Makalah KGD Ayuu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT



DI SUSUN OLEH : SRI WAHYU SAWITRI 1810105078



DOSEN PEMBIMBING : Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES ALIFAH PADANG 2020/2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan bimbingan dan karunianya saya dapat menyelesaikan Makalah keperawatan Gawat Darurat. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu Saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi pembaca dan mayarakat umum,semoga makalah ini bermanfaat.



Padang,22 Maret 2021



Penulis



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1 KATA PENGANTAR................................................................................................................2 DAFTAR ISI..............................................................................................................................3 BAB I.........................................................................................................................................4 PENDAHULUAN......................................................................................................................4 I. Latar Belakang........................................................................................................................4 II. Rumusan Masalah..................................................................................................................6 III. Tujuan...................................................................................................................................6 BAB II........................................................................................................................................6 LANDASAN TEORI.................................................................................................................6 1. Pengkajian Primer Dan Sekunder...........................................................................................6 2. Triage...................................................................................................................................10 3. Isu End Of Life Di Keperawatan Gawat Darurat.................................................................12 4. Mekanisme Trauma..............................................................................................................14 BAB III.....................................................................................................................................18 PENUTUP................................................................................................................................18 3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................18 3.2 Saran...................................................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19



BAB I PENDAHULUAN I.



Latar Belakang Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis



segera guna penyelamatan nyawa dan penvegahan kecacatan lebih lanjut. Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki peran sebagai gerbang utama masuknya rumah sakit secara intensif atau sering disebut juga sebagai penderita gawat darurat. Penderita yang terkena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah. Jumlah dan kasus pasien yang datang ke unit gawat darurat tidak dapat diprediksi karena kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja,dimana saja, serta menimpa siapa saja. Saat tiba di IGD, pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu, anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Undang-undang No. 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah bagian dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan paripurna ( komperhensif), penyembuhan penyakit ( kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan dan pusat penelitian medis bagi tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang memerlukan pertolongan segera karena apabila tidak mendapat pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti napas dan henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera misalnya patah tulang, pendarahan, kasus stroke dan kejang, keracunan dan korban bencana. Pelayanan gawat darurat bertujuan menyelamatkan kehidupan penderita, hingga sering dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan. Penyebab tingginya angka kematian dan kecacatan akibat gawat darurat adalah tingkat keparahan akibat kecelakaan. Penyebab kejadian gawat darurat yang sering terjadi dalam sehari-hari yaitu karena terjadinya kecelakaan lalu lintas,kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas penyebab kematian utama di daerah perkotaan. Proses keperawatan adalah cara berpikir khusus mengenai cara merawat klien.



Proses keperawatan juga dideskripsikan sebagai suatu metode sistematis yang mengarahkan perawat dan klien saat mereka bersama-sama untuk menentukan kebutuhan untuk



asuhan



keperawatan,merencanakan



dan



mengimplementasikan



asuhan



dan



mengevaluasi hasil. Langkah-langkah dalam proses keperawatan mengarah pada hasil spesifik. Karakteristik lima proses keperawatan yaitu pengumpulan data/pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian yang dilakukan secara terfokus dan berkesinambungan akan mengahasilkan data yang dibutuhkan



kemampuan



kognitif,



psikomotor,



interpersonal,etik,



dan



kemampuan



menyelesaikan masalah dengan baik dan benar. Perawat harus memastikan bahwa data yang dihasilkan tersebut harus dicatat, dapat dijangkau, dan dikomunikasikan dengan petugas kesehatan yang lain.Pengkajian primer dilakukan untuk mengangani masalah mengancam nyawa yang harus segera dilakukan tindakan, sedangkan pengkajian sekunder bertujuan mengidentifikasi semua penyakit atau masalah yang berkaitan dengan keluhan pasien,. Tujuan pengkajian pasien ini adalah untuk memberikan panduan pengkajian yang dapat diterapkan pada semua pasien yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat. Langkah kedua dari proses keperawatan adalah mengidentifikasi masalah asuhan keperawatan atau disebut diagnosis keperawatan berdasarkan analisis terhadap data. Selama dan setelah pengumpulan data pada saat pengkajian, setiap potongan informasi harus diperiksa secara kritis untuk menentukan relevansi terhadap masalah kesehatan klien dan hubungannya dengan potongan informasi lain. Melalui analisis data yang sistematif,dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah kesehatan klien. II. Rumusan Masalah 1.



