Makalah Kebijakan Pembangunan Dan Pertanian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Kebijakan Pembangunan dan Pertanian



DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI TERHADAP PENGHEMATAN DEVISA NEGARA DARI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEDELAI INDONESIA



Oleh : ANDYA SAFRIZAL 1205102010072



JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM-BANDA ACEH 2015



ABSTRAK



Dalam konteks pembangunan nasional, sektor pertanian diposisikan sebagai pendukung dengan kebijaksanaan pangan murah, nilai tukar rupiah rendah (over valued), tingkat suku bunga tinggi, dan pengembangan infrastruktur yang bias kepada sektor industri dan wilayah perkotaan. Kebijaksanaan yang distortif ini tentu sangat memperlemah posisi sektor pertanian dan daya beli sebagian besar konsumen di dalam negeri. Kedelai merupakan sumber pangan masa depan yang penting, karena memiliki manfaat sangat luas. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pangan manusia, kedelai juga merupakan makanan ternak penting dan bahan mentah bagi industri. Dalam skala perekonomian nasional kedelai merupakan komoditi yang mempunyai nilai strategis, karena mampu mensuplai kebutuhan gizi masyarakat berpenghasilan rendah dan juga merupakan sumber pendapatan bagi petani. Kedelai mempunyai peran dan sumbangan yang besar bagi penyediaan bahan pangan bergizi bagi penduduk dunia, sehingga disebut sebagai Gold from the soil” yang muncul dari tanah) dan juga disebut sebagai “ The World’s Miracle ”.



KATA PENGANTAR



Segala Puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang mana telah memberikan rahmat dan karunianya, serta waktu luang dan kemampuan bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dalam beberapa rentang waktu, walaupun masih kurang sempurna, banyak terdapat kesalahan, kekeliruan dan kekhilafan dalam penulisan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Tak lupa pula selawat bermahkotakan salam, mari sama-sama kita sanjung sajikan keharibaan nabi besar Muhammmad SAW, yang mana beliau telah mengeluarkan umat manusia dari gelapnya alam jahiliyah menuju cahaya islamiyah yang terang benderang penuh dengan segudang ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Ir. Irwan A. Kadir, MP. selaku dosen pembimbing mata kuliah Kebijakan Pembangunan dan Pertanian yang telah bersedia mengajarkan dan menjelaskan teknik serta cara penulisan makalah yang benar sesuai dengan format yang telah ditentukan, sehingga penulis dapat membuat makalah sesuai dengan prosedur penulisan yang diminta dan makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu sesuai dengan harapan, dengan judul “ Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Penghematan Devisa Negara Dari Perdagangan Internasional Kedelai Indonesia”.



DAFTAR ISI



Halaman ABSTRAK



..............................................................................................



KATA PENGANTAR



............. .....................................................................



i ii



................................................................................................................................... BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



....................................................................... .....................................................................................



01



.........................................................................



03



.................................................................................................



04



1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan



01



1.4 Manfaat/Kegunaan



.........................................................................



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA



04



..............................................................



05



...................................................



07



BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1



Peningkatan Luas Areal Kedelai di Luar Jawa Sebesar 20%



...............



07



3.2



Menurunkan Harga Pupuk Sebesar 20%



....................................................



08



3.3



Peningkatan Teknologi Sebesar 10%



.....................................................



08



3.4



Apresiasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Sebesar 50%



3.5



Meningkatkan Tarif Impor Sebesar 30%



3.6



Kebijakan Ekonomi Terhadap Penghematan Devisa Negara



09



.....................................................



10



..................



11



......................................................



13



......................................................................................................



13



..................................................................................................................



13



BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Keimpulan 4.2 Saran



.................



DAFTAR PUSTAKA



..........................................................................................



14



BAB 1 PENDAHULLUAN



1.1 Latar Belakang Dalam konteks pembangunan nasional, sektor pertanian diposisikan sebagai pendukung dengan kebijaksanaan pangan murah, nilai tukar rupiah rendah (over valued), tingkat suku bunga tinggi, dan pengembangan infrastruktur yang bias kepada sektor industri dan wilayah perkotaan. Kebijaksanaan yang distortif ini tentu sangat memperlemah posisi sektor pertanian dan daya beli sebagian besar konsumen di dalam negeri. Kondisi tersebut menciptakan struktur perekonomian nasional kurang kokoh dan memicu krisis ekonomi, marjinalisasi sektor pertanian, dan tertinggalnya peningkatan pendapatan sebagian besar masyarakat. Mengingat basis pengembangan ekonomi kerakyatan adalah sektor agribisnis dan agroindustri di pedesaan maka upaya pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian dan ekonomi skala kecil dan menengah perlu didukung dengan kebijaksanaan perdagangan dalam dan luar negeri yang kondusif, disamping kebijaksanaan lainnya yang terkait dengan pengembangan produksi dan produk pertanian khususnya palawija sebagai basis pengembangan sektor agribisnis dan agroindustri. Kedelai merupakan tanaman utama dalam sistem palawija di Indonesia. Kedelai merupakan sumber pangan masa depan yang penting, karena memiliki manfaat sangat luas. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pangan manusia, kedelai juga merupakan makanan ternak penting dan bahan mentah bagi industri. Dalam skala perekonomian nasional kedelai merupakan komoditi yang mempunyai nilai strategis, karena mampu mensuplai kebutuhan gizi masyarakat berpenghasilan rendah dan juga merupakan sumber pendapatan bagi petani. Kedelai mempunyai peran dan sumbangan yang besar bagi penyediaan bahan pangan bergizi bagi penduduk dunia, sehingga disebut sebagai Gold from the soil” yang muncul dari tanah) dan juga disebut sebagai “ The World’s Miracle ”, karena kandungan proteinnya kaya akan asam amino. Kandungan gizi kedelai diperlihatkan pada tabel berikut :



