Makalah Kel.1 Atraumatic Care [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ATRAUMATIC CARE



Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Yang dibimbing oleh Ibu Sri Mulyanti, S.Kep., Ns., M.Kep.



Disusun oleh: 1. Ana Masri'ah Nur Hidayati



(P27220020226)



2. Anggita Khusnul Amaliya



(P27220020228)



3. Dinda Shagun Tri Septiana



(P27220020241)



4. Faza Lailatul Hamidah



(P27220020247)



5. Fina Trihastuti



(P27220020248)



6. Nurjanah Estu Pamungkas



(P27220020263)



7. Putri Rahayu



(P27220020266)



8. Tri Andriani Cholifah



(P27220020275)



9. Widya Fara Setyarini



(P27220020278)



10. Yuliatin



(P27220020282)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, dan karunianya makalah ini dapat terselesaikan oleh penulis tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Adapun judul makalah ini adalah “Atraumatic Care”. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan atas kerjasama kelompok dan bantuan dari beberapa pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih atas dorongan, perhatian dan kerjasamanya. Namun penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran, kritik yang membangun sangatlah diharapkan agar lebih baik dimasa yang akan datang. Harapan penulis makalah ini dapat jadi referensi bagi penulis dan pembaca untuk membangun tenaga kesehatan yang lebih professional dan bermutu dalam profesi keperawatan.



Surakarta, 10 September 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI JUDUL..................................................................................................................i KATA PENGANTAR...........................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 A. LATAR BELAKANG...............................................................................1 B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................2 C. TUJUAN....................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4 A. Paradigma Keperawatan Anak .................................................................4 B. Prinsip Keperawatan Anak........................................................................5 C. Definisi Atraumatic Care...........................................................................5 D. Tujuan Penerapan Prinsip Atraumatic Care..............................................9 E. Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Atraumatic Care.....................9 F. Hambatan Pelaksanaan Atraumatic Care..................................................11 G. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi.........................................................13 H. Permainan Terapeutik................................................................................14 I. Intervensi Keperawatan Atraumatic Care.................................................15 BAB III ANALISIS JURNAL..............................................................................18 A. Jurnal 1......................................................................................................18 B. Jurnal 2......................................................................................................21 C. Jurnal 3......................................................................................................24 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................27 A. Kesimpulan................................................................................................27 B. Saran..........................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................



iii



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat. Anak yang sakit dapat menimbulkan suatu stres bagi anak itu sendiri maupun keluarga (Setiawan et al, 2014).Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak (Wong et al, 2009). Hospitalisasi akan menyebabkan anak mengalami trauma baik jangka pendek ataupun jangka panjang (Hockenberry dan Wilson, 2007 dalam Sulistiyani, 2009). Dampak negatif ini berkaitan dengan lamanya dan banyaknya jumlah pasien, berbagai prosedur invasif, serta kecemasan orangtua, gejala yang timbul berupa respon regresi, cemas terhadap perpisahan, apatis, ketakutan, gangguan tidur (Sulistiyani, 2009). American Heart Association (AHA), menyatakan anak-anak sangat rentan terhadap stress yang berhubungan dengan prosedur tindakan invasif. Pemasangan infus tentu saja akan menimbulkan nyeri, rasa sakit pada anak, dan juga akan menimbulkan trauma sehingga anak akan mengalami kecemasan dan stres. Anakanak yang mendapat perawatan di rumah sakit akan mengalami kecemasan. Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak apapun bentuknya harus berlandaskan pada prinsip atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan terapeutik karena bertujuan sebagai terapi bagi anak. Lory Huff et al., (2009) menyatakan bahwa implementasi atraumatic care pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat menurunkan trauma pada anak dan orang tua akibat prosedur invasif. Alasan tersebut membuat perawat dituntut untuk memberikan pelayanan perawatan yang berkualitas kepada anak maupun orang tua dengan pelaksanaan atraumatic care sehingga dapat meminimalkan kecemasan pada anak saat hospitalisasi. Tindakan seseorang dalam melakukan sesuatu sangatlah dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya, oleh karena itu, dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang optimal, maka penting bagi perawat anak untuk mengetahui tentang prinsip atraumatic care dalam memberikan perawatan anak selama



