Makalah Kepemimpinan Kepala Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan global ini, diakui atau tidak, lembaga pendidikan atau sistem persekolahan Islam dituntut untuk mengemuka dengan kinerja kelembagaan



yang



efektif



dan



produktif.



Kepala



sekolah



sebagai



penanggungjawab pendidikan dan pembelajaran di sekolah hendaknya dapat meyakinkan kepada masyarakat bahwa segala sesuatunya telah berjalan dengan baik, termasuk perencanaan dan implementasi kurikulum, penyediaan dan pemanfaatan sumber daya guru, rekruitmen sumber daya murid, kerjasama sekolah dan orang tua, serta sosok outcome sekolah yang prospektif. Untuk memenuhi tuntutan ini, kepala sekolah harus memiliki bekal yang memadai, termasuk pengetahuan yang profesional, kepemimpinan instruksional, ketrampilan administrative, dan ketrampilan sosial. Bagaimanapun, kepala sekolah merupakan unsure vital bagi efektivitas lembaga pendidikan. Tidak akan pernah kita jumpai sekolah yang baik dengan kepala sekolah yang buruk atau sekolah yang buruk dengan kepala sekolah yang baik. Kepala sekolah yang baik akan bersikap dinamis untuk menyiapkan berbagai macam program pendidikan. Bahkan, tinggi rendahnya mutu suatu sekolah akan dibedakan oleh kepemimpinan di sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan lembaga pendidikan. Manajer sekolah adalah pemimpin yang berhubungan langsung dengan sekolah. Ia adalah panglima pengawal pendidikan yang melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan pendidikan di dalamnya.



1



Suksesnya sebuah sekolah tergantung pada sejauh mana pelaksanaan misi yang dibebankan di atas pundaknya, kepribadian, dan kemampuannya dalam bergaul dengan unsur-unsur masyarakat. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus berupaya mewujudkan kondisi sosial yang mendukung kegiatan sekolah yang dipimpinnya. B. Rumusan Masalah 1.



Apa yang menjadi konsep dasar kepemimpinan kepala



sekolah?



C.



2.



Bagaimana kualitas dan perilaku kepala sekolah?



3.



Apa peran dan tanggung jawab kepala sekolah?



4.



Bagaimana menjadi kepala sekolah yang profesional?



Tujuan Penulisan Makalah 1.



Mengetahui



apa



yang



menjadi



konsep



dasar



kepemimpinan kepala sekolah. 2.



Mengetahui kualitas dan perilaku kepala sekolah.



3.



Mengetahui peran dan tanggung jawab kepala sekolah.



4.



Mengetahui profesionalisme kepemimpinan kepala



sekolah. D.



Batasan Masalah Pembahasan masalah pada makalah ini hanya berbatas pada Kepemimpinan Kepala Sekolah.



2



3



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organsisasi. Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Sementara Soepardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk menggerakkkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasihati membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien”. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya; adanya pengikut; serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi. Unsure-unsur yang terlibat dalam situasi kepemimpinan adalah : 1) orang yang dapat mempengaruhi orang lain di satu pihak, 2) orang yang dapat pengaruh di lain pihak, 3) adanya maksud-maksud atau tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai, 4) adanya serangkaian tindakan tertentu untuk mempengaruhi dan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu itu. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli tesebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah untuk memberikan pengaruh kepada orang lain melalui interaksi individu dan kelompok sebagai wujud kerjasama dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. B. Kualitas dan Perilaku Kepala Sekolah Kualitas dan perilaku kepala sekolah hendaknya mencakup hal-hal berikut :



3



1.



Visi yang kuat tentang masa depan sekolah, dan dorongan terhadap



semua saf untuk berkarya menuju perwujudan visi tersebut. 2.



Harapan yang tinggi terhadap prestasi murid dan kinerja staf.



3.



Pengamatan terhadap guru di kelas dan pemberian balikan positif



dan konstruktif dalam rangka pemecahan masalah dan peningkatan pembelajaran. 4.