Tabel 1. Kandungan Gizi dalam tiap 100 gr Bahan Kedelai Kandungan Gizi



Protein Karboidrat Kalsium Fosfor Zat Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Air Bagian yang dapat dimakan



Banyaknya kandungan dalam Kedelai Basah 30,20 gr 30,10 gr 196,00 mgr 506,00 mgr 6,90 mgr 95,00 S.I 0,93 mgr 20,00 gr 100%



Kedelai Kering 34,90 gr 34,80 gr 27,00 mgr 585,00 mgr 8,00 mgr 110,00 S.I. 1,07 mgr 10,00 mgr 100,00%



Di Indonesia, produksi kedelai dalam negeri hanya mampu memenuhi konsumsi sekitar 30 persen, sisanya dipenuhi melalui impor. Permintaan impor kedelai selama satu dekade terakhir mengalami peningkatan 6,7 persen per tahun. Impor kedelai diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang mengingat adanya kemudahan tataniaga impor, yaitu dihapuskannya monopoli Bulog sebagai importir tunggal dan dibebaskannya bea masuk dan pajak pertambahan nilai kedelai. Dengan bea masuk kedelai 0% dan harga ± Rp. 1.500,- - Rp. 1.600,-/kg, sangat memukul petani karena biaya produksi kedelai dalam negeri Rp. 2.100,- - Rp. 2.200,-/kg. Sebaiknya, apabila pemerintah mengenakan bea masuk kedelai 50% akan terbentuk harga di pasar sekitar Rp. 2.500,/kg. Harga komoditas pertanian yang rendah, disincentive bagi peningkatan produksi. Peningkatan impor kedelai yang tajam pada tahun 1999 merupakan salah satu konsekuensi dari perubahan tataniaga tersebut (Sarwanto, 2003). Penurunan produksi kedelai antara tahun 2000-2001 sebesar 9,27%. Penurunan produksi ini dikarenakan tidak adanya rangsangan untuk meningkatkan produksi, karena rendahnya harga. Selama 6 kali panen sejak tahun 1998, harga kedelai terus tertekan amat rendah. Tanpa perencanaan yang matang dan langkah-langkah strategis yang konsisten untuk meningkatkan produksi pangan, Indonesia sebagai negara agraris dalam arti mayoritas angkatan kerjanya bekerja di sektor pertanian, akan terus menjadi negara “ nett importir” pangan yang sangat besar, yang akan terus semakin membesar, yang pada gilirannya dapat mengancam ketahanan nasional (BPS, 2001). Sehingga cara yang dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan menguatnya kembali rupiah dan persiapan pelaksanaan perdagangan bebas yang lebih luas lagi yaitu GATT (General Agreement on Tarif and Trade) tahun 2020 adalah dengan cara memperbesar skala usahatani kedelai, sehingga bisa mencapai produksi kedelai nasional sebesar 2,93 juta ton per tahun seperti yang telah dicanangkan pemerintah agar tercapainya swasembada kedelai yang berkelanjutan, sehingga tidak mengimpor kedelai dalam jumlah yang lebih besar lagi. Dengan demikian, menjelang pelaksanaan kesepakatan GATT (General Agreement on



