Makalah Kue [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH PENGOLAHAN MAKANAN KUE DAERAH SULSEL



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 M. RAFLI PRATAMA



1828232001



RAHAYU RAMDHANI



1828232017



JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PRODI D3 TATA BOGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, saya yang masih dalam tahapan belajar ini dapat menyelesaikan makalah tentang PENGOLAHAN MAKANAN KUE DAERAH SULSEL ini. Dalam makalah ini saya menjelaskan mengenai penjelasan secara singkat tentang PENGOLAHAN MAKANAN KUE DAERAH SULSEL. Adapun tujuan saya menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas kuliah dari dosen pembimbing saya. Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada yang telah meluruskan makalah ini. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk ke depannya. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



DAFTAR ISI KATAPENGANTAR………………………………….…………………………… DAFTAR ISI………………………………………………………………………… BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang………………. …………... ………………………………… B. Rumusan Masalah…………………………………………….………………… C. Manfaat………….……………………………………………………………… D. Tujuan……………………….…………………………………………………..



BAB II ISI A. Makanan Khas Bantaeng…………………………………………………… B. Makanan Khas Bulukumba........................................................................... C. Makanan Khas Pinrang …………………………………………………… D. Makanan Khas Sinjai ……………..……………………………..............



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kue Indonesia adalah salah satu tradisi kuliner yang paling kaya di dunia, dan penuh dengan cita rasa yang kuat.[1] Kekayaan jenis masakannya merupakan cermin keberagaman budaya dan tradisi Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau berpenghuni, dan menempati peran penting dalam budaya nasional Indonesia secara umum. Hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbuberasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknikteknik memasak menurut bahan, dan tradisi-adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa (terutama Belanda, Portugis, dan Spanyol). Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal "Kue Indonesia", tetapi lebih kepada, keanekaragaman kue daerah yang dipengaruhi secara lokal oleh kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.. Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah terlibat dalam perdagangan dunia berkat lokasi, dan sumber daya alamnya. Nah, kali ini kita akan membahas makanan daerah Jawa khususnya Jawa Barat. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kue? 2. Apa SajaFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Kue SULSEL ? 3. Apa saja nama dan resep kue khas SULSEL? 4. Apa saja nama dan resep lauk pauk masyarakat SULSEL? 5. Apa saja nama dan resep sayuran masyarakat SULSEL? 6. Apa saja nama dan resep sambal masyarakat SULSEL?



C. Manfaat 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengolahan makanan kue SULSEL. 2. Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman SULSEL.



Makanan



D. Tujuan Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen mata kuliah pengolahan makanan nusantara Dra. Ratnawati T.,M.Hum.



BAB II ISI



A.Bantaeng 1. Sejarah Bantaeng Bantaeng awalnya bernama ” Bantayan ” yang kemudian di ganti dengan nama ” Bhontain ” dan terakhir berganti nama menjadi “Bantaeng” berdasarkan Keputusan DPRD-GR Kabupaten Bantaeng Nomor 1/Kpts/DPRD-GR/I/1962 tanggal 22 Januari 1962. Bantayang memiliki makna yakni tempat pembataian hewan dan sapi/kerbau dimasa lalu untuk menyambut dan manjamu utusan Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit ketika memperluas wilayahnya ke bagian timut Nusantara sekitar abad ke XII dan XIII. Bantaeng juga dikenal dengan julukan “Butta Toa” , oleh sebab itu Bantaeng memiliki latar belakang sejarah yang sudah diketahui dimana telah terbentuk sejak tanggal 7 Desember 1254 sesuai dengan hasil keputusan Musyawarah Besar Kerukunan Keluarga Bantaeng (KKB) yang diselenggarakan pada tanggal 24 Juli 1999, dimana sesuai pertimbangan, saran dan alasan para nara sumber, pakar dan ahli sejarah serta tokoh pemuka masyarakat yang berasal dari Bantaeng maupun tokoh yang masih mempunyai keterkaitan moral dengan Bantaeng. Juga berdasarkan penelusuran sejarah dan budaya, baik pada awal masa pemerintahan Kerajaan masa pemerintahan Hindia Belanda, masa pemerintahan awal kemerdekaan hingga terbentuknya Kabupaten Daerah Tingkat II Bantaeng berdasarkan Undang-Undang No. 29 tahun 1959 sampai sekarang. 2. Letak Geografis Sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang  memiliki  luas wilayah 395,83 km² dengan jumlah penduduk  ± 178.699 jiwa.  Kabupaten ini terdiri dari 8 Kecamatan dengan 67 Kelurahan dan desa. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada koordinat antara 5o 21’ 13” sampai 5o 35’ 26” Lintang Selatan dan 119o 51’ 42” sampai 120o 05’ 27” Bujur Timur. Batas Wilayahnya :    



Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bulukumba Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores



Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 123 km dengan waktu tempuh antara 2,5 jam.



