10 0 180 KB
KONSEP MAKALAH Untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas II Program Studi Sarjana Keperawatan Dosen Pembimbing: Ariani Fatmawati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat
Oleh KELOMPOK 7 Dini Kurnia Dewi
302018033
Dewi Suryatiningsih Ica Epa Diana
302018054 302018047
Silfia
3020180
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG 2020
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allahSWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyusun. Dimana makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tuggas akhir. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan penulis sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya. Dalam kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusuna
laporan ini,
diantaranya: Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna . Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Akhirmya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Aamiin yarobbal’alamin.
Bandung, 26 Februari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah acuan untuk pembahasan materi , adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud dengan kista ovarium? 2. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem reproduksi wanita? 3. Apa saja penyebab pada kista ovarium? 4. Apa saja tanda dan gejala pada kista ovarium? 5. Apa saja klasifikasi pada kista ovarium? 6. Bagaimana proses terjadinya kista ovarium? 7. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada kista ovarium? 8. Bagaimana penatalaksanaan pada kista ovarium 9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kista ovarium? C. Tujuan Pembuatan Makalah Tujuan pembuatan makalah adalah untuk memahami pembahasan materi. Adapun tujuan pembuatan makalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui pengertian kista ovarium 2. untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada sistem reproduksi wanita 3. untuk mengetahui penyebab pada kista ovarium 4. untuk mengetahui tanda dan gejala pada kista ovarium 5. untuk mengetahui klasifikasi pada kista ovarium 6. untuk mengetahui proses terjadinya kista ovarium 7. untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada kista ovarium 8. untuk mengetahui penatalaksanaan kista oivarium 9. untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kista ovarium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PENYAKIT KISTA OVARIUM 1.
Definisi Biasanya kista ovarium merupakan kantung nonneoplastik pada ovarium yang berisi cairan atau bahan semisolid. Meskipun umumnya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala , kista ini mungkin memerlukan pemeriksaan yang lebih teliti karena bisa menjadi lokasi perubahan yang maligna. (kowalak, 2017) Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah cair. (Nugroho, 2014). Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja. (Setyorini, 2014)
2.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Struktur reproduksi wanita meliputi kelenjar susu (mammary gland), genetalia eksterna dan genetalia interna. Pengaruh hormonal menentukan perkembangan serta fungsi struktur ini dan mempengaruhi fertilitas, kehamilan serta kemampuan untuk mengalami kenikmatan seksual. Disamping genetalia eksterna, pada pelvis wanita terdapat puka organ-organ dari urinarius dan GI (kandung kemih, uretra, ureter, kolon sigmoid serta rectum). Dengan demikian traktus reproduksi dan daerah sekitarnya merupakan tempat untuk urinasi, defekasi, menstruasi, ovulasi, kopulasi, impregnasi (kehamilan), dan parturisi. a. Kelenjar susu Kelenjar susu yang terletak di dalam payudara wanita, merupakan kelenjar asesorius khusus yang menyekresi air susu (ASI). b. Sturktur eksterna
Genetalia wanita meliputi struktur eksterna yang secara kolektif dikenal sebagai vulva. 1) Mons pubis Monns pubis merupakan banalan lemak yang terletak pada simfisis pubis (tulang pubis) yang biasanya ditutupi oleh baguan alas dari dari bentuk segitiga terbalik rambut pubis yang tumbuh di daerah vulva setelah usia pubertas. 2) Labia mayora Labia mayora merupakan dua buah lipatan tebal jaringan lemak yang berjalan longitudinal yang membentang dari mons pubis ke permukaan posterior perineum. 3) Klitoris Merupakan organ kecil yang menonjol dan terletak tepat dibawah busur mons pubis. 4) Vestibulum Vestibulum merupakan ruang berbentuk oval yag dibatasi oleh klitoris, labia mayora dan fourchette. Meatus uretra teletak pada bagian anterior vestibulum sementara meatus vagina terletak di bagian posterior. c. Struktur interna Struktur interna genetalia wanita meliputi vagina, serviks, uterus, tuba falopi, dan ovarium. 1) Vagina Vagina menempati ruang di antara kandung kemih dan rectum. Vagina berfungsi sebagai tempat pelintasan sperma ke dalam tuba falopii, tempat pengaliran darah haid keluar dari tubuh, dan juga merupakan jalan lahir pada saat partus. 2) Serviks Serviks yang merupakan leher Rahim yang sempit, adalah bagian posterior vagina yang menjulur ke dalam saluran vagina.
