Makalah Kelompok 2 MNJ Pariwisata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN PARIWISATA PRODUK PARIWISATA DAN HOSPITALITY INDUSTRI



DISUSUN OLEH : Axl Lubalu



(1910030054)



Musdalifa



(1910030058)



Sulastri Roka



(1910030057)



Ari Yanto Dere



(1910030051)



Albert Alan Lapudooh



(1910030070)



Maria Claudia Beka Kuta



(1910030024)



Bianca Kristin Babys



(1910030029)



PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2021



KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya,Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dengan judul Produk Pariwisata dan Hospitality Industry. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang Produk-produk Pariwisata dan hospitality industry. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.             Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui produk-produk pariwisata yang ada, guna meningkatkan daya Tarik wisatawan terhadap objek wisata yang ada di daerah kita. Kupang, 12 Februari 2021            Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..ii DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………….…..1 1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………..1 1.3 TUJUAN DAN MANFAAT..………………………………………………........1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 PRODUK PARIWISATA................…………………………………………….2 2.2 MENURUT PARA AHLI....…………………………………………………….2 2.3 KOMPONEN PRODUK PARIWISATA….……………………………………5 2.4 HOSPITALITY INDUSTRY…………………………………………………. 11 2.5 KARAKTERISTIK PRODUK PARIWISATA……………..………………….11 BAB III PENUTUP 3.1 .KESIMPULAN…………………………………………………………………13 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………15



BAB I PENDAHULUAN 1.1        Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.Pariwisata mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat bahkan bagi Negara sekalipun,m anfaat pariwisata dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu manfaat pariwisata dari segi ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan, serta peluang dan kesempatan kerja. 1.2        Rumusan Masalah Adapun beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.      Apakah pengertian dari Produk Pariwisata? 2.      Apa Pengertian dan Komponen Produk Pariwisata menurut para ahli? 3.      Apa saja Komponen Produk Pariwisata? 4.      Apa saja Karakteristik Produk Pariwisata? 1.3        Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat dibuatnya makalah ini adalah agar para pembaca : 1.  Dapat mengerti dan lebih memahami tentang Produk Pariwisata. 2.  Dapat mengerti dan lebih memahami tentang komponen-komponen Produk pariwisata. 3.  Dapat mengerti dan lebih memahami tentang karakteristik Produk Pariwisata. 4.  Dapat mengerti dan lebih memahami tentang istilah-istilah yang sering muncul dalam dunia Pariwisata.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 PRODUK PARIWISATA Produk Pariwisata (Tourism Product) merupakan suatu bentukan yang nyata (tangible product) dan tidak nyata (intangible product), dikemas dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati, apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi orang yang melakukan perjalanan atau yang menggunakan produk tersebut. Sehingga bentuk dari produk pariwisata itu pada hakekatnya adalah tidak nyata, karena dalam suatu rangkaian perjalanan terdapat berbagai macam unsur yang saling melengkapi, tergantung pada jenis perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan.  Misalnya wisatawan akan melakukan perjalanan ke sebuah pulau dengan tujuan menikmati keindahan taman laut di sekitar pulau tersebut, tentunya wisatawan membutuhkan fasilitas penunjang, seperti: perahu untuk menyeberang ke pulau, fasilitas kendaraan yang membawa mereka dari rumah ke pulau yang dituju dan setibanya di pulau wisatawan membutuhkan fasilitas akomodasi dilengkapi dengan makan dan minum selama  berada di pulau itu, serta tentunya pelengkapan menyelam. Dengan demikian, berdasarkan ilustrasi di atas jelas bahwa rangkaian perjalanan wisatawan ke sebuah pulau membutuhkan komponen produk pariwisata secara holistik dan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri, yang berarti bahwa fasilitas penunjang, transportasi, akomodasi, makan dan minum serta perlengkapan menyelam dan bahkan atraksi wisata di pulau tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan melengkapi untuk tujuan menciptakan kepuasan pengalaman rekreasi bagi wisatawan. Dan masih banyak komponen produk pariwisata lain yang tidak nampak dalam ilustrasi tersebut, yang pada umumnya disebut sebagai komponen pelayanan, seperti yang terjadi pada saat petugas memberikan layanan kepada wisatawan pada saat wisatawan berada di berbagai fasilitas yang digunakan. Dari uraian di atas, secara umum mudah dikenali bahwa produk pariwisata terdiri dari aksesibilitas, fasilitas dan pelayanan serta atraksi wisata atau hiburan. 2.2 Menurut Para Ahli Tatanan lingkungan pariwisata memberikan acuan kepada produk pariwisata yang mana terdiri dari berbagai produk yang dominan yang merupakan jasa (sevice). Inti pembahasan yang dikemukan oleh Smith dan Lumsdon (1997), banwa produk wisata rnengandung 5 aspek yakni