Apakah Itu Pengkajian Primer Dan Sekunder ?



2.



Apakah Itu Triage ?



3.



Apa Itu Isu End Of Life Di Keperawatan Gawat Darurat?



4.



Apa Itu Mekanisme Trauma ?



III. Tujuan 1.



Untuk Mengetahui Pengkajian Primer Dan Sekunder.



2.



Untuk Mengetahui Triage.



3.



Untuk Mengetahui Isu End Of Life Di Keperawatan Gawat Darurat.



4.



Untuk Mengetahui Mekanisme Trauma.



BAB II LANDASAN TEORI 1.



Pengkajian Primer Dan Sekunder A. Pengkajian Primer Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah actual/potensial dari kondisi life threatening a. Airway : ( bebasnya jalan nafas ) dengan control servical Kaji : o   Bersihkan jalan nafas o   Ada tidaknya sumbatan jalan nafas o   Distress pernafasan o   Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring Sumbatan jalan nafas total o   Pasien sadar: memegang leher, gelisah, sianosis o   Pasien tidak sadar: tidak terdengar suara nafas dan sianosis Sumbatan jalan nafas sebagian o   Korban mungkin masih mampu bernafas namun kualitas pernafasannya bisa baik atau buruk o   Pada korban engan pernafasan yang masih baik, anjurkan untuk batuk dengan kuat sampai benda keluar o   Bila sumbatan partial menetap, aktifkan system emergency o  Obstruksi partial dengan pernafasan buruk diperlakukan seperti sumbatan jalan nafas komplit Sumbatan dapat disebabkan oleh berbagai hal penyebab psien bernafas dengan berbagai suara: -          Cairan akan menimbulkan gurgling -          Lidah jatuh ke belakang akan menimbulkan suara ngorok -          Penyempitan jalan nafas akan menimbalkan suara crowing



b.      Breathing : adekuat pernafasan o   Frekuensi nafas o   Suara pernafasan o   Adanya udara keluar dari jalan nafas Cara pengkajian o   Look  : Apakah kesadaran menurun, gelisah, adanya jejas diatas klavikula, adanya penggunaan otot tambahan o   Listen : Dengan atau tanpa stetoskop apakah ada suara tambahan o   Feel    o Circulation : ( adekuat jantung dan sirkulasi tubuh ) dengan control perdarahan o   Ada tidaknya denyut nadi karotis o   Ada tidaknya tanda-tanda syok o   Ada tidaknya perdarahan eksternal B.   Pengkajian Sekunder Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah airway, breathing, dan circulation yang ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian objektif dan subjektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki. a. Get Vital Sign/ Tanda-tanda vital secara kontinu Kaji : 1.      Tekanan darah 2.      Irama dan kekuatan nadi 3.      Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu 4.      Saturasi oksigen b.      Riwayat Penyakit 1.    Keluhan utama dan alasan klien ke rumah sakit 2.    Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawah ke rumah sakit 3.    Tipe cedera, posisi saat cedera, lokasi cedera 4.  Gambaran mekanisme cedera dan penyakit seperti nyeri pada organ tubuh yang mana, gunakan : provoked (P), quality (Q), radian (R), severity (S) dan time (T) 5.   Kapan makan terakhir