1



hospitalisasi, dengan rneminimalkan stres psikologi dan fisik yang dialami oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah makalah adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan paradigma keperawatan anak? 2. Apa prinsip keperawatan anak? 3. Apa yang dimaksud dengan atraumatic care? 4. Bagaimana prinsip-prinsip atraumatic care? 5. Apa tujuan penerapan prinsip atraumatic care? 6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit? 7. Bagaimana hambatan perawat anak dalam pelaksanaan atraumatic care? 8. Bagaimana reaksi anak terhadap hospitalisasi? 9. Apa saja permainan terapeutik untuk anak? 10. Bagaimana intervensi keperawatan atraumatic care? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah adalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa mampu memahami paradigma keperawatan anak. 2. Mahasiswa mampu memahami prinsip keperawatan anak. 3. Mahasiswa mampu memahami definisi atraumatic care. 4. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip atraumatic care. 5. Mahasiswa mampu memahami tujuan dari penerapan prinsip atraumatic care. 6. Mahasiswa



mampu



memahami



faktor-faktor



yang



mempengaruhi



pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit. 7. Mahasiswa mampu memahami hambatan perawat anak dalam pelaksanaan atraumatic care. 8. Mahasiswa mampu memahami reaksi anak terhadap hospitalisasi.



2



9. Mahasiswa mampu memahami permainan terapeutik untuk anak. 10. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti intervensi keperawatan atraumatic care.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Paradigma Keperawatan Anak Paradigma keperawatan anak menurut (Supartini, 2004) dikelompokkan 4 komponen yaitu: 1. Manusia (Anak) Manusia sebagai klien dalam keperwatan anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologik, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. 2. Sehat Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit. Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan sosial



yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka



mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya. 3. Lingkungan Lingkungan terdiri atas lingkungan interna dan lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi kesehatan anak. Lingkungan interna, yaitu genetic (keturunan), kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi, dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit. Lingkungan



eksternal yaitu



status



nutrisi,



orang



tua,



saudara



sekandung (sibling), masyarakat atau kelompok sekolah dan lain-lain. 4. Keperawatan Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, perawat dapat membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang spesifik dengan cara membina hubungan terapeutik dengan anak atau keluarga melalui perannya sebagai pembela, pemulih atau pemelihara kesehatan, koordinator, kolabolator, pembuat keputusan etik dan perencana kesehatan.



4



B. Prinsip Keperawatan Anak Prinsip-prinsip dalam asuhan keperawatan anak (Hidayat, 2005) yaitu: 1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. 2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. 3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. 4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggungjawab komprehensif dalam



memberikan asuhan keperawatan anak misalnya anak tidak



merasakan gangguan psikologis, rasa cemas dan takut. 5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk



mencegah,



mengkaji,



kesejahteraan hidup, dengan



mengintervensi,



dan



meningkatkan



menggunakan proses keperawatan yang



sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal). 6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sabagai makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. 7. Pada masa yang akan datang kecendrungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang. C. Definisi Atraumatic Care Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tua (Supartini, 2014). Atraumatic



care



adalah



tindakan



keperawatan



terapeutik



yang



menghapuskan atau memperkecil distress psikologis dan fisik yang dialami anak-anak dan keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan (Hockenberry, 2013).



5



Atraumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan adanya trauma pada anak maupun keluarga. Perawatan tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam keperawatan anak. Perhatian khusus kepada anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang, sangat penting karena masa anak merupakan proses menuju kematangan. Atraumatic care merupakan sebagai ketetapan dan kepedulian dari tim



