Makalah KLMPK 4 Keterampilan Membaca [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “KETERAMPILAN MEMBACA”



Disusun Oleh : KELOMPOK 4 1. 2. 3. 4. 5.



Boby Saraski Inekke Oktavianti Yeni Malinda Anisa Ilhami Putri Ajeng Indri Mustika Bahuga



(5019051) (5019194) (5019157) (5019019) (5019044)



Dosen Pengampu : Inda Puspita Sari, M.Pd. Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa Indonesia SD



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN AKADEMIK 2021



KATA PENGANTAR Alhamdulilah. Puji syukur milik Allah SWT. Hanya karena izin-Nya. Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami panjatkan salawat serta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD yang berjudul “Keterampilan Membaca”. Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih banyak kepada. 1. Ibu Inda Puspita Sari, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. 2. Orang tua kami yang banyak memberikan semangat dan bantuan, baik secara moral maupun spiritual. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Amin. Lubuklinggau, 05 Oktober 2021



Tim Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................1 A. Latar Belakang..................................................................................................1 B. Rumusan Masalah.............................................................................................1 C. Tujuan...............................................................................................................2 BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................3 A. Pengertian Membaca Permulaan......................................................................3 B. Tujuan Membaca Permulaan............................................................................4 C. Fungsi Membaca Permulaan.............................................................................5 D. Jenis-Jenis Membaca Permulaan......................................................................6 E. Pengertian Membaca Lanjut.............................................................................9 F. Tujuan Membaca Lanjut...................................................................................10 G. Fungsi dan Manfaat Membaca Lanjut..............................................................11 H. Jenis Membaca Lanjut......................................................................................12 I. Mengimplementasikan Jenis Membaca lanjut..................................................15 BAB III : PENUTUP...........................................................................................19 A. Kesimpulan.......................................................................................................19 B. Saran.................................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kegiatan belajar kita akan mempelajari jenis membaca permulaan yang biasa digunakan pada awal-awal memasuki persekolahan di kelas 1 sekolah dasar. Mengapa hal ini perlu kita pahami? Sebagai guru atau calon guru, kita akan berhadapan dengan anak didik yang jenjang kelasnya merentang dari kelas rendah hingga kelas tinggi. Kompetensi dasar membaca diberikan pada semua tingkatan kelas. Oleh karena itu, sebagai guru atau calon guru kita wajib memahami hakikat dan konsep membaca secara benar, terutama yang berkaitan



dengan



penggradasiannya di sekolah dasar. Apa itu membaca permulaan? Secara sederhana, membaca permulaan, dapat diartikan sebagai kegiatan pengenalan lambang bunyi bahasa serta pelafalannya menjadi bunyi-bunyi yang bermakna. Pada kegiatan membaca permulaan, penekanan membaca lebih diarahkan pada pengenalan lambang bunyi dan pembunyiannya, belum pada pemahaman yang terkandung di balik lambanglambng dimaksud. Jenis membaca ini terutama diberikan di kelas rendah (kelas 12 SD). Sasarannya adalah melek huruf. Kegiatan membaca dilakukan dengan cara melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan kalimat yang tertulis dalam teks bacaan. Aktivitas membaca dilakukan dengan cara menyaring/menyuarakan bacaan. Dengan begitu, pengenalan terhadap lambang-lambang bunyi yang tertuang dalam teks bacaan dapat terkontrol Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Pembelajaran dikelas I dan kelas II merupakan pembealajaran tahap awal, kemamapuan membaca siswa diperoleh dikelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca dikelas berikutnya. Oleh sebab itu, pembelajaran membaca disekolah mempunyai peranan yang penting. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu keterampilan membaca permulaan? 2. Apa saja tujuan dari membaca permulaan? 1



3. Apa saja fungsi membaca permulaan? 4. Apa saja jenis-jenis membaca permulaan? 5. Apa itu keteranpilan membaca lanjut? 6. Apa saja tujuan dari membaca lanjut? 7. Bagaimana fungsi dan manfaat membaca lanjut? 8. Apa saja jenis-jenis membaca lanjut? 9. Bagaimana mengimplementasikan membaca lanjut? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu membaca permulaan. 2. Untuk mengetahui tujuan dari membaca permulaan. 3. Untuk mengetahui fungsi dari membaca permulaan. 4. Untuk mengetahui jenis-jenis yang ada pada membaca permulaan. 5. Untuk mengetahui dan memahami apa itu membaca lanjut. 6. Untuk mengetahui tujuan dari membaca lanjut. 7. Untuk mengetahu fungsi dan manfaat membaca lanjut. 8. Untuk mengetahui jenis-jenis membaca lanjut. 9. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana mengimplementasikan membaca lanjut.