6.   Riwayat penyakit lain yang pernah dialami/operasi pembedahan/kehamilan 7.  Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien. 8.      Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien. c.       Pengkajian Head to toe 1.      Pengkajian kepala, leher dan wajah o  Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing. o  Periksa mata, telinga, hidung, mulut. Adakah tanda-tanda perdarahan, benda asing, deformitas, laserasi, perlukaan serta adanya keluaran o Amati bagian kepala, adakah depresi tulang kepala, tulang wajah, kontusio/jejas, hematom, serta krepitasi tulang. o   Kaji adanya kaku leher o  Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, deviasi trachea, distensi vena leher, perdarahan, edema, kesulitan menelan, emfisema subcutan dan krepitas pada tulang. 2.      Pengkajian dada o   Pernafasan : irama, kedalaman dan karakter pernafasan o   Pergerakan dinding dada anterior dan posterior o   Palpasi krepitas tulang dan emfisema subcutan o   Amati penggunaan otot bantu nafas o   Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera : petekiae, perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi. 3.      Abdomen dan  pelvis Hal-hal yang dikaji pada abdomen dan pelvis : o   Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen o   Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, laserasi, abrasi, distensi abdomen, jejas. o   Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas o   Nadi femoralis



o   Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST) o   Bising usus o   Distensi abdomen o   Genitalia dan rectal : perdarahan, cedera, cedera pada meatus, ekimosis, tonus spinkter ani. 4.      Ekstremitas Pengkajian di ekstremitas meliputi : o   Tanda-tanda injuri eksternal o   Nyeri o   Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas o   Sensasi keempat anggota gerak o   Warna kulit o   Denyut nadi perifer 5.      Tulang belakang Pengkajian tulang belakang meliputi : o   Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang belakang, maka pasien dimiringkan untuk mengamati : -          Deformitas tulang belakang -          Tanda-tanda perdarahan -          Laserasi -          Jejas -          Luka o   Palpasi deformitas tulang belakang d.      Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan meliputi : o   Radiologi dan scanning o   Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi, elektrolit, urine analisa dan lain-lain



2.



Triage Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah terutama musibah yang melibatkan massa. Proses triage meliputi tahap pre-hospital / lapangan dan hospital atau pusat pelayanan kesehatan lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Metode yang digunakan bisa secara METTAG (Triage tagging system)  atau sistem triage Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation). Petugas lapangan memberikan penilaian pasien untuk memastikan kelompok korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah memerlukan transport segera, serta melakukan tindakan pertolongan primer dan stabilisasi_darurat. Pada tahap rumah sakit, triage dapat juga dilakukan walaupun agak berbeda dengan triage lapangan. Dengan tenaga dan peralatan yang lebih memadai, tenaga medis dapat melakukan tindakan sesuai dengan kedaruratan penderita dan berdasarkan etika profesi. Saat menilai pasien, secara bersamaan juga dilakukan tindakan diagnostik, hingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan pasien berkurang.



Ø  Kategori Triage     : ·  Hitam          : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk resusitasi. Tidak memerlukan perhatian. · Merah          : pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport segera. Misalnya : -          gagal nafas -          cedera torako-abdominal -          cedera kepala atau maksilo-fasial berat -          shok atau perdarahan berat -          luka bakar berat



· Kuning          : pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam jiwa dalam waktu dekat. Dapat ditunda hingga beberapa jam. Misalnya : -     cedera abdomen tanpa shok, -     cedera dada tanpa gangguan respirasi, -     fraktura mayor tanpa syok -  cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran -     luka bakar ringan  Hijau      : cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera. Misalnya : -     cedera jaringan lunak, -     fraktura dan dislokasi ekstremitas, -     cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas -     gawat darurat psikologis 3.



Isu End Of Life Di Keperawatan Gawat Darurat A. Pengertian Isu End Of Life Isu End Of Life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan



kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo,2016). End of life care adalah perawatan yang diberikan kepada orang-orangyang berada di bulan



atau



tahun



terakhir



kehidupan



mereka



(NHS



Choice,2015).



Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya menginginkan perawatan



yang maksimal



dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien tersebut. End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif yangdiperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan.End of lifecarebertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik- baiknya danmeninggal dengan bermartabat (Curie, 2015). End of life care adalah salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial dan spiritual (Putranto,2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa End of life care merupakan salah satu tindakan keperawatan yang difokuskan pada orang yang telah berada di akhir hidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik- baiknya selama sisa hidupnya dan meninggal dengan bermartabat.