1. Hak yang cenderung bersifat fisik (physical plant), yang nampak scperti lakasi, sumber- sumber yang berhubungan clengan alam, iklim dan infrastruktur. 2. Jasa (service), adalah pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan oleh para pelanggan, berhubungan dengan fasilitas yang dimiliki. Merupakan elernen teknik pelengkap suatu jasa supaya bisa disampaikan sesani ketutuhan pelanggan. 3. Keramahtamanan (Hospitality), cara jasa disampaikan bersifat tambahan (extra) yang menyebabkan pengunjung merasa lebih baik (Visitors feel good). 4. Kebebasan dalam pilihan (Freedom of choice), kebcbsan memilih dalam memesan pelayanan yang diinginkan. Hal ini memicu pihak pengunjung menjadi rileks/lebih santai dan memungkinkan penganjung bertindak secara spontan. 5. Kererlibatan (Involvement), menekankan pada aspek keterlibatan atau partisipasi. Batasan-batasan pengertian diatas memberikan gambaran banwa produk pariwisata menurut Suwantoro (1997) adalan Produk pariwisata adalah serangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait yaitu jasa y, dihasilkan berbagai perusanaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial/psikologis) dan jasa alam atau keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telan dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula. Disisi lain Kottler (2003) bcrpendam bahwa produk pariwisata merupakan produk yang berbentuk jasa rtama disertai olch barang dan jasa tambahan, oleh karena itu penawarannya terdiri dari scbuah jasa utama dengan tambahan jasa lainnya atau barang pendukeng. Jadi pada hakikatnya definisi produk pariwisata adalah keseluruhan pelayanan yang diperolch dan dirasakan atau dinikm.ati wisatawan seMenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke dacrah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dhnana ia berangkat semula. Adapun ciri-ciri dari produk pariwisata adalah: 2. Perusahaan-perusabaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan ke mana wisatawan pergi. Dalam istilah kepariwisatattt perusahaan ini biasa disebut dengan "Residedtial Tourist Plant". Yang dirnaksud dengan Residential Tourist Plant adalah perusahaan-perusahaan y.g memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan malcanan dan minuman di daerah tujuanr misaJnya. Motel, Youth



Hostel,.



Cottages,



Camping



Areas,



Caravaning



Tavems



dan



Catering.