2



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN MEMBACA PERMULAAN Membaca permulaan sering diversuskan dengan membaca lanjut. Sasarannya adalah pembaca-pembaca pemula yang belum mengenal lambanglambang bunyi bahasa. Di lingkungan sekolah, yang dimaksud dengan pembaca pemula adalah siswa kelas 1 dan 2 sekolah dasar. Sementara, di lingkungan masyarakat atau di lingkungan pendidikan nonformal, yang dimaksud dengan pembaca pemula adalah mereka yang tergolong iliterat atau masyarakat yang masih buta aksara. Di lingkungan masyarakat, para pembaca pemula tidak dibatasi oleh usia. Siapa pun yang belum mengenal lambang bunyi bahasa, tidak bisa melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa disebut pembaca pemula. Golongan mereka itu sering disebut sebagai golongan buta aksara. Jenis membaca yang dipelajarinnya adalah membaca permulaan. Dengan demikian, membaca permulaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengenalan lambanglambang bunyi bahasa dan pengubahan lambang-lambang bunyi tersebut menjadi bunyi-bunyi bahasa bermakna. Dilihat dari tingkat keliterasiannya, masyarakat kita terbagi atas tiga kelompok, yakni kelompok iliterat (buta aksara), aliterat (malas membaca), dan literat (bisa dan biasa membaca). Kelompok iliterat dan aliterat sama buruknya bagi kualitas kehidupan. Oleh karena itu, kedua kondisi ini harus secara terusmenerus diberantas, diatasi, dan diupayakan untuk menjadi literat. Golongan masyarakat kita yang masih buta aksara hingga saat ini masih menjadi perhatian pemerintah. Pengajaran membaca permulaan, menurut Ngurah Oka (1983:71), lebih ditunjukan pada pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca. Dasar-dasar yang dimaksud, antara lain: (a) kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyibunyi bahasa yang diwakilinya, (b) membina gerak mata dari kiri ke kanan, (c) membaca kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana. R. Masri Sareb Putra (2008:4) menjelaskan membaca permulaan itu diperuntukkan bagi siswa kelas 1-3 SD. Penekanan pembelajarannya difokuskan terhadap pengondisian siswa untuk masuk dan mengenal bacaan. Pemahaman



3



mendalam akan materi bacaan belum menjadi perhatian. Konsekuensi dari fokus penekanan



pembelajaran



membaca



permulaan



tersebut,



maka



orientasi



pembelajaran lebih diarahkan pada pengenalan lambang bunyi, pelafalan lambang bunyi, kelancaran, dan ketepatan mengucapkan lambang-lambang bunyi. Oleh karnanya, pembelajaran membaca permulaan lebih menekankan kegiatan membaca nyaring dan membaca teknis. B. TUJUAN MEMBACA PERMULAAN Membaca permulaan diberikan kepada para pemula yang belum bisa membaca (awal memasuki dunia sekolah formal) atau kepada anggota masyarakat yang tergolong buta aksara melalui pendidikan nonformal. Di lingkungan pendidikan nonformal, pemerintah menyediakan program-program pembelajaran untuk memberantas buta aksara melalui program paket A. Salah satu sasaran yang ingin dicapai pemerintah pada era kepresidenan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) adalah menurunkan angka buta aksara dari sekitar 10% menjadi 5% pada 2015. Oleh karenanya, program penurunan buta aksara telah dilakukan melalui pendidikan formal dan nonformal. Secara umum, tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah “melek huruf”. Istilah ini sering diversuskan dengan “melek wacana”. Apa bedanya? Melek huruf, secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan mengenali lambang-lambang



bahasa



tulis



dan



kemampuan



membunyikannya



atau



melafalkannya dengan benar. Sebagai contoh, si pembaca dapat membedakan /badu/ dengan /dadu/, melalui pelafalan kedua kata itu; meskipun pada awal-awal masa pengenalan lambang itu boleh jadi si pembaca belum memahami artinya. Perbedaan fonem /b/ dan /d/ pada kedua kata itu akan menyebabkan perbedaan makna. Membaca permulaan sebaiknya berakhir di kelas 2 SD. Setelah itu, program pembelajaran membaca permulaan secara berangsur harus sudah diarahkan pada kegiatan membaca lanjut. Pada kegiatan membaca permulaan, jenis membaca yang dilatihkan kepada anak adalah membaca nyaring (bersuara) dan membaca teknis. Dengan jenis membaca ini, guru akan dapat mengontrol siswa yang belum bisa membaca, bisa membaca.