3. Hasil Bumi  PERTANIAN Karena sebagian besar penduduknya petani, maka wajar bila Bantaeng sangat mengandalkan sektor pertanian. Masuk dalam pengembangan Karaeng Lompo, sebab memang jenis tanaman sayur-sayurannya sudah berkembang pesat selama ini. Kentang adalah salah satu tanaman holtikultura yang paling menonjol. Data terakhir menunjukkan bahwa produksi kentang mencapai 4.847 ton (2006). Selain kentang, holtikultura lainnya adalah kool 1.642 ton, wortel 325 ton dan buah-buahan seperti pisang dan mangga. Perkembangan produksi perkebunan, khususnya komoditi utama mengalami peningkatan yang cukup berarti



4. Adat Istiadat  Pesta adat Pa'jukukang dan Gantarang Keke Pesta adat pa'jukukang dan Gantarang Keke mulai dilaksanakan oleh masyarakat Kab.Bantaeng sejak abad ke 14 setiap tanggal 10 sya'ban pada tahun hijriah.Ritual adat ini dilakukan oleh masyarakat Kab.Bantaeng di balla lompoa Gantarang Keke sebagai bentuk penghormatan terhadap arwah para leluhur dan keyakinan turunnya tomanurung di Balla Lompoa.Ritual pesta adat warga Kecamatan Gantarangkeke, yang diawali di Kecamatan Pa'jujukang dan berlanjut ke Gantangkeke ini merupakan agenda tahunan setiap pertengahan Bulan Sya'ban, menyambut bulan Suci Ramadan.



 Barakong Barakong ialah lantunan syair-syair dalam bahasa Arab dan Makassar yang berpadu menjadi satu dalam sebuah naskah yang oleh orang kebanyakan seringkali disejajarkan dengan barzanji. Perlu diketahui bahwa Barakong adalah kebudayaan khas Bantaeng, Barakong kerap disejajarkan dengan Barzanji namun keduanya tidak bisa ditautkan menjadi satu. Pada zaman yang lalu Barakong hanya dikhususkan kepada kaum keturunan Bangsawan, sedang Barzanji diperuntukkan pada kaum biasa atau masyarakat umum.



"Barakong tidak dilakukan kecuali acara seperti akkorongtigi atau aqiqah. Sekitar tahun 1800-an Barakong menjadi pembeda acara pernikahan antara keturunan Karaeng dengan masyarakat umum", jelas H Ibnu Mas'ud Sikki, Tokoh Masyarakat Bantaeng



5. Makanan Khas Kabupaten Bantaeng  Makanan pokok  Lauk Pauk  Ikan Pallu Mara



Ikan Pallu Mara adalah olahan ikan yang dimasak dengan kuah kuning, memiliki cita rasa asam manis yang khas. Disajikan dengan tiga sambal yakni sambel hitam, sambel terasi dan sambel cobek dan bisa juga di tambahkan sambal mangga yang membuatnya lebih mengesankan  Resep Ikan Pallu Mara Bahan :  Ikan bandeng, bersihkan dan buang sisiknya - 1 ekor  Air asam - 50 ml  Bawang putih, iris tipis - 2 siung  Bawang merah, iris tipis - 3 butir  Serai, memarkan - 1 batang  Cabai rawit - 6 butir  Tomat, potong jadi 4 bagian - 1 buah  Garam - 1 sdt  Gula merah - 1 sdt



       



Kaldu bubuk (opsional) - 1/2 sdt Kunyit bubuk - 1/2 sdt Air - 300 ml Minyak goreng - 2 sdm Cara Membuat Potong ikan bandeng jadi 3 atau 4 bagian. Sisihkan. Panaskan minyak. Tumis bawang putih dan merah hingga harum. Masukkan ikan bandeng, air asam, serai, dan kunyit. Tuangkan air lalu aduk rata. Masak hingga mendidih.  Masukkan cabai rawit dan tomat. Bumbui dengan garam, gula merah, dan kaldu bubuk. Aduk rata dan koreksi rasanya. Lanjutkan masak selama 5 menit. Angkat.  Siap disajikan.



