Makalah Keperawatan Gerontik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK MASALAH PSIKOLOGIS DAN TERAPI PSIKOLOGIS PADA LANSIA



Kelompok 2: 1. AMNA 2. CAHYA PUSPITA SARI 3. DESI PERIANI 4. DEVITA SARI 5. DWI RAHMAYANTI 6. I GUSTI PUTU YUDI.P 7. KETUT NOVIANA TANTRI 8. MADE RAKE ARMAWE 9. MAYA RIZKITA 10. RISKI SAMPURNA M.T 11. RONI PRATAMA 12. SINTA PUTRI PURWANTI 13. TASYA PUTRI



(195140071) (195140053) (195140112) (195140105) (195140055) (195140108) (195140087) (195140093) (195140107) (195140062) (195140113) (195140109) (195140111)



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MITRA LAMPUNG



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun. Shalawat serta salam tercurahkan selalu kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, karena beliau yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman modern yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat. Penyusun tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, sehingga dapat dijadikan bahan acuan yang bermanfaat.



Bandar Lampung, 20 Oktober 2022



Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................i KATA PENGANTAR........................................................................................ii DAFTAR ISI.......................................................................................................iii BAB I PENDAHULAN......................................................................................1 A. Latar Belakang.........................................................................................1 B. Tujuan Penulisan......................................................................................2 C. Manfaat Penulisan....................................................................................2



BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3 A. Lansia.......................................................................................................3 B. Teori Penuaan...........................................................................................4 C. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia...............................................................6 D. Terapi Psikologi pada Lansia..................................................................11



BAB III PENUTUP............................................................................................14 A. Kesimpulan...............................................................................................14 B. Saran.........................................................................................................14



DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Dengan semakin besar proporsi populasi orang-orang lanjut usia (lansia) beserta



heterogenitas, pengalaman hidup yang kompleks, dan perubahan demografis dalam populasi, penting bagi professional kesehatan mental untuk bersiap-siap mengakses dan menagngani klien-klien lansia. Terlepas dari kecenderungan untuk memandang lansia sebagai populasi yang homogen dilihat dari nilai-nilai, motif, status social psikologis serta perilakunya, penelitian menunjukkan bahwa lansia adalah populasi yang sangat beragam dan heterogen. Mereka memiliki karakteristik-karakteristik yang sama dan yang berbeda dengan kelompok-kelompok usia lainnya. Seringkali tolak ukur kemajuan suatu bangsa dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai salah satu negara berkembang. Angka harapan hidup di Indonesia juga semakin meningkat. Tingginya usia harapan hidup yang juga menyebabkan meningkatnya jumlah lansia ini akan menyebabkan semakin meningkatnya masalah-masalah yang timbul oleh proses penuaan. Baik itu masalah kesehatan dari segi fisik, sosial ekonomi, maupun masalah psikologis. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalna sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Semua orang akan mengalami proses penuaan dan menjadi tua yang merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain.



1



B. 1.



Tujuan Penulisan Tujuan umum



Untuk mengetahui berbagai masalah dan terapi psikologis Lansia. 2.



Tujuan khusus



a. Untuk mengetahui masalah yang terjadi pada lansia b.



Untuk mengetahui apakah terapi psikologis bermanfaat pada lansia



C. Manfaat penulisan 1.



Manfaat bagi akademis



Secara akademis, penulisan ini berguna untuk menambah informasi bagi perawat tentang masalah dan terapi psikologis lansia. 2.



Manfaat bagi keperawatan



Diharapkan penulisan ini memberikan masukan dalam mengembangkan perencanaan keperawatan pada lansia yang mengalami masalah psikologis. 3.



Manfaat bagi penulis



Hasil penulisan ini memmberikan pengetahuan bagi penulis tentang masalah dan terapi psikologis lansia.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Lansia 1. Pengertian Lansia Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun 1992 tentang kesehatan). Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut : a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas b. c.



2.



Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.



Batasan Lansia Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi: usia pertengahan yakni kelompok usia 46-59 tahun, usia lanjut (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun, Tua (Old) yaitu antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Setiabudhi, 1999), dan menurut DepKes RI tahun 1999, umur dibagi 3 lansia yaitu; a. Usia pra senelis atau Virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49 tahun



3.



b.



Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih



c.



Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau dengan masalah kesehatan.



Proses Menua Menurut Constantindes mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi ketidamampuan dan bahkan kematian. 3



B.



