Makalah Kel.3 Investasi Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MODAL INTELEKTUAL DAN KEUNTUNGAN INVESTASI PENDIDIKAN DOSEN PENGAMPU : Dr. SAIDUN HUTASUHUT, M.SI



OLEH : KELOMPOK 3 1.



ADE NURUL HANIFAH



(7193341003)



2.



AGNES DARNIATI RITONGA



(7193341006)



3.



ANGGIAT MASTER TAMPUBOLON



(7193341032)



4.



ANGGYE RIYANI SUHAIMI



(7193341014)



5.



AYU LESTARI



(7193141018)



6.



BOY MANGASI TUA SIREGAR



(7193341029)



JURUSAN EKONOMI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI KELAS B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Modal intelektual dan keuntungan investasi” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari ini. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih, kepada pihak–pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya kepada Bapak Dr. SAIDUN HUTASUHUT, M.SI. selaku dosen pengampu mata kuliah Investasi pendidikan yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah.



Medan, September 2021



Kelompok 3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu, organisasi bisnis semakin menitik beratkan akan pentingnya knowledge asset (asset pengetahuan) sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud. Pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan mempertahankan competitive advantage . Bahkan pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam pengembangan suatu bisnis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah Intellectual Capital (selanjutnya disingkat IC) yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi. Modal intelektual (intellectual capital) adalah suatu instrumen untuk menentukan nilai perusahaan. Intellectual capital meruapakan komponen yang disusun, ditangkap, dan digunakan suatu peusahaan untuk menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi. Sedangkan aset intelektual atau aset pengetahuan sendiri terdiri dari modal pelanggan (relational capital), modal karyawan (human capital), dan modal organisasi (structural capital) yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan nilai dan memperluas nilai perusahaan. Intellectual capital discosure ini memungkinkan manajer membuat strategi untuk pencapaian permintaan stakeholder/investor untuk meyakinkan atas keunggulan kebijakan perusahaan. Intellectual capital merupakan sumber daya bagi perusahaan dalam menciptakan nilai dan memperoleh keunggulan ketika dibandingkan dengan perusahaan lain. 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Modal Intelektual (Intellectual Capital) Salah satu asset intangible yang sangat penting di era informasi dan pengetahuan adalah modal intelektual. Modal intelektual (intellectual capital), oleh Nahapiet dan Goshal (1998; dalam Sugeng,2002), mengacu kepada pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu kolektivitas sosial, seperti sebuah organisasi, komunitas intelektual, atau praktek profesional. Modal intelektual mewakili sumber daya yang bernilai dan kemampuan untuk bertindak yang didasarkan pada pengetahuan. Sedangkan menurut Setianto (2014), mengungkapkan bahwa terdapat tiga komponen spesifik atas intellectual capital, diantaranya adalah : 1. Modal manusia (human capital), merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu perusahaan. 2. Modal Pelanggan (relational capital), merupakan suatu pengetahuan yang melekat pada hubunga yang mapan dengan lingkungan eksternal. 3. Modal Organisasi (structural capital), merupakan kemampuan organisasi/perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya mendukung usaha Jadi, modal intelektual adalah pengetahuan (knowledge), tetapi tidak semua pengetahuan termasuk modal intelektual. Dengan demikian, cakupan modal intelektual adalah lebih sempit dari pengetahuan. Selain itu, pengetahuan tidak sama dengan ilmu pengetahuan (science). Untuk menguasai ilmu pengetahuan pada umumnya diperlukan gelar sarjana sedangkan untuk menguasai pengetahuan tidak perlu gelar sarjana. Modal intelektual adalah bagian dari pengetahuan yang dapat memberi manfaat bagi perusahaan. Manfaat di sini berarti bahwa pengetahuan tersebut mampu menyumbangkan sesuatu atau memberikan kontribusi yang dapat memberi nilai tambah dan kegunaaan yang berbeda bagi perusahaan. Berbeda berarti pengetahuan tersebut merupakan salah satu faktor identifikasi yang membedakan suatu perusahaaan dengan perusahaaan yang lain. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa modal intelektual berhubungan erat dengan tiga pelaku bisnis utama, yaitu: karyawan, perusahaan (manajer), dan pelanggan. Untuk



mendapatkan modal intelektual yang maksimal, maka perlu adanya interaksi yang positif di antara ketiga pihak tersebut.



2.2 Keuntungan Investasi Pendidikan Investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama Orde Baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berpendidikan. Orde Baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin. Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat ketergantungan yang amat besar. Perkembangan ekonomi akan tercapai bila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang lebih baik, berkualitas dan bermutu. Investasi di bidang pendidikan merupakan suatu bentuk jaminan masa depan bangsa yang lebih baik. Memang tidak dapat secara langsung mengubah masa depan bangsa. Tentunya hal ini merupakan proses yang membutuhkan kesabaran dan keuletan sehingga mampu menciptakan insan-insan bangsa yang intelektual. Pendidikan bukan hanya sebagai sebuah bonafiditas tetapi di balik itu pendidikan menyimpan suatu kekayaan intelektual yang memiliki nilai yang tak terhingga. Singkatnya pendidikan adalah sebagai investasi jangka panjang yang harus menjadi pilihan utama bagi bangsa dan negara. Menurut Nurkolis (2005), sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memperioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang: 1) Pendidikan Sebagai Alat Perkembangan Ekonomi Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi ini merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya



pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi secara ekonomis. Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka



tingkat



pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak



berpendidikan. Produktivitas



tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang



harus dicapai oleh pendidikan adalah



mengembangkan keterampilan hidup. ara penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non moneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang setelah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan di bawahnya Sumber manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional. 2) Nilai Balikan Pendidikan Investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan



antara



total



biaya



yang



dikeluarkan



untuk



membiayai



pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik investasi pendidikan frelatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu 20% berbading 15%.



Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan



juga



tinggi.



Pilihan



investasi



pendidikan



juga



harus



mempertimbangkantingkatan pendidikan. Di Asia nilai balik sosial pendidikan dasar ratarata sebesar 27%, pendidikan menengah 15% danpendidikan tinggi 13%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil. Jelas sekali bahwa pendidikan dasar memberikan manfaat sosial yang paling besar diantara tingkat pendidikan lainnya. Oleh karena itu maka struktur alokasi pembiayaan pendidikan harus direformasi. 3) Fungsi Non Ekonomis Dalam Investasi Pendidikan Investasi



dalam



pendidikan



memiliki



banyak



fungsi



selain



fungsi



teknis-ekonomis, yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi



sosial-kemanusiaan;



merujuk



pada



kontribusi



pendidikan



terhadap



perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal



mungkin



Fungsi politis; merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya, pendidikan membentuk siswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya semakin demokratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan. Fungsi budaya; merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan



norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap keaneka ragaman budaya. Dengan demikian semakin banyak orang yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau regional. Fungsi kependidikan; merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Misalnya, pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.