4



C. FUNGSI MEMBACA PERMULAAN Membaca permulaan berfungsi sebagai peletak dasar atau fondasi bagi keberhasilan seseorang dalam semua aspek kehidupannya kelak. Terdapat banyak ungkapan bijak yang mengimplisitkan betapa pentingnya peran dan fungsi membaca bagi kehidupan. Ungkapan-ungkapan bijak itu, antara lain: membaca merupakan jantungnya pendidikan, buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kunci pembukanya, buku merupakan jendela informasi dunia, dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan di atas menyiratkan makna betapa kemampuan membaca memegang peranan penting dalam kehidupan. Oleh karena membaca buku suatu keterampilan yang bersifat bawaan maka penguasaan atas keterampilan itu tidak datang secara serta-merta. Dalam prosesnya diperlukan waktu yang intensif untuk berlatih dan pembiasaan yang membudaya. Membaca harus dipandang sebagai kebutuhan rohani yang mendasar, sama seperti halnya kebutuhan tubuh kita akan makanan. Membaca permulaan dikatakan sebagai peletak dasar atau fondasi bagi semua aspek kehidupan, terlebih untuk kehidupan akademik, karena tidak ada satu pun dari aktivitas akademik yang tidak melibatkan kegiatan membaca. Untuk menguasai berbagai ilmu dalam displin ilmu lain diperlukan kemampuan membaca. Untuk sukses menjadi pebisnis diperlukan kemampuan membaca. Untuk menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana diperlukan wawasan pengetahuan yang luas bisa diperoleh melalui membaca. Masyarakat awam, miskin, dan terpinggirkan tidak mungkin dapat meningkatkan taraf kehidupannya tanpa kemampuan membaca. Melek huruf merupakan jembatan bagi melek wacana. Melek wacana merupakan jendela untuk melongok dunia. Upaya pemberantasan buta huruf pada sektor informal-nonformal memang bukanlah hal mudah. Minimal terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan program ini. Keempat faktor tersebut adalah : 1. Budaya masyarakat 2. Motivasi penduduk 3. Sarana ketenagaan 4. Peran dan partisipasi masyarakat.



5



Pada sektor informal/nonformal upaya pemberantasan buta huruf akan sangat bergantung pada budaya literasi masyarakatnya. Masyarakat yang memiliki budaya literasi rendah tentu saja akan lebih sulit untuk diajak melek huruf apalagi melek wacana. Oleh karena itu, pelaksanaan pemberantasan buta huruf harus dilakukan secara lintas sektoral, yakni dengan terlebih dahulu membangun budaya literasi di masyarakat. Melalui pengembangan nilai-nilai literasi ini, masyarakat akan terdorong untuk berpartisipasi dalam mewujudkan program melek huruf. D. JENIS-JENIS MEMBACA PERMULAAN Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian sub-sub keterampilan yang lebih kecil. Tarigan (1979:10), dengan mengutip pendapat Broughton, et al (1978) menjelaskan Sub-sub keterampilan membaca itu melibatkan tiga komponen berikut : 1. Pengenalan terhadap aksara dan tanda-tanda baca, 2. Korelasi antara aksara, tanda-tanda baca, dan unsur-unsur linguistik formal, 3. Hubungan lebih lanjut antara (1) dan (2) dengan makna (meaning). Sub keterampilan pertama berkaitan dengan kemampuan melek huruf. Sementara sub keterampilan kedua sudah mulai menghubungkannya dengan unsur-unsur linguistik formal, seperti kata, frase, kalimat, atau wa sederhana. Kedua sub keterampilan pertama inilah yang menjadi orientasi pembelajaran membaca permulaan. Sementara itu, sub keterampilan ketiga merupakan sasaran dari kegiatan membaca lanjut karena telah melibatkan intelektual pembacanya . Lebih lanjut dijelaskan oleh Tarigan, (1979.11) keterampilan membaca dibangun oleh dua aspek penting, yaitu : a) keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) dan b) keterampilan yang bersifat pemahaman(comphenxion skill). Keterampilan yang bersifat mekanis meliputi : 1) pengenalan bentuk huruf, 2) pengenalan unsur-unsur linguistik,fonem/grofem, kata, frase,klausa, kalimat, 3) pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi atau kemampuan menyuarakan lambang tulis, 4) kecepatan membaca bertaraf lambat. 6



Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) meliputi : 1) memahami pengertian sederhana (lesikal, gramatikal, retrikal), 2) memahami signifikani/makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansinya dengan kebudayaan, reaksi pembaca), 3) kemampuan mengevaluasi, baik terhadap isi maupun bentuk, dan 4) kecepatan membaca fkeksibel yang disesuaikan dengan keadaan. Dan kedua aspek yang dijelaskan di muka, membaca permulaan berada pada tataran aspek pertama, yakni aspek mekanis. Oleh karena itu, jenis membaca yang cocok ditanamkan pada pembaca permulaan adalah jenis membaca nyaring (membaca bersuara) dan membaca teknis. 1. Membaca Nyaring (Membaca Bersuara) Membaca nyaring pada kelas permulaan dimaksudkan untuk mengukur tingkat ketercapaian melek huruf si pembelajarnya, Pada tataran linguistik, lambang bunyi terkecil adalah fonem yang biasa dilambangkan pada berbagai bentuk huruf seperti yang terdapat dalam sistem alfabet kita, Lambang-lambang bunyi terkecil yang berwujud fonem belum memiliki arti sebelum dirangkai menjadi kata-kata. Kata-kata jelas hanya mengandung arti harfiah yang tidak selalu bisa mewadahi maksud pengujar atau penulisnya. Kata-kata menjadi lebih bermakna manakala diletakkan dalam bingkai kalimat, Demikian seterusnya hingga akhirnya sampai pada tataran wacana. Tataran ini sudah melibatkan konteks pemakaian secara lebih luas. Pada pembelajaran membaca permulaan terdapat dua pendekatan utama yang mendasari pembelajarannya, yakni (1) pendekatan Usuriah dan (2) Pendekatan Gestalt (Global). Kedua pendekatan ini akan mendasari bagaimana cara yang digunakan guru dalam mengajar membaca anak-anak didiknya. Pembelajaran membaca permulaan yang diawali dengan bawah kata /bola/ atau kalimat/ini bola/ diletakkan gambar bola. Hal ini dmaksudkan untuk membantu mempercepat proses melek huruf para pemula dalam pembelajaran membaca permulaan, selam berfungsi sebagai daya tarik untuk merangsang minat belajar mereka dalam membaca. Setelah anak didik melek huruf, pembelajaran dilakukan dengan kegiatan membaca bersuara atau membaca nyaring. Pendekatan tematik sarankan untuk