Teori Penuaan Gerontologis tidak setuju tentang adaptasi penuaan. Tidak ada satu teoripun dapat memasukan semua variable yang menyebabkan penuaan dan respon individu terhadap hal itu. Secara garis besar teori penuaan dibagi menjadi teori biologis, teori psikologis, dan teori sosiokultural.



1.



Teori Biologis a. Biological Programming Theory Teori program biologis merupakan suatu proses sepanjang kehidupan sel yang terjadi sesuai dengan sel itu sendiri. Teori waktu kehiduan makhluk memperlihatkan adanya kemunduran biologis, kognitif, dan fungsi psikomotor yang tidak dapat dihindari dan diperbaiki, walaupun perubahan diet atau hipotermi dalam waktu yang lama dapat menunda proses tersebut. b.



Wear and Tear Theory



Teori wear and tear ini menyatakan bahwa perubahan struktur dan fungsi dapat dipercepat oleh perlakuan kejam dan diprlambat oleh perawatan. Masalahmasalah yang berkaitan dengan penuaan merupakan hasil dari akumulasi stres, trauma, luka, infeksi, nutrisi yang tidak adekuat, gangguan metabolik dan imunologi, dan perlakuan kasar yang lama.Konsep penuaan ini memperlihatkan penerimaan terhadap mitos dan stereotif penuaan. c. Stress-Adaptasi Theory Teori adaptasi stres ini menegaskan efek positif dan negatif dari stres pada perkembangan biopsikososial. Sebagai efek positif, stres menstimulasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang baru, jalan adaptasi yang lebih efektif. Efek negatif dari stres bisa menjadi ketidakmampuan fungsi karena perasaan yang terlalu berlebihan. Stres sering di asumsikan dapat mempercepat proses penuaan. Stres dapat mempengaruhi kemampuan penerimaan seseorang, baik secara fisiologi, psikologis, sosial dan ekonomi. Hal ini dapat berakibat sakit atau injuri. 2.



Teori psikologis a. Erikson’s Stage of Ego Integrity Teori Erikson tentang perkembangan manusia mengidentifikasi tugas yang harus dicapai pada setiap tahap kehidupan. Tugas terakhir, berhubungan dengan refleksi tentang kehidupan seseorang dan pencapaiannya, ini diidentifikasi sebagai integritas ego. Jika ini tidak tercapai maka akan mengakibatkan terjadinya gangguan. 4



b.



Life Review Theory



Pada lansia, melihat kembali kehidupan sebelumnya merupakan proses yang normal berkaitan dengan pendekatan terhadap kematian. Reintegrasi yang sukses dapat memberikan arti dalam kehidupan dan mempersiapkan seseorang untuk mati tanpa disertai dengan kecemasan dan rasa takut. Hasil diskusi terakhir tentang proses ini menemukan bahwa melihat kembali kehidupan sebelumnya merupakan salah satu strategi untuk merawat masalah kesehatan jiwa pada lansia. c. Stability of Personality Perubahan kepribadian secara radikal pada lansia dapat mengakibatkan penyakit otak. Para peneliti menemukan bahwa periode krisis psikologis pada saat dewasa tidak akan terjadi pada interval regular. Perubahan peran, perilaku dan situasi membutuhkan respon tingkah laku yang baru. Mayoritas lansia pada studi ini memperlihatkan adaptasi yang efektif terhadap kebutuhan ini. 3.



Teori Sosiokultural a. Disengagement Theory Postulat pada teori ini menyatakan bahwa lansia dan penarikan diri dari lingkungan sosial merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Terdapat stereotype yang kuat dari teori ini termasuk ide bahwa lansia merasa nyaman bila berhubungan dengan orang lain seusianya. b.



Activity Theory



Teori aktivitas berpendapat bahwa penuaan harus disertai dengan keaktifan beraktifitas sebisa mungkin. Teori ini memperlihatkan efek positif dari aktivitas terhadap kepribadian lansia, kesehatan jiwa, dan kepuasan dalam hidup. c. The Family in Later Life Teori keluarga berfokus pada keluarga sebagai inti dasar perkembangan emosi seseorang. Teori ini berpendapat bahwa pusat proses siklus kehidupan adalah perubahan sistem hubungan dengan orang lain untuk medukung fungsi masuk, keluar dan perkembangan anggota keluarga. Gejala fisik, emosi, dan sosial dipercaya merupakan repleksi dari masalah negosiasi dan transisi pada siklus kehidupan keluarga.