Tarif and Trade) pada tahun 2020 harus sudah mencapai target produksi yang dicanangkan oleh pemerintah (Amaruddin., dkk, 2002). Meningkatnya defisist disebabkan oleh meningkatnya konsumsi perkapita disertai pertumbuhan penduduk, dan menurunnya produksi dalam negeri akibat penurunan areal tanam. Darmadji (2005) menduga bahwa penurunan harga riil kedelai diduga merupakan salah satu faktor utama penyebab turunnya areal tanam kedelai secara drastis. Pada tahun 1992, areal kedelai mencapai 1,87 juta ha turun menjadi sekitar 0,72 juta ha pada tahun 2004. Penurunan harga riil diduga sebagian disebabkan oleh kebijakan liberalisasi impor kedelai dengan tariff 0%, sehingga kedelai impor yang jauh lebih murah menekan harga kedelai di dalam negeri . padahal harga kedelai murah di luar negeri murah bukan karena tingakt efisiensi, akan tetapi karena subsidi dan dukungan yang diberikan oleh negara-negara maju pada petani dan perdagangan mereka. Rendahnya border price, secara psikologis pasar akan membentuk ekspektasi harga yang cenderung rendah sehingga menurunkan harga ditingkat petani, dan sekaligus merugikan petani. Terjadinya deskrepansi harga tersebut, pelaku pasar cenderung membeli dari importir. Keadaan ini menjadikan produk domestik khususnya kedelai tidak mampu bersaing. Bea masuk impor yang digunakan bersifat ad valorem artinya persentase bea masuk impor yang tetap untuk setiap jumlah komoditi yang diimpor. Kebijakan bea masuk yang diterapkan, tentunya akan berdampak terhadap kesejahteraan (welfare) dari unit-unit ekonomi terkait yaitu kesejahteraan produsen, konsumen dan pemerintah. Dengan demikian, perlu dilakukan suatu kebijakan dalam pengeluaran pemerintah sehingga tidak terjadi pemborosan devisa dan melindungi petani dalam peningkatan kesejahteraan.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan bahwa permasalahan utama dalam perumusan kebijakan ekonomi ekspor kedelai melalui perdagangan internasional dalam rangka menghemat devisa negara,yaitu sebagai berikut: 1. Penurunan harga rill kedelai yang merupakan salah satu faktor utama penyebab turunnya areal tanam kedeali secara drastis 2. Penurunan produksi kedelai antara tahun 2000-2001 sebesar 9,27% dikarenakan tidak adanya rangsangan untuk meningkatkan produksi. 3. Rendahnya border price, yang secara psikologis akan membentuk ekspetasi harga kedelai yang cenderung rendah yang menyebabkan turunnya harga ditingkat petani, sehingga petani merugi. 4. Produk domestik khususnya kedelai tidak mampu bersaing dipasaran, karena pelaku pasar cenderung memmbeli dari importir.



1.3



Tujuan



Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kedelai 2. Untuk mengetahui dampak penerapan kebijakan pemerintah terhadap penghematan devisa negara pada perdagangan internasional kedelai 3. Untuk mengetahui simulasi awal kebijakan yang dilakukan untuk menghemat devisa negara dengan menaikkan luas areal kedelai di Luar Jawa 4. Untuk menilai sejauh mana langkah yang sudah dilakukan pemerintah dalam menerapkan kebijakan perdagangan internasional kedelai dalam menghemat devisa negara 5. Untuk menganalisa alternatif kebijakan yang dapat menghemat devisa dari impor kedelai



1.4



Manfaat Penelitian



Adapun manfaat yang dapat diambil berdasarkan berikut:



hasil



penelitian, antara lain sebagai



1. Dapat mengetahui alternatif kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam kegiatan ekspor kedelai dengan meningkatkan luas areal tanam kedelai di Luar Jawa untuk mampu mencapai swasembada pangan nasional. 2. Membuka cakrawala pikiran dalam melihat potensi kedelai sebagai salah satu sumber pendapatan ekonomi yang mampu menghemat pengeluaran devisa negara. 3. Dapat mengetahui permasalahan-permasalahan utama dalam penerapan kebijakan perdagangan internasional kedelai, sehingga dapat ditemukan alternatif baru sebagai solusi penyelesaian masalah-masalah tersebut. 4. Dapat mengetahui dampak penerapan bea masuk impor terhadap kesejahteraan (welfare) petani dan unit-unit terkait.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Kedelai merupakan bahan pangan penting sumber protein nabati yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat dunia, sehingga kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun selalu meningkat. Kedelai, selain sebagai bahan makanan, juga digunakan untuk bahan baku industri dan pakan ternak. Dengan demikian, komoditas ini selalu dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh masyarakat (Cahyono. 2007). Ketidakseimbangan antara kemampuan untuk memproduksi kedelai didalam negeri dengan kenaikan permintaan, sebenarnya telah terjadi dalam kurun waktu cukup lama. Sebagai gambaran, selama periode 1969-1985 kenaikan produksi kedelai telah mencapai angka 4,75%, tetapi angka tersebut belum mampu mencukupi karena selama periode yang sama terjadi lonjakan permintaan kedelai per tahun yang lebih besar yaitu 5,74% (Sarwanto. 2008). Kendala peningkatan produksi kedelai dewasa ini semakin beragam. Konversi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian, misalnya, akan mempengaruhi luas areal pertanaman kedelai secara nasional. Melalui pemanfaatan sumber pertumbuhan baru, kendala konversi lahan diharapkan dapat teratasi (Darman. 2008). Kedelai sebagai komoditas pangan yang strategis, mungkin terlalu beresiko bila diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Pertimbangan pokoknya adalah komoditas ini memegang peranan sentral dalam seluruh kebijakan pangan nasional, karena sangat penting dalam menu pangan penduduk (Sumarno et al., 1989). Kedelai berperan sebagai sumber nabati yang penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena selain aman bagi kesehatan juga relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani (Swastika et al., 2007). Selain itu kedelai memiliki kandungan sosial ekonomi, psikologi dan politis cukup tinggi (Sawit dan Rusatra, 2005). Krisis kedelai juga sama halnya seperti komoditas pangan lain, sebenarnya merupakan akumulasi dari tidak adanya kesungguhan pemerintah dalam membangun ketahanan pangan. Salah satu indikasinya adalah makin tinggi nya ketergantungan pada impor (Samhadi, 2008). Lonjakan harga kedelai yang mencapai dua kali lipat akhir-akhir ini dari Rp 3.450/kg pada Januari 2007 menjadi Rp 7,500/kg Januari 2008, sebagian dipicu oleh faktor insternal, yaitu berkurangnya pasokan kedelai dipasar dunia. Hal ini terjadi setelah produksi kedelai Amerika Serikat sebagai eksportir terbesar dunia komoditas kedelai, berkurang karena petani kedelai beralih dan lebuh memilih menanam jagung sebagai bahan baku biodiesel. Sebelum tahun 1998, kebijakan impor kedelai dimonopoli oleh Bulog. Namun sejak tahun 1998 impor kedelai menjadi impor umum, Bulog diperlakukan sama dengan importir lain didalam melakukan impor, dengannkata lain, monopoli impor Bulog dicabut dan saatitu bea masu kedelai menjadi nol persen. Kebijakan perdagangan yang terlalu liberal dan sangat tidak berpihak kepada petani dalam negeri akan dihapuskannya wewenang Bulog sebagai lembaga stabilitas harga pangan menyebabkan rontoknya satu persatu lembaga ketahanan



pangan Indonesia. Globalisasi perdagangan yang tidak menguntungkan terhadap perkembanngan produksi dan harga kedelai dipasar dunia pada akhirnya berdampak negatif terhadap daya saing komoditas kedelai di Indonesia yang memicu berbagai resiko. Hal yang ditakutkan dari pembukaan pangan secara global adalah meningkatnya persainagn pasokan pangan antara negara maju dan negara berkembang. Oleh karena itu manfaat dari perdagangan global menjadi kabur apabila diterapkan pada sektor pangan (Ohga, 1999 dalam Sawit dan Rusastra, 2005). Kebijakan proteksi harga bertujuan untuk mengendalikan harga kedelai dalam negeri agar tetap lebih tinggi dan terisolir dan fluktuasi harga kedelai dipasaran dunia. Hal ini dilakukan dengan pengaturan volume impor dan penetapan harga kedelai impor serta pengendalian penyalurannya kepada industri pengolahan didalam negeri. Kebijakan proteksi harga diakui telah berhasil mencapai sasarannnya dan berdampak positif dalam mendorong pengembangan dan peningkatan produk kedelai domestik (Rosegrant et al., 1987 dan Simatupang, 1990). Disisi lain kebutuhan kedelai sebagai bahan baku industrri pangan dalam negeri dipenuhi dengan kedelai impor dengan berbagai alasan, antara lain ketersediaan kedelai lokal terbatas , harga lebih tinggi, mutu kedelai impor lebih baik dan alaasan lainnya.



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1.Peningkatan Luas Areal Kedelai di Luar Jawa Sebesar 20% Simulasi awal kebijakan yang dilakukan untuk menghemat devisa negara adalah dengan menaikkan luas areal kedelai di Luar Jawa, karena selama ini daerah diluar Jawa kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Pada penelitian ini dilakukan analisis simulasi peningkatan luas areal areal di Luar Jawa sebesar 20%. Hasil simulasi kebijakan peningkatan luas areal kedelai di Luar Jawa disajikan dalam tabel berikut :



Tabel 2. Hasil Simulasi Peningkatan Luas Areal Kedelai 20% Peubahan LAKJ LAKLJ YKJ YKLJ MKI PDK DDLI QKN



Satuan Ha Ha Kg/Ha Kg/Ha Kg Rp/Kg Kg Kg



Nilai Rata-Rata Simulasi dasar 6.185.727.692 406.783.604 4.777.994 218.414.684 895435.94 171.257.188 26.544.519 1155660.48



Simulasi Skenario 7.251.762.426 4.922.081.608 8.547.233.678 8.564.297.368 716348.75 2.055.086 2.153.251.455 9.312.277.748



Perubahan Unit 1.066.034.734 854.245.568 85424. 55684 85424. 55684 -143087.19 34.251.412 1.887.806.265 8.156.672.947