pelayanan



kesehatan melalui intervensi yang meminimalkan atau



meniadakan stressor yang dialami oleh anak dan keluarga di rumah sakit baik fisik maupun psikis. Perawatan atraumatik juga disebut dengan perawatan yang terapeutik yang meliputi pada pencegahan trauma, hasil diagnosa, dan mengurangi dampak kondisi-kondisi yang akut maupun kronis. Stresor lingkungan yang sering dialami oleh anak adalah lingkungan rumah sakit yang tidak nyaman bagi mereka yang mengakibatkatkan anak stress selam dirawat dirumah sakit. D. Prinsip Atraumatic Care 1. Menurunkan atau Mencegah Dampak Perpisahan Dari Keluarga Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangmya kasih sayang, gangguan



ini



akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat



mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila anak dirawat di rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan dengan orang tuanya, maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan mengakibatkan



anak



cendrung emosi saat kembali pada keluarganya. Pada umumnya anak



bereaksi



negatif



waktu



pulang



ke



rumah. Selama



anak



mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran bersifat dukungan moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Jika dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk penyembuhan sangat



berkurang. Untuk mencegah atau meminimalkan dampak



perpisahan dari keluarga dapat dilakukan dengan cara melibatkan orang



6



tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in), jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka dan mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, diantaranya dengan memfasilitasi pertemuan dengan guru, teman sekolah dan lain-lain. 2. Meningkatkan Kemampuan Orang Tua Dalam Mengontrol Perawatan Pada Anak Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhatihati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam



segala



hal.



Serta



pendidikan terhadap



kemampuan



keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak. fokuskan



intervensi



keperawatan



pada



upaya



untuk



dan Dan



mengurangi



ketergantungan dengan cara memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua. 3. Mencegah atau Mengurangi Cedera (Injury) dan Nyeri (Dampak Psikologis) Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan



anak.



Proses



pengurangan



rasa



nyeri



tidak



bisa



dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya, distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan berlangsung



tidak lama



dilakukan pada



maka



anak



cedera dan



sehingga



nyeri



dapat



akan



mengganggu



pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dilakukan dengan cara mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang mnimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan



menjelaskan



apa yang



akan



dilakukan



dan



memberikan



dukungan psikologis pada orang tua. Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya dengan



7



bercerita yang berkaitan dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan pada anak. Aktivitas bermain dilakukan perawat pada anak akan memberikan keuntungan seperti meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga dan perawat karena bermain merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien, aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan dan



bisa



mengekspresikan



perasaan



mandiri



pada



anak,



anak. Pertimbangkan untuk



menghadirkan orang tua pada saat dilakukan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak. Tunjukkan mengurangi



sikap



empati



rasa takut



sabagai



akibat



prosedur



tindakan pembedahan elektif, lakukan sebelumnya



jika



pendekatan yang



persiapan



utama



dalam



menyakitkan. Pada khusus jauh



hari



memungkinkan. Misalnya dengan mengorientasikan



kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan dan lain-lain. 4. Tidak Melakukan Kekerasan Pada Anak Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat



anak



dalam



proses tumbuh



kembang



maka



kemungkinan



pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan



pada



anak



sangat



tidak



dianjurkan



karena akan



memperberat kondisi anak seperti melakukan tindakan keperawatan yang berulang-ulang (dalam pemasangan IVFD). 5. Modifikasi Lingkungan Fisik. Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa



nyaman



di



lingkungannya. Modifikasi ruang perawatan



dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan Ruangan tersebut memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa



8



anak, seperti adanya gambar dinding berupa gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang berwarna dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna, serta tangga yang pegangannya berwarna ceria. Ada 3 prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh tim kesehatan dalam merawat pasien anak yaitu diantaranya adalah mencegah atau meminimalkan stresor fisik dan psikis yang meliputi prosedur yang menyakitkan seperti suntikan, kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur yang tidak nyaman, pengekangan, suara bising, bau yang tidak sedap dan lain-lain, mencegah dampak perpisahan orang tua dan anggota keluarga yang lain, bersikap empati kepada



keluarga



dan



anak



yang



sedang



dirawat



serta



memberikan pendidikan kesehatan tentang kondisi sakit yang dialami anak. E. Tujuan Penerapan Prinsip Atraumatic Care Pada Anak 1. Meminimalkan dampak hospitalisasi 2. Mencegah/meminimalkan perpisahan anak dengan orang tua/keluarga 3. Optimalisasi asuhan anak sesuai tingkat tumbuh kembang anak 4. Memfasilitasi tumbuh kembang anak F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Atraumatic Care Di Rumah Sakit Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perawat dalam melaksanakan atraumatic care di rumah sakit. Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang menjadi rasional untuk seseorang berperilaku terdiri dari persepsi, pengetahuan, keyakinan, keinginan, motivasi, niat, dan sikap. a. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.



