Makalah Konferensi Meja Bundar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat rahmatNya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “KONFERENSI MEJA BUNDAR”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Sekolah. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Air Salek, Maret 2020



Leo Rian Ifandi



1



DAFTAR ISI Kata pengantar ....................................................................................................................1 Daftar isi ............................................................................................................................2 Bab I pendahuluan .............................................................................................................3 1.1 Latar belakang .............................................................................................................4 1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................4 1.3 Tujuan Penulisan Makalah ..........................................................................................4 1.4 Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................................4 1.5 Prosedur Makalah .........................................................................................................4 BAB II PENDAHULUAN ................................................................................................5 A.



Latar Belakang Konferensi Meja Bundar ...................................................................5



B.



Proses Konfrensi Meja Bundar ..................................................................................6



C.



Hasil Konferensi Meja Bundar ...................................................................................7



D.



Dampak KMB .............................................................................................................9



BAB III PENUTUP ..........................................................................................................11 3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................11 3.2. Saran ............................................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................12



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Masalah Dalam sebuah negara berkembang sebuah konferensi atau perundingan sudah sangat



tidak asing lagi di dengar terlebih jika negara tersebut merupakan negara yang baru saja mencapai kemerdekaannya, untuk menstabilisasikan keadaan banyak hal yang ditempuh suatu negara salah satunya dengan perundingan itu sendiri, adapun perundingan-perundingan ini dilakukan biasanya untuk mencapai suatu kemerdekaan yang mutlak bagi negara yang baru merdeka namun jika untuk negara-negara yang telah maju atau pun berkembang sebuah perundingan biasanya digunakan untuk melancarkan sebuah kesepakatan antara beberapa pihak yang bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi negara-negara yang terlibat di dalamnya. Sebagai contoh di Indonesia sendiri banyak konferensi-konferensi yang dilakukan setelah hari kemerdekaan ditetapkan, masih banyak permasalahan yang dihadapi para petinggi negeri ini dalam memperjuangkan kemerdekaan penuh atas tanah Pertiwi. Belumlah cukup korban jiwa yang hilang untuk memperjuangkan negeri ini terlepas dari cengkeraman tangan para penjajah, masih banyak usaha yang harus dilakukan dalam mencapai cita-cita mulia, yakni merdeka penuh tanpa ada campur tangan asing. Adapun salah satu konferensi yang terjadi di Indonesia ialah, Konferensi Meja Bundar (KMB). Tepatnya pada tanggal 23 Agustus 1949, perundingan ini diadakan di Den Haag. Tujuan dari konferensi ini antara lain untuk memperjuangkan kedaulatan penuh atas Indonesia yang sebelumnya sangatlah ditentang pihak Belanda, selain itu juga untuk menyelesaikan beberapa sengketa antara kedua belah pihak. Hasil dari konferensi tersebut nyatanya sebagian besar berpihak pada Indonesia, hal ini merupakan hal yang sangat menggembirakan, namun dalam hal ini masih ada beberapa poin yang dirasa Indonesia sangat bertentangan dengan tujuan awalnya, yakni merdeka secara penuh. Karena dalam butir-butir yang dihasilkan dari konferensi tersebut, terdapat butir yang menyatakan bahwa Belanda mengakui RIS sebagai negara yang berdaulat, hal inilah yang dianggap mengganjal karena dalam hal ini yang diinginkan bukanlah negara Indonsesia serikat, begitu pula dengan tidak diakuinya Irian Barat sebagai wilayah NKRI



3



sehingga membuat Indonesia untuk mampu memperjuangkan kembali salah satu wilayahnya tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas, terdapat beberapa rumusan masalah, yakni: 1. Apa latar belakang terjadinya KMB? 2. Bagaimanakah hasil dari KMB? 3. Bagaimana dampak yang dihasilkan dari perundingan tersebut? 1.3 Tujuan Penulisan Makalah Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami: 1. Latar belakang KMB 2. Jalannya KMB 3. Dampak yang dihasilkan dari KMB bagi kedua belah pihak. 4. Upaya yang dilakukan Indonesia terhadap hasil KMB 1.4 Manfaat Penulisan Makalah Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara praktis dengan dibuatnya makalah ini diharapkan, baik penulis maupun para pembaca dapat menambah pengetahuannya mengenai konferensi yang terjadi di Indonesia, khususnya KMB. Adapun secara teoritis diharapkan makalah ini dapat berguna dalam pengembangan mata kuliah Revolusi di Indonesia. 1.5 Prosedur Makalah Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriktif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif. Data teoritis dalam penulisan makalah ini dikumpulkan dengan mengguakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relavan dengan tema makalah.



