9 0 278 KB
MAKALAH “8 INDIKATOR EKOLOGI KESEHATAN PERKOTAAN”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Lanjut
OLEH KELOMPOK 2 Eri Wijaya Fatjrina Syahputri Andi Khaidir Usti Syah Putri Andi Sada Potto Karwi Surya Joksan Fnoath Lateley Adriana Saleng
K012191004 K012191011 K012191023 K012191025 K012191032 K012191040 K012191048 K012191062
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019
BAB I PENDAHULUAN A. Fakta Masalah Lingkungan merupakan tempat berinteraksi antar makhluk hidup dengan tempat tinggal baik berupa abiotik maupun biotik. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut dengan Ekologi. Oleh karena itu Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan Ekologi. Komponen utama dalam ekologi adalah ekosistem, ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, karena ekosistem meliputi makhluk hidup dengan lingkungan organisme (komunitas biotik) dan lingkungan abiotik, masing-masing akan mempengaruhi sifat-sifat lainnya dan keduanya perlu untuk memelihara kehidupan sehingga terjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian alam di bumi ini. Dalam hal ini fungsi utama ekosistem di bumi penekanannya adalah pada hubungan ketergantungan dan hubungan sebab akibat, yang merupakan serangkaian komponen-komponen untuk membentuk satuan-satuan fungsional. Kesatuan komponen tersebut memicu kepada kualitas lingkungan yang seimbang dan selaras pada kesehatan lingkungan. Permasalahan kerusakan lingkungan berikut ekosistemnya dengan segala aspek yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan, diantaranya meliputi perubahan cuaca, pemanasan global, ketidak seimbangan antara musim hujan dan kemarau, terjadi angin topan dimana-mana, permasalahan banjir yang dihadapi oleh kota-kota besar di dunia, permasalahan sampah, penyakit yang dengan mudah tersebar luas, terutama di daerah tropis Penurunan kualitas lingkungan di perkotaan antara lain disebabkan oleh faktor penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan yang terjadi pada ekosistem atau lingkungan secara dominan. Dalam hal ini berbagai masalah dari pertumbuhan penduduk dengan kebutuhan dan ketersediaan air bersih menjadi suatu masalah yang saling berkaitan. Banyaknya lokasi pemukiman yang berada di sekitar bentaran
sungai merupakan suatu permasalahan yang krusial dan memerlukan upaya sendiri untuk mengatasinya. Terlebih lagi terjadinya pencemaran air sungai yang di timbulkan oleh warga, seperti pembuangan limbah rumah tangga dan membuang sampah yang langsung ke sungai. Hal ini terjadi akibat kurangnya kepekaan masyarakat akan pelestarian lingkungan dan pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri. Pencemaran serta tercemarnya perairan tidak hanya merugikan masyarakat yang mendiami daerah sekitar perairan saja akan tetapi layaknya seperti air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir yang berarti turut membawa dampak-dampak negatif bagi masyarakat lain. Indikator ekologi diterapkan saat ini dalam konteks berbeda, untuk ekosistem berbeda dan masalah berbeda dapat diklasifi kasikan menjadi delapan tingkatan, dari indikator paling reduksi sampai indicator paling holistik. Indikator ekologi untuk penilaian kesehatan ekosistem (EHA) tidak mencakup indikator kondisi iklim, dianggap sepenuhnya kondisi alami. Pada tingkat 1 mencakup ada atau tidak adanya spesies tertentu. Penerapan indikator yang paling dikenal adalah sistem saprobien, diklasifikasi dalam empat tingkatan sesuai dengan tingkat pencemarannya yang disebabkan bahan organik yang mengakibatkan penipisan oksigen. Pada tingkat 2 menggunakan rasio antara kelas organisme, tingkat 3 didasarkan pada konsentrasi senyawa kimia, tingkat 4 menerapkan konsentrasi seluruh tingkatan tropik sebagai indikator, misalnya konsentrasi fitoplankton. Tingkat 5 menggunakan laju proses sebagai indikator, tingkat 6 mencakup indikator komposit contohnya adalah biomassa, respirasi/biomassa, respirasi/produksi, produksi/biomassa, dan rasio produsen/konsumen primer, tingkat 7 meliputi indikator holistik seperti resistensi, ketahanan, kapasitas penyanggah; keanekaragaman hayati, semua bentuk
keanekaragaman, ukuran
dan
konektivitas jaringan ekologi, tingkat perputaran karbon, nitrogen, dll serta energi, dan tingkat 8 adalah indikator variabel termodinamika, disebut indikator superholistik.