% -0,17% 0,20% -17,87% 39,10% -0,15% 0,19% 7,11% 0,70%



Peningkatan luas areal panen di Luar Jawa diikuti dengan menurunnya Luas areal kedelai di Jawa sebesar 106603, 4734 ha (0,17%) dan produktivitas Jawa sebesar 85424, 55684 kg/ ha (17,87%). Penurunnan luas areal kedelai di Jawa ini disebabkan karena banyaknya lahan yang digunakan untuk wilayah industri, sehingga luas areal dan produktivitas juga akan semakin menurun dari tahun ketahun. Namun dengan adanya dampak peningkatan luas areal panen kedelai Luar Jawa sebesar 20% akan meningkatkan tingkat produktivitas sebesar 85424, 55684 kg (39,10%). Namun dengan menurunnya produktivitas kedelai di Jawa danmeningkatnya produktivitaas di Luar Jawa tetap akan meningkatkan produksi kedelai nasional sebesar 815667, 2947 kg (0,70%). Peningkatan luas area di Luar Jawa mendorong untuk menurunkan impor Indonesia sebesar 143087.19 kg(15 %) sebagai responmeningkatnya produksi kedelai domestik. Menurunnya impor kedelai nasional akan mendorong peningkatan harga kedelai sebesar 342.51412/ka (0,19%). Peningkatan harga kedelai ini diakibatkan juga dengan peningkatan permintaan kedelai sebesar 1888780, 6265 kg (7,11%).



3.2.Menurunkan Harga Pupuk Sebesar 20% Sebagai langkah berikutnya untuk menghemat negara adalah sdengan menurunkan harga pupuk sebesar 20%. Untuk saat ini secara berangsur-angsur pemerintah mengurangi subsidi pupuk walaupun penerapan kebiijakan ini masih diperdebatkan. Namun dalam analisis simulasi kebijakan untuk penghematan devisa negara dilakukan analisis untuk penurunan harga pupuk sebesar 20% dalam arti pemerintah masihn menerapkan subsidi.



Tabel 3. Hasil Simulasi Penurunan Harga Pupuk Sebesar 20% Peubahan LAKJ LAKLJ YKJ YKLJ MKI PDK DDLI QKN



Satuan Ha Ha Kg/Ha Kg/Ha Kg Rp/Kg Kg Kg



Nilai Rata-Rata Simulasi dasar 618572.7692 406783.604 47.77994 218414684 895435.94 1712.57188 26544.519 1155660.48



Simulasi Skenario 618674.5526 40.6885.3874 149.5634 320.20028 897334.154 1814.35532 1156125 1155762.261



Perubahan Unit 101.7334 101.7334 101.73346 101.73344 1898.21 596.78344 1129580.481 101.781



% 0,16% 0,25% 2,13% 0,46% -2,11% 0,35% 42,55% 0,08%



Kebijakan untuk menurunkan harga pupuk sebesar 20% membawa damak yang positif untuk luas areal kedelai, baik di Jawa sebesar 618674,5526 haq (0,16%) maupun diluar Jawa sebesar 406885.3874 ha (0,25%), sehingga dari peningkatan luas areal panen juga akan meningkatkan produktivitas kedelai Jawa sebesar 149,5634 kg/ha (2,13%) dan Luar Jawa sebesar 320,20028 kg/ha (,46%). Sehinggga akan mmeningkatkan kedelai nasional sebesar 1155762.261 kg (0,08%). Penurunann harga pupuk sebesar 20% juga akan berdampak pada penurunnan impor sebanyak 895334,154 kg (2,11%), sehingga permintaan domestik juga akan meningkat sebesar 1156125 (42,55%) dan menaikkkan harga kedelai nasional sebesar Rp 596,78344/kg (),35%).



3.3.Peningkatan Teknologi Sebesar 10% Tingkat penggunaan teknologi yang lebih tinggi mampu meningkatkan produksi kedelai, walaupun dalam presentase yang lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan luas areal kedelai dalam jumlah yang sama. Kenaikan jumlah produksi sebesar 1155859, 68 kg (1,01%) yang dihasilka akan menurunkan impor kedelai sebesar 885342,1376 kg (1,52%) dan meningkatkan harga sebesar RP 1911,772/kg (),17%), dimana kenaikan harga kedelai ini akan mempengaruhi jumlah permintaan kedelai.