4



BAB II PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Konferensi Meja Bundar Indonesia telah diakui keberadaannya oleh dunia setelah menyatakan kemerdekaan pada



tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi, ternyata hal itu bukanlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kata “Daulat”. Masa revolusi merupakan awal dari permasalahan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Gerakan pendaulatan di berbagai daerah yang disertai dengan kekerasan dan pembunuhan terjadi pada masa permulaan revolusi. Belanda bersama sekutunya kembali ke Indonesia dengan alasan ingin melucuti tentara Jepang yang ditawan di Indonesia. Keinginan untuk menguasai kembali negara Indonesia masih dimiliki oleh bangsa Belanda. Berbagai macam cara dilakukan oleh Belanda, sehingga kembali bermunculan perlawanan dari rakyat Indonesia. Kejadian yang dialami bangsa Indonesia ini kemudian menarik simpati wakil Ukraina di PBB untuk meminta perhatian Dewan Keamanan terhadap keadaan Indonesia, namun gugatan tersebut ditolak (Dekker, 1997:192). Negara Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa perselisihan hendaknya diselesaikan dengan jalan damai. Bangsa Indonesia mengadakan perundingan-perundingam damai dengan pihak Belanda. Akan tetapi, kesepakatan hasil perundingan-perundingan tersebut dilanggar oleh Belanda, bahkan Belanda telah melancarkan Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II. Kejadian tersebut kembali menarik simpati wakil-wakil di PBB untuk menyelesaikan masalah ini. Atas dasar Roem-Roijen



Statement disepakatilah oleh kedua belah pihak untuk



melaksanakan perundingan kembali melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) (Dekker, 1989:79). Sebelum KMB dilaksanakan, pemimpin RI dan BFO terlebih dahulu mengadakan Konferensi Inter Indonesia (KII). Kabinet baru dibentuk dan digunakan sebagai delegasi Indonesia pada KMB. Konferensi ini diadakan di Den Haag, dipimpin oleh Perdana Menteri Kerajaan Belanda W. Drees, dan berlangsung dari tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949. Konferensi ini dihadiri oleh delegasi-delegasi Republik Indonesia yaitu Moh. Hatta, delegasi BFO yaitu Sultan Hamid, delegasi kerajaan Belanda yaitu J.H. van Maarseven, serta UNCI sebagai wakil Dewan Keamanan PBB.



5



Persoalan KMB yang terberat adalah masalah Irian Barat yang sampai saat itu masih menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Belanda berusaha untuk memisahkan daerah ini dari Indonesia. Mengenai masalah Irian Barat tersebut, terjadi perdebatan diantara kedua belah pihak. Atas saran wakil Australia di dalam UNCI disepakati bahwa dalam setahun setelah penyerahan kedaulatan, Irian Barat dirundingkan lagi untuk pengembalian de facto kepada Indonesia. Kekuasaan di Irian Barat secara mutlak belum didapatkan oleh Belanda, Indonesia juga merasa kecewa karena belum sepenuhnya memiliki kedaulatan yang riil bagi wilayahnya dari Sabang sampai Merauke. Penyerahan kedaulatan diadakan pada tanggal 27 Desember 1949 di tiga tempat yaitu di Amsterdam, di Jakarta, dan di Yogyakarta. Kedaulatan Indonesia kepada RIS akan diserahkan secara resmi oleh Belanda, dan kini RIS telah berdaulat secara riil atas Indonesia seluas Hindia Belanda dahulu. Banyak hal yang dapat dipelajari dari makalah ini. Proses-proses sejarah yang sedemikian rupa dapat dijadikan motifasi oleh generasi-generasi berikutnya untuk lebih meningkatkan rasa nasionalismenya, dan tetap menjaga negara tercinta agar kejadian yang dialami nenek moyangnya di masa lampau (penjajahan) tidak terulang lagi. B.



