Makalah Keperawatan Bencana Kel. 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGENALAN TERHADAP KEPERAWATAN BENCANA



OLEH : ASRI



: 2118044



RAHMATIA PAKAYA



: 2118004



NAHDATUL UMMIYATI



: 2118029



SINTIA DAMA



: 2118017



RIBI ANANDA



: 2118005



MAXIMILIANUS UMUPATI : 2118041 SITI NURLAILA



:2118031



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas berjudul “PENGENALA TERHADAP KEPERAWATAN BENCANA ” dengan sebaik-baiknya. Dalam penyusunan ini, kami telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus kami sampaikan terima kasih. Dalam penyusunan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatau permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.



DAFTAR ISI Kata Pengantar............................................................................................. Daftar isi ....................................................................................................... BAB I Pendahuluan ..................................................................................... a. Latar Belakang ............................................................................................................. b. Rumusan Masalah ............................................................................................................. c. Tujuan ............................................................................................................. BAB II Pembahasan..................................................................................... a. Definisi bencana ............................................................................................................. b. Klasifikasi bencana ............................................................................................................. c. Tipe bencana ............................................................................................................. d. Tahapan bencana ............................................................................................................. e. Karakteristik bencana ............................................................................................................. f. Dampak bencana bagi kesehatan ............................................................................................................. g. Prinsip atau pengelolaan gawat darurat bencana 4Cs ............................................................................................................. BAB III Penutup............................................................................................ a. Kesimpulan ............................................................................................................. b. Saran ............................................................................................................. Daftar Pustaka



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Disamping itu, kejadian-kejadian bencana tersebut pun semakin menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya perencanaan dan pengaturan dalam penanggulangan bencana. Pengalaman terjadinya bencana di berbagai daerah, baik bencana alam dan non alam membuktikan bahwa wilayah Indonesia sangat berpotensi tinggi terhadap bencana. Kejadian bencana tsunami di Aceh, Nias, Pangandaran, dan gempa bumi di Yogyakarta, Padang dan Mentawai, serta banjir bandang di Wasior,



Irian Jaya



merupakan



beberapa bencana yang pernah terjadi di Indonesia. Hal ini menunjukkan faktor-faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya bencana



selain



kondisi



alam



adalah



kurangnya



pengetahuan



masyarakat terhadap bencana. Indonesia terletak pada tiga lempeng bumi ( Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik) sehingga dari posisi geografis ini memberikan dampak keuntungan dengan berlimpahnya sumberdaya alam dan 5elati seperti minyak bumi, batu bara, lautan dan hutan yang luas, namun sebaliknya juga bahaya bagi makhluk hidup yang tinggal di atasnya. Berbagai macam bahaya yang berpotensi menimbulkan bencana memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga penanganan terhadap setiap bencana pun berbeda. Untuk itu, identifikasi karakteristik dan potensi bencana baik yang ada di Indonesia maupun lingkungan



sekitar sangat diperlukan sebagai pengetahuan terhadap pengurangan risiko bencana. B. Tujuan 1. Memberikan pengetahuan dasar tentang manajemen bencana. 2. Memberikan



pemahaman



penanggulangan bencana.



dasar



tentang



konsep



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Bencana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bencana adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian atau penderitaan. Dalam KBBI, bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, angin besar dan banjir. Bencana juga diartikan sebagai kejadian mendadak



yang



menyebabkan



banyak



kerusakan,



seperti



kebakaran, badai atau kecelakaan yang sangat buruk. World Health Organization (WHO) dari United Nations atau UN (Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB) mendefinisikan bencana adalah kejadian yang mengganggu kondisi normal dan menyebabkan tingkat penderitaan melebihi kapasitas adaptasi komunitas yang terdampak. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam,



nonalam



mengakibatkan



maupun



timbulnya



manusia. korban



jiwa



Sehingga manusia,



bencana kerusakan



lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Kejadian bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan atau kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah maka dihitung sebagai satu kejadian B. Klasifikasi Bencana Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, bencana dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing jenis bencana tersebut: 1. Bencana alam



Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam. Bencana alam berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. 2. Bencana nonalam Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam. Becana nonalam berupa kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. 3. Bencana sosial Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau



serangkaian



peristiwa



yang



diakibatkan



oleh



manusia.Bencana sosial meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror. Dilansir dari situs resmi The World Confederation for Physical Therapy (WCPT), bencana dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu: 1. Bencana alam (natural disaster) Bencana alam termasuk banjir, angin topan, gempa bumi dan letusan gunung berapi yang berdampak langsung pada kesehatan manusia dan dampak sekunder yang menyebabkan kematian lebih lanjut



dan



menderita



dari



misalnya



banjir,



tanah



longsor,



kebakaran, tsunami. 2. Keadaan darurat lingkungan (environmental emergencies) Keadaan darurat lingkungan termasuk kecelakaan teknologi atau industri,



biasanya



melibatkan



produksi,



penggunaan



atau



transportasi material berbahaya dan terjadi di mana material ini diproduksi, digunakan atau diangkut dan kebakaran hutan yang disebabkan manusia.



3. Keadaan darurat kompleks (complex emergencies) Keadaan



darurat



kompleks



melibatkan



perusakan



otoritas,



penjarahan dan serangan terhadap instalasi strategis, termasuk situasi konflik dan perang. 4. Kedaruratan pandemik (pandemic emergencies) Kedaruratan pandemik adalah kondisi tiba-tiba timbul penyakit menular yang memengaruhi kesejatan, mengganggu layanan dan bisnis, membawa biaya ekonomi dan sosial. C. Tipe Bencana 1. Gempa bumi Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antarlempeng bui, patahan aktif, aktvitas gunung api atau runtuhan batuan. 2. Erupsi gunung berapi Letusan gunung api atau gunung meletus adalah bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar. 3. Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan.Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang



timbul karena adanya pergeseran di dasar laut



akibat gempa bumi. 4. Tanah longsor Tanah longsor adalah salah satu gerakan massa tanah atau batuan, atau gabungan keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. 5. Banjir



Banjir adalah peristiwa atau keadaan di mana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai. 6. Kekeringan Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedangk dibudidayakan. 7. Angin puting beliung Angin puting beliung adalah angin yang kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral. Kecepatan angin puting beliung antara 40-50 km per jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit). 8. Abrasi Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya



keseimbangan



alam



daerah



pantai



tersebut.



Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. D. Tahapan Bencana Penanganan bencana bukan hanya dimulai setelah terjadi bencana. Kegiatan sebelum terjadi bencana (pra-bencana) berupa kegiatan



pencegahan,



kesiapsiagaan



mitigasi



merupakan



hal



(pengurangan



dampak),



yang



penting



sangat



dan untuk



mengurangi dampak bencana. Saat terjadinya bencana diadakan



tanggap darurat dan setelah terjadi bencana (pasca-bencana) dilakukan usaha rehabilitasi dan rekonstruksi.Berikut rincian tentang kegiatan penanggulangan bencana sesuai siklus bencana. 1. Pra Bencana a. Pencegahan Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman



dengan



cara



mengurangi



tekanan,



mengatur



dan



menyebarkan energi atau material ke wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang (Smith, 1992). Cuny (1983) menyatakan bahwa pencegahan bencana pada masa lalu cenderung didorong oleh kepercayaan diri yang berlebihan pada ilmu dan teknologi pada tahun enam puluhan; dan oleh karenanya cenderung menuntut ketersediaan modal dan teknologi. Pendekatan ini semakin berkurang peminatnya dan kalaupun masih dilakukan, maka kegiatan pencegahan ini diserap pada kegiatan pembangunan pada arus utama. b. Mitigasi Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian mengurangi kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkahlangkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan



untuk



menekan



penyebab



ancaman



dengan



cara



mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energi atau material ke wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang (Smith, 1992).



Kejadian bencana terhadap kehidupan dengan cara-cara alternatif yang lebih dapat diterima secara ekologi (Carter, 1991). Kegiatankegiatan mitigasi termasuk tindakantindakan non-rekayasa seperti upaya-upaya peraturan dan pengaturan, pemberian sangsi dan penghargaan untuk mendorong perilaku yang lebih tepat, dan upayaupaya penyuluhan dan penyediaan informasi untuk memungkinkan orang



mengambil



keputusan



yang



berkesadaran. Upaya-upaya



rekayasa termasuk pananaman modal untuk bangunan struktur tahan ancaman bencana dan/atau perbaikan struktur yang sudah ada supaya lebih tahan ancaman bencana (Smith, 1992). c. Kesiapsiagaan Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana. 2. Saat Bencana Saat bencana disebut juga sebagai tanggap darurat. Fase tanggap darurat atau tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Aktivitas yang dilakukan secara kongkret yaitu: a. instruksi pengungsian, b. pencarian dan penyelamatan korban, c. menjamin keamanan di lokasi bencana, d. pengkajian terhadap kerugian akibat bencana, 5. pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat, e. pengiriman dan penyerahan barang material, dan menyediakan tempat pengungsian, dan lain-lain. Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit lagi dengan membaginya menjadi “Fase Akut” dan “Fase Sub Akut”. Dalam Fase Akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi



disebut “fase penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis darurat”. Pada fase ini dilakukan penyelamatan dan pertolongan serta tindakan medis darurat terhadap orang-orang yang terluka akibat bencana. Kira-kira satu minggu sejak terjadinya bencana disebut dengan “Fase Akut”. Dalam fase ini, selain tindakan “penyelamatan



dan



pertolongan/pelayanan



medis



darurat”



dilakukan juga perawatan terhadap orang-orang yang terluka pada saat mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan tindakan-tindakan terhadap munculnya permasalahan kesehatan selama dalam pengungsian. 3. Setelah Bencana a. Fase Pemulihan Fase Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana). Orang-orang melakukan perbaikan darurat tempat tinggalnya, pindah ke rumah sementara, mulai masuk sekolah ataupun bekerja kembali sambil memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Kemudian mulai dilakukan rehabilitasi lifeline dan aktivitas untuk membuka kembali usahanya. Institusi pemerintah juga mulai memberikan kembali pelayanan secara normal serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil terus memberikan bantuan kepada para korban. Fase ini bagaimanapun juga hanya merupakan fase pemulihan dan tidak sampai mengembalikan fungsi-fungsi normal seperti sebelum bencana terjadi. Dengan kata lain, fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang. b. Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi Jangka waktu Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi juga tidak dapat ditentukan,



namun



ini



merupakan



fase



dimana



individu



atau



masyarakat berusaha mengembalikan fungsifungsinya seperti sebelum



bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. Tetapi, seseorang atau masyarakat tidak dapat kembali pada keadaan yang sama seperti sebelum mengalami bencana, sehingga dengan menggunakan pengalamannya tersebut diharapkan kehidupan individu serta keadaan komunitas pun dapat dikembangkan secara progresif. E. Karakteristik Bencana Setiap berkaitan



jenis



bencana



mempunyai



dengan



masalah



yang



karakteristik



diakibatkannya



yang dimana



penetapannnya ditentukan oleh komponen penyebab bencana itu sendiri



dan



besarnya



dampak



yang



ditimbulkan.



Dengan



memahami karakteristik setiap ancaman bencana, maka dapat diketahui perilaku ancaman tersebut sehingga dapat disusun langkah langkah penanganannya. 1. Jenis – jenis bencana Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Hubungan keduanya dapat digambarkan, bila gangguan atau ancaman tersebut muncul kepermukaan tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu tersebut, sementara bila kondisi masyarakat rentan tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana. Bencana dibagi ke dalam tiga kategori yaitu: •



Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.







Bencana non - alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain



berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. •



Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok



atau



antarkomunitas masyarakat, dan teror 2. Pengertian dan ciri-ciri ancaman bencana alam a) Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Jenis gempa bumi: •



Gempa bumi vulkanik



; Gempa bumi ini terjadi akibat



adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya getaran atau goyangan pada permukaan bumi. Biasanya untuk gempa bumi jenis ini hanya terasa di sekitar gunung api tersebut •



Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya



aktivitas



tektonik,



yaitu



pergeseran



lempeng



lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.



Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. b) Tsunami adalah serangkaian gelombang air laut besar hingga menghantam pesisir dengan kecepatan tinggi. Tsunami terjadi karena adanya aktivitas di dasar laut yang disebabkan oleh lentingan lempeng di bawah laut, letusan gunung api di bawah laut, maupun longsor yang terjadi di dasar laut. Ciri – ciri umum terjadinya tsunami adalah gempa bumi, letusan gunung api atau jatuhnya meteor di dasar laut yang menimbulkan gelombang besar menuju pesisir laut. Getaran sebelum tsunami dapat dirasakan sebelum tsunami datang, namun juga tidak dapat dirasakan sebelumnya atau biasanya disebut tsunami kiriman. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. (insert pict) c) Gunung api merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung api yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif. Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain:



-



Suhu di sekitar gunung naik.



-



Mata air menjadi kering



-



Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)



-



Tumbuhan di sekitar gunung layu



-



Binatang di sekitar gunung bermigrasi



d) Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga membawa lumpur berbau yang menutup segalanya setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin, setiap tahun pasti datang. Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa: -



Rusaknya areal pemukiman penduduk



-



Sulitnya mendapatkan air bersih



-



Rusaknya sarana dan prasarana penduduk



-



Rusaknya areal pertanian



-



Timbulnya wabah penyakit



-



Menghambat transportasi darat



e) Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan, beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah



rata-rata.



Musim



kemarau



yang



panjang



akan



menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi



bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan pertanian



sumber dan



pendapatan



ekosistem



yang



akibat



gangguan



ditimbulkannya.



pada



Dampak



ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan. f) Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. (insert pict) g) Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktorfaktor



yang



memengaruhi



kondisi



material



itu



sendiri,



sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam,



ada pula faktor-faktor lainnya yang turut



berpengaruh, yaitu:



- Erosi yang



disebabkan oleh



gelombang laut



sungai-sungai



atau



yang menciptakan lereng-lereng yang



terlalu curam - Lereng bebatuan dan tanah lemah melalui yang diakibatkan hujan lebat - Gempa bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lerenglereng yang lemah - Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu - Getaran



mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan



peledak, dan bahkan petir - Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju F. Dampak bencana bagi kesehatan Bencana tidak hanya menimbulkan korban meninggal dan luka serta rusaknya berbagai fasilitas kesehatan, tetapi juga berdampak pada permasalahan kesehatan masyarakat, seperti munculnya berbagai penyakit paskagempa, fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang baik, traumaPermasalahan di Bidang Kesehatan. Berikut ini merupakan akibat – akibat bencana yang dapat muncul baik langsung maupun tidak langsungterhadap bidang kesehatan. 1. Korban jiwa, luka, dan sakit ( berkaitan dengan angka kematian dan kesakitan) 2. Adanya pengungsi yang pada umumnya akan menjdai rentan dan beresiko mengalami kurang gizi, tertular penyakit, dan menderita stress. 3. Kerusakan lingkungan sehingga kondisi menjadi darurat dan menyebabkan keterbatasan air dan sanitasi serta menjadi tempat perindukan vector penyakit.



4. Seringkali system pelayanan kesehatan terhenti, selain karena rusak, besar kemungkinan tenaga kesehatan setempat juga menjadi korban bencana. 5. Bila tidak diatasi segera, maka derajat kesehatan semakin menurun dan berpotensi menyebabkan terjadinya KLB. Penyakit penyakit yang sering kali diderita para pengungsi di Indonesia tidak lepas dari kondisi kedaruratan lingkungan, antara lain diare, ISPA, campak dan malaria. WHO mengidentifikasi empat penyakit tersebut sebagai The Big Four. Kejadian penyakit spesifik sering muncul sesuai dengan bencana yang terjadi. Banjir di Jakarta pada awal tahun 2007 selain menimbulkan peningkatan kasus Diareyang tinggi, juga memunculkan kasus leptospirosis yang relative besar, yaitu 248 kasus dengan 19 kematian (CFR 7,66 %). Sedangkan, gempa di DIY dan jateng pada tahun 2006 mengakibatkan 76 penduduk menderita tetanus dan 29 di antaranya meninggal dunia. Meskipun dapat dikatakan dengan sepatah kata, ada bermacam-macam penyebab bencana, kondisi kerusakannya, serta massa-massa terkena dampak, dan lain-lain. Biasanya dalam menanggulangi bencana, maka bencana tersebut akan dibagi menjadi 4 fase, yaitu : 1. Fase pencegahan dan kesiapsiagaan bencana Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang



baik dengan



memikirkan



berbagai



tindakan



untuk



meminimalsisir berbagai kerugian yang ditimbulkan akibat bencanadan menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana. 2. Fase tindakan Fase tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri dan harta



kekayaan. Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit lagi dengan membaginya menjadi fase akut dan fase sub akut. Dalam fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase penyelamatan dan pertolongan / pelayanan medis darurat terhadap orang orang yang terluka pada saat mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan tindakan-tindakan terhadap



munculnya



permasalahan



kesehatan



dalam



pengungsian. 3. Fase pemulihan Fase pemulihan dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala, ( sebelum terjadi bencana), orangorang melakukan perbaikan darurat tempat tinggalnya, pindah kerumah sementara, mulai masuk sekolah ataupun bekerja kembali sambil memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Kemudian mulai dilakukan rehabilitasi lifeline dan aktivitas untuk membuka kembali usahanya. Institusi pemerintah juga memulai memberikan kembali pelayanan seqqcara normal serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil terus memberikan



bantuan



kepada



para



korban.