Tabel 4. Hasil Simulasi Teknologi Sebesar 10% Peubahan LAKJ LAKLJ YKJ YKLJ MKI PDK DDLI QKN



Satuan Ha Ha Kg/Ha Kg/Ha Kg Rp/Kg Kg Kg



Nilai Rata-Rata Simulasi dasar 618572.7692 406783.604 47.77994 218.41684 895435.94 1712.57188 26544.519 1155660.48



Simulasi Skenario 618771.9692 40.6982.804 246.97994 417.61684 885342.1376 1911.772 26743.72 1155859.68



Perubahan Unit 199.2 199.2 199.2 199.2 -10093.8024 199.150 199.01 199.2



% 0,03% 0,04% 4,16% 0,91% -1,52% 0,17% 0,07% 1,01%



Perbandingan untuk produktivitas Jawa sebesar 246.97994 kg/ha (4,16%) dan Luar Jawa sebasar 417.61684 kg/ha (0,91%) mempunyai perbedaan yang cukup jauh untuk peningkatan teknologi masih banyak diterapkan oleh petani Jawa yang mau menerima perubahan, sedangkan petani Luar Jawa masih mengggunakan cara yang konvensional dalam melakukan bercocok tanam.



3.4.Apresiasi Peningkatan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Sebesar 50% Sejauh tahun 1998, kondisi ekonomi dunia memburuk dan berimbas ini berdampak pada menurunnnya luas areal kedelai di Jawa sebesar 614325, 0012 ha (0,06%) dan produktivitas di Jawa sebesar 43,01194 kg/ha (0,09%). Hal ini dikarenakan di Jawa dengan menguatnya nilai tukar rupiah,maka akan mengakibatkan peralihan luas areal kedelai untuk kebutuhan industri atau komersial sebagai investasi. Namun areal luar Jawa mengalami peningkatan sebesar 407535,836 ha (0,18%) dan meningkatkan produktivitas sebesar 970, 84884 kg/ha (3,44%).



Tabel 5. Hasil Simulasi Apresiasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Peubahan LAKJ LAKLJ YKJ YKLJ MKI PDK DDLI QKN



Satuan Ha Ha Kg/Ha Kg/Ha Kg Rp/Kg Kg Kg



Nilai Rata-Rata Simulasi dasar 618572.7692 406783.604 47.77994 218.414684 895435.94 1712.57188 26544.519 1155660.48



Simulasi Skenario 614325.0012 407535.836 43.01194 970.84884 916188.1696 1464.80388 27296.7508 1156412.709



Perubahan Unit -4247.768 752.235 -4.768 752.432 20752.2296 -247.768 752.2318 752.229



% 0,06% 0,18% -0,09% 3,44% -2,43% -0,14% 0,03% 0,06%



Respon penurunan impor lebih besar dari respon peningkatan produksi, sehinggag akan mengakibatkan peningkatan permintaan kedelai sebesar 27296, 7508 kg (,03%). Hal ini disebabkan karena kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia yang semakkin meningkat dan membaiknya perekonomian yang lebih baik juga.



3.5.Meningkatnya Tarif Impor Sebesar 30% Pada era perdagangan bebas, kebijakan perdagangan antar negara dipengaruhi berbagai perjanjian internasional, seperti Putaran Uruguay, AFTA, APEC dan WTO. Perjanjian tersebut mengatur tentang penghapusan kebijakan non-tarif (kuota) dan menurunkan tarif impor. Pada periode tahun 1969-1982, tarif impor sebesar 30% menurun menjaadi 10% pada periode tahun 1983-1993 dan menurunlagienjadi 5%pada periode sesudahnya. Pada bagian ini disimulasikan untuk kembali meningkatkan tarif impor sebesar 30% untuk menghemat devisa negara. Meningkatnya tarif impor berarti meningkatkan harga kedelai impor di Indonesia, karena terdapat peningkatan biaya yang ditanggung oleh importer untuk setiap kilogram kedelai yang diimpor. Semakiin tinggi tarif impor, maka semakin tinggi harga kedelai impor dipasar domestik, sehingga harga impor dapat bersaing dengan harga kedelai domestik. Hal ini mengakibatka jumlah impor kedelai mengalami penurunann sebesar 760069,37 kg (9,15%). Dengan adanya pembatasan kedelai impor karena meningkatnya pajak impor, maka importer lebih membatasi kedelai impor masuk kepasar domestik dan lebih menekankan kedelai domestik dipasaran. Sehingga dengan meningkatnya permintaan sebesar591177,95 kg (21,27%) akan menaikkan hargakedelai domestik sebesar Rp 2177,95/kg(0,27%).



Tabel 6. Hasil Simulasi Meningkatanny Tarif Impor Sebesar 30% Peubahan LAKJ LAKLJ YKJ YKLJ MKI PDK DDLI QKN



Satuan Ha Ha Kg/Ha Kg/Ha Kg Rp/Kg Kg Kg



Nilai Rata-Rata Simulasi dasar 6.185.727.692 406.783.604 4.777.994 218.414684 895435.94 1712.57188 26.544.519 1155660.48



Simulasi Skenario 1183206.20 971417.03 554681.21 564851.85 760069.37 2177.95 591177.9 1720293.91



Perubahan Unit 564633.4306 564633.426 554633.4301 56263.43316 -135366.57 465.37812 564633.431 564633.43



% 0,91% 1,38% 11,6% 25,7% -9,15% 0,27% 21,27% 0,48%



Peningkatan harga kedelai domestik ini akan direspon dengan meningkatnya luas areal kedelai, baik di Jawa sebesar 1183206.20 ha (0,91%) dan Luar Jawa sebesar 971417.03 (1,38%) dan mampu meningkatkan produktivitas di Jawa 554681.21 kg/ha (11,6%) dan Luar Jawa sebesar



564851.85 kg/ha (25,7%), sehingga secara keseluruhan akan meningkatkan produksi kedelai nasional sebesar 1720293.91 (0,48%).