Dorongan untuk memanfaatkan waktu pembelajaran secara efisien



dan merancang prosedur untuk mengurangi kekacauan. 5.



Pemanfaatan sumber-sumber material dan personol secara kreatif.



6.



Pemantauan terhadap prestasi murid secara individual dan kolektif



dan



memanfaatkan



informasi



untuk



membimbing



perencanaan



intruksional. Kenyataannya, kepala sekolah (Islam) kita nampak kurang effektif, ditilik dari perannya yang mencolok sebagai pengelola bangunan sekolah dan anggaran, penjaga dokumen, terlalu disiplin, dan berbicara dengan setiap orang. Seyogyanya, tugas-tugas ini dapat disiasati sebagai agenda manajerial yang dapat didelegasikan kepada staf terkait. Mereka seakan melupakan bahwa fungsi utama sekolah sebagai alat memberi bantuan pembelajaran; hal itu terlihat ketika mereka menyerahkan pembelajaran sepenuhnya kepada guru. Martin & Willower & Kmetz melihat kepala sekolah yang tidak efektif ini sedikit memanfaatkan waktunya untuk masalah-masalah intruksional dan kurikulum. Menurut Goodlad, hal itu diakibatkan oleh terbatasnya bekal manajerial dan kepemimpinan intruksional yang dimilikinya. Anehnya, kebanyakan guru, orang tua, dan pihak-pihak terkait lain tidak menyadari peranan sangat penting yang harus dimainkan oleh kepala sekolah tersebut dalam rangka menciptakan sekolah yang efektif, sekolah di mana setiap orang peduli dengan belajar dan prestasi, harapan tinggi, dan peningkatan pendidikan setiap hari. Lebih-lebih pada saat pemerintahan Orde baru berkuasa, kebijakan sentralisasi semakin melegitimasi para kepala sekolah sebagai sosok yang kebal kritik dan onemanshow, sehingga menutup kreativitas, produktifitas, dan inovasi pendidikan di sekolah. Sampai saat



4



inipun, budaya konservatif ini tidak dijamin hilang dari lingkungan pendidikan Islam, jika tidak ada upaya dari para sarjana tarbiyah. C. Peran dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dituntut untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang berkaitan dengan kepemimpinan pendidikan dengan sebaik mungkin, termasuk di dalamnya sebagai pemimpin pengajaran (Smith & Andrews, 1989). Harapan yang segera muncul dari kalangan guru, siswa, staf administrasi, pemerintah dan masyarakat



adalah



agar



kepala



sekolah



dapat



melaksanakan



tugas



kepemimpinan dengan seefektif mungkin untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang diemban dalam mengoperasinalkan sekolah (Sergiovani, 1987), selain itu juga memberikan perhatian kepada pengembangan individu dan organisasi (Hanson, 1985). Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai tugas dalam menjalankan



fungsi-fungsi



manajemen



tersebut



memerlukan



adanya



komunikasi dan kerjasama yang efektif antara kepala sekolah dan seluruh stafnya. Dengan demikian kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dan menjadi kunci atas keberhasilan terhadap sekolah yang dipimpinnya sebagaimana dijelaskan oleh Davies (1987) bahwa “A school principal occupies a key position in the schooling system”. Hal ini juga didukung oleh Dow dan Oakley (1992) yang menjelaskan bahwa “Pricipal leadership is an essential ingredient in ereating and maintaining an effective school”. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang mempunyai kemampuan manajerial yang handal dan visioner, yaitu mampu mengelola sekolah dengan baik dan mempunyai gambaran mental tentang masa depan yang diacu bagi sekolah yang dipimpinnya. Hal ini diperkuat oleh penjelasan Caldwell dan Spinks (1993) bahwa : “A vision as a mental picure of a preferred future for the school”. Kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai; stateperson leadership, educational leadership, administrative leadership, supervisory ledership, and team leadership (Sergiovanni, 1987). Adapun



5



Blumberg (1980) menekankan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah berkaitan erat dengan kompetensi manejerial dan kepemimpinan pendidikan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa peran dan tanggung jawab kepala sekolah pada hakekatnya erat dengan administrasi atau manajemen pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan supervise pendidikan. 1.