Establishments. scocrti. Bar d. Restaurant. Coffc Shop. Cafetaria, Grill-Room, SelfService. Dapat pula ditambahkan kantor-kantor pernerinzah sepcni Tourist Center. v_rovert,-nt Murist Office afrd. Murixi ANAucialitut. Beberapa tipe akomodas: mcnurut Fltrostat dalarn Davidson (1993), yang intinya sebagai berikut : (1) Hotel-hotel dan bangunan-bangunan dan sejenisnya meliputi: hotel, motel, bangunan pinggir jalan. klab-klab penduduk dan bangunan sejenis yang menyediakan jasa hotel. Rumah-rumah sewaan, tempat kediaman wisatawan dan peninggalan akomodasi serupa dalam bentuk ruangan-ruangan. (2) Bangunan akomodasi pelengkap; meliputi ternpat tinggal saat berlibur seperti apartemen, beberapa kelas perumahan dan bungalow. Bangunan perkemahan wisatawan, rumah-rumah dalam bentuk kereta attm mobil dan pelabuhan. Bangunan akomodasi pariwisata sosial termasuk hotel untuk anak muda, ruangan besar, rumah-rumah untuk berlibur para orang dan asrarna mahasiswa. Sena hangunan untuk kepentingan kesehatan. (3) Swasta atau akomedasi khusus, terdiri dari: ruangan rurnah yang disewakan. rumah rnilik perorangan yang disewakan (apartemen dan tempat tinggal milik sendiri serta jenis akomodasi swasta termasuk tenda perorangan yang, tidak terorganisir, kapal atau perahu. Tidak hanya akomodasi sebagai dasar perkembangan industri tapi juga bahan makanan dan minuman yang tersedia untuk para wisatawan ketika melakukan perjalanan wisata. Kebutuhan Makanan dan minurnan dapat dipeuhi pihak-piltak terkait ditempat penginapan ataupun ditempat umum seperti restoran, rumah makan, cafe dan penyedia makanan olahan cepat, restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen. dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, menyimpanan, penyajian dan penjual. makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya dan memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan (Memparrtostel, 1987).



Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) : 1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan 2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain. 3.  Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut. Mason (2000:46) dan Poerwanto (1998:53) telah membuat rumusan tentang komponen-komponen produk wisata yaitu : 1.  Atraksi, yaitu daya tarik wisata, baik alam, budaya maupun buatan manusia seperti festival atau pentas seni 2.  Aksesbilitas, yaitu kemudahan untuk mencapai tempat tujuan wisata 3. Amenities yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam hal ini dapat berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan (tangible and intangible products) 4.  Networking, yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan baik lokal, nasional maupun internasional.



Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 (tiga) komponen yang membentuk Produk Pariwisata dan untuk semakin melengkapi kegunaan produk pariwisata tersebut bagi wisatawan, penulis tambahkan stau komponen yang lain, yaitu keramahtamahan, sehingga secara lengkap komponen produk wisata menjadi 3 plus, yaitu: 1.  Daya tarik wisata yang ada di destinasi wisata (ATTRACTIONS) 2.  Sarana pelengkap dan penunjang kepariwisataan (AMENITIES) 3.  Kemudahan untuk mencapai destinasi wisata (ACCESSIBILITIES)  4. Keramahtamahan yang ditawarkan di destinasi wisata (HOSPITALITY) 2.3 Komponen Produk Pariwisata 2.3.1. Daya Tarik Wisata (Attractions)    Dalam kegiatan wisata, ada pergerakan manusia dari tempat tinggalnya menuju ke destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata, merupakan kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dengan demikian, faktor daya tarik wisata merupakan salah satu unsur yang membentuk dan menentukan suatu daerah menjadi destinasi pariwisata.      Setiap destinasi pariwisata memiliki daya tarik berbeda-beda sesuai dengan kemampuan atau potensi yang dimiliki. Di bawah ini adalah jenis daya tarik wisata yang biasanya ditampilkan di destinasi pariwisata:



