Makalah Khauf Dan Raja' [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Pengertian Khauf Dan Raja’ 1. Pengertian Al-Khauf Secara bahasa khauf artinya perasaan takut yang muncul terhadap sesuatu yang mencelakakan, berbahaya atau mengganggu. (Syaikh, 2005: 56) Secara istilah khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya, takut atau khawatir kalaukalau Allah tidak senang padanya. Khauf timbul karena pengenalan dan cinta kepada Allah yang mendalam sehingga ia merasa khawatir kalau Allah melupakannya atau takut kepada siksa Allah. (Totok, 2005: 183) Adapun para ulama tasawuf mengemukakan makna khauf adalah sebagai berikut : a. Hasan al Bashri Khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah SWT karena kurang sempurnanya pengabdiannya. Takut dan khawatir kalau-kalau Allah tidak senang kepadanya. b. Bishr al-Hafi Ketakutan kepada Allah adalah sebenar-benar harta yang hanya dimiliki oleh hati para hamba yang benar-benar bertakwa. Perasaan takut bukanlah dengan bercucuran air mata lantas dilap dengan kedua dua tangan seseorang. Ketakutan yang sebenar adalah kamu mampu meninggalkan segala dosa yang akan mengundang azab-Nya. c. Imam Qusyairy Takut kepada Allah berarti takut terhadap hukumNya. Menurutnya khauf adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan yang dicintai sirna. Dan realita demikian hanya terjadi di masa depan. d. Sayyid Ahmad bin Zain al-Habsyi Khauf adalah Suatu keadaan yang menggambarkan resahnya hati karena menunggu sesuatu yang tidak disukai yang diyakini akan terjadi dikemudian hari. e. Ibnu Khabiq Makna khauf menurutku adalah berdasarkan waktunya, yaitu takut yang tetap ada pada Allah saat ia dalam keadaan aman.



f. Al-Falluji Khauf adalah suatu bentuk kegelisahan ketika seseorang memperkirakan sesuatu yang ia benci akan menimpanya. g. Al Ghazali Khauf adalah rasa sakit dalam hati karena khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak disenagi dimasa sekarang. Menurut Al Ghazali Khauf terdiri dari tiga tingkatan atau tiga derajat, diantaranya adalah: a. Tingkatan Qashir (pendek), Yaitu khauf seperti kelembutan perasaan yang



dimiliki wanita, perasaan ini seringkali dirasakan tatkala



mendengarkan ayat-ayat Allah dibaca. b. Tingkatan Mufrith (yang berlebihan), yaitu khauf yang sangat kuat dan melewati batas kewajaran dan menyebabkan kelemahan dan putus asa, khauf tingkat ini menyebabkan hilangya kendali akal dan bahkan kematian, khauf ini dicela karena karena membuat manusia tidak bisa beramal. (Ismail dan Ihya, 2007: 32) c. Tingkatan Mu’tadil (sedang), yaitu tingkatan yang sangat terpuji, ia berada diantara khauf qashir dan mufrith. (Rosibon, 2004: 75) Dalam kitabnya Ihya Ulumuddin Al Ghazali juga membagi khauf kedalam tiga tingkatan yaitu : a. Khauf al awam (takutnya orang awam), yaitu takut akan hukuman dan keterlambatan pahala. b. Khauf al khashshah (takutnya orang khusus), yaitu takut akan keterlambatan teguran. c. Khauf al khashshah al khashshah (takutnya orang yang paling khusus), yaitu takut akan ketertutupan dengan nampaknya keburukan budi pekerti. 2. Pengertian Al-Raja’ Secara bahasa raja’ artinya mengharapkan. Apabila dikatakan rajaahu maka artinya ammalahu “dia mengharapkannya”. Syaikh Utsaimin berkata: “Raja’ adalah keinginan seorang insan untuk mendapatkan sesuatu baik dalam jangka dekat maupun jangka panjang yang diposisikan



seperti sesuatu yang bisa digapai dalam jangka pendek. (Syaikh, 2005: 5758) Secara istilah yang dimaksud dengan raja’ adalah menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah ‘azza wa jalla berupa keutamaan, ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Dan raja’ haruslah diiringi dengan usaha menempuh sebab-sebab untuk mencapai tujuan. (Syaikh, 2012: 136) Adapun para ulama tasawuf mengemukakan makna raja’ adalah sebagai berikut: a. Hasan Al Bashri Raja’ adalah sikap mental optimisme dalam memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang di sediakan bagi hamba-hambanya yang shaleh. b. Imam Qusyairy Raja’ adalah keterpautan hati kepada sesuatu yang diingikannya tejadi di masa yang akan datang. c. Abu Abdullah bin khafif Raja’ adalah senangnya hati karena melihat kemurahan yang tercinta yang kepada Nya harapan dipautkan dan menganggap adanya fadal sebagai tanda harapan yang pasti. d. Ibn al-Qayyim Raja’ adalah cinta kepada apa yang diharapkannya, takut harapannya



hilang dan



berusaha



untuk



mencapai



apa



yang



diharapkannya. e. Ahmad bin Ashim al-Anthaky Sikap seorang hamba yang manakala ia menerima nikmat anugerah (ihsan), ia terilhami untuk bersyukur, penuh harap akan penuhnya rahmat Allah swt di dunia dan penuhnya pengampunanNya di akhirat. f. Al Ghazali Raja’ adalah perasaaan hati yang senang menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi serta rasa lapang hati dalam menantikan hal yang diharapkan di masa yang akan datang yang mungkin terjadi.