Kepala sekolah sebagai Pemimpin (Leader) Pendidikan Perubahan dalam peranan dan fungsi sekolah dan yang statis di jaman lampau kepada yang dinamis dan fungsional-konstruktif di era pembangunan, membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada kepala sekolah. Pada dasarnya istilah kepemimpinan itu dipahami sebagai suatu konsep yang di dalamnya mengandung makna bahwa ada proses kekuatan yang datang dari seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun secara kelompok dalam organisasi (Hanson, 1985). Adapun Koontz O’Donnel dan Weihrich di dalam bukunya yang berjudul Management cetakan ketujuh, tahun 1980, antara lain dikemukakan, bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan secara umum, merupakan pengaruh, seni atau proses mengetahui orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha kea rah tercapainya tujuan organisasi. (Ledership is generally definet simplyas influence, the art of process of influencing people so that they will strive willingly toward the achievement of group goals). Dari konsep tersebut dapat dikembangkan lebih jauh makna yang terkandung di dalamnya. Makna kata, “kemauan keras berusaha” di dalamnya mencerminkan keinginan keras dengan penuh semangat dan percaya diri (convidence to work with real andi). Arti kata “semangat” sebenarnya di dalamnya tercermin hasrat, kesungguhan, dan intensitas, dalam melaksanakan pekerjaan. Demikian pula di dalam kata “percaya diri” merefleksikan pengalaman dan kemampuan teknis (technical ability).



6



Kata “memimpin” mempunyai arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan (precede). Pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal. Dalam mencapai tujuan. Pemimpin tidak berdiri di samping, melainkan merek memberikan dorongan dam memacu (to prod), berdiri didepan yamg memberikan kemudahan untuk kemajuan serta memberikan inspirasi organisasi dalam mencapai tujuan. Seseorang



pemimpin



dapat



dibandingkan



dengan



seorang



pemimpin orkes (orchestra). Pemimpin orkes berfungsi menghasilkan bunyi yang terkoordinasi dan tempo yang betul, melalui usaha terpadu dari para pemain musik (instrumentalis). Kualitas kepemimpinan director orchestra akan mengalunkan suara yang tidak menentu (desultory fashion) atau dengan penuh kecermatan dan antusias. Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followership), kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin, itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain pemimpin tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawahan. Dengan uraian Koontz tersebut kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu : •Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri pada guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing. •Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekilah dalam mencapai tujuan. Sementara itu Bartky (1965) menjelaskan bahwa kepala sekolah hendaknya menjadi pemimpin yang efektif bagi siswanya, para guru, dan



7



orang tua siswa beserta masyarakat. Sebagai pemimpin siswa kepala sekolah diharapkan dapat memberikan bimbingan dan pembinaan demi keberhasilan belajar siswa. Dalam hal ini Campbell (1977) menyatakan pembinaan siswa mencakup : (1) mengembangkan potensi-potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa, (2) membantu siswa agar memiliki kehidupan yang lebih baik, (3) mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, emosional, dan fisik. Sebagai pemimpin para guru, kepala sekolah diharapkan dapat melakukan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugasnya secara professional. Adapun sebagai pemimpin orang tua dan masyarakat kepalas sekolah diharapkan memberikan informasi tentang berbagai masalah yang dihadapi. Wiles dan Bondi (1983) menjelaskan bahwa kepemimpinan yang efektif berdasarkan hasil penelitiannya bersumber dari tiga factor, yaitu (1) dimilikinya ketrampilan-ketrampilan kepemimpinan, (2) kemampuan untuk menyepadankan ketrampilan kepemimpinan dengan tugas-tugas kelompok yang dipimpinnya, dan (3) dipersepsinya ia sebagai seorang pemimpin oleh kelompoknya. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah : 1. Koontz memberikan definisi fungsi kepemimpinan sebagai berikut : “the function of leadership, therefore is to induce or persuade all subordinate of followers to contribute willingly to organizational goals in accordance with their maximum capability”. Mengacu definisi di atas, agar para bawahan dengan penuh kemampuan secara maksimal berhasil mencapai tujuan organisasi, pemimpin harus mampu membujuk (to induce) dan meyakinkan (persuade) bawahan. Hal ini berarti, apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staf dan para siswa berperilaku dalam mencapai tujuan sekolah oleh karenanya kepala sekolah harus : a) Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf dan para siswa.