B. Pertanyaan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu: 1. Bagaimana penilaian pencemaran perairan berdasarkan indeks sistem saprobian? 2. Bagaimana penilaian kualitas perairan berdasarkan menggunakan rasio antara kelas organisme? 3. Bagaimana penilaian pencemaran perairan didasarkan pada konsentrasi senyawa kimia? 4. Bagaimana penilaian pencemaran perairan berdasarkan konsentrasi seluruh tingkatan tropik? 5. Bagaimana penilaian pencemaran perairan berdasarkan perhitungan laju proses? 6. Bagaimana penilaian pencemaran perairan dengan menggunakan indikator komposit? 7. Bagaimana penilaian pencemaran perairan berdasarkan indikator holistik? 8. Bagaimana penilaian pencemaran perairan berdasarkan indikator variabel termodinamika/superholistik? C. Tujuan Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui penilaian pencemaran perairan berdasarkan indeks sistem saprobian 2. Untuk mengetahui penilaian kualitas perairan berdasarkan menggunakan rasio antara kelas organisme 3. Untuk mengetahui penilaian pencemaran perairan didasarkan pada konsentrasi senyawa kimia 4. Untuk mengetahui penilaian pencemaran perairan berdasarkan konsentrasi seluruh tingkatan tropik 5. Untuk mengetahui penilaian pencemaran perairan berdasarkan perhitungan laju proses 6. Untuk mengetahui penilaian pencemaran perairan dengan menggunakan indikator komposit
7. Untuk mengetahui penilaian pencemaran perairan berdasarkan indikator holistik 8. Untuk mengetahui pencemaran perairan berdasarkan indikator variabel termodinamika/superholistik.
BAB II PEMBAHASAN A. Tabel Rekap Hasil Jurnal & Kesimpulan Tabel No
Nama
8 Indikator Ekologi
Ekosistem Kota/Desa
Hasil Penelitian
Aspek Kesehatan
Stasiun I dan II termasuk ke Perairan dalam kategori β-Mesosaprobik sehat
dikatakan karena
tidak
tercemar
(Perairan tercemar ringan hingga ringan hingga sedang, air sedang) sedangkan stasiun III yang 1
Eri Wijaya
Sistem Saprobian
Kota
termasuk
ke
dalam
tercemar
kategori menimbulkan
Oligosaprobik (Tercemar Ringan). penyakit,
dapat berbagai
seperti
kolera,
diare, hepatitis A, Malaria, Polio, dan penyakit berbasis water borne disease lainnya. Cacing Sutera (Tubfex tubifex) Perairan 2
Fatjrina Syaputri
Rasio antar kelas Organisme
dapat Kota
dijadikan
Gorong
tidak
sebagai sehat karena tercemar, air
bioindikator pencemaran air dan yang sungai
dikatakan
tercemar
Pengadang menimbulkan
dapat berbagai
dikategorikan ke dalam perairan penyakit, tercemar.
seperti
kolera,
diare, hepatitis A, Malaria, Polio, dan penyakit berbasis water borne disease lainnya.
Berdasarkan
hasil
perhitungan Perairan
index pencemaran menunjukkan sehat
dikatakan karena
tidak
tercemar
bahwa perairan Distrik Depapre sedang, air yang tercemar berada dalam kategori tercemar dapat 3
Andi Khaidir
Konsentrasi senyawa kimia
Kota
ringan hingga tercemar sedang.