7



kelas rendah di sekolah dasar merupakan Cara Yang tepat untuk mengenalkan berbagai disiplin ilmu dalam satu kemasan pembelajaran di bawah payung tema yang sama. Bahan-bahan ajar membaca hendaknya diangkat dari teks-teks sederhana yang mengandung konsep disiplin ilmu lain Yang hendak diperkenalkan kepada anak-anak. Anda tentu masih ingat lagu anak-anak berikut ini. Satu-satu aku sayang ibu Dua-dua juga sayang ayah Tipa-Tiga savang adik-kakak Satu dua tiga sayang semuanya Melalui pintu masuk lagu itu, anak diajak untuk berapresiasi melalui kegiatan berkesenian atau bernyanyi. Namun, secara implisit juga diperkenalkan dengan konsep berhitung: satu, dua, tiga, dan seterusnya Selain itu, ditanamkan juga konsep budi pekerti: sayang ibu, sayang ayah, sayang semua orang dan konsep kosakata kekerabatan: aku, ibu, ayah, adik, kakak, dan seterusnya. Dalam belajar bahasa, kegiatan membaca bersuara sangat besar kontribusinya terhadap belajar berbicara. Melalui membaca bersuara murid belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya dengan benar. Bahkan, murid bukan hanya belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya, tetapi juga belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat dan bahkan mengucapkan suatu wacana utuh dengan benar melalui membs bersuara. 2. Membaca Teknis Sela membaca bersuara, jenis membaca permulaan yang diajarkan di kelas rendah adalah membaca teknis. Pada membaca jenis ini, anak sudah mulai dibimbing ke arah pembacaan teks secara tepat menurut pelafalan dan intonasinya. Tanda-tanda baca yang menandai intonasi mulai



diperkenalkan



membaca dibangun oleh dua aspek penting, yaitu (a) keterampilan bersifat mekanis (mechanical skill) dan (b) keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills). Keterampilan yang bersifat mekanis merupakan sasaran dari pembelajaran membaca permulaan. Sementara aspek keterampilan yang 8



kedua, yaitu aspek pemahaman (comprehension skills) merupakan sasaran dari membaca lanjut. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) meliputi : (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal), (2) memahami signifikans/makna



(maksud



dan



tujuan



pengarang



relevansinya



dengan



kebudayaan, reaksi pembaca), (3) kemampuan mengevaluasi, baik terhadap isi maupun bentuk, dan (4) kecepatan membaca, fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan. Berdasarkan penjelasan di muka kita dapat menyimpulkan pengertian membaca lanjut sebagai keterampilan membaca yang ditujukan untuk pembaca lanjut dengan sasaran melek wacana, yakni kemampuan memahami dan memetik makna bacaan, baik makna yang tersurat maupun makna yang tersirat. E. PENGERTIAN MEMBACA LANJUT Membaca lanjut sering diversuskan dengan membaca permulaan. Keterampilan membaca jenis ini diberikan setelah seseorang melek huruf. Oleh karena itu, tuntutan dari kemampuan membaca lanjut tidak hanya sebatas mengenali lambang tulis dan dapat membunyikannya, melainkan juga harus memahami makna atau maksud yang terkandung di dalam lambang, baik makna tersurat maupun makna tersirat. Jika pembelajaran membaca permulaan diberikan kepada pembaca pemula, membaca lanjut diberikan kepada pembaca lanjut. Siapakah pembaca pemula itu? Di lingkungan lembaga formal seperti lembaga sekolah, yang disebut pemula itu ialah peserta didik yang masih duduk di bangku kelas 1 dan 2 SD. Di lingkungan lembaga nonformal atau informal, yang disebut pemula itu ialah mereka yang tergolong ke dalam kelompok/warga yang masih buta aksara (iliterat). Jadi, pada kelompok nonformal/informal yang disebut pembaca pemula itu tidak dibatasi oleh usia, pekerjaan, status perkawinan, dan lain-lain. Kelompok kelompok ini biasanya disediakan ruang khusus untuk belajar melalui Program Paket A, baik yang diselenggarakan secara swadaya maupun yang diselenggarakan pemerintah. Menurut Tarigan, (1979) keterampilan membaca dibangun oleh dua aspek penting, yaitu (a) keterampilan y bersifat mekanis (mechanical skill) dan (b)



9



keterampilan yang be pemahaman (comprehension skills) Keterampilan yang bersifat merupakan sasaran dari pembelajaran membaca permulaan. Sementara ap keterampilan yang kedua, yakni aspek pemahaman (comprehension merupakan sasaran dari membaca lanjut. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) meliputi: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramati retorikal); (2) memahami signifikansi/makna