     Daya tarik wisata alam (natural tourist attractions), segala bentuk daya tarik yang dimiliki oleh alam, misalnya: laut, pantai, gunung, danau, lembah, bukit, air terjun, ngarai, sungai, hutan    Daya tarik wisata buatan manusia (man-made tourist attractions), meliputi: Daya tarik wisata budaya (cultural tourist attractions), misalnya: tarian, wayang, upacara adat, lagu, upacara ritual dan daya tarik wisata yang merupakan hasil karya cipta, misalnya: bangunan seni, seni pahat, ukir, lukis.         Daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen produk pariwisata karena dapat memunculkan motivasi bagi wisatawan dan menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata, hal demikian terlebih terjadi di destinasi pariwisata yang memilki sangat beragam dan bervariasi daya tarik wisata, seperti yang ditulis oleh Robert Christie Mill dalam buku "Tourism: The International Business" (1990): "Attractions draw people to a destination". 2.3.2. SARANA PELENGKAP DAN PENUNJANG KEPARIWISATAAN Sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lama tinggal di tempat atau daerah yang dikuniunginya. istilah lain dari sarana pelengkap keperiwisatawan adalah "recrentive and sportive Plant” dan yang termasuk dalam kelempok adalah fasilitas untuk berolah raga baik di musim ataupun musirn panas, seperti : ski, golf course, tennis court, kolam renang, boating jacilities. hunting safari dengan segala perlengkapan. Jadi harus ada sesuatu yang dikerjakan (Something to do) ditempat yang dikunjungi sehingga, ada ketertarikan tertentu bagi wisatawan untuk lebih lama berada di objek wisata tersebut. Sarana penunjan, kepariwisataan adalah fasilitas, yang diperlukan wisatawan (khususnya Business taurist) yang herfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap tetapi fungsi yang lehih penting adalah agar wisatawan lebih hanyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya. Termasuk dalam kelompok ini adalah night Club Steambath, Casino, Souvenir shop, bioskon, opera. Sarana semacam ini perlu diadakan untuk wisatawan tetapi



tidaklah begitu mutlak pengadaannya karena tidak semua wisatawan senang dengan kegiatan tersebut. 2.3.3. PENGERTIAN AKSESIBILITAS Kemudahan malakukan perjalannan ke suatu daerah yang belum dikenal, untuk mengetahui keindahan suatu objek ataupun transportasi apa yang dapat digunakan untuk sampai ke daerah tersebut .dikemas melalui produk aksesibilitas. Aksesibilitas menurut Suwantoro (1997) adalah merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata karena menyangkut pengembangan lintas sektoral. Pertama-tama tampa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidakk mungkin sesuatu objek mendapat kunjungan wisatawan. Aksesibilitas adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan para wisatawan untuk memenuhi kebutuhannya Fanggidae : 2005). Fungsinya adalah untuk melengkapi fasilitas pariwisata schingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Tanpa adanya aksebilitas maka sukar bagi fasilitas pariwisata memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan dan travellers lainnya. Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Dalam pembangunan tersebut diperlukan koordinasi yang mantap antara instansi terkait bersama dengan instansi pariwisata diberbagai tingkat. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan panwisata. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus memenuhi syarat aksesibilitas, artinya objek wisata harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus selalu ada : 1. Akses informasi. Kemajuan manusia untuk menyalurkan segala bentuk keinginannya telah menjadikan dunia sebagai suatu tempat yang tanpa batas. Masukan informasi yang lengkap tentunya akan menyebabkan para wisatawan semakin mudah untuk menyeleksi kawasan-kawasan yang akan mereka



kunjungi. Informasi itu dapat berupa promosi dan publikasi. Promosi adalah kegiatan yang intensif dalam waktu yang relatif singkat. Untuk mengadakan promosi yang tepat harus disadari bahwa yang didistribusikan ke pasar Itu sering bukan produk yang sudah jadi tapi hanya komponen-komponennya saja yakni atraksinya, dan fasilitasnya. Komponen-komponen tersebut masih harus diramu menjadi sebuah produk pariwisata yang lengkap yakni perjalanan ke...dengan