menimbulkan
berbagai penyakit, seperti kolera, diare, hepatitis A, Malaria, Polio, dan penyakit berbasis
water
borne
disease lainnya. Hasil
penelitian
menunjukkan Perairan
kelimpahan fitoplankton berkisar sehat 4
Andi Sada Potto
Konsentrasi Fitoplankton
antara Kota
47-154
ind/l
dikatakan karena
tidak
tercemar
dan ringan, air yang tercemar
kelimpahan zooplankton berkisar dapat
menimbulkan
antara 0-9 ind/l. Perbandingan berbagai penyakit, seperti fitoplankton
dan
zooplankton kolera, diare, hepatitis A,
berkisar antara 7:1 sampai 47:0. Malaria, Polio, dan penyakit Kesimpulannya adalah, semakin berbasis
water
borne
tinggi kelimpahan fitoplankton, disease lainnya. maka perairan tesebut dikatakan tercemar ringan. Produktivitas
fitoplankton Perairan
dikatakan
tidak
ditentukan oleh berbagai faktor, sehat karena tercemar, air seperti suhu, intensitas cahaya, yang
tercemar
dan kandungan nutrisi (nitrat dan menimbulkan fosfat), hasil yang didapatkan di penyakit, 5
Joksan Fnoath Letelay
Laju Proses
Kota
dapat berbagai
seperti
kolera,
Danau Laguna bahwa kandungan diare, hepatitis A, Malaria, nutrisi (nitrat dan fosfat) berada Polio, dan penyakit berbasis pada kadar yang cocok untuk water borne disease lainnya. pertumbuhan fitoplankton. Maka, dana Laguna dapat dikatakan tercemar. Status
6
Usti Syah Putri
Indikator Komposit
Kota
pencemaran
Sungai Perairan
dikatakan
tidak
Badung dan Sungai Mati dengan sehat karena sedang, air Bioindikator
Annelida yang
tercemar
dapat
menggunakan
metode
menunjukkan
bahwa
ABC menimbulkan Sungai penyakit,
berbagai
seperti
kolera,
Badung dan Sungai Mati tercemar diare, hepatitis A, Malaria, sedang.
Polio, dan penyakit berbasis water borne disease lainnya.
Penggunaan lahan di DAS Code Perairan
dikatakan
tidak
antara lain pertanian, peternakan, sehat karena terdapat bakteri perikanan, beberapa
perkotaan, rumah
sakit
terdapat ARG yang mengindikasikan yang bahwa
perairan
tersebut
berpotensi sebagai sumber bakteri tercemar, air yang tercemar 7
Karwi Surya
Holistik
Kota
ARG (antibiotic resistant gene).
dapat
menimbulkan
berbagai penyakit, seperti kolera, diare, hepatitis A, Malaria, Polio, dan penyakit berbasis
water
borne
disease lainnya. Di Slovakia hasil dari aktifitas Perairan 8
Adriana Saleng
Superholistik
Kota
dikatakan
tidak
pembangkit listrik tenaga batu sehat karena tercemar, air bara, sistem pemanas perumahan, yang
tercemar
dapat
insenarator limbah dan sebagai menimbulkan hasil penambangan meskuri, emas penyakit,
berbagai
seperti
kolera,
dan logam lainnya, yang telah diare, hepatitis A, Malaria, mencemari uadara tanah dan air. Polio, dan penyakit berbasis Paparan mercuri yang berlebihan water borne disease lainnya. mengakibatkan
gangguan Paparan
mercuri
kesehatan, termasuk kerusakan berlebihan sistem
saraf
pusat,
yang
mengakibatkan
sistem gangguan
kesehatan,
pencemaran dan kekebalan tubuh, termasuk kerusakan sistem paru-paru, ginjal, kulit dan mata.
saraf
pusat,
sistem
pencemaran dan kekebalan tubuh,
paru-paru,
kulit dan mata
ginjal,
B. Faktor Penyebab & Aspek Kesehatan / Ekologi Pentingnya perairan bagi masyarakat di indonesia dan rendahnya kualitas sumber air, seharusnya mendorong pemerintah melaksanakan program peningkatan
kualitas
air
sungai
sebagai
bagian
dari
pembangunan.