8



b) Sebaliknya kepala sekolah harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, dengan cara : •



Meyakinkan (persuade), berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa yang dilakukan adalah benar.







Membujuk (induce), berusaha meyakinkan para guru, staf dan siswa bahwa apa yang dikerjakan adalah benar.



2.



Pendapat



berbeda



mengenai



peranan



kepemimpinan,



dibicarakan pula H.G. Hicks dan C.R. Gulleti dalam bukunya yang berjudul Organization Theory and Behavior. Menurut



Hick



delapan



rangkaian



peranan



kepemimpinan



(leadership function), yaitu : adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, dan yang terakhir bersedia menghargai. Kepala sekolah sebagai pemimpin seharusnya dalam praktek sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah. •



Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan kepada sikap para guru, staf dan para siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan, keoentingan serta tingkat sosial budaya yang berbeda sehingga tidak mustahil terjadi konflik antar individu bahkan antar kelompok.







Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya harus selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksankan tugas masing-masing (suggesting).







Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana, sarana dan sebagainya. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan memerlukan berbagai dukungan. Kepala sekolah bertanggung jawab



9



untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung. Tanpa adanya dukungan yang disediakan oleh kepala sekolah, sumber daya manusia yang ada tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik (supplaying objectives). •



Kepala sekolah berperan sebagai kalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Patah semangat, kehilangan kepercayaan harus dapat dibangkitkan oleh para kepala sekolah (catalyzing). Sesuai dengan misi yang dibebankan kepala sekolah, kepala sekolah harus mampu membawa perubahan sikap perilaku, intelektual anak didik sesuai dengan pendidikan.







Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik secara individu maupun kelompok. Oleh sebab itu seorang kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat meciptakan rasa aman di dalam lingkungan sekolah, sehingga para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas secara aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan dari kepala sekolah (providing security).







Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala sekolah sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah di mana, dan dalam kesempatan apa pun. Oleh sebab itu penampilan seorang kepala sekolah harus dijaga integritasnya, selalu terpercaya, dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatannya (representing).







Kepala sekolah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf



dan siswa. Oleh sebab itu kepala sekolah harus selalu



membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab ke arah tercapainya tujuan sekolah (inspiring).



10







Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok, apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Untuk itu kepala sekolah diharapkan selalu dapat menghargai apa pun yang dihasilkan oleh para mereka yang menjadi tanggung jawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan dan sebagainya (praising).



2.



Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Manajer Pendidikan Peranan kepala sekolah sebagai administrator pendidikan pada hakekatnya bahwa seorang kepala sekolah harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan ketrampilan untuk mempelajari secara kontinyu perubahan yang sedang terjadi di masyarakat sehingga sekolah melalui program-program pendidikan yang disajikan senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dan kondisi baru. Kepala



sekolah



bertanggung



jawab



terhadap



kelancaran



pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami, menguasai, dan mampu melaksanakan kegiatankegiatan yang berkenaan dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan. Dalam kegiatan administrasi mengandung di dalamnya fungsifungsi



perncanaan,



pengorganisasian,



pengordinasian,



pengawasan,



kepegawaian, dan pembiayaan. Kepala sekolah sebagai administrator hendaknya mampu mengaplikasikan fungsi-fungsi tersebut ke dalam pengelolaan sekolah yang dipimpinnya. Peran kepala sekolah sebagai manajer pada suatu lembaga pendidikan Islam sangat diperlukan, sebab lembaga sebagai alat mencapai tujuan organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta lembaga pendidikan yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karir-karir sumber daya manusia, memerlukan