9



Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan



manusia



diperoleh



melalui



mata



dan



telinga.



Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau



manfaat



perilaku



tersebut.



Perawat



akan



melaksanakan



atraumatic care apabila ia tahu apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip dan intervensi atraumatic care tersebut. b. Sikap Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap juga merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek. Secara lebih sederhana sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk berespon atau bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif atau negatif. Sikap membutuhkan penilaian, ada penilaian positif, negatif atau netral tanpa reaksi afektif apapun.Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan atau mempertahankan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Sikap negatif merupakan sikap yang menunjukkan, memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang mendukung seseorang untuk bertindak (berperilaku) atau mencapai tujuan yang diinginkan, seperti pengalaman, fasilitas, dan sosiobudaya (Notoadmodjo, 2010). Fasilitas atau sarana di rumah sakit sangat



10



diperlukan untuk mewujudkan sikap perawat agar menjadi tindakan, seperti tersedianya ruang bermain atau alat-alat permainan untuk melakukan intervensi bermain pada anak, tersedianya tirai bergambar bunga atau binatang lucu, hiasan dinding bergambar dunia binatang atau fauna, papan nama pasien bergambar lucu, dan tersedianya pakaian berwarna warni untuk perawat di ruang anak (Supartini, 2014). G. Hambatan Perawat Anak Dalam Pelaksanaan Atraumatic Care 1. Perbedaan Persepsi Orang Tua Atau Keluarga Dengan Perawat Dalam pelaksanaan atraumatic care, perawat anak memiliki hambatan yang dikarenakan oleh perbedaan persepsi orang tua atau keluarga. Hasil penelitian Yagil, luria, Admi, Eilon, dan Linn (2010) menyatakan bahwa perbedaan persepsi dikarenakan kurangnya kepekaan perawat terhadap harapan dan kebutuhan dari keluarga. Selain itu, pentingnya negosiasi antara orang tua dengan perawat untuk menghindari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh orang tua (Aein, Alhani, Mohammadi, dan Kazemnejad, 2009). Orang tua akan memiliki persepsi yang sama ketika perawat mampu menjelaskan prosedur tindakan dengan tepat, dan keluarga dapat menerimanya (Hamilton, Lerner, Presson, dan Klitzner, 2012). Selain itu perawat harus mampu berperan sebagai komunikator dengan orang tua sehingga tidak terjadi miskomunikasi dan perbedaan persepsi. 2. Keterbatasan Fasilitas Rumah Sakit Keterbatasan fasilitas rumah sakit menjadi hambatan karena, Rumah Sakit terkhusus ruang anak harus menyediakan ruang tindakan khusus untuk pengendalian infeksi saat melakukan tindakan invasif (Rose & Blythe, 2009). Selain itu, harus mempunyai ruang bermain khusus untuk mensejahterakan anak baik mental maupun fisik. Menurut Masson, Elfving, Petersson ,Wahl, dan Tuneli (2013) mendatangkan badut ke Rumah Sakit juga mempunyai dampak positif bagi anak-anak, karena badut dapat mengalihkan perhatian mereka. Tetapi, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucas, Bulbul, Thabet, &