menggunakan



sarana



angkutan...,



tntuk



mengunjungi...selama...hari. Publikasi berbeda dengan promosi yang berusaha Iebih menyesuaikan produk dengan permintaan pasar rnaka publikasi berusaha menciptakan permintaan atau mempengaruhi permintaan dengan cara menonjolkan kesesuaian produk wisata dengan permintaan. Publikasi dapat berupa leaflet, brosur perjalanan serta publikasi lewat media masa. 2. Akses kondisi jalan menuju ke objek wisata, dan jalan akses itu harus berhubungan dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menentukan aksesibilitas suatu objek wisata. Aksesibilitas ini merupakan syarat yang penting sekali untuk objek wisata. 3. Selanjutnya sebagai tempat akhir perjalanan, di tempat objek wisata harus ada terminal, setidak-tidaknya tempat parkir. Baik jalan akses maupun tempat parkir harus sesuai dengan kebutuhan yaitu sesuai dengan jumlah wisatawan yang diharapkan kedatangannya dan jenis serta jumlah kendaraan yang diperkirakan akan digunakan oleh parawisatawan. Syarat aksesibilitas menuntut bahwa hotel itu harus mudah ditemukan dan mudah dicapai. Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan eksesibilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. dalam pembangunan tersebut diperlukan koordinasi yang mantap antara instansi terkait bersama dengan instansi pariwisata diberbagai tingkat. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan pariwisata. 2.3.4 Keramahtamahan (Hospitality)



  Destinasi wisata dapat menyebabkan munculnya perasaan wisatawan terhadap kebutuhan yang berkaitan dengan keramahtamahan melalui seseorang atau sesuatu, seperti yang ditulis oleh Robert Christie Mill: "The hospitality of an area is the general feeling of welcome that tourists receive while visiting the area. People do not want to go where the do not feel welcome" (1990)  



2.3 HOSPITALITY INDUSTRY Hunziker seperti yang dikutip oleh Yoeti (2008:14) mendefinisikan indusstri pariwisata sebagai berikut: "Tourism enterprises are all business entities which, by combining various means of production; provide goods and services of a specifically tourist nature". Industri pariwisata adalah semua usaha di berbagai macam kombinasi, cara produksi menyediakan barang dan jasa dalam bidang pariwisata. Industri pariwisata menyediakan berbapi macam barang dan jasa oleh macarn-maeam perusahaan semenjak wisatawan berangkat hingga kembali ke tempat asalnya. Salah satu usaha dalam industri pariwisata adalah hotel ((Yoeti: 1980). Hospitality industry merupakan salah satu industri terbesar yang berkembang sangat pcsat di dunia Hospitality industry sangat berbeda dengan industri lainnya, seperti industri pakaian dan industry pertanian di mana hospitality industry lebih cenderung beroperasi dalam memberikan jasa/servic. Hospitality industry menawarkan jasa yang sangat unik, yaitu bagaimana memberikan pelayanan yang baik schingga harapan konsumen dapat terwujud. Hospitality industry merupakan sebuah industri yang cakupannya sangat luas, termasuk didalamnya penginapan (lodging), restautrants, event planning, theme parks, transportation, cruise lin and additional fields within the tourism industry. Tcrwujudnya



harapan



konsumen



satisfaction/kepuasan konsumen.



memberikan



pengaruh



terhadap



KARAKTERISTIK SERVICE DALAM HOSPITALITY INDUSTRY Haspitality industry merupakan bagian dari industri pelayanan (service industry) yang menawarkan pengalaman kepada konsumen. Usaha jasa (service industry) fokus dalam melayani dan memuaskan konsumen. Dalam sebuah perusahaan memberikan kepuasan terhadap konsumen tidak hanya terbatas pada level bawah saja, namun budaya melayani harus diterapkan pada semua lini, baik itu level top management, maupun bottom. Karakteristik dari usaha jasa di bidang hospitality industry, antara lain: a. Intangibility: Product yang dihasilkan olch hospitality industry tidak bisa dilihat, disentuh, dicium atau dirasakan setelah proses pembelian. b. Inseparability: Produksi dan konsumsi dari product hospitality industry harus dilakukan di tempat di mana product tersebut diproduksi. c. Perishability: Produk dari hospitality industry tidak bisa disimpan untuk penggunaan selanjutnya atan penjualan berikutnya. d. Variability: Service/jasa yang diberikan kepada pelanggan sangat beragam, setiap waktu tergantung pz pengalaman apa yang ingin diberikan kepada tamu.