manajer



yang



11



mampu



untuk



merencanakan,



mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan agar lembaga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Stoner dalam bukunya “Management”, ada delapan macam fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi yaitu bahwa para manajer : 1. Bekerja dengan, dan melalui orang lain. 2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. 3. Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan. 4. Berpikir secara realistik dan konseptual. 5. Adalah juru menengah. 6. Adalah seorang politisi. 7. Adalah seorang diplomat. 8. Pengambil keputusan yang sulit. Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh Stoner tersebut tentu saja berlaku bagi setiap manajer dari organisasi apapun, termasuk kepala sekolah. Sehingga kepala sekolah yang berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari. Walaupun pada pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya manusia, seperti para guru, staf, siswa dan orang tua siswa, dana, sarana serta suasana dan faktor lingkungan di mana sekolah itu berada. Di samping mempunyai delapan fungsi manajer tersebut, kepala sekolah di lembaga pendidikan Islam hendaknya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan ajaran-ajaran syariat Islam, misalnya berkomitmen dengan norma-norma agama dalam berbicara dan berbuat, memiliki kesiapan untuk berkorban dengan harta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, suka bekerja sama dengan orang lain, menghormati pendapat, dan apresiasif terhadap kemampuan dan kelebihan orang, serta sifat-sifat lain yang dapat menambah kepercayaan orang lain kepada dirinya sebagai manajer pendidikan Islam.



12



Menurut Paul Hersey Cs. Dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial paling tidak diperlukan tiga macam bidang ketrampilan, yaitu : technical skills, human skills dan conceptual skills. Ketiga ketrampilan manajerial tersebut berbeda-beda sesuai tingkat kedudukan manajer dalam organisasi. Agar seorang kepala sekolah secara efektif dapat melaksanakan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memahami dan mampu mewujudkannya ke dalam tindakan atau perilaku nilai-nilai yang terkandung di dalam ketiga ketrampilan tersebut. a.Technical Skills •



Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan



teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus. •



Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan



sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut. b. Human skills • Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerja sama; •



Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang



lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku; •



Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif;







Kemampuan menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif,



praktis dan diplomatis; •



Mampu berperilaku yang dapat diterima.



c. Conceptual skills •



Kemampuan analisis;







Kemampuan berpikir rasional;







Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi; •



Mampu



menganalisis



berbagai



memahami berbagai kecenderungan; •



Mampu mengantisipasikan perintah;



13



kejadian,



serta



mampu







Mampu mengenali macam-macam kesempatan dan problem-



problem sosial. Dengan dikemukakannya pemikiran para pakar seperti Stoner, Herseyes mampu memperluas serta lebih memantapkan wawasan manajerial setiap kepala sekolah, sehingga lahirlah pola piker, sikap dan perilaku kepala sekolah yang efektif, sekaligus terwujudnya sekolah yang efektif pula. 3.



Kepala Sekolah sebagai Supervisor Supervise adalah suatu aktivitas pembinanaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi sebagai salah satu fungsi pokok dalam administrasi pendidikan, bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para pengawas, tetapi juga tugas kepala sekolah terhadap guru-guru dan pegawai-pegawai sekolahnya. Sehubungan dengan itu, maka kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya pandai meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan pendidikan di sekolah itu tercapai dengan maksimal. Dalam melaksanakan tugas sebagai supervisor, kepala sekolah perlu memperhatikan prisnsip-prinsip sebagai berikut : 1.



Supervisi harus bersifat konstruktif dan kreatif sehingga



menimbulkan dorongan untuk bekerja. 2.



Realitas dan mudah dilaksanakan.



3.



Menimbulkan rasa aman kepada guru/karyawan.



4.



Berdasarkan hubungan professional.



5.



Harus



memperhitungkan



kesanggupan



dan



sikap



guru/pegawai. 6.



Tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan



kegelisahan bahkan sikap anipati dari guru. 7.



Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat,



kedudukan dari kekuasaan pribadi.



14



8.



Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan



kekurangan (supervise berbeda dengan inspeksi). 9.



Supervisi tidak dapat terlalu cepat meghargai hasil.



10.