Fase



ini



bagaimanapun juga hanya merupakan fase pemulihan dan tidak sampai mengembalikan fungsi-fungsi normal seperti sebelum bencana terjadi. Dengan kata lain, fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang. 4. Fase Rehabilitasi / Rekonstruksi. Jangka waktu fase Rehabilitasi / Rekonstruksi juga tidak dapat ditentukan, namun ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha menegembalikan fungsi-fungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap



seluruh komunitas. Tetapi, seseorang atau masyarakat tidak dapat kemba G. Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana 4CS 1. Command (Komando) Kemampuan memberikan perintah secara efektif mengenai sebuah insiden menggunakan struktur perintah terpadu adalah kunci sukses penanganan kondisi darurat apapun. Sistem Pengelolaan Insiden (IMS) juga dikenal sebagai sistem komando insiden (ICS) merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk menangani insiden dengan sigap dalam rentang waktu tertentu. Dalam kondisi darurat, petugas hanya dapat secara efektif menagani 3 sampai 7 orang. Apabila unit pertama datang maka karyawan perusahaan yang bertugas bertanggung jawab sampai atasan mengambil alih. Jika unit pertama kewalahan dalam melakukan upaya penyelamatan, maka karyawan perusahaan dapat



menunda



mendirikan



pos



komando



formal



dengan



meninggalkan pesan kepada karyawan perusahaan berikutnya. Karena kejadian pertama telah berada di bawah kendalinya, maka petugas masih memegang komando yang efektif di lapangan meskipun pusat komando resmi belum didirikan. Ketika kondisi darurat berlangsung, sumber daya tambahan akan dikerahkan dan divisi, kelompok, atau sektor akan didirikan, masing- masing oleh petugas sendiri. Setiap



saat



jaringan



komando



ditambah,



pergunakan



kesempatan untuk meneruskan komando pada level diatasnya. Para komandan segera membangun sistem piramida yang memungkinkan setiap petugas hanya berinteraksi dengan 3 sampai 7 orang. Dalam insiden skala yang sangat besar, lima jabatan fungsional dialokasikan:



a. Komando Komando adalah sistem yang memberikan instruksi secara keseluruhan melalui komandan insiden (Incident Commander/IC). Fungsi ini harus selalu dijalankan bahkan dalam satu perusahaan. Jika kejadian berlangsung melibatkan beberapa perusahaan, IC sering membuat sistem staf komando khusus yaitu Safety Officer (SO) dan seorang Liaison Officer (LO). Pada insiden skala besar sebaiknya segera mendirikan Public Information Officer (PIO) yang bertugas mencatat peristiwa yang terjadi secara terus menerus. Littleton,



seorang



petugas



pemadam



kebakaran



memberikan gambaran tentang tugas yang diberikan padanya untuk



mendengarkan



rekaman



radio



transmisi



guna



merekonstruksi waktu kejadian dan urutan peristiwa pada April 1999 tentang insiden penembakan yang terjadi di Sekolah Menengah Atas Columbine. Tehnik ini juga digunakan saat kerusuhan di Los Angeles yang melibatkan kebrutalan polisi Rodney King,



Los



Angeles



Fire



Department.



Jadi



pada



dasarnya wartawan baik media televisi maupun media cetak akan senantiasa meliput cuplikan tentang kejadian2 tertentu. Dan hal tersebut dapat kita manfaatkan untuk merekonstruksi dan mempelajari



situasi



yang



terjadi,untuk



mencari



solusi



pemecahannya. Operasi Merupakan bagian yang bertugas untuk merencanakan taktik pada IC. Komandan operasi bekerja sama dengan kelompok yang berusaha untuk mengatasi keadaan darurat. b. Perencanaan Merupakan bagian yang bertugas mengumpulkan informasi dan menganalisis berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi



akibat dari rencana yang telah dibuat. Dan bila diperlukan membuat modifikasi yang agar operasi dapat berjalan dengan sukses. c. Logistik Merupakan bagian yang bertugas untuk memastikan bahwa sumber daya tersedia sesuai kebutuhan. Barang-barang seperti bahan bakar, makanan, layanan medis, peralatan khusus, kendaraan tambahan, dan personil adalah contoh dukungan yang harus disediakan jika operasi taktis diteruskan d. Keuangan Merupakan fungsi yang perlu diadakan untuk kejadian yang luar biasa/skala besar. Operasi skala besar memerlukan dokumentasi pengeluaran fiskal, dan petugas keuangan juga dapat membantu IC dalam perencanaan keuangan dan pengaturannya. Jika terjadi kelalaian dalam menggunakan dana operasi hingga menyebabkan deficit



keuangan



yang



cukup



berat,



dokumentasi



petugas



keuangan tentang pengeluaran departemen dapat membantu memulihkan sebagian dari biaya operasi. 2.



Control Salah satu bidang penting yang sering terabaikan dalam penyusunan program dan rencana persiapan bencana adalah kontrol informasi dan pencitraan yang ditransfer kepada dunia melalui media. Pra-perencanaan yang berkaitan dengan siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana arus informasi sangat penting untuk memastikan keakuratan informasi yang disebarkan tentang perusahaan Anda dan situasi darurat serta gambar yang publik adalah keputusan perusahaan anda dalam 30 detik. Perhatikan contoh berikut: sebuah perusahaan publik mengalami ledakan yang mengakibatkan kerusakan parah pada



berbagai fasilitas, sepuluh korban jiwa, dan sejumlah besar pekerja



terluka.



Setelah



diberitahukan



kepada



pemadam



kebakaran, EMS, dan para penegak hukum lokal, maka media lokal yang biasanya memantau transmisi radio, akan mengirim kru reporter atau televisi ke TKP. Para awak televisi akan bekerja dalam tenggat waktu tertentu untuk mendapatkan rekaman video dan informasi mengenai kejadian perkara secepat mungkin dan dalam waktu tertentu untuk siaran di televisi. Rekaman video harus menarik pemirsa, dan informasi didapatkan langsung dari karyawan, pemadam kebakaran, atau siapa pun yang ada d tempat kejadian. Informasi yang dikumpulkan di tempat kejadian akan sangat cepat diperoleh oleh channel TV tertentu, misal CNN dan stasiun televisi global, kemudian dipublikasikan melalui internet, dan melalui berita surat kabar. Informasi yang diperoleh sering mengalami perubahan untuk menghasilkan berita yang menarik Sehingga banyak fakta-fakta dan kebenaran situasi yang hilang. Masyarakat yang menonton berita di rumah atau membaca koran akan dapat menilai perusahaan atau organisasi yang diberitakan



tersebut.