5



C. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, lain



(Depkes.RI,



sosial,



kultural,



ekonomi



dan



lain-



1992:6)



Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor- faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang



sangat



mempengaruhi



kesehatan



jiwa



mereka



adalah



sebagai berikut: a.



Penurunan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya



kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang. 1.



Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : 6



-



Gangguan jantung



-



Gangguan metabolisme, misal diabetes millitus



-



Vaginitis



-



Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi



-



Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.



Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :



• Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia • Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya. • Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. • Pasangan hidup telah meninggal. • Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb. 2.



Perubahan Aspek Psikososial Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi halhal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut: a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya 7



sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit. e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. 3.



Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas. Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatankegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing- masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan 8



positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masingmasing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya. 4.



Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan



masih



sanggup,



agar



tidak



merasa



terasing



atau



diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi



hidup



dalam



perantauan



sendiri,



seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup sendirian dalam 9



masyarakat sebagai seorang lansia. Permasalahan dari Aspek Psikologis Menurut



Martono,



1997



dalam



Darmojo



(2004),



beberapa



masalah



psikologis lansia antara lain: a. Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian



karena



hidup dilingkungan yang tetapi



mengalami



aktivitas



beraggota



sosialnya keluarga



tinggi, yang



lansia



cukup



yang banyak



kesepian.



b. Duka cita (bereavement),dimana pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya pasangan hidup, temen dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu periode depresi. Depresi akibatnduka cita biasanya bersifat self limiting. c. Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi dan kemampuan beradaptasi sudah menurun. d. Gangguan



cemas,



terbagi



dalam



beberapa



golongan



yaitu



fobia,



gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obstetif- kompulsif. merupakan



kelanjutan



Pada



lansia



gangguan



cemas



dari dewasa muda dan biasanya berhubungan



dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat. e. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang 10



timbul pada lansia. f. Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa



tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat



membunuhnya. Parfrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau diisolasiatau menarik diri dari kegiatan social. g. Sindroma diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena lansia ini sering bermain-smain dengan urin dan fesesnya. Lansia sering menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur (jawa:Nyusuh). Kondisi ini walaupun kamar sudah dibersihkan dan lansia dimandikan bersih namun dapat berulang kembali.



D. Terapi Psikologi pada Lansia Terapi psikologi ini termasuk salah satu jenis terapi yang paling pi yang paling umum dalam mengatasi umum dalam mengatasi  berbagai masalah kesehatan mental. Pada pelaksanaannya, psikoterapis atau konselor kesehatan mental akan mendampingi lansia untuk menjalani beberapa sesi terapi. Terapi kognitif akan membantu lansia dalam mengenali berbagai pemikiran negatif yang tidak akurat. Artinya,  pemikiran tersebut mungkin hanya hidup dalam kepala lansia tapi tidak sesuai dengan fakta yang ada. Ini artinya, psikoterapis akan membantu lansia untuk mengubah pola pikir dan sikapnya. Hal ini bertujuan agar lansia bisa menghadapi berbagai masalah yang menimpanya dengan pola  pikir yang lebih positif. Dengan begitu, lansia bisa lebih memahami situasi yang menantang dengan baik sekaligus memberikan respons yang efektif sesuai dengan fakta yang ada.



1. Psikoterapi meliputi beberapa hal sebagai berikut ini a. Mengidentifikasi kondisi dan situasi yang dialami Awalnya, ahli terapi akan mencari tahu kondisi dan situasi yang sedang dihadapi. Hal ini termasuk kondisi kesehatan fisik yang mungkin dialami. Selain itu, ahli terapi juga akan mencari elain itu, ahli terapi juga akan 11



mencari tahu apakah ada masalah hidup yang sedang mengganggu pikiran. Sebagai contoh, baru menghadapi perceraian, rasa sedih karena kehilangan orang tersayang, amarah atau dendam yang tak terselesaikan, hingga berbagai gejala kesehatan mental yang mungkin dialami. Pada tahapan ini, ahli terapi mungkin akan m ini, ahli terapi mungkin akan mengajak berdiskusi apa masalah utama yang perlu berdiskusi apa masalah utama yang perlu dihadapi dihadapi dan diatasi melalui terapi ini. tidak bisa diatasi dengan  penggunaan obat. b. Membantu memahami pikiran dan emosi