B. Prinsip-Prinsip Isu End Of Life Menurut NSW Health (2015) Prinsip Isu End Of Life antara lain : 1.



Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian Tujuan utama dari perawatan adalah mempertahankan kehidupan,



namun ketika hidup tidak



dapat dipertahankan, tugas perawatan adalah untuk memberikan kenyamanan dan martabat kepada pasien yang sekarat, dan untuk mendukung orang lain dalam melakukannya 2.



Hak untuk mengetahui dan memilih Semua orang yang menerima perawatan kesehatan



memiliki



hak



untuk



diberitahu



tentang



kondisi



mereka,



Mereka memiliki hak untuk menerima atau menolak pengobatan dalam  memperpanjang hidup. Pemberi perawatan memiliki kewajiban etika dan hukum untuk mengakui dan menghormati pilihan- pilihan sesuai dengan pedoman. 3.



Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup. Berarti bahwatujuan utama perawatan untuk mengakomodasi kenyamanan dan martabat,



menahan



atau



menarik intervensi untuk mempertahankan hidup mungkin diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien yang sekarat. 4.



Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan Keluarga dan tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk membuat keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan keinginan pasien.



5.



Transparansi



dan



akuntabilitas



Dalam



rangka



menjaga



kepercayaan



dari penerima perawatan,dan untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat dibuat, maka proses pengambilan keputusan dan hasilnya harus dijelaskan kepada para pasien dan akurat didokumentasikan 6.



Perawatan non diskriminatif Keputusan pengobatan pada akhir hidup harus nondiskriminatif dan harus bergantung hanya pada faktor-faktor yang relevan dengan kondisi medis, nilai-nilai dan keinginan pasien.



7.



Hak dan kewajiban tenaga kesehatan Tenaga kesehatan tidak berkewajiban untuk memberikan perawatan yang tidak rasional, khususnya, pengobatan yang tidak



bermanfaat



bagi



pasien.



Pasien



memiliki



hak



untuk



menerima perawatan yang sesuai, dan tenaga kesehatan memiliki tanggung jawa b untuk memberikan pengobatan yang sesuai dengan norma-norma profesional dan standar hukum   8.



Perbaikan terus-menerus, Tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk berusaha dalam memperbaiki intervensi yang diberikan pada standar perawatan end of life baik kepada pasien maupun kepada keluarga.



  C. Kriteria Isu End of Life Teori Isu EOL ini berfokus pada beberapa kriteria utama dalam perawatan end of life pasien yaitu : 1.



Terbebas dari Nyeri, Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan pasien dalam pengalaman EOL (Isu End Of Life). Nyeri merupakan ketidaknyamanan sensori atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).



2.



Pengalaman



Menyenangkan



Nyaman



atau



perasaan



menyenangkan



didefinisikan secara inclusive oleh Kolcaba (1991) sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan, keadaan tentram dan damai. 4. Mekanisme Trauma 1. Mekanisme Trauma Mekanisme cedera mengacu pada bagaimana proses orang mengalami cedera. Cedera mungkin disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, tembakan dan sebagainya. Kemampuan menganalisa mekanisme cedera akan membantu anda memperkirakan keadaan dan tingkatan dari cedera sebagai dasar prioritas keputusan anda untuk melakukan pengkajian lanjutan, penanganan kegawat daruratan dan transportasi.