Serviksmenjadi lintasan yang menghubungkan vagina dengan kavum uteri. 3) Uterus Uterus (Rahim) merupakan organ berongga dan berbentuk seperti buah per yang menjadi tepmpat tumbuh hasil pembuahan selama kehamilan. 4) Tuba falopii Dua buah tuba membentang dari samping fundus uteri dan berakhir di dekat ovarium. 5) Ovarium Ovarium merupakan dua buah organ yang membentuk buah almond yang berada pada kedua sisi rongga panggul dan berada dibelakang serta dibawah tuba falopii. Ovarium memproduksi ovum atau sel telur dan dua buah hormone utama yaitu esterogen dan progesterone di samping sejumlah kecil androgen. Hormone ini selanjurnya memproduksi dan mempertahankan ciri-ciri seks sekunder, mempersiapkan uterus untuk menghadapi kehamilan dan menstimulasi perkembangan kelenjar mamae. (Kowalak, 2017) 3. Etiologi Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin terjadi, yaitu: a. Faktor internal 1) Faktor genetic Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi. 2) Gangguan hormone Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista. 3) Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian alat reproduksi lainnya. b. Faktor eksternal 1) Kurang olahraga Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik. 2) Merokok dan konsumsi alcohol Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan mengkonsumsi alcohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain. 3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas,konstipasi, dan lain-lain. 4) Sosial Ekonomi Rendah Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit kista.Namun, baik social ekonomi rendah atau
tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat. 5) Sering stress Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain. 4.
Manifestasi Klinik (Tanda dan Gejala) Tanda dan gejala kista ovarium yang mungkin,meliputi : 1. Keadaan tanpa gejala (kista ovarium berukuran kecil seperti kista folikularis) 2. Gangguan rasa nyaman yang ringan pada panggul, nyeri punggung bawah,
dyspareunia,
atauperdarah
uterus
yang
abnormal dan terjadi sekunder karena gangguan dari pola ovulasi (kista yang besar atau multiple) 3. Nyeri abdnomen akut yang serupa dengan nyeri apendisitis (kista ovarium dengan torsi) 4. Gangguan rasa nyaman yang unilateral dalam panggul (akibat kista granulosa-lutein pada wanita tidak hamil). 5.
Klasifikasi Klasifikasi Kista Ovarium Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista dari ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-neoplastik dan neoplastik. Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista dapat didapati sebagai : a. Kista Ovarium Non-neoplastik 1) Kista Folikel Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat
berkembang secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista sekitar 2 cm. Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam waktu 60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista 4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista 4 cm atau kista menetap dapat diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4-8 minggu yang akan menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim, 2008). 2) Kista lutein Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar kehamilan.Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma yang berdinding tipis dan berwarna kekuning - kuningan. Biasanya gejala-gejala yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik (Yatim, 2008). 3) Kista stain levental ovary Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam bermacammacam stadium, tetapi tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut stain – leventhal syndrome dan
kelainan
ini
merupakan
autosomaldominant (Yatim, 2008). 4) Kista Korpus Luteum
penyakit
herediter
yang
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi. Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm. Kista tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan dan bisa pecah yang sering kali
perlu
tindakan
operasi
(kistektomi
ovarii)
untuk
mengatasinya. Keluhan yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga panggul terjadi selama 14-60 hari setelah periode menstruasi terakhir (Yatim, 2008) b. Kista Ovarium Neoplastik 1) Kistoma Ovarium Simpleks Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang di keluarkan harus segera di periksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak (Setiati, 2009). 2) Kista Dermoid Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu (Setiati, 2009). 3) Kista Endometriois Merupakan
kista
yang
terjadi
karena
ada
bagian
endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan
sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas. (Setyorini, 2014). 4) Kista denoma Ovarium Musinosum Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista tersebut
bisa
berasal
dari
suatu
teroma
dimana
dalam
pertumbuhannya satu elemen menghalangkan elemen–elemen lain. Selain itu, kista tersebut juga berasal dari lapisan germinativum. Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi) (Rasjidi, 2010). 5) Kista denoma Ovarium Serosum Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu di periksa sediaan yang di bekukan pada saat operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi (Rasjidi, 2010). 6. Patofisiologi Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
7.
Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarium antara lain : 1. Laparaskopi : Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau ganas. 2. Ultrasonografi (USG) :Menentukanletak, batas, dan permukaan tumor melalui abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau kandung kemih, dan apakah tumor kistik atau solid. 3. Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada terdapat cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor. 4. Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah suatu protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai respon terhadap keganasan.
8.