(maksud dan tujuan



pengarang relevansinya



dengan



kebudayaan, reaksi pembaca); (3) kemampua mengevaluasi, baik terhadap isi maupun bentuk; dan (4) kecepatan memba fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan. Berdasarkan penjelasan di muka kita dapat menyimpulkan pengertian membaca lanjut sebagai keterampilan membaca yang ditujukan unt pembaca lanjut dengan sasaran melek wacana, yakni kemampuan memaham dan memetik makna bacaan, baik makna yang tersurat maupun makna yang tersirat. F. TUJUAN MEMBACA LANJUT Seseorang melakukan kegiatan membaca dilandasi oleh berbagai keperluan. Bagaimana dengan Anda? Coba kita renungkan situasi-situa seperti berikut ini. Apa yang Anda lakukan ketika hendak menghadapi ujian di sekolah? Atau mungkin Anda ingin mengetahui alamat dan nomor telepon teman lama Anda pada buku telepon? Atau mungkin hanya sekedar ingin mengetahui isu-isu mutakhir yang tengah diperbincangkan orang? Atau bahkan Anda mungkin hanya sekedar ingin mencari atau memperoleh hiburan? Saat seseorang mencari informasi tentang lowongan pekerjaan. tidak jarang orang memanfaatkan informasi yang terdapat dalam media massa. Demikian juga ketika ingin mengetahui berbagai berita dan peristiwa Tidaklah heran, jika orang mengibaratkan membaca sebagai kunci pembuka dunia. Dengan membaca, kita dapat menjelajah masa lalu, masa kini, bahkan masa yang akan datang. Berdasarkan ilustrasi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kegiatan membaca dilakukan orang untuk keperluan yang berbeda-beda. Waples (1967) sebagaimana dikutip oleh Nurhadi (1987) mengelompokkan tujuan membaca ke dalam beberapa keperluan berikut ini.



10



1. Mendapat alat tertentu (instrumental effect), yaitu membaca untuk memperoleh sesuatu yang bersifat praktis. Pernahkah Anda membeli suatu barang, tetapi tidak tahu bagaimana cara menggunakannya? Atau mungkin Anda ingin memasak sesuatu tetapi tidak tahu apa bahan bahannya dan bagaimana cara memasaknya? Untuk memenuhi rasa ingin tahu Anda itu, apa yang Anda lakukan? Ya, kita akan mencari buku petunjuk atau informasi yang berisi petunjuk yang kita perlukan. Untuk dapat memasak menu yang kita inginkan, kita mencari buku resep masakan. Ilustrasi di atas merupakan contoh tujuan membaca untuk mendapat alat tertentu. 2. Mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect), yaitu membaca untuk mendapat rasa lebih (self image) dari orang lain. Kelebihan kelebihan dimaksud dapat berkaitan dengan banyak hal, mungkin berkaitan dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, kemampuan, pekerjaan, keahlian, dan lain-lain. 3. Memperkuat nilai-nilai kepribadian atau keyakinan atas suatu pilihan. Nilainilai kepribadian dimaksud dapat berkaitan dengan aspek religiulitas (keagamaan), politik (parpol yang dianut), falsafah hidup, dan lain-lain. 4. Mendapatkan pengalaman estetik melalui penikmatan emosional. Hal ini bisa diperoleh melalui bahan-bahan bacaan sastra, seperti cerpen, buku cerita, novel, biografi tokoh, dan lain-lain. 5. Membaca untuk menghindari diri dari kesulitan, ketakutan, atau kekhawatiran tertentu. Misalnya saja, untuk menghindari sebuah penyakit tertentu, kegagalan/kesulitan dalam ujian, tersesat di sebuah wilayah tertentu, dan lainlain lalu orang mencoba mengatasinya melalui kegiatan membaca. Anda mungkin pernah pula terlibat dalam kegiatan pementas pementasan baca puisi, baca cerpen, dan drama. Kegiatan-kegiatan tersebu sangat memerlukan penguasaan keterampilan membaca bersuara dan membaca teknis. Paling tidak, kegiatan membaca bersuara dan membaca teknis selalu dilakukan pada saat-saat latihan pementasan tersebut. G. FUNGSI DAN MANFAAT MEMBACA LANJUT Sesuai dengan sasaran dari jenis membaca ini, yakni melek wacana, maka fungsi utama dari kegiatan membaca lanjut adalah kunci bagi pembuka berbagai



