, kondisi tertentu hanya tingkat optimal dapat dicapai oleh kedua karakteristik. Dalam, kondisi tertentu salah satu karakteristik dapat lebih ditekankan dengan mengorbankan karakteristik yang lain untuk mencapai kebermanfaatan optimal.



10



BAB III PENUTUP



3.1 KESIMPULAN Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut berpaut dengan keputusan yang menjadi sasaran informasi. Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipahami dan di gunakan oleh pemakai. Informasi juga akan bermanfaat kalau pemakai mempercayai informasi tersebut. Oleh karena itu, dalam mengidentifikasi dan menetapkan karakteristik kualitatif informasi, FASB harus mendasarkan diri kepada ketiga gagasan tersebut dan mengaitkannya dengan proses penalaran dan pertimbangan (judgment) oleh penyusun standar atau penyusun statemen (manajemen) dalam memilih alternatif/kebijakan akuntansi. Kalau pemakai tidak dapat mencerna informasi yang disajikan, akhirnnya informasi tidak digunakan/bermanfaat kalau disediakan. Oleh karena itu, kualitas informasi juga harus sepadan dengan kualitas pemakai. Diharapkan kualifikasi minimal ini menjadi pertimbangan penentu kebijakan akuntansi di tataran penyusun standar atau badan usaha.



11



DAFTAR PUSTAKA



Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE (SWD).



12