yang anda miliki terhadap masalah



Setelah berhasil mengidentifikasi masalah utama yang harus diselesaikan melalui terapi ini, ahli terapi akan mendorong untuk lebih nyaman berbagi pemikiran terhadap kondisi tersebut. Pada tahapan ini, ahli terapi mungkin mencari tahu apa yang disampaikan kepada diri sendiri dalam menghadapi situasi tersebut. Selain itu, sang ahli juga akan berusaha memahami sudut juga akan berusaha memahami sudut  pandang yang dipilih saat menghadapi kondisi ini. c. Mengidentifikasi pemikiran negatif yang tidak akurat Jika sudah berhasil memahami pola pikir dan sudut pandang yang dipilih dalam menghadapi situasi tersebut, kini saatnya mengidentifikasi pola pikir mana yan ifikasi pola pikir mana yang tidak akurat. tidak akurat. Artinya, pola pikir negatif ini tidak sesuai dengan apa yang terjadi dan hanya hidup dalam kepala saja. d. Mengubah pemikiran negatif yang tidak akurat Menurut Mayo Clinic, jika berhasil mengidentifikasi pemikiran negatif yang pemikiran negatif yang tidak sesuai tidak sesuai fakta, akan lebih mudah pula untuk membantu mengatasi masalah tersebut melalui terapi kognitif untuk lansia ini. Pada tahapan ini, ahli terapi akan meminta anda untuk bertanya kepada diri sendiri mengenai pola pikir dalam menghadapi situasi atau kondisi tertentu. 2. Macam-macam terapi psikologis pada lansia 12



a) Terapi Self Healing  Self healing adalah fase yang ditetapkan pada proses pemulihan diri (umumnya dari gangguan psikologis, trauma, dan yang lainnya) yang didorong dan diarahkan oleh pasien yang dipandu oleh insting diri sendiri. Prosedur penyembuhan diri sendiri atau self-healing ini  bertujuan  bertujuan untuk mengurangi mengurangi rasa stress, takut, stress, takut, dan masalah masalah mental emosional emosional lainnya. lainnya. Proses  self-healing ini dapat membantu dan mempercepat masalah psikologis yang dialami dengan menggunakan teknik instrospeksi seeprti meditasi, olah raga, berserah diri kepada Tuhan, dan kegiatan-kegiatan yang bersifat relaksasi dan refleksi. Terapi self healing ini diberikan pada lansia yang mengalami permasalahan seperti munculnya  post power syndrome syndrome dan stress terhadap penyakit yang diderita. b) Katarsis emosi Katarsis menurut sudut pandang psikoanalisa merupakan ekspresi dan pelepasan emosi yang ditekan. Kadangkala disinonimkan dengan abreaksi yang didefinisikan sebagai mengalami kembali pengalaman emosional yang menyakitkan dalam psikoterapi, biasanya melibatkan kesadaran pada batkan kesadaran pada materi yang sebelumnya ditekan (Corsin yang sebelumnya ditekan (Corsini & Wedding, 1989). Terapi dengan cara katarsis emosi ini diberikan pada lansia yang mengalami permasalahan merasa loneliness karena hidup sendiri (jauh dari keluarga) dan lansia yang tidak punya semangat hidup lagi karena kehilangan pasangan hidupnya. c) Logoterapi Logoterapi



merupakan



psikoterapi



yang



mengembangkan



dimensi



kepribadian, somatic dan spiritual untuk menuju individu yang memiliki kualitas hidup karena pada logoterapi dikenal dengan istilah Existensial analysis yang akan menganalisa dan menemukan makna 8   hidup berdasarkan masalah yang sudah ditemukan. Terapi ini diberikan pada lansia yang sudah mengalami depresi berat terhadap penyakitnya dan juga kepada lansia yang masih harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri (masih harus bekerja mencari uang). 13