11



ilmu, pengetahuan, dan teknologi dalam membuka dan meluaskan cakrawala wawasan pembacanya. Dengan fungsi seperti itu, kegiatan membaca lanjut harus diorientasikan kepada dua keterampilan utama dalam membaca, yakni ketepatan memahami isi bacaan dan kecepatan membaca. Karena kegiatan membaca lanjut itu berjenjang, yang dimulai sejak kelas 3 SD hingga akhir batas studi tertinggi, maka tuntutan tingkat pemahaman dan kecepatannya pun berjenjang pula. Kegiatan membaca lanjut, dilihat dari sasaran pembacanya, terbagi ke dalam tiga kategori, yakni (a) membaca lanjut tingkat dasar, untuk kelas 3-6 SD; (b) membaca lanjut tingkat menengah, untuk siswa SMP; dan (c) membaca lanjut tingkat mahir, untuk siswa SMA ke atas. Sekadar untuk memberikan gambaran penjenjangan tuntutan keterampilan dari masing masing tingkatan membaca itu, berikut ini disajikan pendapat Tarigan (1979) H. JENIS MEMBACA LANJUT Sudah dijelaskan di muka bahwa sasaran dari membaca lanjut adalah melek wacana Oleh karena itu, aspek yang harus dikembangkan dalam membaca lanjut adalah pemahaman isi bacaan dan kecepatan membaca. Untuk mencapai dua hal di atas, jenis membaca yang harus dikembangkan pada membaca lanjut adalah jenis membaca dalam hati. Pengklasifikasian jenis membaca berkaitan dengan sudut pandang pengelompokannya. Ditinjau dari sudut cara membacanya dikenal dua jenis membaca, yakni membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca nyaring lazim dikembangkan pada pembelajaran membaca permulaan; sementara untuk pembelajaran membaca lanjut digunakan jenis membaca dalam hati. Meskipun begitu, bukan berarti membaca nyaring tidak diperbolehkan pada pembelajaran membaca lanjut. Membaca nyaring pada pembaca lanjut lebih diorientasikan pada kegiatan membaca untuk orang lain atau "membacakan". Dengan demikian, prosesnya harus didahului oleh kegiatan membaca dalam hati terlebih dahulu untuk menangkap isi/maksud bacaan sebelum membacakannya untuk orang lain. Coba Anda perhatikan para penyiar televisi ketika membacakan siaran berita. Kegiatan membaca nyaring untuk kepentingan diri sendiri biasanya berkaitan dengan tujuan penikmatan atau kepuasan emosional, misalnya saja



12



kegiatan membaca puisi (membaca indah), membaca teks naskah drama, membaca cerita, dan lain-lain. Coba Anda bandingkan, bagaimana pengalaman emosi



Anda



saat



membaca



puisi



berikut



jika



dibaca



dibunyikan/disuarakan (membaca indah) dan dibaca di dalam hati. SURAT DARI IBU (Asrul Sani) Pergi ke dunia luas, anakku sayang Pergi ke hidup bebas! Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinari daun-daunan dalam rimba dan padang hijau Pergi ke laut lepas, anakku sayang Pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau



Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda tahu pedoman boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita "Tentang cinta dan hidupmu di pagi hari"



13



dengan



cara



Bagaimana hasil pengalaman Anda setelah membaca puisi di ata dengan dua cara pembacaan yang berbeda, disuarakan, dan di dalam hat Lebih indah dan lebih nikmat ketika kita membacanya dengan cara nyaring bukan? Bahkan bukan sekadar dinyaringkan, melainkan dibacakan secara apresiatif dan ekspresif. Dengan pembacaan seperti itu, puisi itu menjadi terasa lebih indah dan kita dapat memetik keindahan tersebut yang dapat memenuhi kebutuhan emosi jiwa kita. Membaca dalam hati lebih ditujukan untuk kepentingan pemahaman bacaan. Oleh karena itu, masalah-masalah yang berkaitan dengan teknis membaca tidak lagi menjadi sorotan. Mengapa? Karena hal itu dianggap telah dikuasai pada saat pembelajaran membaca permulaan. Bagaimana sebuah kata atau kalimat dilafalkan oleh seorang pembaca lanjut tidaklah penting sepanjang dia memahami makna/maksud yang terkandung di balik kata/kalimat tersebut. Bahkan, ketika pembaca melewati beberapa kata atau beberapa baris kalimat dari bacaan yang dibacanya sekalipun, karena hal tersebut dianggap sudah dipahaminya, tidaklah menjadi masalah. Malah hal ini menjadi sebuah strategi yang tepat untuk mengefektifkan waktu membaca agar menjadi lebih cepat dan lebih singkat dengan tidak mengurangi pemahaman terhadap isi bacaan yang dikandungnya. Di samping itu, kegiatan membaca dalam hati lebih berorientasikan pemahaman dan bersifat personal. Pada tataran tingkat mahir, pemahaman bacaan itu harus disertai dengan kecepatan membaca yang memadai. Membaca bersuara, selain bisa menganggu orang lain, juga berdampak pada kecepatan membaca yang relatife lebih lambat bila dibandingkan dengan membaca dalam hati. Kegiatan-kegiatan membaca personal sebaikya dilakukan dengan senyap agar tidak menganggu orang lain dan dapat mengefektifkan waktu baca dengan perola=han pemahaman isi bacaan yang maksimal. Kegiatan membaca dalam hati jika dikaitkan denngan cakupan bahan bacaan yang dihadapi pembaca yang akan mneghasilkan jenis memmbaca intensif dan memebaca ekstensif. Tarigan (1979) memndefinisikan membaca intensif sebagai studi seksama, telaah teliti dan penanganan terperinci terhadap suatu bahan bacaan pendek, kira-kira dua sampai empat halaman. Berdasarkan definisi