11



Anumba (2013) yang menyatakan bahwa rumah sakit seharusnya memiliki fasilitas yang lebih efisien dan efektif untuk mendukung kegiatan manajemen fasilitas di lingkungan kesehatan yang memiliki tujuan untuk mengurangi infeksi nosokomial. Hal tersebut bertolak belakang dengan konsep ruang bermain yang bersifat tidak efisien dan efektif seperti ruangan yang penuh dengan mainan ataupun gambar-gambar yang ditempel di dinding yang dapat menyebabkan infeksi. 3. Kurangnya Dukungan Orang Tua Dan Keluarga Kurangnya dukungan keluarga menjadi hambatan hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Perawat memerlukan dukungan dari keluarga untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas (Coyne, O’neill, Murphy, Costello & O’shea, 2011). Dukungan orang tua dan keluarga memiliki dampak positif bagi perawat maupun anak, sehingga perawat mampu melakukan tindakan atraumatic care dengan baik dan membuat anak merasa nyaman, dan sejahtera. 4. Kurangnya Pengalaman Kerja Perawat Kurangnya pengalaman kerja perawat menjadi hambatan dalam pelaksanaan atraumatic care dikarenakan, minimnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki berpengaruh pada kualitas pelayanan yang diberikan (Halcomb, Salamonson, Raymond & Knox, 2011). Hal tesebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Numminen, Meretoja, Isoaho, Kilpi (2012) yang menyatakan bahwa dalam memberikan asuhan keperawatan perawat juga harus memiliki kompetensi dan kualitas pelayanan yang profesioanal yang juga dipengaruhi oleh pengalaman dan masa kerja perawat. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sodeify, Vanaki, & Mohammadi (2013) yang menyatakan bahwa pengalaman kerja perawat tidak berpengaruh terhadap pelayanan dan tindakan yang diberikan tetapi, faktor internal perawat sendiri misalnya, persepsi dan komitmen akan pekerjaannya. Selain itu, perawat baru luluspun dapat memberikan pelayanan dan kualitas yang baik. Sebab perawat yang baru lulus masih memiliki ilmu yang baru dan dapat



12



mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan keperawatan (Barrere & Durkin, 2014). H. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap pendukung yang tersedia dan kemampuan



sakit, siatem



koping yang dimilikinya. Pada



umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena



perpisahan,



kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Reaksi anak pada hospitalisasi: 1. Masa bayi (0-1 Tahun) Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety (cemas): a. Menangis keras b. Pergerakan tubuh yang banyak c. Ekspresi wajah yang tak menyenangkan 2. Masa todler (2-3 Tahun) Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu: a. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain. b. Putus



asa



menangis



berkurang, anak



tak



aktif, kurang



menunjukkan minat bermain, sedih, apatis. c. Pengingkaran/denial



terhadap



kecemasan:



Mulai



menerima



perpisahan, membina hubungan secara dangkal, anak mulai menyukai lingkungannya. 3. Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun) a. Menolak makan b. Sering bertanya c. Menangis perlahan d. Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan 4. Masa sekolah (6 sampai 12 tahun) Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga, kelompok social sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,



13



kehilangan kelompok sosial, perasaan



takut



mati, kelemahan



fisik.



Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal. 5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun) Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat MRS cemas karena perpisahan tersebut. Reaksi yang biasanya muncul: menolak perawatan/tindakan yang dilakukan, tidak kooperatif dengan petugas. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi yaitu muncul perasaan takut, cemas, sedih dan frustasi. I. Permainan Terapeutik Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia.



Bagi anak



bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan



emosinya.



Dengan



bermain



anak



dapat



menstimulasi



pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga dia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Macam-macam bermain untuk anak, yaitu: 1. Bermain aktif Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi: a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play) Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada



14



bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar. b. Bermain konstruksi (Construction Play) Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. c. Bermain drama (Dramatic Play) Bermain sandiwara boneka, bermain rumah-rumahan dengan temantemannya. d. Bermain fisik Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain. Untuk di hospitalisasi bermain fisik harus disesuaikan dengan kemampuan dan kesehatan anak saat itu. 2. Bermain pasif Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh: Melihat gambar di buku/majalah, mendengar cerita atau musik, menonton televisi dan sebagainya. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain apabila terdapat hal-hal seperti: a. Kesehatan anak menurun b. Tidak ada variasi dari alat permainan c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya d. Tidak mempunyai teman bermain J. Intervensi Keperawatan Atraumatic Care 1. Fokus Intervensi Keperawatan : a. Meminimalkan stressor b. Memaksimalkan



manfaat



hospitalisasi



memberikan



psikologis pada anggota keluarga c. Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit 2. Intervensi Keperawatan