2.4 Karakteristik Produk Pariwisata     Secara umum, karakteristik utama produk pariwisata adalah jasa (service), dengan demikian meningkatkan mutu pelayanan jasa di bidang pariwisata berarti juga meningkatkan mutu produk pariwisata.  Produk pariwisata secara keseluruhan bersifat heterogen (tidak homogen) karena terdiri dari beragam jenis pelayanan dalam keseluruhan proses perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan. Sehingga karena karakteristik yang heterogen tersebut maka cukup sulit untuk dapat mencapai atau menentukan standar mutu yang jelas.   Berdasarklan karakteristik produk pariwisata tersebut maka muncul pernyataan "selling holiday is selling dreams", sehingga penyedia produk pariwisata ditantang untuk dapat mewujudkan mimpi wisatawan menjadi kenyataan sesuai yang diharapkan oleh wisatawan sebagai pengguna produkpariwisata. Menurut Vellas dan Becherel (2008:9-11) secara keseluruhan, produk pariwisata telah dial sebagai produk jasa dengan ciri-ciri:



a. Tidak kasat mata: pariwisata manawarkan pelayanan yang terdiri atas aspek jasa. Jasa tidak dapat dimiliki, jasa dilakukan dan dievaluasi berdasarkan hasil dari pengalaman yang menyenangkan atau sebaliknya. b. Tidak dapat disimpan: kesempatan menawarkan kamar dan kesempatan menyewakan tempat duduk di pesawat udara tidak dapat disimpan atau ditumpuk untuk digunakan di masa datang apabila tidak digunakan pada saat itu, maka akan hilang selamanya. c. Penawaran yang tidak elastis, karena produk pariwisata tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan permintaan, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Permintaan yang meningkat dan menurun dalam jangka pendek hanya berpengaruh kecil pada harga, fluktu jangka panjanglah yang menentukan komposisi dari produk dan harga jualnya. d. Elastisitas perrnintaan produk pariwisata, perrninfaan akan produk pariwisata bereaksi cepat terhadap kejadian dan perubahan dalam lingkuragan seperti ancaman keamanan, perubahan ekonomi dan mode yang berubah. e. Saling melengkapi, produk pariwisata bukan jasa yang tunggal, melainkan terdiri atas beberapa sub produk yang saling melengkapi. f. Tidak dapat dipisahkan, produksi dan konsumsi terjadi bersamaan, tidak ada peralihan kepemilikan. Pelanggan wisatawan harus hadir ketika jasa di1aksanakan untuk dinikmati. g. Heterogenitas, produk pariwisata heteroge, karena tidak mungkin memproduksi dua jasa pariwisata yang identik. h. Biaya tetap yang tinggi, harga awal untuk menyediakan unsur-unsur dasar dari pro pariwisata, seperti angkutan (pesawat udara, kereta api, bis dan lain-lain) dan akomodasi (hotel, villa lain-lain) sangat tinggi. Investasi yang mahal dibuat tanpa jaminan bahwa investasi akan diganti dan laba akan diperoleh di masa datang.



i. Padat karya, pariwisata adalah industri manusia. Bagian dari pengalaman perjalanan adalah dari pelayanan yang diterima si pengunjung dan keterampilan pegawai perusahaan pariwisata pada sebuah destinasi wisata. Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memahami karakter produk pariwisata, yaitu: 1.  Tidak dapat dipindahkan 2.  Tidak memerlukan perantara (middlemen) untuk mencapai kepuasan 3.  Tidak dapat ditimbun atau disimpan 4.  Sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomis 5.  Tidak dapat dicoba atau dicicipi 6.  Sangat tergantung pada faktor manusia 7.  Memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi 8. Tidak memiliki standar atau ukuran yang obyektif dalam menilai mutu produk. 



BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN Atraksi / daya tarik adalah segala sesuatu yang terdapat di objek wisata yang menjadi daya tarik sehingga orang berkunjung ke tempat tersebut. Atraksi wisata biasanya merupakan pendorong awal atau motivasi bagi seseorang untuk melakukan kunjungan (Fanggidae, 2005). Suwantoro (1997) mengatakan bahwa atraksi dibagi ke dalam dua golongan yaitu atraksi alam dan atraksi buatan manusia. Atraksi alam adalah daya tarik wisata yang melekat pada keindahan dan keunikan alam dari Pencipta yang Mana terdiri keindahan alam (natural amenities), iklim, pemandangan, fauna dan flora yang aneh (uncommon vegetation & animals), hutan (the sylvan elements), dan surnber kesehatan (health centre) seperti sumber air panas belerang, mandi lumpur. Sedangkan atraksi buatan manusia adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik wisata yang sengaja diciptakan atau dibuat oleh manusia, misalnya : monumen, candi, art gallery, kesenian, festival, pesta ritual, upacara perkawinan tradisional, khitanan. Atraksi wisata juga harus layak financial, sosial ekonomi, teknis dan lingkungan. Atraksi wisata boleh dikatakan berhasil kalau menimbulkan kesan kepada wisatawan, sehingga ia merasa puas. Kepuasan itu tidak hanya tergantung kepada keadaan atraksi wisata itu sendiri akan tetapi pada caranya menyuguhkan atau mempresentasikannya dihadapan wisatawan. Fasilitas merupakan pe1engkap sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan



pelayanan



sebagairnana



mestinya.



Menurut



Yocti



(1996)



Aksesibilitas terdiri dari: sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Supersmusture), sarana pelengkap kepariwisaan (Supplementing Tourism Superstructure), sarana penunjang keperiwisataan ( Supporring Tourism Superstructure) serta prasarana amum. Selain fasilitas ada produk pariwisata yang penting yakni aksesibilitas. Aksesibilitas adalah kemudahan untuk melakukan perjalanan ke suatu daerah yang belum dikenal, untuk mengetahui keindahan suatu objek ataupun transportasi apa yang dapat digunakan untuk sampai ke



daerah tersebut. Dengan syarat pokoknya ada akses informasi, kondisi jalan dan tempat akhir perjalanan (terminal dan tempat parkir). Hapitality industry merupakan bagian dari industri pelayanan (service industry) yang menawarkan pengalaman kepada konsumen. Usaha jasa (service industry) fokus dalam melayani dan memuaskan konsumen. Dalam sebuah perusahaan memberikan kepuasan terhadap konsumen tidak hanya terbatas pada level bawah saja, namun budaya melayani harus diterapkan pada semua lini, baik itu level top management, middle, maupun bottom.



DAFTAR PUSTAKA Gronroos, Christian, 1990, Service management and marketing: Managing the Moment of Truth in Service Competition, Massachusetts: Lexington Books. Kottler, Philip, 2000, Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Mill, Robert Christic, 2000, Tourism, The International Business, Jakarta: Raja Grafindo. Parasuraman. A., V.A. Zeithaml, and L. L. Beiry, (1990), Delievering Quality Service : Balancing Customer Perception and Expections, The Press, A Diyision of Macmillan, Inc., New York. Putra Wyasa, etc (2001). Hukum Bisnis Pariwisata. Penerbit Ratika Aditama. Denpasar Roger, Anthea and Judy Slinn (1993), Tourism Management of Facilities. London Pitman Publishing Salah Wahab, L. J. Crampon, L. M. Roth Field (1997), Tourism Marketing. PT Pradnya Paramita Soekadijo, 1995. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai "Systemic Linkage". PT.Gramedia Pustaka Utama. Suwantoro., (1997), Dasar-dasar Pariwisara. Penerbit ANDI Yogyakarta. Witt, Stephen F., dan Moutinho, Luiz., (1994), Tourism Marketing and Management Handbook, Singapore, Prentice-Hall, Inc. Yoeti. A. Oka ( 1993). Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Angkasa Bandung. Yocti. A. Oka ( 1996), Pemasaran Pariwisata. Penerbit Anakasa Bandung