Makalah Keperawatan Gerontik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Mengingat usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu, proporsi populasi lansia relatif meningat di banding populasi usia muda. Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Munculnya jumlah penduduk lansia dalam jumlah besar telah memberikan implikasi khusus bagi keperawatan dan perawatan kesehatan. Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Tiga dari empat penyebab kematian yang paling sering terjadi di kalangan lansia – penyakit jantung, kanker, dan stroke – merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang sehat. Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang 1



berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial. Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.



B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Keperawatan Gerontik ? 2. Apa Pengertian Lanjut Usia ? 3. Apa saja Batas Lanjut Usia 4. Apa Saja Tipe Lanjut Usia? 5. Apa Saaja Peran Perawat Gerontik ? 6. Bagaimana Peran Perawat Pada Keperawatan Gerontik ? 7. Apa Saja Masalah Kesehatan Pada Lansia ? 8. Bagaimana Pendekatan Pada Lansia Pada Keperawatan Gerontik ?



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik 1. Pengertian Keperawatan Gerontik Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencangkup bio psikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia >60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. Tujuan



keperawatan



gerontik



adalah



memenuhi



kenyamanan



lansia,



mempertahankan fungsi tubuh serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik. Sifat asuhan keperawatan gerontik adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik. Peran dan fungsi perawat gerontik adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan secara langsung, sebagai pendidik bagi lansia, keluarga dan masyarakat.



2. Pengertian Lanjut Usia Menurut Setyonegoro (1984), menggolongkan bahwa yang disebut lanjut usia (geriatric age) adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi dalam tiga usia 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32).



3



3. Batasan Lanjut Usia Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur. a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi: 1) Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2) Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun. 3) Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun. 4) Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.



b. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut: 1) Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3) Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahu atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003). 4) Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003). 5) Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003). 4. Tipe Lanjut Usia Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000) Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut: a. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.



4



b. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. c. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. d. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja. e. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.



5. Fungsi Perawat Gerontik Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah : a. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat) b. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua) c. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama) d. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas pelayanan) e. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan) f. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan) g. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya) h. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)



5



i. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan harapan) j. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian) k. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative dan rehabilitative) l. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan) m. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh) n. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan) o. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya) p. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual) q. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja) r. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian) s. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)



6. Peran Perawat Gerontik Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse 6



practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent practice.



7. Masalah kesehatan pada Lansia Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).



8. Pendekatan pada Lansia a. Pendekatan fisik Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut usia semasa 7



hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu: 1)



Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya seharihari ia masih mampu melakukannya sendiri.



2)



Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatannya.



b. Pendekatan psikis Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk keluhan agar lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan bahagia di masa lanjut usianya.



c. Pendekatan social Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk 8



sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk membaca surat kabar dan majalah. Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik dengan sesama mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia dipanti sosial tresna wherda.



9



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencangkup bio psikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia >60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. `



Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik



B. Saran Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui asuhan keperawatan yang akan diberikan terhadap klien yaitu para lansia sehingga lansia merasa tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif. Bagi keluarga klien juga hendaklah mengetahui tentang cara-cara asuhan pada lansia sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih baik dan nyaman.



10



DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012 dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-doc-d189511678



Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC



Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC



Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC



Samsun, Ahmad. (2011). Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 dari http://id.scribd.com/doc/57506594/Makalah-Keperawatan-Gerontik-i



Sri, Nina. (2010). Keperawatan Dasar. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 dari http://cheezabluesecret.multiply.com/journal



11