Proses Konfrensi Meja Bundar Pada tanggal 23 Agustus sampai tanggal 2 November 1949, yang disengelarakan di Den



Hag. Yang diwakili oleh Drs Moh. Hatta (sebagai ketua), Mr.Moh Roem, Prof. Dr Soepomo dr j leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo , Ir Juanda, Kolonel TB Simatupang, Mr Suyono Hadinoto, Dr Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringodigdo. Sementara dari BFO (Bijeenkomst Federaal Overleg) ialah sultan Pontianak Hamid Algadri (Halim, dan Yayah, 1986 : 236 ). Deligasi dari Belanda diketuai Mr. van Maarseveen, sedangkan UNCI oleh Chritcjley. Adapun Pesan Perdana Menteri Mohammad Hatta ketika akan berangkat ke Konferensi Medja Bundar, antara lain: “Perjuangan kemerdekaan terbagi dua: satu di luar negeri di Den Haag dan dua di dalam negeri. Perdjuangan di luar negeri ditentukan oleh factor dan kekuatan jang ada di dalam negeri. Artinja, perdjuangan tersebut tidak bisa menjimpang dari keadaan dalam negeri. Sebab kalau menjimpang akan tergantung di awing-awang. Tidak ada tanah untuk pidjakan kaki” Selanjutnya diingatkan :



6



“Kekuatan Dalam negeri pada waktu ini, bukan main hebatnja. Pradjurit dan rakjat seluruhnja melancarkan gerilja dimana-mana. Bersatu padu dalam satu persatuan bulat menghantam lawan kemerdekaan. Selama revolusi kita jang 4 tahun ini, belu pernah kekuatan dan persatuan sehebat sekarang ini” (Mansur,A, 2010:278) Sesampainya pada deligasi itu ke Belanda, sambutan dari Belanda cukup baik dengan menjukan keramahan dalam melayani para delegasi. Para deligasi di tempatkan di hotel mewah Kurhaus Schevenigen dan mobil – mobil mengkilap yang bika di gunakan sewaktu – waktu di butuhkan. Setiap hari angota deligasi di beri uang saku F1. 25, yang waktu itu sebanding dengan US $10, dan berdaya beli tinggi saat itu. Delegasi di bagi menjadi beberapa komisi-komisi militer dipimpin oleh Dr. J. Leimena, dan angotanya Kolonel TB Simatupang (mewakili Angkatan Darat), komandor S. Suryadarma (Angkatan Udara, yang menyusul belakangan), Laksamana Subiyakto (Angkatan Laut) dan Letnan Kolonel Daan Yahya dan letnan Kolonel M.T Haryono. Dari pihak komisi mileter Belanda Moorman (kepala staf Angkatan Laut Nedrland) dan Fokkema Andre. Masalah yang sulit di pecahkan dalam konferensi itu sebagai berikut : 1.



Uni Indonesia – Belanda. Indonesia menginginkan agar sifatnya hanya kerja sama yang



bebas tanpa adanya organisasi permanen, sedangkan Belanda menginginkan kerja sama yang luas dengan organisasi permanen yang luas pula. 2.



Soal hutang. Indonesia hanya mengakui hutang – hutang Hindia Belanda sampai



menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sebaliknya, Belanda berpendapat bahwa Indonesia harus mengambil alih semua kekayaan maupun hutang Hindia Belanda saampai saat itu, termasuk biaya perang kolonial terhadap Indonesia. Akhirnya setelah memalui perundingan yang berlarut – larut pada tanggal 2 November 1949 tercapailah persetujuan KMB. C.



Hasil Konferensi Meja Bundar



Banyak sumber yang mengupas mengenai hasil dari konferensi meja bundar ini,. Terlepas dari sudut pandang dari para sejarawan dan para pakar yang membahas perundingan tersebut. Penulis disini akan membahas dari beberapa literature dan referensi yang digunakan. Pada tanggal 23 Agustus hingga tanggal 2 November 1949 disepakati sebagai waktu diadakannya konferensi meja bundar. Drs. Moh. Hatta sangat mendominasi jalannya persidangan, hasil yang pertama sangat memihak kepada belanda yaitu Ratu Belanda sebagai 7