3.6.Kebijakan Ekonomi Terhadap Penghematan Devisa Negara Dalam rangka perumusan kebijakan masa yang akan datang, maka disimulasikan berbagai kebijakan alternatif dalam rangka penghematan devisa negara, dimana skenario yang digunakan dalam simulasi ekonomi ini didasarkan apa yang telah dihasilakn pada simulasi ekonomi. Berdasarkan Departemen Perdagangan bahwa saat ini devisa negara yang digunakan pemerintah untuk nilai impor kedelai adalah sebesar US$ 332,082 juta (3,3 trilyun rupiah) selama satu tahun. Dana yang memboroskan devisa negara itu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk pengembanan industri pertanian dalam negeri, sehingga Indonesia bisa memproduksi sendiri dan tidak bergantung pada negara lain. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan Indonesia sebagai negara agraris besar bisa mengekspor komoditas pangan yang justru mendatangkan devisa . Dengan demikian, pemerintah tidak perlu terlalu mengandalkan utang luar negeri untuk membiayai pembanggunan (kompas, 2008). Maka selayaknya pemerintah dapat berpikir secara serius untuk dapat menekan keuangan negara untuk dapat menghemat devisa.



Tabel 7. Hasil Perhitungan Perubahan Penghematan Devisa Negara dari Berbagai Skenario Kebijakan Ekonomi Setelah Adanya Simulasi No 1 2 3 4 5



Nama Simulasi Sim 1 Sim II Sim III Sim IV Sim V



Nilai Devisa (Dalam Negara) Rp. 2789267203 Rp. 7.581.532.195 Rp. 781.327.000 Rp. 4.674.961.000 Rp. 8993.640.000



Perubahan Devisa % 3,69% 6,41% -6,81% 4,65% 9,84%



Berdasarkan pada tabel diatas dapar dijelaskan sebagaai berikut, bahwa terdapat 5 simulasi kebijakan yang dapat digunakan dalam penghematan negara, yaitu pada simulasi I, II, IV dan V, sedangkan pada simulasi III, yaitu kebijakan peningkatan teknologi belum berperan dalam menghemat negara, Selama ini pemerintah banyak menciptakan teknologi untuk peningkatan produksi kedelai, namun dalam aplikasinya masih kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengggunaan teknologi dan pemanfaatan teknologi pada petani serta kurangnya pemerintah dalam mengenalkan teknologi kepada masyarakat, terutama masyarakat di Luar Jawa. Kurangnya informasi dan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap teknologi juga menghambat penyerapan teknologi. Karena kebanyakan petani di Luar Jawa lebh memilih bertanam konvensional dalam berusahatani kedelai.



Dari data diatas dapat diketahui, bahwa dengan adanya penerapan berbagai kebijakan yang telah disebutkan, maka pemerintah dapat menghemat devisa sebesar Rp. 24.920.727.398 selama satu tahun. Selain mampu mengurangi impor, potensi negara agraris seharusnya membuat Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangan, sekaligus mengurangi, bahkan menyetop impor kedelai. 1000%



800% 600% 400% 200%



Series1



0% -200%



Sim 1



Sim II



Sim III



Sim IV



Sim V



-400% -600% -800%



Gambar 1. Perubahan Devisa Dalam Penghematan Devisa



Berdasarkan perubahan penghematan devisa negara, kebijakan pada Sim I dan Sim V dapat menghemat devisa paling besar. Pada simulasi penurunan harga pupuk diharapkan akan terjadi peningkatan hasil produksi kedelai sehingga impor kedellai dapat ditekan secara maksimal. Dari devisa ini diharapkan pada masa perekonomian yang akan datang pemerintah lebih menekankan peningkatan pendapatan pada masyarakat yang signifikan tiap tahun. Karena dari pendapatan yang tinggi ini kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat akan lebih tercapai. Dengan meningkatnya permintaan pendapatan, maka konsumsi masyarakat akan bahn dasar kedelai juga akan meningkat dan meningkatkan produksi nasional. Sedangkan untuk peningkatan tarif impor juga bisa menghemat devisa negara yang besar. Hal ini karena selama ini dalam pelaksanaannya impor kedelai dapat menurunkan tingkat produksi kedelai domestik. Adanya tarif impor 30%, maka pemerintah dapat menghemat devisa negera sebanyak 9,14%.