Masyarakat



ini



mungkin



merupakan



pemegang saham, karyawan yang berpotensi, pelanggan, atau bahkan semua orang. Mereka akan membuat penilaian mengenai perusahaan atau organisasi Anda sejak 30 detik pertama. Rekaman video dan komentar yang disampaikan oleh media, akan sangat mungkin berpengaruh pada masa kerja pekerja di perusahaan



Anda,



pembelian



produk



Anda,



atau



pembelian/penjualan saham Anda. Pada dasarnya, informasi yang diberikan kepada masyarakat melalui televisi, internet, dan media lainnya akan membantu dalam membentuk opini di publik tentang perusahaan anda atau organisasi ,apakah baik atau buruk dan



hal ini akan mempengaruhi interaksi mereka dengan perusahaan atau organisasi di masa depan. Kontrol terhadap penyebaran arus informasi adalah hal yang sangat penting dan harus menjadi bagian yang komprehensif dari penanganan gawat darurat dan rencana persiapan penanganan bencana. Pada intinya, saat ini adalah penting untuk mengontrol arus informasi karean setiap informasi yang disampaikan akan mempengaruhi kehidupan perusahaan kedepannya. Sebagai bagian dari keseluruhan kegawatdaruratan dan upaya kesiapsiagaan bencana, perlu dipikirkan: a. Darimana media akan mendapatkan informasi ? b. Siapa yang akan memberikan informasi kepada media? c. Gambar apa yang akan diberikan oleh narasumber? d. Apa background dari narasumber saat diwawancarai? e. Apakah rekaman video yang akan media dapatkan? f. Apa yang media ketahui tentang perusahaan Anda atau organisasi selain situasi bencana? g. Apakah media akan memberikan dampak buruk terhadap upaya kegawatdaruratan? h. Bagaimana penampilan narasumber? i. Apakah narasumber memiliki kapasitas yang baik dalam mewakili perusahaan anda? j. Apakah informasi akan disaring oleh penasihat hukum sebelum diberikan kepada media? k. Apa ada waktu tertentu saat media di lokasi ? Pengendalian informasi sangat penting dalam rangka meminimalkan dampak buruk setelah bencana. Langkah–langkah berikut



dapat



kegawatdaruratan



dipertimbangkan secara



penanganan bencana yaitu:



keseluruhan



untuk dan



penanganan perencanaan



1)



Menyediakan satu area terentu di areal parkir yang jauh dari area bencana 2) Petugas keamanan ditugaskan di daerah media untuk melarang perwakilan media masuk ke area bencana 3) Memilih



seseorang



sebagai



perwakilan



perusahaan



untuk



berbicara kepada media dan tidak ijinkan karyawan lain untuk memberikan informasi kepada media. 4) Juru bicara dipilih untuk memberikan platform yang tepat, mikrofon,



dan



latar



belakang



perusahaan



(misalnya,



logo



perusahaan) 5) Penampilan, nada suara, kemampuan untuk tetap tenang, dan atribut lainnya adaah hal yang pentng dupertimabngkan untuk memilih juru bicara 6) Media diarahkan ke area yang tepat untuk mendapatkan rekaman video. 7) Sediakan paket informasi yang akan diberikan kepada media 8) Semua informasi disaring oleh pengacara hukum sebelum presentasi dan pertanyaan dari media dipertahankan seminimal mungkin. 9) Selalu memberikan informasi yang benar atau tidak ada informasi sama sekali. 10) Perlu diingat deadline media. Jika memungkinkan berikan informasi kepada media karena bila tidak ada informasi yang diterma maka media akan mendapatkan kabar angin. Sebagai kesimpulan, media adalah fakta kehidupan hari ini. Media harus dikelola dengan baik. Bila tidak dikelola dengan baik maka situasi bencana akan memiliki dampak yang panjang terhadap perusahaan anda. Dan haruslah di ingat, semua yang



telah disampaikan atau dilihat oleh media disimpan dengan baik oleh mereka dan memiliki probabilitas tinggi bahwa rekaman tersebut akan digunakan masa depan. Setiap aspek dari media yang harus dikontrol dalam rangka untuk menempatkan yang terbaik pada situasi yang buruk. Ingatlah, ketika bencana terjadi situasi berubah menjadi panik banyak individu yang terluka. Persiapan untuk menghandel media haruslah dilakukan dengan tenang, kepala dingin, cara yang tepat dan melakukan majeman bencana dengan baik. 3. Coordination Kemampuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja secara efektif sebagai suatu team merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan suatu rencana. Dalam suatu bencana berskala besar, maka makin banyak sumber daya yang dibutuhkan. Kemampuan masing-masing pihak penolong untuk mendata permasalahan, menghitung sumber daya yang dimiliki, dan berkomunikasi antar sesama akan menentukan keberhasilan



suatu



program/proyek.



Ada



banyak



anggota



masyarakat yang akan bersedia membantu, para penegak hukum, pemadam kebakaran, paramedis, dan lain-lain akan dengan sukarela membantu Tim penanggulangan dampak bencana. Namun kemampuan mereka berbeda-beda, sehingga tugas kita untuk mendata hal tersebut, kemudian memberikan pelatihan dan perlengkapan yang



diperlukan. Kita juga harus meyakinkan



mereka bahwa kita mampu memberi bantuan yang diperlukan, sehingga mereka percaya pada kita. Kemudian



segera



hubungi



kepala



dari



pemadam



kebakaran, kepolisian, dan tenaga kesehatan setempat untuk mendiskusikan tentang program yang akan dijalankan. Bila diperlukan evakuasi warga, maka koordinasi dengan pihak



penyedia transportasi lokal juga diperlukan. Selain itu kita juga harus mendata kebutuhan lain apa yang kita perlukan untuk menjamin keamanan misal: kantong pasir, truk besar, tim SWAT, atau tim penjinak bom. Beri mereka keyakinan dan kepercayaan diri



bahwa



mereka



sanggup



bertindak



untuk



menjamin



keselamatan dan melindungi keamanan warga Dan karena banyak pemadam kebakaran, polisi, dan tenaga



kesehatan



yang



menggunakan



sistem



koordinasi



berjenjang, maka kita harus melakukan pendekatan ke semua pihak-pihak tersebut. Selain itu juga beritahukan mereka tentang keuntungan dan resiko-resikonya. Dan jangan malu atau sungkan untuk mengkritisi kinerja dari tim. Karena hal tersebut penting bagi keberhasilan program dan menjamin keselamatan warga. LEPC (Local Emergency Planning Committee) atau panitia lokal penanggulangan bencana juga hrs dilibatkan dalam masalah ini. Serta SERC (State Emergency Respon Commision) yang akan mengevaluasi perencanaan yang kita buat. Mengingat bahwa banyak



resiko



yang



akan



kita



hadapi,



maka



kita



harus



menjalankan standar keamanan yang benar. Berikut adalah daftar dari sumber daya yang dapat kita gunakan untuk mendukung pelaksanaan program : 1) Hotel 2) Militer 3) Ormas 4) Palang Merah 5) Pekerja Sukarela 6) Perusahaan penyedia alat-alat berat 7) Truk