14



tersebut dapat dipahami mengapa membaca intensif dilakukan dengan cara seksama dan teliti, karna mencakup bahan bacaannya sempit, tidak banyak, topik tertentu. Dengan demikianm pembaca akan dapat mencermati bacaan itu dengan teliti dan terperinci hingga keakar. Sebaliknya, dalam keggiatan membaca ekstensif, cakupan bahan luas dan banyak. Kualitas bacaan dimaksud dengan berupa topik yang sama dari sumber yang berbeda-beda atau topik yang beragam dari sumber yang sama. Keluarsan objek bacaan pada membaca ekstensif tidak memungkinkan pembaca melakukan keiatan membaca secara detail dan rinci. Menurut tarigan, tujuan dan tuntutan ddari kegiatan membaca ekstensif adalah memahami isi yang pentng-penting secara cepat. Pemahaman itu bersifat koperatif, menyeluruh, global dan dangkal. I. MENGIMPLEMENTASIKAN JENIS MEMBACA LANJUT 1. Membacakan Naskah Pidato Mari kita menerapkan kegiatan membaca nyaring dalam membaca pada kegiatan berpidato. Sebelum berpidato, kita dapat menggunakan da metode persiapan tertulis berikut. Cara pertama, kita dapat melakuka persiapan dengan hanya mencatat garis besar materi yang akan sampaikan dalam sebuah pidato. Dalam hal ini, kita hanya mencatat top dan sub-sub topik yang akan kita sajikan dalam sebuah pidato. Cara ked kita melakukan persiapan pidato dengan menyiapkan naskah pidato sec lengkap. Cara kedua inilah yang menuntut keterampilan membaca dengan baik, agar proses komunikasi melalui kegiatan pidato tersebu berhasil dengan baik. Bagaimana cara membacakan naskah pidato dengan baik? Ada beberaga hal yang harus diperhatikan dalam membacakan naskah pidato. Silakan Anda coba tips berikut ini. a) Sebelum naskah pidato itu dibacakan secara nyaring, pahamilah terlebi dulu isinya melalui kegiatan membaca dalam hati. Dengan memahamisi naskah pidato sebelum dibacakan, pembacaan naskah pidato secun bersuara akan lancar, tidak terbata-bata. b) Berupayalah menggunakan bahasa tubuh secara tepat dengan bantuan mimik dan gestur tubuh yang mendukung.



15



c) Berupayalah untuk memelihara kontak mata dengan pendengar, jangan terpaku pada naskah pidato secara terus-menerus tanpa menghirauk pendengarnya. d) Bacalah teks pidato itu dengan vokal yang jelas, serta lagu dan intonasi yang tepat. Melalui aktivitas membaca dalam hati, kita hendaknya berupaya memahami dengan sebaik-baiknya suatu naskah pidato. Bila naskah pidato itu ditulis oleh orang lain, maka kita harus memahami tujuan pidato yang tercermin dalam isi naskah tersebut dengan sebaik-baiknya. Untuk memahami tujuan pidato yang terkandung dalam naskah pidato, coba Anda gunakan pertanyaan berikut: Apakah isi naskah pidato itu bersifat informatif, berupaya mempengaruhi pendengar, ataukah sekadar suatu tindakan pendahuluan dari suatu rangkaian kegiatan (misalnya membuka suatu acara pameran, perlombaan, seminar, dan lain-lain)? Pemahaman terhadap suatu naskah pidato sangat diperlukan agar ketika membacakannya secara nyaring dapat dipilih intonasi, tekanan, nada, dan tempo suara yang tepat. Dengan kata lain, pembaca naskah pidato harus tahu di mana harus memberikan penekanan-penekanan tertentu, menggunakan nada tinggi atau datar-datar saja, serta di mana harus menggunakan tempo suara agak lambat atau cepat. Jadi, dalam membacakan suatu naskah pidato ataupun naskah berita, kita harus memanfaatkan kemampuan kita dalam mengolah suara, yang meliputi intonasi, tekanan, tempo, volume, dan bila memungkinkan juga "warna" suara. Hal penting lain yang harus diperhatikan ketika membacakan naskah pidato di depan publik atau televisi adalah bahasa tubuh, terutama kontak mata dengan pendengar. Jika isi naskah pidato itu berupaya membangkitkan semangat pendengar maka ekspresi wajah pembacanya harus sejalan dengan isi naskah tersebut. Jika isi pidato itu berkenaan dengan hal-hal yang menyedihkan, maka ekspresi pembaca jangan menunjukkan keadaan yang sebaliknya, misalnya tampak gembira dan membaca dengan senyum-senyum. Pernahkah Anda menonton pembacaan berita di televisi yang isinya mengenai suatu musibah, namun disampaikan dengan senyum tetap menghiasi wajah pembacanya? Bagaimanakah pendapat Anda ketika menyaksikan hal itu?