Dalam kitabnya Ihya Ulumuddin Al Ghazali juga membagi raja’ kedalam tiga tingkatan yaitu : a. Raja’ al awam (harapan orang awam), yaitu harapan memdapatkan sebaik-baiknya tempat kembali dan sebanyak-banyaknya pahala. b. Raja’ al khashshah (harapan orang khusus), yaitu harapan memperoleh ridha dan selalu dekat dengan Allah SWT. c. Raja’ al khashshah al khashshah (harapan orang yang paling khusus), yaitu harapan kemungkinan untuk syuhud (menyaksikan) dan meningkatkan pengetahuan mengenai rahasia-rahasia Allah. (Ismail, 2007: 77) B. Dalil Khauf Dan Raja’ 1. Dalil Khauf QS. Ali-Imran : 175 C. Perilaku Khauf dan Raja’ Dalam Kehidupan Sehari-hari Beberapa contoh perilaku khauf : a. Rasa takut kepada Allah SWT. Sikap perilaku khauf kepada Allah dapat membimbing manusia senantiasa taat dan patuh atas segala perintah-Nya, serta menghindari apa yang dilarang-Nya. Sebab takut kepada Allah dapat pula diartikan takut akan azab dan siksa-Nya, takut ibadahnya tidak diterima oleh Allah, sehingga berhati-hati melakukannya dengan khusyuk. Selain itu, sikap perilaku takut kepada Allah juga dapat diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan atas ajaran agama yang telah. disampaikan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an al karim, dan Rasul-Nya dalam Al-Hadits. Merenungi keagungan dan keMahakuasaan Allah, yang dapat menyadar manusia akan kebesaran rahmat Tuhannya, dan sekaligus kedahsyatan dan kepedihan azab-Nya, juga termasuk sikap perilaku takut atau khauf terhadap Allah SWT. Kesadaran dan pengakuan bahwa hanya Allah



semata



yang



Mahakuasa,



Pengasih



dan



Penyayang,



lagi



Mahaperkasa, akan dapat menumbuhkan rasa takut yang mendalam terhadap Allah SWT. Takut jika tidak diberi rahmat dan karunia-Nya, dan takut pula akan azab-Nya yang sangat pedih. Semakin tebal rasa takut



yang demikian itu kepada Allah SWT., akan semakin memperkuat keimanan kepada-Nya. b. Rasa takut disaat hendak melakukan maksiat. c. Rasa takut ketika lupa berbuat amal shaleh. Beberapa perilaku Raja’ : a. Senantiasa mengharapkan pengampunan hanya dari Allah SWT. b. Senantiasa mengharapkan pahala dan kemuliaan dari Allah SWT bukan dari manusia. c. Mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhiran hanya dari Allah SWT. d. Senantiasa mengharap rahmat ridha-Nya Allah SWT. D. Nilai-Nilai Positif Dari Khauf Dan Raja’ Dalam Kehidupan Sehari-Hari Nilai Positif Khauf : a. Dapat meningkatkan kualitas perbuatan baiknya karena mengharapkan ridho Allah SWT. b. Tidak menganggap ringan terhadap semua perbuatan dosa karena akan di pertanggungjawabkan kepada Allah SWT. c. Tidak membangga-banggakan kebaikan yang dilakukan dimasa lalu karena belum tentu kebaikannya tersebut diterima disisi Allah SWT. d. Bersikap hati-hati dalam berusaha sehingga rizki yang diperoleh halal dan diridhoi Allah SWT. Nilai Positif Raja’ : a. Bisa membakar nafsu syahwat sehingga maksiat yang digemari menjadi di takuti. b. Melahirkan keberanian dalam mengungkapkan kebenaran. E. Integrasi Khauf Dan Raja’ Dengan Sosial Kemasyarakatan Pada saat kita ada di lingkungan masyarakat yang memiliki perbedaan kultur bisa dipastikan bahwa masyarakat akan mulai melakukan suatu penyesuaian untuk mengakrapkan satu sama lainnya sesuai dengan lingkungan sekitar. Maka dari itu semua pihak yang berada di dalam masyarakat harus menjalankan integrasi sosial yang sering terjadi. Dalam sebuah permasalahan yang sering di alami seseorang dalam memahami suatu permasalahan yang ingin di



capai



seperti



melakukan



sebuah



kegiatan



dalam



suatu



organisasi



kemasyarakatan dimana kurangnya sikap kesadaran diri masyarakat menjadi lebih individualis dan menunjukan sikap acuh dengan kondisi dan situasi yang sedang terjadi disekitarnya.