a. Kinetika Trauma Trauma sebagian besar disebabkan oleh hasil benturan dua obyek atau tubuh dengan yang lainnya. Kinetis, adalah “cabang dari ilmu mekanika mengenai pergerakan dari suatu benda atau badan”. Jadi mengerti akan proses kinetis sangat membantu dalam memahami mekanisme cedera dan trauma. Seberapa parah cedera seseorang tergantung pada kekuatan dan dengan benda apa ia berbenturan atau sesuatu yang membenturnya. Kekuatan ini tergantung pada energi yang ada benda atau tubuh yang bergerak. Energi yang terdapat pada tubuh yang bergerak disebut sebagai energi kinetis. b. Massa dan Kecepatan Besarnya energi kinetis pada tubuh yang bergerak tergantung pada dua factor: Massa (berat) tubuh dan kecepatan tubuh. Energi kinetis dihitung dengan cara ini: Massa (berat dalam pounds), aktu kecepatan (speed in feet per second/ kecepatan dalam kaki perdetik) pangkat dua dibagi dua. Secara singkat rumusnya adalah : Energi Kinetis = (Massa x Kecepatan2)/2 Rumus ini mengilustrasikan bahwa bila massa benda yang bergerak adalah dua kali (double) lebih besar aka energi kinetis juga akan dua kali lebih besar. Anda bisa terluka dua kali lebih parah jika anda terkena 2 pound batu dibandingkan jika terkena 1 pound batu yang dilempar dengan kecepatan yang sama Namun kecepatan ternyata merupakan factor yang lebih berpengaruh daripada massa. Misalkan anda terkena lemparan batu dengan kecepatan 1 kaki per detik, kemudian terkena lemparan batu dengan jarak 2 kaki perdetik. Batu yang dilempar 2 kaki perdetik tidak akan menyebabkan dua kali lebih parah daripada satu kaki perdetik, tapi empat kali lebih parah karena factor kecepatan yang dipangkatkan dua. c. Biomekanik Trauma adalah proses / mekanisme kejadian kecelakaan pada sebelum, saat dan setelah kejadian. 1) Akselerasi Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi);



sesuai dengan hukum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut.



2) Deselerasi Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera, dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding toraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut. d. Mekanisme Trauma tumpul 1) Trauma kompresi atau crush injury terhadap organ viscera akibat pukulan langsung. Kekuatan seperti ini dapat merusak organ padat maupun orang berongga dan bisa mengakibatkan ruptur, terutama organ-organ yang distensi, dan mengakibatkan perdarahan maupun peritonitis. 2) Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ visceral sebenarnya adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman tidak digunakan dengan benar. 3) Trauma decelerasi pada tabrakan motor dimana terjadi pergerakan yang terfiksir dan bagian yang bergerak, seperti suatu ruptur lien ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak ) dengan ligamennya (organ yang terfiksir). Trauma tumpul pada pasien yang mengalami laparotomi. e. Trauma Thoraks Trauma thoraks terdiri atas trauma tajam dan trauma tumpul. Pada trauma tajam, terdapat luka pada jaringan kutis dan subkutis, mungkin lebih mencapai jaringan otot ataupun lebih dalam lagi hingga melukai pleura parietalis atau perikardium parietalis. Dapat juga menembus lebih dalam lagi, sehingga merusak jaringan paru, menembus dinding jantung atau pembuluh darah besar di mediastinum. Trauma tumpul toraks, bila kekuatan trauma tajam lainnya, karena faktor kerusakan jaringan yang lebih besar akibat rotasi berkecepatan tinggi tidak cukup



besar, hanya akan menimbulkan desakan terhadap kerangka dada, yang karena kelenturannya akan mengambil bentuk semula bila desakan hilang. Trauma tumpul demikian, secara tampak dari luar mungkin tidak memberi gambaran kelainan fisik, namun mampu menimbulkan kontusi terhadap otot kerangka dada, yang dapat menyebabkan perdarahan in situ dan pembentukan hematoma inter atau intra otot, yang kadang kala cukup luas, sehingga berakibat nyeri pada respirasi dan pasien tampak seperti mengalami dispnea. Trauma tumpul dengan kekuatan cukup besar, mampu menimbulkan patah tulang iga, mungkin hanya satu iga, dapat pula beberapa iga sekaligus, dapat hanya satu lokasi fraktur pada setiap iga, dapat pula terjadi patahan multiple, mungkin hanya melibatkan iga sisi unilateral, mungkin pula berakibat bilateral. Trauma tumpul jarang menimbulkan kerusakan jaringan jantung, kecuali bila terjadi trauma dengan kekuatan cukup besar dari arah depan, misalnya : akibat dorongan kemudi atau setir mobil yang mendesak dada akibat penghentian mendadak mobil berkecepatan sangat tinggi yang menabrak kendaraan atau bangunan didepannya. Desakan setir mobil tersebut mampu menimbulkan tamponade jantung, akibat perdarahan rongga pericardium ataupun hematoma dinding jantung yang akan meredam gerakan sistolik dan diastolik. Meskipun secara morfologis hanya di dapat fraktur sederhana dan tertutup dari iga dalam kedudukan baik, namun mampu menimbulkan hematotoraks atau pneumotoraks,