16



Seperti telah disinggung di atas, kontak mata dengan pendengar harus dijaga ketika membacakan suatu naskah pidato di depan publik atau di televisi. Upayakan agar pandangan dapat menjangkau seluruh kalimat dalam naskah secara cepat dalam sekali kilasan pandang. Lalu, ucapkanlah atau bacakanlah kalimat tersebut sambil memandang ke arah pendengar. dilanjutkan dengan latihan membaca bersuara. Ketika melakukan latihan membaca bersuara tersebut, hendaknya dilatih menggunakan tekanan, dan tempo suara, serta ekspresi wajah dan gerak tubuh. Jangan lupa pula melatih diri memelihara kontak mata dengan pendengar ketika membacakan naskah pidato atau berita. Sebaiknya, latihan menggunakan ekspresi wajah dan gerak tubuh dan memelihara kontak mata dengan pendengar dilakukan di muka cermin dan di depan orang lain (teman atau anggota keluarga). Silakan Anda coba! 2. Membaca Wacana Informatif dari Internet Salah satu media informasi dalam masyarakat modern adalah internet. Melalui internet, setiap hari disebarkan beragam informasi yang melimpah ruah, mulai dari informasi ringan, seperti cara merawat binatang peliharaan, hingga informasi yang kompleks, seperti cara kerja komputer canggih. Beragam informasi tersedia dalam internet. Sekarang ini, internet menjadi andalan setiap orang yang ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak atau ingin diketahuinya. Internet dianggap "orang pintar" yang serba tahu dan selalu bersedia menjawab pertanyaan apapun yang kita inginkan. Kita harus dapat memanfaatkan informasi yang tersedia di internet sesuai dengan keperluan kita. Untuk itu, sebelum kita bahas beberapa teknik khusus mencari dan membaca wacana informatif di internet, sekali lagi saya ingatkan bahwa kecepatan membaca sangat diperlukan. Semakin tinggi kecepatan membaca Anda maka semakin hemat Anda dalam pengeluaran biaya untuk menjelajahi internet. Apabila kita bermaksud menggunakan komputer sendiri dalam menjelajah informasi di internet maka komputer kita harus dilengkapi modem (internal atau eksternal) dan program untuk menjelajahi internet, misalnya internet explorer yang diproduksi oleh Microsoft. Kemudian, komputer kita harus terhubung dengan saluran telepon (bila belum tersedia alternatif lain, misalnya pemanfaatan



17



saluran tv kabel). Setelah itu, Anda tinggal men-set up komputer Anda agar dapat terhubung dengan internet dengan memanfaatkan program tertentu, misalnya dengan menggunakan program internet explorer tersebut di atas. Lalu, ikuti semua petunjuk yang ada.



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara sederhana, membaca permulaan, dapat diartikan sebagai kegiatan pengenalan lambang bunyi bahasa serta pelafalannya menjadi bunyi-bunyi yang bermakna. Pada kegiatan membaca permulaan, penekanan membaca lebih diarahkan pada pengenalan lambang bunyi dan pembunyiannya, belum pada pemahaman yang terkandung di balik lambang-lambang dimaksud. Secara umum, tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah “melek huruf”. Istilah ini sering diversuskan dengan “melek wacana”. Apa bedanya? Melek huruf, secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan mengenali lambang-lambang



bahasa



tulis



dan



kemampuan



membunyikannya



atau



melafalkannya dengan benar. Broughton, et al (1978) menjelaskan Sub-sub keterampilan membaca itu melibatkan tiga komponen berikut : 1. Pengenalan terhadap aksara dan tanda-tanda baca, 2. Korelasi antara aksara, tanda-tanda baca, dan unsur-unsur linguistik formal, 3. Hubungan lebih lanjut antara (1) dan (2) dengan makna (meaning). Membaca lanjut sebagai keterampilan membaca yang ditujukan unt pembaca lanjut dengan sasaran melek wacana, yakni kemampuan memaham dan memetik makna bacaan, baik makna yang tersurat maupun makna yang tersirat. Nurhadi (1987) mengelompokkan tujuan membaca ke dalam beberapa keperluan berikut ini: 1. Mendapat alat tertentu (instrumental effect) 2. Mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect) 3. Memperkuat nilai-nilai kepribadian atau keyakinan atas suatu pilihan. 4. Mendapatkan pengalaman estetik melalui penikmatan emosional. 5. Membaca untuk menghindari diri dari kesulitan, ketakutan, atau kekhawatiran tertentu.



19



B. Saran Dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan kalimat. Dari segi penulisan juga perlu ditambahkan. Untuk itu para pembaca yang membaca ini dan menjadikannya referensi dalam membuat karya tulis diharapkan banyak-banyak membaca referensi dari sumber lainnya agar lebih mudah memahami dalam membahas materi mengenai “Keterampilan Membaca”. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.



20



DAFTAR PUSTAKA Mikulecky, B.S. 1990. A Short Course in Teaching Reading Skills. AddisonWesley Publishing Company. Mulyati, Yeti. 2002. “Membaca Menulis Permulaan” dalam Pendidikan Bahasa Indonesia untuk Kelas Rendah. Jakarta: Universitas Terbuka. Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru. Tarigan, H.G. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tccuw, A. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yundiafi, S.Z; Muhamad Jaruki; Mardiyanto. 2003. Ontology Puisi Lama Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.



21