Supervisi hendaknya juga bersifat prevektif, korektif dan



kooperatif.



15



Cepat lambatnya hasil supervisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1.



Lingkungan masyarakat sekitar sekolah.



2.



Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.



3.



Tingkatan sekolah.



4.



Jenis sekolah.



5.



Keadaan (kondisi) guru dan pegawai yang ada. 6.



Kecakapan dan kemampuan kepala sekolah sendiri dalam



tugasnya sebagai supervisor. Khususnya dalam bidang pembinaan kurikulum, tugas kepala sekolah sebagai supervisor sangat penting karena justru bidang ini adalah faktor yang “strategis” untuk menentukan keberhasilan sekolah itu. Beberapa langkah yang perlu dikerjakan antara lain : 1.



Membimbing guru agar dapat memilih metode mengajar yang tepat. 2.



Membimbing dan mengarahkan guru dalam pemilihan bahan



pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan masyarakat. 3.



Mengadakan kunjungan kelas yang teratur, untuk observasi



pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru. 4.



Pada



awal



tahun



pelajaran



tahun



baru,



mengarahkan



penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 5.



Menyelenggarakan rapat rutin untuk membawa kurikulum



pelaksanaannya di sekolah. 6.



Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penilaian bersama



terhadap program sekolah. Selanjutnya sebagai implikasi tugas supervisor tersebut beberapa hal yang perlu dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin adalah : 1.



Mengetahui keadaan/kondisi guru dalam latar belakang



kehidupan lingkungan dan sosial ekonominya, hal ini penting untuk tindakan kepemimpinannya. 2.



Merangsang semangat kerja guru dengan berbagai cara.



16



3.



Mengusahakan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk



mengembangkan kemampuan guru. 4.



Meningkatkan partisipasi guru dalam kehidupan sekolah.



5.



Membina rasa kekeluargaan di lingkungan sekolah antar



kepala sekolah, guru, dan pegawai. 6.



Mempercepat



hubungan



sekolah



dengan



masyarakat,



khususnya BP 3 dan orang tua murid. Pelaksanaan supervise di sekolah selalu berkaitan dengan tipe manajemen pendidikan di sekolah. Dalam hubungan ini penjelasan Dr. Oteng Sutisna perlu kita perhatikan ialah bahwa dalam manajemen pendidikan di sekolah yang demokratislah sekolah baru akan mampu menciptakan lingkungan hidup yang demokratis, di mana para guru sebagai pribadi-pribadi ikut serta dalam mengatur sekolah dan program pengajaran yang demokratis. Disamping itu penggunaan prosedur yang demokratis akan membuat personal sekolah lebih kooperatif dan memberi semangat korps, karena kebanyakan personal sekolah menginginkan untuk ikut dalam perencanaan kebijaksanaan sekolah. Manajemen



pendidikan



Islam yang



demokratis



mendatangkan



pertukaran pikiran dan pandangan dari para guru sehingga mendorong mereka untuk berisiniatif. Oleh Karen itu, kepala sekolah sebagai supervisor dan sekaligus sebagai pemimpin sekolah/sekolah Islam perlu memilih penggunaan manajemen pendidikan di sekolah yang demokratis ini karena dengan demikian kepala sekolah akan banyak dibantu dengan datangnya banyak saran-saran yang berharga dari anak buahnya (para guru) dan kepala sekolah yang bijaksana pasti mampu memilih pikiran yang terbaik yang berasal dari guru. D. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilihan.



17



Pengertian ini memusatkan perhatian pada pemerataan dalam peningkatan kemampuan manusia dan pemanfaatan kemampuan itu. Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pengembangan SDM tidak hanya sekedar meningkatkan kemampuan, tetapi juga menyangkut pemanfaatan kemampuan tersebut. Menurut Effendi (1995) pengembangan sumber daya manusia termasuk di dalamnya adalah peningkatan partisipasi manusia melalui perluasan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan, peluang kerja, dan berusaha. Dalam konteks ekonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, mengkaji masalah SDM merupakan topic yang menarik dan akan senantiasa aktual karena sifatnya yang dinamis. Hal ini, bukan saja karena pengembangannya merupakan proses yang tidak pernah berakhir dan melibatkan semua unsure bangsa; tetapi lebih dari itu, karena disadari bahwa pengembangan SDM merupakan bagian integral dari pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan merupakan titik sentral pembangunan nasional. Proses pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang harus tercermin dalam pribadi para pemimpin, termasuk para pemimpin