Ketersediaan air bersih secara umum disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam disebabkan secara alamiah bentukan (kondisi) wilayahnya yang memang sulit untuk mendapatkan air sehingga tidak tersedianya air. Faktor manusia yaitu dikarenakan tercemarnya air bersih akibat aktifitas manusia. Oleh karena itu, persoalan-persoalan mengenai turunnya kualitas lingkungan seperti pencemaran, kerusakan sumber daya alam, deforestasi serta degradasi fungsi hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir, bahkan timbulnya jenis penyakit adalah akibat penurunan fungsi lingkungan. Hal tersebut diyakini merupakan gejala-gejala negatif yang secara dominan dari faktor manusia itu sendiri. Penurunan kualitas lingkungan di perkotaan antara lain disebabkan oleh faktor penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan yang terjadi pada ekosistem atau lingkungan secara dominan. Dalam hal ini berbagai masalah dari pertumbuhan penduduk dengan kebutuhan dan ketersediaan air bersih menjadi suatu masalah yang saling berkaitan. Banyaknya lokasi pemukiman yang berada di sekitar bentaran sungai merupakan suatu permasalahan yang krusial dan memerlukan upaya sendiri untuk mengatasinya. Terlebih lagi terjadinya pencemaran air sungai yang di timbulkan oleh warga, seperti pembuangan limbah rumah tangga dan membuang sampah yang langsung ke sungai. Hal ini terjadi akibat kurangnya kepekaan masyarakat akan pelestarian lingkungan dan pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri. Pencemaran serta tercemarnya perairan tidak hanya merugikan masyarakat yang mendiami daerah sekitar perairan saja akan tetapi layaknya
seperti air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir yang berarti turut membawa dampak-dampak negatif bagi masyarakat lain. Selain dampak pada aspek kesehatan manusia, penurunan kualitas perairan juga akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi perairan. Misalnya, apabila tingkat kelimpahan fitoplankton tinggi, maka akan mengakibatkan
penurunan
kadar
O2
yang
akan
berdampak
pada
keberlangsungan ekosistem perairan Indikator atau tanda bahwa lingkungan air telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati dengan menerapkan 8 indikator ekologi perairan. Dilihat dari standar atau batasan normal yang telah ditetapkan berdasarkan masing-masing komponen indikator, telah ditemukan masalah pencemaran air di sebagian besar wilayah di Indonesia baik dalam indikator regional maupun lokal. C. Solusi Adapun tawaran solusi dari permasalahan kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan akibat adanya pencemaran air di atas adalah: 1. Penegakan dan penguatan regulasi pencemaran lingkungan secara menyeluruh dan berkesinambungan. 2. Pemerintah Daerah bertindak cepat melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi, termasuk dengan pihak perusahaan dan masyarakat untuk duduk bersama mengatur monitoring atau pengelolaan limbah secara baik dan bersifat ramah lingkungan. 3. Pemulihan ekosistem pesisir dengan melakukan rehabilitasi dan penanaman vegetasi mangrove yang mempunyai kemampuan menyerap logam berat. 4. Penggunaan teknologi untuk membangun unit pengolahan limbah domestik maupun industri sebelum dibuang ke lingkungan. 5. Pembagian segmen sungai (DAS) guna mempermudah untuk menentukan persebaran potensi sumber pencemar yang terdapat di sepanjang sungai. 6. Pembuatan instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah air limbah domestik dan nondomestik dari pemukiman.
7. Penyediaan sarana atau tempat pembuangan limbah yang tepat untuk setiap pemukiman atau perusahaan agar limbah tidak lagi dibuang ke sungai atau laut. 8. Penanggulangan
pencemaran
lingkungan
secara
edukatif
dengan
mengadakan kegiatan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa indikator air memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mendukung keseimbangan ekosistem. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya polutan yang menyebabkan pencemaran air dapat diketahui melalui tiga jenis pengamatan yang meliputi, pengamatan secara fisika, kimia, dan biologi. Selain itu ketiga cara tersebut, pengamatan aspek indikator ekologi kesehatan lingkungan juga sangat penting dalam menilai pencemaran lingkungan air dikarenakan hal ini berkaitan langsung dengan indikator-indikator zat pencemar dalam perairan, baik perairan sungai maupun laut. Secara keseluruhan pada artikel penelitian yang dianalisis bahwa, pencemaran lingkungan perairan di indonesia masih terjadi, baik tercemar ringan maupun sedang hingga tercemar berat. Zat pencemar perairan dapat berasal dari limbah konvensional/domestik maupun limbah industri yang tidak dikelola secara benar. Apabila terjadi pencemaran pada air, maka sebagian komponen ekosistem akan terganggu termasuk dari segi kesehatan dan lingkungan. Pencemaran air yang terjadi bisa menimbulkan banyak masalah bagi penduduk yang bermukim di sekitar sumber air, seperti munculnya berbagai penyakit, kurang maksimalnya pertumbuhan organisme akuatik, dan rusaknya kualitas air sebagai sumber air minum sehingga tidak dapat dikonsumsi lagi oleh masyarakat sekitar. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami menyarankan agar dilakukan hal-hal berikut: 1. Pentingnya melakukan pemantauan kualitas lingkungan secara berkala untuk mendeteksi dini terjadinya suatu perubahan kualitas lingkungan.