Penatalaksanaan Medis Menurut Yatim, 2008. a. Apabila kistanya kecil misalnya sebesar permen dan pada pemriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan biasanya dilakukan laparaskopi b. Apabila kistanya sedikit lebih besar biasanya dilakukan laparatomi c. Untuk polikistik ovarium biasanya dengan pengobatan oral yaitu pil KB gabungan estrogen-progesteron untuk mengurangi ukuran besar kista. Menurut Winkjosastro,2008.
a. Kista yang besarnya melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm disebut kista folikel atau korpus luteum. Penanganannya adalah dengan pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium b. Jika kista berukuran besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi). c. Jika terdapat keganasan dilakukan histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM 1. PENGKAJIAN a.
Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab
b.
Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
c.
Riwayat Kesehatan 1) Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah. 2) Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan. 3) Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan. 4) Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium. 5) Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan persalinan/tidak,
hal
ini
tidak
mempengaruhi
untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium. 6) Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.
d. Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis. 1) Kepala (a) Hygiene rambut (b) Keadaan rambut 2) Mata (a) Sklera: ikterik/tidak (b) Konjungtiva: anemis/tidak (c) Mata: simetris/tidak 3) Leher (a) Pembengkakan kelenjer tyroid (b) Tekanan vena jugolaris. 4) Dada (a) Jenis pernapasan (b) Bunyi napas 5) Abdomen (a) Nyeri tekan pada abdomen. (b) Teraba massa pada abdomen. 6) Ekstremitas (a) Nyeri panggul saat beraktivitas. (b) Tidak ada kelemahan. 7) Eliminasi, urinasi (a) Adanya konstipasi (b) Susah BAK e.
Data Sosial Ekonomi Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
f.
Data Spritual Klien
menjalankan
kepercayaannya.
kegiatan
keagamaannya
sesuai
dengan
g. Data Psikologi Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya keturunan. h.
Pola kebiasaan Sehari-hari Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
Pemeriksaan Penunjang 1) Data laboratorium, Pemeriksaan Hb 2) Ultrasonografi, Untuk mengetahui letak batas kista. 2. Diagnosa Keperawatan a. Preoperasi 1) Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi 2) Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan 3) Perdarahan b. Post operasi 1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik 2) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan 3) Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
3. Intervensi Keperawatan Preoperasi NO 1.
DIANGOSA
TUJUAN (NOC)
KEPERAWATAN Nyeri akut b.d agen
Setelah
injuri biologi
keperawatan
asuhan
dilakukan selama
INTERVENSI (NIC)
3x24
Pain Management
jam Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan nyeri pasien berkurang
secara
NOC :
termasuk
lokasi,
Pain Level,
karakteristik,
durasi,
Pain control,
frekuensi, kualitas dan faktor
Comfort level
presipitasi Observasi reaksi nonverbal
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri,
menggunakan nonfarmakologi mengurangi
komprehensif
mampu Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui tehnik untuk
nyeri,
bantuan)
dari ketidaknyamanan
pengalaman nyeri pasien
kultur yang mencari Kaji mempengaruhi respon nyeri
nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau berkurang dengan menggunakan Evaluasi bersama pasien dan manajemen nyeri
Melaporkan
Mampu mengenali nyeri (skala,
tim kesehatan lain tentang
intensitas, frekuensi dan tanda
ketidakefektifan
nyeri)
nyeri masa lampau
bahwa
Menyatakan rasa nyaman setelah
Tanda normal
vital
Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri berkurang dalam
rentang
kontrol
mencari
dan
menemukan dukungan Kontrol
lingkungan
yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu
ruangan,
pencahayaan dan kebisingan Kurangi
faktor
presipitasi
nyeri Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan
inter
personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika 2.
dilakukan
ada
keluhan
dan
tindakan nyeri tidak berhasil asuhan NIC :
Kecemasan bd
Setelah
diagnosis dan
keperawatan selama 3x 24 jam Anxiety Reduction (penurunan
pembedahan
diharapakan cemasi terkontrol
kecemasan)
NOC :
Gunakan pendekatan yang
Anxiety control
Coping
menenangkan Nyatakan
Kriteria Hasil :
harapan
pasien
Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala
dengan terhadap
jelas pelaku
Jelaskan semua prosedur dan
cemas
apa yang dirasakan selama
Mengidentifikasi,
prosedur
mengungkapkan menunjukkan
dan tehnik
untuk
mengontol cemas
Temani
pasien
memberikan keamanan dan mengurangi takut
Tanda-tanda vital dalam batas
Berikan informasi faktual
normal
mengenai
Postur tubuh, ekspresi wajah,
tindakan prognosis
bahasa
tubuh
aktivitas
untuk
dan
tingkat
menunjukkan
Dorong
diagnosis, keluarga
untuk
menemani anak Dengarkan dengan penuh
berkurangnya kecemasan
perhatian Identifikasi
tingkat
kecemasan Bantu
pasien
mengenal
situasi yang menimbulkan kecemasan Dorong
pasien
mengungkapkan
untuk perasaan,
ketakutan, persepsi Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi Berikan 3.