15



dukungan



a. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress -



Cegah atau mengurangi dampak perpisahan



-



Cegah perasaan kehilangan kontrol



-



Kurangi/minimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri



b. Upaya mencegah/meminimalkan dampak perpisahan -



Libatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak



-



Modifikasi ruang perawatan



-



Pertahankan kontak dengan kegiatan sekolah seperti surat menyurat, bertemu teman sekolah



c. Mencegah perasaan kehilangan kontrol -



Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif



-



Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan



-



Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain 



-



Beri kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan



d. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri -



Persiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri



-



Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak



-



Hadirkan orang tua bila memungkinkan



-



Tunjukkan sikap empati



-



Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.



e. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak -



Bantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar .



-



Beri kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.



-



Tingkatkan kemampuan kontrol diri.



16



-



Beri kesempatan untuk sosialisasi.



-



Beri support kepada anggota keluarga.



f. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit -



Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.



-



Orientasikan situasi rumah sakit. Pada hari pertama lakukan tindakan : 1) Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya 2) Kenalkan pada pasien yang lain 3) Berikan identitas pada anak 4) Jelaskan aturan rumah sakit 5) Laksanakan pengkajian 6) Lakukan pemeriksaan fisik



17



BAB III ANALISIS JURNAL A. Analisis Jurnal 1 1. Judul Play interventions to reduce anxiety and negative emotions in hospitalized children 2. Identifikasi Masalah dengan Analisis PICO Identifikasi masalah menggunakan analisis PICO antara lain: a. Population



: Populasi pada penelitian ini adalah 304 anak Cina



(usia 3-12) yang dirawat di dua rumah sakit, mampu berbicara bahasa Kanton. b. Intervention



: peserta menerima intervensi bermain di rumah



sakit, yang dilakukan oleh spesialis bermain di rumah sakit untuk memastikan bahwa dosis intervensi bermain dalam hal frekuensi dan durasi akan menilai hasil secara memadai seperti anak-anak. c. Comparation



: Pada kelompok kontrol, anak mendapatkan asuhan



medis dan keperawatan standar, seperti observasi tanda-tanda vital, pengobatan farmakologis serta penanganan luka dan nyeri. d. Outcome



: Anak-anak yang menerima intervensi bermain di



rumah sakit menunjukkan lebih sedikit emosi negatif dan mengalami tingkat kecemasan yang lebih rendah daripada anak-anak yang menerima



perawatan



biasa.



Hasilnya



menekankan



pentingnya



memasukkan permainan rumah sakit untuk memberikan perawatan holistik dan berkualitas untuk meringankan beban psikologis anakanak yang dirawat di rumah sakit. Ini juga mempromosikan pengetahuan dan pemahaman di antara para profesional kesehatan dan orang tua bahwa bermain adalah hal yang sangat penting bagi anakanak dan bahwa mereka perlu bermain bahkan ketika mereka sakit.



18



3. Literature Review Peneliti



Tujuan



Sampel



William



Penelitian Tujuan dari



Sampel



H.C. Li1,



penelitian ini



Joyce Oi



Metode



Intervensi



Hasil



Penelitian



Pada kelompok kontrol, anak



Anak-anak yang menerima



Level



penelitian ini



ini



mendapatkan asuhan medis dan



Intervensi bermain di rumah



karena



adalah



adalah 304



merupakan



keperawatan standar, seperti



sakit menunjukkan lebih



jenis



Kwan



menguji



anak Cina



penelitian



observasi tanda-tanda vital,



sedikit emosi negatif dan



penelitian



Chung, Ka



keefektifan



(usia 3-12)



quasi-



pengobatan farmakologis serta



mengalami tingkat kecemasan



Yan Ho



intervensi



yang dirawat



eksperimen



penanganan luka dan nyeri. Dalam



yang lebih rendah daripada



ekperiment



dan Blondi



bermain di



di dua rumah



dengan



kelompok eksperimen, peserta



anak-anak yang menerima



al



Ming Chau



rumah sakit



sakit, mampu



desain Pre-



menerima intervensi bermain di



perawatan biasa. Hasilnya



Kwok



dalam



berbicara



test dan



rumah sakit, yang dilakukan oleh



menekankan pentingnya



(2016).