8) Kontraktor 9) Perusahaan penyedia bahan 10)Perusahaan penyedia foam U/ kebakaran 11)Generator 12)Perusahaan persewaan alat-alat 13)Pompa 14)Penghangat 15)Bagian pekerjaan umum 16)Perusahaan utilitas 17)Rumah sakit 18)Helikopter medis 19)Forensik 20)Tim Penjinak Bom 21)SWAT 22)Penjaga Pantai 23)Badan meteorologi dan geofisika 24)Badan penaggulangan narkoba 25)FBI 26)Badan penerbangan nasional 27)Psikiater 28)Perusahaan asuransi. Selain itu, ukuran, cakupan, kondisi geologis, serta jarak dari masing-masing resource ke tengah kota, danau, sungai, bandara, dan pelabuhan, sangat berpengaruh besar terhadap peranan masing-masing resource tersebut. Setelah mendata



semua resource atau sumber daya yang kita miliki, maka kita pilah mana sajakah dari sumber daya tersebut yang dapat segera kita gerakkan bila ada keadaan darurat. Sehingga kita harus mengenali dengan baik masing-masing sumber daya yang kita miliki.



Karena



masing-masing



mempunyai



kelebihan



dan



kekurangannya. Ini bagaikan suatu tim sepakbola, dimana masingmasing saling bekerjasama dan memiliki keahlian/skill sendirisendiri.



Dimana



kita



bertindak



sebagai



pelatih



yang



mengkoordinasi tim tersebut sehingga bisa menang mencapai tujuan yang diharapkan bersama. Kemudian kita bagi-bagi sumber daya tersebut mejadi : 1. First Responder Operation Level 2. Hazardous Material Technisian 3. Hazardous Material Specialist Mereka berkonsentrasi tentang bagaimana mencegah penyebaran dan melindungi daerah yang steril. Tim yang bekerja di tingkat teknisi dan spesialis memiliki peralatan pelindung dan pelatihan untuk memungkinkan mereka berhasil memasuki daerah spills



(zona



membersihkan



panas)



dan



sisa–sisa



bekerja



bencana.



dengan Tingkat



aman pelatihan



untuk dan



peralatan yang diperlukan meningkat sesuai dengan level kesulitannya. Teknisi yang bertugas pada level operasi atau di atasnya harus diarahkan oleh seorang komandan yang telah berhasil menyelesaikan Pelatihan manajer material berbahaya. Individu yang dilatih pada masing-masing level memerlukan pelatihan penyegaran untuk menjaga keahlian dan kompetensi. Sekali lagi, Anda mungkin cukup beruntung untuk memiliki tim Haz-Mat yang dilengkapi dengan peralatan yang baik dan terlatih untuk melindungi fasilitas anda. Orang- orang ini akan dengan



senang hati mendapat kesempatan untuk belajar sebanyak mungkin tentang fasilitas Anda karena mereka tahu mereka akan dipanggil untuk menanggulangi bahaya apapun. Jika Anda tidak memiliki tim di tempat, Anda mungkin dapat menyediakan dana untuk melatih dan melengkapi pemadam kebakaran di tempat kerja anda. Waktu adalah sumber daya yang terbatas. Manfaatkan sesi pertemuan, pelatihan, dan perencanaan dengan sebaik-baiknya. Karena ini merupakan lembaga tanggap darurat, harus diakui bahwa respon dari perusahaan lain mungkin agak lambat. Jika Anda



bergantung



pada



relawan,



maka



sebagian



besar



perencanaan dan pelatihan mungkin harus dilaksanakan malam hari ketika sebagian besar karyawan tidak bekerja. Keberhasilan perencanaan yang telah dibuat dan masa depan potensi fasilitas yang anda miliki bergantung pada kemampuan anda untuk memotivasi dan mendorong anak buah anda . Upaya pembinaan yang anda lakukan harus meliputi semua aspek mulai dari pendidikan, pelatihan, penelitian dan evaluasi terhadap tiap-tiap kondisi yang ada di lapangan. 4.



Communication



a.



Prinsip dalam Komunikasi Bencana Mengkomunikasikan suatu informasi tentang bencana yang berharga kepada publik merupakan hal yang utama dalam "risk management". Publik perlu tahu tentang bahaya dan resiko yang akan mereka hadapi, sehingga mereka bisa melakukan persiapanpersiapan yang diperlukan bila tjadi suatu masalah. Tanpa pengetahuan



yang



cukup,



mereka



sulit



untuk



melakukan



persiapan-persiapan tersebut. Oleh karena itu, seorang tenaga profesional hendaknya mengetahui sudut pandang dan kebutuhan



dari masyarakat di sekitarnya, sehingga mereka bisa memberikan pertolongan dengan tepat. Sudah banyak program-program yang ditawarkan untuk mengatasi dampak suatu bencana, termasuk pemberian informasi dan edukasi kepada publik, namun kenyataannya dibutuhkan suatu keahlian yang tinggi untuk berkomunikasi secara efektif kepada masyarakat agar dapat merubah sikap dan perilakunya. Namun hanya sedikit tenaga profesional yang memahami hal ini. Seringkali masalah tehnik penyampaian informasi dan edukasi ini hanya diselipkan begitu saja dalam beberapa program, namun tidak diintegrasikan secara baik. Sehingga proses komunikasinya jadi terhambat, dan masyarakat kehilangan kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya. Hal inilah yang menyebabkan banyak program/proyek yang kurang berhasil dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat. Oleh karena itu sekarang digalakkan pelatihan dan penelitian untuk masalah komunikasi ini, tidak hanya di masalah kesehatan namun juga untuk masalah bencana. Pada sesi ini, akan dibahas 4 aspek penting dalam berkomunikasi kepada masyarakat dan tenaga profesional yang lain: 1) Prinsip dalam berkomunikasi yang baik 2) Dasar-dasar metode dan pendekatan yang dapat digunakan untuk edukasi dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat. 3) Edukasi dan pelatihan untuk tenaga profesional. 4) Penggunaan internet dalam penanggulangan dampak bencana. b.