pendidikan



di



sekolah



merupakan



suatu



tuntutan



untuk



meningkatkan kualitas pendidikan dalam konteks otonomi dareah dan desentralisasi pendidikan. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepala sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya. Sebagai ilustri dapat dikemukakan misalnya, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan melakukan pengelolaan keuangan dengan sebaikbaiknya di sekolah. Kemampuan ini diperlukan, karena kalau dulu kepala sekolah diberi bantuan oleh pemerintah dalam bentuk sarana dan prasarana pendidikan yang sering kurang bermanfaat bagi sekolah, maka dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, bantuan langsung diberikan dalam bentuk uang, mau diapakan uang tersebut bergantung sepenuhnya kepada kepala sekolah, yang penting dia dapat mempertanggungjawabkannya secara professional.



18



Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling



berperan



dalam



meningkatkan



kualitas



pendidikan.



Seperti



diungkapkan Supriadi (1998. 346) bahwa “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolahan, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”. Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggunngjawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa : “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayaagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Apa yang diungkapkan di atas menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Di samping itu, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak maju semakin pesat, sehingga



menuntut



penguasaan



secara



terarah,



berncana,



dan



berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya peningkatan manajemen kepala sekolah secara professional untuk mensukseskan program-program pemerintah yang sedang digulirkan, yakni otonomi daerah, desentralisasi pendidikan, manajemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi, benchmarking, broad basic education, life skill, kontekstual learning, dan Undang-Undang Sisidiknas; yang kesemuanya itu menuntut peran aktif dan kinerja professional kepala sekolah. Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi mnajemen pendidikan secara utuh dari berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT), yang telah lebih popular dalam dunia bisnis dan industri dengan istilah Total Quality Management (TQM). Strategi ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terusmenerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke



19



pelanggan dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar pelanggan puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness). Pengembangan profesionalisme kepala sekolah merupakan tugas dan wewenang para pengawas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendidikan Nasional. Menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 118 Tahun 1996, tanggungjawab Pengawas Sekolah adalah : •



Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di



sekolah sesuai dengan penugasannya pada Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal/Bustanul Athfal, Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Madrasah Diniyah/Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Tingkat Pertama/Madrasah Tsanawiyah atau Sekolah Tingkat Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Luar Biasa. •



Meningkatkan kualitas pembelajaran dn hasil belajar, serta



bimbingan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan wewenang Pengawas Sekolah adalah •



Memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang



optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lain yang diawasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi. •



Menentukan dan atau mengusulkan program pembinaan serta



melakukan pembinaan.



20



20



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah untuk memberikan pengaruh kepada orang lain melalui interaksi individu dan kelompok sebagai wujud kerjasama dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. B. SARAN Makalah ini masih memerlukan penjelasan yang lebih mendalam agar pembaca lebih mudah memahami bagaimana menjadi kepala sekolah yang profesional..



21



DAFTAR PUSTAKA



Dr. E. Mulyasa, M.Pd, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2005. Dr. Winardi, SE. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Cetakan I dan II. Jakarta 2000 Prof. Soetjipto, Raflis Kosaso, M.Sc. Profesi Keguruan. Jakarta : Bineka Cipta 10 Nov 1994 Sulistyorini, M.Ag, Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya, Elkaf, 2006. http://id.shvoong.com/humanities/arts/1898017-menjadi-kepala-sekolahprofesional/ http://www.khusnuridlo.com/2010/07/kepemimpinan-kepala-sekolah-dasar.html http://www.slideshare.net/iwanpalembang/kepemimpinan-kepala-sekolah http://www.scribd.com/doc/15186954/Kepemimpinan-Kepala-Sekolah



22