pimpinan simbolis, soekarno akan menjadi presiden RIS dan Hatta sebagai perdana menteri (1949-50). Berbagai jaminan diberikan kepada investasi-investasi belanda di Indonesia dan disepakati bahwa akan diadakan konsultasi-konsultasi mengenai beberapa masalah keuangan. (M.C. Ricklefs, 2008 : 487) sehingga bisa dikatakan banyak pihak dari kalangan Indonesia yang menganggap bahwa rencana tersebut merugikan kedaulatan dan kebebasan bagi bangsa Indonesia. Hasil sidang yang selanjutnya ialah bahwa Belanda tetap mempertahankan kedaulatan atas papua sampai ada perundingan-perundingan lebih lanjut mengenai status wilayah tersebut. dan RIS memikul tanggung jawab atas utang Hindia Timur Belanda yang setelah terjadi banyak tawar menawar, jumlahnya ditetapkan sebesar 4,3 milyar gulden; sebagian besar dari jumlah ini sebenarnya merupakan biaya yang dipakai oleh pihak Belanda dalam usahanya menumpas Revolusi. (M.C. Ricklefs,2008 : 487). Dan pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa belanda secara resmi meyerahkan kedaulatan atas Indonesia tetapi tidak termasuk papua. Sangat berbeda dengan buku sejarah Indonesia modern karya M.C. Ricklef Dalam buku Api Sejarah jilid 2 karangan Ahmad Mansur Suryanegara hanya menyebutkan tiga hasil pokok dari keputusan KMB, yaitu: 1.



Pada 27 Desember 1949 akan dilaksanakan penyerahan kedaulatan kepada Republik



Indonesia Serikat. 2.



Satu-satunya organisasi kesenjataan RIS adalah APRIS. Dengan intinya adalah TNI. KNIL



dibubarkan dan diterima dalam APRIS. Dibentuk misi militer Belanda yang bertugas melatih APRIS. 3.



Irian Barat akan dibicarakan kembali setahun kemudian. (Ahmad Mansur Suryanegara,



2010: 280) Sedangkan menurut sumber dari internet adalah Setalah melakukan perundingan yang cukup alot dan lama maka diputuskanlah hasil dari sidang konferensi meja bundar diantaranya sebagai berikut 1.



Belanda mengakui RIS sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.



2.



Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.



3.



Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah



pengakuan kedaulatan RIS.



8



4.



Antara RIS dan kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang



dikepalai Raja Belanda. 5.



Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet



akan diserahkan kepada RIS 6.



Tentara kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang tentara kerajaan Hindia



(KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI Kesimpulan dari sumber-sumber diatas bisa ditarik benang merah bahwa sebenarnya hasil dari konferensi meja bundar sebagian besar sama berbedanya ada sumber yang hanya mengambil pokok atau yang terpenting saja dari hasil konferensi meja bundar tersebut dan ada sumber yang menganggap semua hasil dari konferensi meja bundar adalah penting yang kemudian penulis tersebut menuliskan semua. D. Dampak KMB Dalam sebuah perundingan atau sebuah persetujuan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak terutama dalam hal ini adalah pihak Indonesia dengan Belanda tentunya ada dampak-dampak yang disebabkan oleh hasil keputusan yang telah ditetapkan dalam perundingan tersebut. Dampak ini dapat dirasakan oleh kedua belah pihak baik secara langsung maupun tidak, terutama dampak yang dirasakan oleh Indonesia itu sendiri. Baik dampak positif yang dirasakan oleh negara Indonesiayang bersifat menguntungkan maupun dampak negatif yang bersifat merugikan bagi bangsa Indonesia. Salah satu dampak dari hasil perundingan tersebut yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia adalah Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia dan Lahirlah Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai akibat persetujuan KMB (Algandri, Hamid,1991 : 68). Dengan menyerahkan kedaulatan yang diberikan Belanda kepada Bangsa Indonesia dan terbentuknya Republik Indonesia Sementara menunjukkan bahwa Belanda mengakui Kemerdekaan Indonesia. Bentuk negara Indonesia sebagai dampak dari hasil perundingan tersebut menjadi Republik Indonesia Serikta (RIS) dimana adanya negara-negara bagian ini tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Karena negara-negara bagian hasil olahan Belanda yang dibuat-buat untuk memecah-belah bangsa Indonesia terbukti tidak mendapatkan dukungan dari rakyat setempat karena rakyat pun mengetahui tujuan dan maksud dari pembentukan bentuk 9