2. Sebaiknya masyarakat memiliki pengetahuan mengenai cara melindungi lingkungan dari adanya pencemaran dan kerusakan yang bisa terjadi akibat aktivitas manusia. 3. Melakukan pengolahan limbah baik limbah cair maupun limbah padat yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti domestik, pertanian dan industry pertambangan secara tepat sebelum dibuang ke lingkungan. 4. Perlunya melakukan upaya pemulihan kembali lingkungan guna meningkatkan daya dukung alam sehingga terjadi kesetimbangan dalam proses ekologi dan mitigasi perubahan iklim. 5. Sebaiknya
penanggulangan
pencemaran
lingkungan
tidak
hanya
dilakukan oleh pemerintah tetapi semua pihak harus berperan aktif termasuk masyarakat sehingga masalah pencemaran lingkungan dapat teratasi dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA Adriana Saleng : Tatiana Kimáková, Boshra Nasser, Marwan Issa1, Ivan Uher, 2019. Mercury Cycling in the Terrestrial, Aquatic and Atmospheric Environment of the Slovak Republic – An Overview. Annals of Agricultural and Environmental Medicine : 273-279. Andi Khaidir : Baigo Hamuna, Rosye H.R Tanjung, Suwito, Hendra K.Mury Dan Alianto, 2018. Kajian Kualitas Air Laut Dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Distrik Depapre, Jayapura, Jurnal Ilmu Lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP : 3543. Andi Sada Potto : Achmad Fuad Suwandana, Pujiono Wahyu Purnomo, Siti Rudiyanti, 2018. Analisis Perbandingan Fitoplankton Dan Zooplankton Serta Tsi (Trophic Saprobic Index) Pada Perairan Tambak di Kampung Tambak Lorok Semarang, Journal Of Maquares Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro : 237-245. Eri Wijaya : Indah Puspita Sari, Eva Utami S.Si., M.Si, Umroh S.T., M.Si, 2017. Analisis Tingkat Pencemaran Muara Sungai Kurau Kabupaten Bangka Tengah Ditinjau Dari Indeks Saprobitas Plankton, Jurnal Sumberdaya Perairan FPPB Universitas Bangka Belitung : 71-80. Fatjrina Syaputri : Fatmalia Enida. 2018. Analisis Cacing Sutera (Tubifex tubifex) Sebagai Bioindikator Pencemaran Air Sungai Gorong Lombok Tengah. Jurnal Pijar Mipa : 132-136. Joksan Fonath Leteley : Yuliana, Muhammad Irfan, 2018. Waktu Inkubasi Terbaik untuk Produktivitas Primer Fitoplankton di Danau Laguna, Maluku Utara, Indonesia, Jurnal Biodiversitas Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Khairun Ternate : 1021-1028.
Karwi Surya : M. P. Hadi, L. N. Fadlillah, M. Y. Widasmara, W. I. Muziasari, Subaryono, 2018. Potensi Sumber Bakteri Resisten Antibiotik Berdasarkan Kondisi Kualitas Air Dan Penggunaan Lahan di Sungai Code Yogyakarta: Suatu Tinjauan Metodologis, Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Universitas Gadjah Mada : 88-100. Usti Syah Putri : Labbaik Mawardi, dkk. 2018. Status Pencemaran Lingkungan Sungai Badung dan Sungai Mati di Provinsi Bali Berdasarkan Bioindikator Phylum Annelida. Journal of Marine Sciences and Aquatic Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana Bali : 304-315.