Makalah Kelompok 2 Kedudukan Ilmu Kalam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEDUDUKAN ILMU KALAM MENURUT IBN KHALDUN Makakalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Studi Teks Kalam”



Dosen pengampu : Dr. Fuad Nawawi S.Th.I., M.A. Di Susun oleh :



Reza Widiya Nur (1808303046) Rula Nabila (1808303052)



FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SYEKH NURJATI CIREBON Alamat : Jln. Perjuangan, Karyamulya, Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat (45131) 2021



A.



Pendahuluan



Studi tentang kalam atau dikenal dengan ilmu kalam selama ini terfokus pada sejarah dan materi isi kajian. Sejarah kalam menekankan pada dimensi kronologi perkembangan pemikiran kalam sementara kajian materi kalam menekankan pada dimensi materi-materi yang diwacanakan dari waktu ke waktu. Baik sejarah maupun materi keduanya saling mengisi dan mewarnai. Gagasan kalam yang dikembangkan baik oleh Mu’tazilah dan Asy’ariyah adalah komunitas yang berakibat pada pemikiran Ahmad bin Hanbal.



Ibn khaldun memahami kalam dari perspektif eksternal. Ia relative tidak memiliki beban mental untuk mengkritis siapapun dan tentang apapun dalam kalam. Ibn Khaldun justru ingin merekam perjalanan panjang diskursus kalam masing-masing pihak dalam sebuah perspektif kesejahteraan umat manusia sebagai sebuah kekuatan kolektif.



Usaha-usaha ibn khaldun tersebut semuanya terekam dalam karya monumentalnya yang di beri nama oleh penulisnya dengan Diwan al-mubtada wa al-khaabar fi tarikh al-arab wa albabar wa man ashiraum min al-sya’n al-akbar.



Memahami pemikiran kalam Ibn Khaldun berarti memahami sebagian gagasan yang ditulis untuk dapat menemukan sebuah pemikiran secara utuh yang ada dalam bagian tersebut.



B.



Ibn Khaldun dan Ilmu kalam



Ibn khaldun bukanlah sosok intelektual Muslim yang menggeluti kajian ilmu kalam. Namun demikian, kecerdasan yang luar biasa dalam studi sejarah dan social atau sejarah social, ia berhasil memotret diskursus ilmu kalam secara lebih sederhana namun utuh dan tidak dari konteks historisnya, sebuah potret yang juga mengesankan ada jarak yang tegas antara penulis dengan yang ditulis. Jarak ini membawa sepirit dan emosi intelektual di satu sisi dan meminimalisir kencenderungan lahirnya argumentasi-argumentasi apologis di sisi lain. Penegasan ini penting untuk menunjukan subjektifitas dan orisinitas gagasan ibn khaldun.



Pada saat yang sama, gagasan kalam Ibn khaldun tidak semata dari apa yang disimpulkan atau direkam dari diskursus kalam, ada pula tentang persoalan lain tetapi melahirkan suatu kesimpulan yang menunjukan suatu pemikiran kalam. Implikasi-implikasi asumttif ini pada awalnya murni berada pada persoalan yang dikaji namun beralih pada lahirnya suatu pemahaman lain di luar konteks persoalan awal yang dikaji tersebut.



C.



Konsep dasar ilmu kalam



Beberapa pemikiran mendasar ilmu kalam yang digagas Ibn Khaldun dapat ditempatkan sebagai konsep dasar yang ia kembangkan. Konsep dasar yang pertama tentunya terkait dengan makna atau rumusan ilmu kalam. Ibn Khaldun merumuskan ilmu kalam sebagai “suatu dikursus pengetahuan yang mencakup prihal argument-argumen tentang akidah-akidah keimanan yang menggunakan argumentasi rasional untuk menolak pandangan orang-orang yang berusaha merubah keyakinan (yang telah dirumuskan) oleh madhab-madhab salaf dan ahl al-sunnah di mana visi keyakinan tersebut adlah tauhid (monotheisme mutlak).



Rumusan yang menurut penulis, paling lengkap diantara rumusan yang ditulis oleh intelektual Muslim. Bagi Ibn Khaldun konsep dasar ilmu kalam tidak dapat dilepaskan dari unsure rasionalitas dan argument atau al-hujjah dan al-adillah, keyakinan, orientasi keilmuan yakni sebagai tujuan membentangi madzhab-mazhab salaf dan ahl al-sunnah, dan monotheisme absolut atau yang sering disebut sebagai tauhid. Dari keempat unsur tersebut ada unsur yang memiliki sifat universal seperti konsep argumentasi,tauhid,dan keyakinan, namun ada pula unsure yang bersifat temporal seperti konsep tujuan pembelajaran kalam. Tujuan pembelajaran suatu disiplin memang boleh temporal oleh karena pertimbangan kebutuhan waktu dan masyarakatnya, namun unsure lainnya harus memiliki karakteristik universal seperti visi,metodelogi, dan epistimologi. Untuk itu, dari rumusan dasar Ibn Khaldun di atas dapat dipilih mana yang bersifat universal dan mana yang bersifat temporal. Namun keduanya ada dalam satu tauhid dalam setiap pribadi.



Dengan demikian semakin jelas apa yang hendak dibangun oleh ibn khaldun tentang epistimologi ilmu kalam. Bahwa serasional apapun yang ada dalam ilmu kalam, ilmu tersebut tetap menjadi bagian dari syariat islam.



Penutup



Pemikiran ibn Khaldun sebagai seorang penulis ilmu kalam, mengesankan dirinya sebagai sosok yang seolah tidak mau disalahkan. Ia mendeskripsikan atas realitas perdebatan eksistensi ilmu kalam antara pergulatan syariat di satu sisi dan pergulatan filsafat disisi lain. Pada saat yang sama nampaknya Ibn khaldun juga tidak mampu member jalan keluar dari persoalan tersebut, sehingga ia di satu sisii tetap memperthankan bahwa ilmu kalam itu



sebagai argumentasi-argumentasi berbasis rasio namun selanjutkan ia menulis bahwa argumentasi tersebut digunakan untuk dijadikan perlindungan bagi orang-orang yang mencoba mereformasi pemikiran kalam. Apakah kalau demikian ada kontradiksi dalam paparan tentang ilmu kalam menurut Ibn khaldun? Wa Allah’a’lam.



DAFTAR PUSTAKA



Badawi,Abdurrahman Mazhab al-islamiyyan.(Bairut: Dar al Iim li al-Maliyyin,1996) Ali al-Jumbulati dan ‘Abdul Futuh at-Tuwānisi, Perbandingan Pendidikan Islam, Terjemah H.M Arifin, Jakarta: Rineka Cipta 2002 M. AH Abdul Wahid Wafi (1985). Ibnu Khaldun Riwayat dan Karyanya. Jakarta: Grafiti Press. AH, A. Mukti (1970). Ibnu Khaldun dan Asal-Usul Sosiologinya. Yogyakarta: Yayasan Nida. Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy (1979). Falsafah Pendidikan Islam. Terj. Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang. Baali, Fuad dan Ali Wardi (1989). Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. Alih Bahasa Osman Ralibi. Jakarta: Pustaka Firdaus. Enan, Muhammad Abdullah (1979). Ibnu Khaldun: His Life and Work. New Delhi: Kitab Bhavan. Khaldun, Ibnu (1986). Muqaddimah Ibnu Khaldun. Terj. Ahmadi Thoha. Jakarta: Pustaka Firdaus. Raliby, Osman (1978). Ibnu Khaldun, Tentang Masyarakat dan Negara. Jakarta: Bulan Bintang.