d) Terapi Tertawa Terapi tertawa merupakan kegembiraan di dalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, senyuman yang menghias wajah, perasaan hati yang lepas dan  bergembira, dada  bergembira, dada yang lapang, yang lapang, peredaran darah y peredaran darah yang lancar ang lancar sehingga bisa mencegah sehingga bisa mencegah penyakit, penyakit, memelihara kesehatan, serta menghilangkan stres. Klien bisa mengalami suasana hati yang santai dalam hidupnya biarpun hanya sejenak, maka bisa menjadi obat penangkalan kesedihannya. Beberapa hannya. Beberapa penelitian mengemukakan manfaat dan efektivitas terapi tertawa seperti yang dilakukan di India, tertawa dapat menangani kecemasan dan perasaan depresi, sebanyak 19,5 %. Tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon dalam tubuh, yaitu epinefrin dan kortisol, yang bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit baik fisik  maupun mental. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Geriatrics and Gerontology International, para peneliti menemukan terapi para peneliti menemukan terapi tawa bisa tawa bisa mengatasi depresi pada asi depresi pada individu. Tertawa terbukti memperbaiki suasana hati dalam konteks sosial, membantu membentuk pola  pikir yang lebih positif. positif. Terapi tertawa tertawa dipilih dipilih sebagai sebagai salah satu terapi untuk meningkatkan meningkatkan kemampuan seseorang dalam menangani kondisi mental dan dalam pelaksanaannya terjadi  proses relaksasi sistem pernaf  proses relaksasi sistem pernafasan e) Terapi Musik  Terapi musik merupakan teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit yang menggunakan iram tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat sesuai dengan ke inginan, seperti musik klasik, intrumentalia, musik berirama santai, orkesta, dan musik modern lainnya (Potter, 2006).Musik merupakan rangsangan pendengaran yang terorganisasi, terdiri atas melodi, ritme, harmoni, warna (timber ), bentuk dan gaya. Musik  memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan ketidak mampuan yang di alami oleh seseorang ketika musik di aplikasikan menjadi sebuah terapi, 14



musik dapat meningkat, memulihkan, memelihar kesehatan fisik, mental emosional dan spiritual dari setiap individu. Hal itu membuktikan karena musik mempunyai beberapa kelebihan seperti bersifat universal, nyaman, menyenangkan, dan terstruktur. Seperti nafas, detak jantung, dan pulsasi semuanya  berulang  berulang dan berirama. berirama. Semua jenis musik dapat di gunakan sebagai terapi seperti lagu-lagu rileksasi, lagu popule, maupun lagu popule, maupun klasik.namun di k.namun di anjurkan memilih lagu kan memilih lagu dengan tempo sekitar  dengan tempo sekitar  60 ketukan permenit bersifat rileks (Turana, 2006). f) Terapi Reminiscence Terapi  Reminiscence merupakan salah satu intervensi yang menggunakan memori untuk memelihar untuk memelihara kesehat kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam kegiatan terapi ini, terapis memfasilitasi lansia untuk mengumpulkan kembali memori- memori masa lalu yang menyenangkan sejak masa anak, remaja dan dewasa serta hubungan klien dengan keluarga, kemudia ga, kemudian dilakukan n dilakukan  sharing dengan orang lain. Kegiatan mengenang merupakan aktivitas yang alami bagi semua orang di segala usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, kecenderungan untuk mengenang meningkat dan semakin penting. Terapi  Reminiscence  bertujuan  bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan harga diri, membantu membantu individu individu mencapai mencapai kesadaran kesadaran diri, memahami diri, beradaptasi terhadap stres, meningkatkan kepuasan hidup dan melihat dirinya dalam konteks sejarah dan budaya. Selain itu, terapi  Reminiscence yang sederhana dapat menjadi suatu mekanisme koping untuk menghadapi stres. 3. Obat yang biasanya diresepkan dokter maupun psikiater pada pasien a) Obat antidepresan. Obat ini diresepkan untuk menangani depresi dan mengatasi bipolar disorder. Sebagai contoh obat antidepresan yang umumnya digunakan adalah citalopram (Celexa), escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil, Pexeva), sertraline (Zoloft) dan vilazodone (Viibryd).



15



b) Obat antipsikotik. Obat antipsikotik diresepkan untuk mengatasi skizofrenia, yakni gejala delusi Dan halusinasi , yakni gejala delusi dan halusinasi serta pengidap bipolar. Sebagai contoh obat antipsikotik yang biasanya digunakan adalah olanzapine (Zyprexa), risperidone (Risperdal), quetiapine (Seroquel), aripiprazole (Abilify), asenapine (Saphris), atau brexpiprazole (Rexulti). c) Obat antikecemasan. Obat ini diresepkan untuk pasien gangguan kecemasan, dan yang paling umum digunakan adalah buspirone. Pada jarang kasus, benzodiazepin mungkin juga diresepkan pada  pengidap gangguan kecemasan dan bipolar disorder. d) Obat penstabil suasana hati. Obat ini digunakan untuk mengendalikan gejala mania dan hipomania pada pasien  bipolar disorder. Dokter dapat memberikan obat golongan ini, seperti valproic acid (Depakene), divalproex sodium (Depakote), carbamazepine (Tegretol, Equetro, ol, Equetro, others) dan lamotrigine others) dan lamotrigine (Lamictal). e) Psikoterapi Selain minum obat, gangguan mental pada lansia juga bisa diobati dengan psikoterapi, khususnya jenis terapi perilaku kognitif. Pada terapi ini, terapis ak pi ini, terapis akan membantu pasien untuk an membantu pasien untuk mengelola gejala seperti stres atau kecemasan dan mengalihkan hal tersebut pada cara yang lebih sehat