Komunikasi yang baik Selama beberapa tahun, beberapa ahli berpendapat bahwa mereka sanggup merangsang pertumbuhan sosial dan ekonomi dengan cara memberikan informasi yang memadai kepada masyarakat miskin. Namun ternyata ide-ide dan teknologi



tersebut tidak mampu diserap oleh masyarakat. Hal ini karena masyarakat kurang memahami informasi dan ide-ide tersebut. Jadi harus



ditemukan



cara-cara



yang



lebih



efektif



untuk



menginformasikan hal tersebutt kepada masyarakat. Walaupun banyak perdebatan tentang bagaimana cara yang efektif untuk menyebarkan informasi ini kepada masyarakat, namun baru sekitar tahun 1980-an hal ini diseriusi. Karena ketika itu banyak program- program yang gagal karena masalah komunikasi ini, dimana masyarakat tidak dapat memahami ide-ide yang disampaikan oleh para ahli. Hal ini dikarenakan para ahli tidak mengerti kebutuhan, prioritas, dan kemampuan masyarakat, sehingga informasi dan ide yang diberikan tidak adekuat. Akhir-akhir ini para ahli setuju bahwa mereka harus mendengarkan aspirasi masyarakat, mengidentifikasi masalah, dan mencari solusi terhadap masing-masing permasalahan tersebutt. Hal ini merubah paradigma yang semula penyebaran informasi SATU ARAH menjadi DUA ARAH antara para ahli dan masyarakat (misal dialog dan pertukaran informasi). Untuk keberhasilan metode ini menuntut partisipasi aktif dari masingmasing pihak. Dan cara ini nampaknya sudah mulai banyak dianut dan berkembang pesat. Untuk program penanggulangan dampak bencana masih agak terbelakang, dan pendekatan dengan jalan dialog masih jarang dipakai. Sebagian besar ahli bencana berasumsi bahwa masyarakat tidak sepenuhnya tahu akan resiko yang mereka hadapi. Oleh karena itu edukasi dan informasi yang akan disampaikan harus disesuaikan terlebih dahulu agar masyarakat lebih mudah memahami. Masyarakat juga harus diberikan edukasi tentang faktor-faktor resiko dan cara-cara penanggulangannya. Namun kadang edukasi kepada masyarakat ini tidak diberikan



oleh orang yang ahli dibidang komunikasi, sehingga pesannya sering tidak ditangkap oleh masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan suatu manager program/proyek yang memahami tehnik komunikasi dengan baik. Serta dapat memahami situasi, kondisi, kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Pendekatan dengan cara dialog tidaklah mudah, karena adanya perbedaan kultur antara para ahli dengan masyarakat. Walapun untuk itu sudah dibuatkan pedoman-pedoman tertentu. Kesulitan-kesulitan yang sering dialami misalnya : 1) Para ahli cenderung lebih senang mewujudkan ide dalam bentuk tulisan. Sedangkan masyarakat lebih mudah memahami dengan cara mendengarkan dan melihat langsung. 2) Para ahli lebih cenderung untuk menggunakan angka-angka dalam menganalisa suatu hal, sedangkan masyarakat lebih cenderung membandingkan dampaknya secara langsung dalam kehidupan nyata. 3) Para ahli juga cenderung suka mendefinisikan dan mengkuantifikasi suatu variabel, dimana kadang-kadang hal itu bersifat subyektif. Dan hal tersebut membuat para ahli kesulitan dalam memahami masalah di masyarakat yang kompleks dan dinamis. Tehnik dialog itu sendiri juga menyulitkan. Karena disitu tjadi diskusi, debat, dan kadang perbedaan argumen antara pihakpihak pengambil keputusan. Belum tentu juga bisa tercapai kata sepakat. Dialog juga memakan banyak waktu dan tenaga. Dialog juga tidak menjamin bahwa pesertanya mampu mendapatkan gambaran yang utuh tentang permasalahan yang dihadapi. Sehingga perlu disadari oleh para ahli (selaku peserta dialog) bahwa mereka tidak akan bisa memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Maka sebisa mungkin masyarakat dilibatkan dalam dialog ini untuk menjabarkan sudut pandang mereka dan



kebutuhannya. c.Alat Komunikasi: Radio, Telepon, Pusat Operasi Darurat Dan Komunikasi Internal Tugas untuk mengelola komunikasi di lokasi yang mengalami kondisi tidaklah mudah. Idealnya diharapkan kejadian berlangsung di tempat di mana semua badan mampu menangkap berbagi frekuensi radio. Pada beberpa kejadian ada juga yang kehabisan baterai



untuk



semua



radio



portabelnya.Polisi,



pemadam



kebakaran, EMS, dan instansi pekerjaan umum tidak secara rutin berbicara dengan satu sama lain, namun pada insiden tertentu kemampuan untuk menentukan apakah orang tersebut harus ada di lokasi dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati. EOC tidak harus bermarkas di tempat kejadian. Informasi dapat disampaikan melalui radio, telepon selular, faks, dan pencitraan digital. kendaraan



personil



komunikasi



dan



menetapkan



giliran



Komunikasi membantu kelompok2



dapat



mengatur



perintah



komandan



operasi



dengan



dalam



menggunakan



jalur



komunikasi. Hal ini dapat meminimalkan chatter (gangguan) pada sinyal radio. EOC dapat didirikan dalam kendaraan khusus komunikasi atau bangunan dekat lokasi darurat, tetapi sering misi pengolahan informasi



(menerima, menyampaikan, perencanaan, logistik,



keuangan, dan tugas lainnya) dapat dilakukan di lokasi terpencil. Telepon panggilan masuk dapat disaring dan diarahkan pada individu yang tepat atau, jika tidak bersifat darurat dapat dihentikan sementara. Seperti sering terjadi pihak yang merespon panggilan dapat melalui frekuensi radio yang berbeda. Ini harus ditentukan dan diatur di awal tahap perencanaan, sehingga tidak terjadi kekacauan pada system transmisi. Hal ini terutama penting pada



kasus tindak pidana kekerasan. Aparat kepolisian harus tahu mana



pihak



yang



baik



dan



mana



pihak



yang



jahat.