meminimalkan



bahasa



post-test



spesialis bermain di rumah sakit.



memasukkan permainan



tingkat



Kanton. 304



kelompok



Untuk memastikan bahwa dosis



rumah sakit untuk memberikan



kecemasan dan



anak tersebut



kontrol



intervensi bermain dalam hal



perawatan holistik dan



emosi negatif



dibagi dalam 2



non-



frekuensi dan durasi akan menilai



berkualitas untuk meringankan



anak-anak



kelompok



ekuivalen



hasil secara memadai seperti anak-



beban psikologis anak-anak



Tionghoa



yaitu



anak. Untuk tingkat kecemasan dan



yang dirawat di rumah sakit.



Hong Kong



kelompok



emosi, sebuah pertemuan diadakan



Ini juga mempromosikan



yang dirawat



intervensi dan



antara Playright dan tim



pengetahuan dan pemahaman



di rumah sakit.



kelompok



peneliti. Playright adalah organisasi



di antara para profesional



kontrol.



profesional yang mengatur berbagai



kesehatan dan orang tua bahwa



19



Level EBP 3,



quasi-



macam anak program bermain untuk



bermain adalah hal yang



umum, dan menawarkan Pendidikan



sangat penting bagi anak-anak



dan pelatihan kepada berbagai



dan bahwa mereka perlu



profesional dan organisasi di Hong



bermain bahkan ketika mereka



Kong.



sakit.



Dengan mempertimbangkan pengaturan klinis yang sibuk dan dosis intervensi bermain yang memadai, kami mengusulkan setiap peserta untuk menerima intervensi bermain rumah sakit selama 30 menit secara terus menerus setiap hari. Intervensi semacam itu (terkadang disebut sebagai 'intervensi bermain terapeutik') adalah kegiatan yang dirancang untuk mempersiapkan anak-anak secara psikologis untuk rawat inap sesuai dengan tingkat perkembangan psikososial dan kognitif mereka dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.



20



4. Rekomendasi Bermain itu naluriah, sukarela, dan spontan; anak-anak bermain seperti burung terbang dan ikan berenang. Temuan studi menghasilkan pengetahuan dan bukti baru tentang permainan di rumah sakit, dengan implikasi klinis utama. Intervensi bermain di rumah sakit dapat diterapkan untuk semua anak, terlepas dari latar belakang budaya atau latar yang berbeda. Mengingat pentingnya bermain bagi anak-anak untuk kesehatan psikologis, disarankan agar otoritas Rumah Sakit di Hong Kong menyadari pentingnya hal ini dengan menyediakan lebih banyak sumber daya dan menyediakan lebih banyak ruang dan fasilitas untuk anak-anak bermain ketika mereka berada di rumah sakit. Yang terpenting, sangat penting menggunakan HPS untuk memfasilitasi integrasi bermain ke dalam perawatan rutin untuk anak-anak yang dirawat di rumah sakit. Dan hasil hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi instansi pelayanan kesehatan sebagai pedoman implementasi untuk penerapan atraumatic care dengan medical Play terhadap respon kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi. B. Jurnal 2 1. Judul Pengaruh Penerapan Atraumatic Care Terhadap Respon Kecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi di Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado Dan Rsup Prof. dr. R. D. Kandou Manado 2. Identifikasi Masalah dengan Analisis PICO 1. Population



: Populasi



dalam



penelitian



ini



adalah



keseluruhan anak (0-18 tahun) yang dirawat di ruang rawat anak RSU Pancaran Kasih GMIM Manado dan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mulai dari bulan Oktober-November 2014 yaitu 175 klien anak. 2. Intervention



:



ATRAUMATIC



CARE



dengan



pemberian



sesudah



penerapan



mainan dan kompres es batu ketika pemasangan infus 3. Comparation



: skor rata-rata



kecemasan



atraumatic care pada kelompok intervensi lebih rendah 29,59 dari kelompok kontrol 39,71. 4. Outcome



: rata-rata



kecemasan sebelum



penerapan



atraumatic care pada kelompok intervensi lebih tinggi 39,82 dari kelompok



kontrol



37,24, sedangkan skor rata-rata



21



kecemasan



sesudah penerapan atraumatic care pada kelompok intervensi lebih rendah 29,59 dari kelompok kontrol 39,71. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh



penerapan



kecemasan



dan menunjukkan



anak,



atraumatic ada



care terhadap perbedaan



respon



penerapan



atraumatic care terhadap respon kecemasan anak pada kelompok anak yang dilakukan pemasangan infus diberi kompres es batu dan pemberian mainan



.



22



3. Literature Review Peneliti Ramadini



Tujuan peneltian Tujuan



Sampel besar sampel yang



Metode Penelitian ini



Intervensi Pemberian mainan dan



Hasil Didapatkan hasil rata-rata kecemasan sebelum



Level EBP Level 3,



Marniaty



penelitian ini



digunakan 34



menggunakan



Kompres es batu yang



penerapan atraumatic care pada kelompok



karena jenis



de



untuk



responden (17



quasyexperimental



diberikan pada



intervensi lebih tinggi 39,82 dari kelompok



penelitianeksp



Breving



mengetahui



responden



design dengan



17 responden anak



kontrol 37,24, sedangkan skor rata-rata



erimental.



Amatus



pengaruh



kelompokpemberia



rancangan



kelompok intervensi



kecemasan sesudah penerapan atraumatic



Yudi



penerapan



n mainan



penelitian pretest-



selama 1-3 menit



care pada kelompok intervensi lebih rendah



Ismanto



atraumatic care



dan kompres es



posttest with control



sebelum dilakukan



29,59 dari kelompok kontrol 39,71. Hal ini



Franly



terhadap respon



batu pada saat



group. Pendekatan



pemasangan infuse.



menunjukkan adanya pengaruh penerapan



Onibala



kecemasan anak



pemasangan



sampling yang dipakai



Efek dari pemberian



atraumatic care terhadap respon kecemasan



yang mengalami



infus dan 17



adalah sampling non



kompres es batu ini



anak, dan menunjukkan ada perbedaan



hospitalisasi.



responden



probabilitas dengan



maka kulit akan



penerapan atraumatic care terhadap respon



kelompok tanpa



metode consecutive



menurunkan respon



kecemasan anak pada kelompok anak yang



intervensi).



sampling



nyeri.



dilakukan pemasangan infus diberi kompres es batu dan pemberian mainan.



23



4. Berbagai upaya dilakukan perawat untuk mengurangi efek trauma pada anak akibat prosedur invasif. Tindakan yang dilakukan perawat sesuai perkembangan saat ini adalah dengan mengembangkan tindakan atraumatic care. Tindakan atraumatic care tersebut adalah dengan stimulasi kulit maupun dengan bermain atraumatic care pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat menurunkan trauma pada anak dan orang tua akibat prosedur invasif. Alasan tersebut membuat perawat dituntut untuk memberikan pelayanan perawatan yang berkualitas kepada anak maupun orang tua dengan pelaksanaan atraumatic care sehingga dapat meminimalkan kecemasan pada anak saat hospitalisasi. C. Jurnal 3 1. Judul Medical Play dalam Menurunkan Respon Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang mengalami Hospitalisasi di Ruang Rawat Inap Anak 2. Identifikasi Masalah dengan Analisis PICO Identifikasi masalah menggunakan analisis PICO antara lain: a. Population



: Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak



dengan hospitalisasi di ruang rawat anak RSU Adhyaksa. b. Intervention



: Medical Play



c. Comparation : d. Outcome



: Hasil data didapatkan rata-rata skor cemas anak sebelum



intervensi 50,346, rata-rata skor cemas anak setelah intervensi adalah 47,3846. Hasil uji dengan paired sample t-test didapatkan nilai p-value =