4. Perubahan gaya hidup yang perlu diterapkan pada lansia a. Cukup tidur karena kurang tidur bisa memicu kecemasan, stres, depresi, maupun suasana hati yang buruk. b. Konsumsi makanan yang sehat bergizi untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh. c. Olahraga rutin untuk mengurangi stres dan kecemasan. d. Ikut serta dalam kegiatan di rumah atau lingkungan jika memungkinkan. 16



e. Lansia dengan kondisi ini akan kesulitan untuk menerapkan hal ini sendiri. Oleh karena itu, butuh bantuan dan dukungan dari keluarga, pengasuh, amupun orang terdekat. 5. Pencegahan gangguan mental pada lansia Gangguan mental pada lansia seperti skizofrenia tidak bisa dicegah. Namun, jika seseorang sudah didiagnosis memiliki penyakit mental ini, mengikuti pengobatan



secara



rutin



sangat



diwajibkan.



Tujuannya,



untuk



mencegah



kekaambuhan gejala sekaligus keparahannya. Selain skizofrenia, tidak ada cara pasti yang sepenuhnya dapat mencegah gangguan mental seperti gangguan kecemasan, depresi, atau bipolar pada lansia. Meski begitu, penderitanya masih  bisa mungkin menurunkan beberapa risikonya, seperti: Berhenti minum alkohol dan obat-obatan yang sifatnya menimbulkan kecanduan dan euphoria (menimbulkan perasaan gembira dan “high”). Belajar untuk mengurangi stres dengan cara yang sehat, seperti olahraga, berkebun, atau melakukan konseling ke psikolog. Selalu terhubungan dengan keluarga, teman, dan orang-orang di sekitar agar tidak merasa sendiri dan kesepian.



17



BAB III PENUTUP



A.



Kesimpulan Lansia adalah populasi yang heterogen. Orang-orang yang tertarik pada kesehatan mental dan lansia harus memiliki pengetahuan yang luas tentang aspekaspek psikologis, biologis, dan social dari penuaan. Psikopatologi pada lansia berupa disfungsi emosional dan hendaya kognitif. Angka psikopatologi dalam populasi lansia yang hidup di masyarakat maupun diberbagai institusi kira-kira 22%. Selain kesehatan mental, bidang-bidang lain yang dapat menjadi fokus penanganan lansia termasuk kesehatan fisik. Penuaan populasi memunculkan berbagai tantangan dan peluang baru bagi para pekerja kesehatan mental yang berminat. Kami harap ikhtisar ini dapat menstimulasi minat terhadap isu-isu yang mempengaruhi lansia, keluarga, dan professional kesehatan yang berinteraksi dengan mereka.



B.



Saran Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berati adanya penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain. Sebagai seorang perawat kita harus bisa melakukan intervensi pada lansia dengan berbagai masalahnya dengan intervensi yang tepat. Begitu juga dengan permasalahan psikologis, kita juga harus melakukan intervensi atau terapi psikologis pada lansia yang mengalami gangguan psikologis.



18



DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi.1999.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. Jakarta: PT Rineka cipta Carpenito,L.J.2000.Buku Diagnosa Keperawatan.Editor Monika Ester.Jakarta: EGC Efendi,N.1998.Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC Gunawan,lany.2004.Hipertensi



Dan Tekanan Darah Tinggi.Yogykarat:



Penerbit



Konisius Leueckenote,AA1998.Pengkajian Gerontologi.Jakarta: EGC Notoadmojo.1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Nugroho,wahyudi.2000.Perawatan Usia Lanjut.jakarta;EGC YIDKR.1985.Perawatan Kesehatan Masyarakat Suatu Proses Dan Praktek Untuk Peningkatan Kesehatan Masyaraka



19



20