Perdarahan
Setelah keperawatan
dilakukan selama
asuhan 3x24
jam
diharapakan pasien menunjukkan perdarahan dapat teratasi
obat
untuk
mengurangi kecemasan Monitor tanda-tanda perdarahan gastrointestinal Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu tempat Monitor vital sign Catat perubahan mental
Hindari aspirin Awasi
HB
dan
factor
pembekuan Berikan vitamin tambahan dan pelunan feses
3. Perencanaan Pre Operasi
Post Operasi NO
DIANGOSA KEPERAWATAN
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
1.
Nyeri akut b.d agen
Setelah dilakukan asuhan Pain Management
injuri fisik
keperawatan selama 3x24 Lakukan pengkajian nyeri jam
diharapkan
nyeri
secara
komprehensif
pasien berkurang
termasuk
lokasi,
NOC :
karakteristik,
durasi,
Pain Level,
frekuensi, kualitas dan faktor
Pain control,
presipitasi
Comfort level
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kriteria Hasil :
mengontrol Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien nyeri, mampu Mampu
kultur yang tehnik Kaji mempengaruhi respon nyeri nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, Evaluasi pengalaman nyeri menggunakan
masa lampau
mencari bantuan)
Melaporkan nyeri
bahwa Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang berkurang
dengan menggunakan
ketidakefektifan
manajemen nyeri
nyeri masa lampau
Mampu
mengenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi
dan
tanda
Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda
Bantu pasien dan keluarga untuk
vital
rentang normal
dalam
mencari
dan
menemukan dukungan Kontrol
nyeri)
kontrol
lingkungan
yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu
ruangan,
pencahayaan dan kebisingan Kurangi
faktor
presipitasi
nyeri Pilih
dan
penanganan
lakukan nyeri
(farmakologi, farmakologi
non dan
inter
personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika
ada
keluhan
dan
tindakan nyeri tidak berhasil
2.
Resiko infeksi b.d
Setelah dilakukan asuhan Infection
penurunan
keperawatan selama 3x 24 infeksi)
pertahanan primer
jam diharapakan infeksi Bersihkan lingkungan setelah terkontrol
Control
(Kontrol
dipakai pasien lain
NOC :
Pertahankan teknik isolasi
Immune Status
Batasi pengunjung bila perlu
Knowledge : Infection Instruksikan
pada
control
pengunjung untuk mencuci
Risk control
tangan saat berkunjung dan
Kriteria Hasil :
setelah
meninggalkan pasien
Klien bebas dari tanda
Gunakan sabun antimikrobia
dan gejala infeksi
berkunjung
untuk cuci tangam
Mendeskripsikan
penularan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan penyakit, factor yang keperawtan mempengaruhi proses
serta Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindungan penatalaksanaannya, penularan
Pertahankan
Menunjukkan kemampuan mencegah
untuk timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
lingkungan
aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
dengan
petunjuk
umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung terhadap penyakit menular Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi Berikan perawatan kulit pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Inspeksi kondisi luka / insisi bedah Dorong
masukkan
nutrisi
yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan minum
pasien
antibiotik
untuk sesuai
resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan
cara
menghindari
infeksi Laporkan kecurigaan infeksi 3.
Defisit perawatan
Laporkan kultur positif Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen
diri b.d imobilitas
keperawatan selama 3x24
(nyeri pembedahan)
jam diharapakan pasien
pasien
menunjukkan
perawatan diri
Kaji
kebersihan
keterbatasan dalam
Berikan kenyamanan
diri NOC :
pada pasien dengan
Kowlwdge : disease
membersihkan tubuh
process
pasien
Kowledge : health
(oral,tubuh,genital)
Behavior
Ajarkan
kepada
Kriteria Hasil :
pentingnya
Pasien bebas dari bau
kebersihan diri
Pasien tampak
Ajarkan
menjaga kepada
keluarga
dalam
menjaga
menunjukkan
pasien
kebersihan
kebersihan pasien
Pasien nyaman
pasien
DAFTAR PUSTAKA Manuaba, Ida dkk.. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Setyorini, Aniek. 2014. Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana. Bogor: IN MEDIA Rasjidi, Imam dkk.. 2010. Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta : CV Sagung Seto Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan, Myoma Uteri, Kanker Rahim dan Indung Telur, Kista, serta Gangguan Lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Setiati, Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta : C.V Andi Offset. Nugroho, Taufan. 2014.Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.Yogyakarta: Nuha Medika. Kurniawati, Desy dan Hanifah Mirzanie. 2009. Obgynacea. Yogyakarta: Tosca Enterprise. Hanifa Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC : Jakarta