bahkan



tidak



tertutup



kemungkinan



terjadi



“Tension



Pneumotorax”, karena terjadi keadaan dimana alveoli terbuka, pleura viseralis dengan luka yang berfungsi “Pentil” dan luka pleura parietalis yang menutup akibat desakan udara yang makin meningkat di rongga pleura. Tension pneumotoraks selanjutnya akan mendesak paru unilateral, sehingga terjadi penurunan ventilasi antara 15 – 20 %. Bila desakan berlanjut, terjadi penggeseran mediastinum kearah kontralateral dan selanjutnya bahkan akan mendesak paru kontralateral yang berakibat sangat menurunnya kapasitas ventilasi. Hemotoraks maupun hemopneumotoraks adalah merupakan keadaan yang paling sering dijumpai pada penderita trauma toraks, pada lebih dari 80% penderita dengan trauma toraks didapati adanya darah pada rongga pleura. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat



menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi.



Trauma yang sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas adalah a. Trauma kepala b. Fraktur -



Terbuka : bisa dilihat dengan adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam dan biasanya diikuti dengan perdarahan



-



Tertutup : bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakkan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan atau belakang. Disertai dengan nyeri gerak, nyeri tekan dan adanya pemendekan tulang



Fraktur biasnya terjadi pada ekstremitas baik atas maupun ektremitas bawah c. Trauma dada Paling sering adalah fraktur iga, kontusio paru, hemothoraks Trauma yang terjadi dalam kasus ini adalah trauma tumpul. Mekanisme trauma bertujuan mencari cedera lain yang saat ini belum tampak dengan mencari tahu: a.



Dimana posisi penderita saat kecelakaan: pengemudi



b.



Posisi setelah kecelakaan: terlempar keluar, tergeletak di jalan



c.



Kerusakan bag luar kendaraan: bag depan hancur, kaca depan pecah,



d.



Kerusakan bag dalam mobil: tidak di jelaskan



e.



Sabuk pengaman, jarak jatuh, ledakan dll: tidak di jelaskan



Dari skenario diketahui. Mobil kijang pick-up melaju kencangnabrak tiang listrik sampai bengkokbagian depan mobil hancur dan kaca depan pecah sopir terlempar keluar multipel trauma(kemungkinan cedera seluruh tubuh) Pada kasus:  Luka lecet pada kepala  trauma ringan pada kepala  Fraktur iga



 Memar pada dada kanan  kontusio paru  Fraktur femur tertutup



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pengkajian Primer adalah Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah actual/potensial dari kondisi life threatening, Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah airway, breathing, dan circulation yang ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian objektif dan subjektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki. Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah terutama musibah yang melibatkan massa. End of life care merupakan salah satu tindakan keperawatan yang difokuskan pada orang yang telah berada di akhir hidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik- baiknya selama sisa hidupnya dan meninggal dengan bermartabat. Mekanisme cedera/Trauma mengacu pada bagaimana proses orang mengalami cedera. Cedera mungkin disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, tembakan dan sebagainya. 3.2 Saran Sebagai seorang calon perawat yang nantinya akan bekerja di suatu institusi Rumah Sakit tentunya kita dapat mengetahui mengenai perspektif keperawatan kritis dan kegawatdaruratan, dan ruang lingkup kritis dan kegawatdaruratan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, karena manusia tidak ada yang



sempurna, agar penulis dapat belajar lagi dalam penulisan makalah yang lebih baik. Atas kritik dan saran dari pembaca, penulis ucakan terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA Hudak, Gallo.2016. Keperawatan Kritis.(4th ed).Jakarta: EGC. Rubenfeld, Barbara K. 2016. Berfikir Kritis dalam Keperawatan.(2th ed). Jakarta: EGC