negara ini yang tidak akan membuat Indonesia bersatu. Hal ini yang membuat RIS tidak bertahan lama. Rakyat setempat dulu membiarkan pembentukan negara semacam itu (RIS) karena takut pada tentara Belanda (Algandri, Hamid, 1991 : 68). Dampak lain yang dirasakan oleh bangsa Indonesia yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia adalah konflik yang terjadi antara Belanda dengan Bangsa Indonesia dapat diakhiri dan pembangunan Indonesia segera dapat dimulai. Dengan berakhirnya konflik yang terjadi antara Belanda dengan Indonesia membuat bangsa Indonesia dengan leluasa dan tanpa gangguan dari pihak Belanda melakukan pembangunan yang bertujuan untuk memakmurkan serta memajukan bangsa Indonesia. Selain dampak positif yang bersifat menguntungkan bagi bangsa Indonesia, perundingan tersebut pun menimbulkan dampak negatif yang bersifat merugikan bagi bangsa Indonesia yaitu Belanda belum mengakui Irian Barat sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. belanda masih menganggap Irian Barat adalah miliki mereka, sehingga Bangsa Indonesia pada masa setelah perundingan KMB berakhir masih berusaha memperjuangkan Irian Barat untuk memperoleh pengakuan dari Belanda bahwa Irian Barat merupakan salah satu bagian dari Bangsa Indonesia.



10



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Konferensi Meja Bundar merupakan sebuah pertemuan pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 di Den Haag yang merupakan tindak lanjut dari perundingan Roem-rojen yang secara eksplisit hasilnya menandakan bahwa Belanda mulai mengakui kedaulatan Indonesia. Sidang KMB ini antara lain membahas mengenai pembentukan panitia pusat yang anggotanya dari pihak Indonesia terdiri dari Mohammad Hatta, Moh Roem, A.K Pringgodigdo, Sultan Hamid II, Ide Anak Agung, dan Soeparmo sementara dari pihak Belanda sendiri anggotanya ialah Van Maarseven, D.U Stikker, Van Rojen dan Van der Vlak. Di dalam konferensi ini juga banyak terjadi perdebatan, terutama yang menyangkut masalah Irian Barat sebab pihak Belanda keberatan untuk menyerahkan Irian Barat kepada Republik Indonesia Serikat. Hasil nyata dari adanya konferensi ini ialah adanya penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia yang secara resmi diserahkan oleh Ratu Juliana pada tanggal 27 Desember 1949. Hasil ini cukup memuaskan bagi pihak Indonesia meskipun di sisi lain perihal Irian Barat masih terombang-ambing karena keputusan mengenai Irian Barat akan diputuskan maksimal setahun dari perundingan tersebut dengan pengertian bahwa dalam jangka setahun dari penyerahan kedaulatan, soal-soal mengenai Irian Barat akan ditentukan dengan jalan perundingan antara RIS dan Belanda. 3.2. Saran Bahasan mengenai Konferensi Meja Mundar ini seharusnya bisa membuat kita lebih tersadar akan betapa pentingnya perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan kita dalam mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Seharusnya ini bisa menjadikan suatu refleksi bagi kita semua bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia baik perjuangan fisik maupun diplomasi semua usaha yang dilakukan mendatangkan hasil positif yakni bagi kemerdekaan Indonesia.



11



DAFTAR PUSTAKA Algandri, Hamid. (1991). Suka Duka Masa Revolusi : Jakarta : UIP Anonim. (2013) Konferensi Meja Bundar [Internet] :Tersedia hehe http://indonesiaindonesia.com/f/101663-sejarah-konferensi-meja-bundar-kmb/ [ 12 Juli 2013]. Dekker, N. (1989). Sejarah Revolusi Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. Dekker, N. (1997). Sejarah Pergerakan dan Revolusi Nasional. Malang: IKIP Malang. Halim, A dan Yayah, L (1986). 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta : Citra Lantoro. Mansur, Ahmad Suryanegara (2010). Api Sejarah 2. Bandung: PT Salamadani Pustaka Semesta Riclefs, MC. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Sermabi Ilmu Semesta



12