BAB IV PENUTUP



4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan berikut, yaitu; 1. Model ekonomi kedelai hasil pertanian ini layak digunkan untuk mengevaluasi berbagai kebijakan penghematan devisa begara pada perdagangan kedelai pada periode 1980-2005. 2. Simulasi awal kebijakan yang dilakukan untuk menghemat devisa negara adalah dengan menaikkan luas areal kedelai di Luar Jawa, karena selama ini daerah diluar Jawa kurang mendapat perhatian dari pemerintah. 3. Tingkat penggunaan teknologi yang lebih tinggi mampu meningkatkan produksi kedelai, walaupun dalam presentase yang lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan luas areal kedelai dalam jumlah yang sama. 4. Meningkatnya tarif impor berarti meningkatkan harga kedelai impor di Indonesia, karena terdapat peningkatan biaya yang ditanggung oleh importer untuk setiap kilogram kedelai yang diimpor. Semakiin tinggi tarif impor, maka semakin tinggi harga kedelai impor dipasar domestik, sehingga harga impor dapat bersaing dengan harga kedelai domestik. 5. Dalam rangka perumusan kebijakan masa yang akan datang, maka disimulasikan berbagai kebijakan alternatif dalam rangka penghematan devisa negara, dimana skenario yang digunakan dalam simulasi ekonomi ini didasarkan apa yang telah dihasilakn pada simulasi ekonomi.



4.2.Saran Agar tercapainya tujuan pemerintah dalam menghemat devisa negara, maka kebijakankebijakan ekonomi dalam negara perlu ditetapkan dengan mengedepankan problema yang dirasa paling penting, bahkan jika ada permasalahan yang harus dikedepankan, maka harus menghilangkan beberapa kebijakan yang dianggap bisa ditunda dalam pengerjaannya atau bisa dihilangkan untuk mendukung pengentasan masalah yang paling utama. Terutama dalam perdagangan internasional komoditas kedelai nasional harus mampu bersaing dipasar global. Agar swasembada kedelai dapat terwujudkan melalui alternatif kebijakan-kebijakan yang dirumuskan pemerintah, seperti kebijakan Perluasan areal tanam kedelai di Luar Jawa, penurunan harga pupuk, pengaplikasian teknologi, apresiasi nilai tukar rupiah terhadap US$, peningkatan tarif impor dan kebijakan-kebijakan ekonomi lainnya tyang mendukung penghematan pengeluaran devisa negara, bahkan pemerintah harus mampu menambah devisa negara melalui perluasan areal produksi kedelai dan mampu mengekspor komoditas unggulan kedelai lokal keluar negeri.



DAFTAR PUSTAKA



Amaruddin, Masyhuri dan Sutrilah. 2002. Analisis Keunggulan Komparatif dan Tingkat Proteksi Efektif pada Komoditas Kedelai Di Pulau Jawa. Agrosains Volume 15 No. 2. Mei 2002. Biro Pusat Statistik. 2001. Data Statistik Indonesia. BPS. Jakarta. Cahyono, B. 2007. Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani. Aneka Ilmu : Semarang. Darman. 2008. Kedelai Sumber Pertumbuhan Produksi Dan Teknik Budidaya. Gramedia : Bogor. Rosegrant, M. W., F. Kasryno, L. A. Gonzales, C. A. Rasahan and Y. Saefuddin. 1987. Price and Investment Policies in The Indonesian Food Crops Sector. IFPRI. Washington, D.C. and CASER. Bogor. Samhadi, S.H. 2008. Krisis Pangan, Krisis Bangsa Agraris. Kompas, 19 Januari 2008. Sarwanto, A. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya : Jakarta. Sawit, M.H. dan I.W. Rusastra. 2005. Glloballisasi dan Ketahanan Pangan di Indonesia. Bagian Laporan Penelitian “Road Map” Memmperkuat Kembali Ketahanan Pangan. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM). Fakultas Ekonomi, UI. Jakarta. Simatupang, P. 1990. Comperative Advantages and Government Protection Structure of Soybean Production in Indonesia dalam F. Kasryno et al, (Eds) Comperative Advantages and Protection Structure of the Livestock and Feedstuff Subsector in Indonesia. CAER. Bogor. Sumarno, F. Dauphin dan A, Rachim, N. Sunarlim, B. Santoso, H. Kuntyastuti dan Harnoto. 1089. Analisis Kessenjangan Hasil Kedelai di Jawa. Laporan Proyek Analisis Kesenjangan Hasil Kedelai. Pusat Palawija Bogor. M. Syam (Penterjemah). Swastika, D. K. S., S. Nuryanti dan M.H Sawit. 2007. Kedudukan Indonesia dalam Perdagangan Internasional Kedelai. Dalam: Teknik Produksi dan Pengembangan. Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto dan H. Kasim (Eds). Puslitbangtan. Hal 28-44.