Ketidakmampuan untuk berkomunikasi memungkinkan penjahat berbahaya untuk melarikan diri, mengambil sandera tambahan, atau membunuh dan melukai lebih banyak orang. Petugas pemadam Kebakaran dan EMS unit harus dapat memanggil bantuan dan melakukan pencarian korban tanpa takut ditembak oleh sesama petugas. Hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman antar petugas yang dapat berakibat kecelakaan maupun kematian di pihak-pihak yang tidak bersalah. Deteksi kebakaran dan sistem alarm harus diperiksa dan diuji. False alarm harus dihindari sebisa mungkin. Pemilihan yang tepat, pemasangan, perawatan, dan pengujian alarm kebakaran adalah langkah pertama yang harus dilakukan. The NFPA 72 standard series menyediakan informasi tentang alarm kebakaran. Kemampuan untuk menginterpretasikan sinyal alarm kebakaran memungkinkan anggota tim untuk menangani kebakaran pada fase awal sehingga tingkat keberhasilannya makin tinggi. Aktifkan sistem tanggap darurat untuk mendapatkan bantuan secara cepat di jalan. Selain mengirim seseorang ke tempat kejadian, pastikan bahwa Anda mengirim seseorang ke ruang pompa dan ke ruang kontrol kebakaran. d. SDM Bidang Komunikasi 1) EOC Manager a) Segera memberitahukan kepada CEO tentang situasi darurat yang mungkin secara berpengaruh signifikan b) Ketika diarahkan oleh CEO, atau ketika keadaan mendesak, maka CEO menugaskan untuk memberikan informasi dan mengarahkan mereka untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan SOP



c) Aktifkan EOC ketika diarahkan oleh CEO atau keadaan mendesak d) Mengelola sumber daya dan langsung beroperasi. Tugasnya adalah menjamin bahwa semuanya berjalan sesuai rencana



dan



pengolahan



informasi



(mengumpulkan,



mengevaluasi, menampilkan, dan menyebarluaskan informasi tentang situasi. Tugas khusus meliputi: a. Mendokumentasi peristiwa-peristiwa penting b. Menggabungkan informasi yang salah dari semua sumber yang tersedia c. Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya d. Menyiapkan Laporan tentang kerusakan yang terjadi e. Mempersiapkan briefing pejabat manajemen senior f. Menampilkan informasi yang tepat dalam EOC g. Menyiapkan dan menyampaikan laporan penting ketika diperlukan (laporan situasi, status sumber daya kritis, dan lain-lain) h. Mengkoordinasikan



dukungan



logistik



untuk



personil



tanggap bencana i. Ketika diarahkan oleh CEO, atau ketika kondisi mendesak, perlu merelokasi staf untuk EOC alternatif yang akan melanjutkan operasi tanggap bencana



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana. Dengan banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus dilakukan dengan baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana, maka penanganan korban bencana harus dilakukan dengan terkoordinasi dengan baik sehingga korban yang mengalami berbagai sakit baik fisik, sosial, dan emosional dapat ditangani dengan baik dan manusiawi.



Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan



dapat



melakukan



berbagai



tindakan



tanggap



bencana. Seharusnya modal itu dimanfaatkan oleh mahasiswa keperawatan agar secara aktif turut melakukan tindakan tanggap bencana.



Kemampuan



memberikan



perintah



secara



efektif



mengenai sebuah insiden menggunakan struktur perintah terpadu adalah kunci sukses penanganan kondisi darurat apapun. Sistem Pengelolaan Insiden (IMS) juga dikenal sebagai sistem komando insiden (ICS) merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk menangani insiden dengan sigap dalam rentang waktu tertentu. Komando adalah sistem yang memberikan instruksi secara keseluruhan melalui komandan insiden (Incident Commander/IC). Kontrol terhadap penyebaran arus informasi adalah hal yang sangat penting dan harus menjadi bagian yang komprehensif dari penanganan gawat darurat dan rencana persiapan penanganan bencana. Kemampuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja secara efektif sebagai suatu team merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan suatu rencana. Untuk program penanggulangan dampak bencana masih agak terbelakang, dan pendekatan dengan jalan dialog masih jarang dipakai. Sebagian besar



ahli



bencana



berasumsi



bahwa



masyarakat



tidak



sepenuhnya tahu akan resiko yang mereka hadapi. Oleh karena itu edukasi dan informasi yang akan disampaikan harus disesuaikan terlebih dahulu agar masyarakat lebih mudah memahami. B. Saran Diharapkan pembaca dapat menambahkan refrensi atau pustaka lebih banyak untuk menunjang makalah ataupun materi mengenaipengenalan



terhadap



keperawatan



Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana 4CS.



bencana



dan



DAFTAR PUSTAKA Bustami, Del Afriadi. 2011. Modul Pelatihan Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana. Jakarta. UNDP. Penanggulangan Bencana, Konfrensi Sedunia. Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005 – 2015. Thomas D. Schneid and Larry Collins. 2001. Disaster management and preparedness. Florida, USA. Juniawan



Priyono. 2007. Sistem Informasi Penanggulangan



Bencana Indonesia. Available from http://www.sutikno.org



Pan American Health Organization. 1999. Humanitarian Assistance in Disaster Situations; A Guide for Effective Aid. Washington, USA Pete



Brewster.



2006.



Hospital



Incident



Command



System



Guidebook. Emergency Medical Service Authority. California, USA.