   



Sayuran Sambal Kue Kue Lumet Singkong



Kue lemet singkong merupakan makanan tradisioanal khas bantaeng yg banyak di gemari oleh masyarakat. Bahan dasar dari kue ini adalah singkong yang telah di parut dan di campur bersama dengan gula merah dan kelapa yang telah di parut.kue ini dapat dengan mudah di temukan di pasar tradisional atau tempat-tempat yang menjual jajan basah di bantaeng. Untuk harga kue lemet singkong terbilang murah yaitu seharga Rp. 1.000,00 perbiji 



Resep Kue lumet Singkong Bahan-bahan :  1 Kg Singkong  1/4 Kg Gula merah  1/4 Kg kelapa parut  Secukupnya Garam  Secukupnya daun pisang untuk membungkus Cara Membuat :  Kupas singkong, cuci bersih kemudian parut.campur singkong dengan kelapa parut, aduk2 sampai tercampur rata.







 Sisir gula merah, siapkan daun untuk membungkus  Ambil beberapa sendok adonan singkong, ratakan kemudian isi dengan gula merah, bungkus adonan lemet.  Kukus kurang lebih 20 menit/ hingga matang.  Angkat dan sajikan. Kaloli



Kabupaten Bantaeng memiliki kuliner khas yang terbuat dari beras dan dibungkus dengan menggunakan daun aren.Masyarakat setempat menyebutnya Kaloli. Kaloli ini hanya bisa ditemukan saat hari raya dan upacara adat Gantaran Keke .Kaloli ini adalah makanan khas masyarakat Gantaran Keke, kalau ada makanan semacam ini ditemukan di daerah lain, hampir bisa dipastikan bahwa yang membuatnya itu adalah orang Bantaeng yang tinggal di daerah itu. Ternyata Kaloli mengandung nilai filosis, ujungnya yang berbentuk passapu atau penutup kepala masyarakat Bugis-Makassar, di dalamnya tersirat makna ikatan kekerabatan antar masyarakat di Gantarang Keke dan sekitarnya. Konon kuliner khas tersebut sudah ada sejak masa kerajaan Gantaran Keke



B. Bulukumba 1. Sejarah Bulukumba Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang mengorbankan harta, darah, dan nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba terhadap Kolonial Belanda dan Jepang menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 diawali dengan terbentuknya “Barisan Merah Putih” dan “Laskar Brigade Pemberontakan Bulukumba Angkatan Rakyat”. Organisasi yang terkenal dalam sejarah perjuangan ini, melahirkan pejuang yang berani mati menerjang gelombang dan badai untuk merebut cita-cita kemerdekaan sebagai wujud tuntutan hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara. 2. Letak Geografis Secara wilayah, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan,



terkenal dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km. 3 . Hasil Bumi Pertanian dan Perkebunan Dari luas area yang tersedia untuk sektor pertanian tanaman pangan sebesar 108.160 Ha hanya dikelola sebesar 93.008 Ha. Hal ini memberikan peluang untuk pengembangan sub sektor tanaman padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang hijau serta sayuran dan buah-buahan. Hasil produksi perkebunan rakyat belum nenunjukkan hasil yang ideal sehingga masih memungkinkan dikembangkan khsususnya untuk komoditi jambu mete, kakao, kapas, dan vanili. Perikanan Produksi sub sektor perikanan pada tahun 2004 sebanyak 27.233,6 ton yang ditampung pada 13 unit TPI dan 1 unit PPI. Investasi yang dibutuhkan terutama pada pengadaan alat produksi perikanan dan budi daya ikan kerapu, udang windu, bandeng, rumput laut dan tripang, pabrik pakan/tepung ikan, pabrik pengalengan ikan, cold stoeage dan pabrik es.



4. Adat Istiadat 



Ritual nganre sassang (makan dalam suasana gelap)



Digelar pada Jumat malam. Anggota keluarga yang menggelar ritual menyiapkan lilin merah serta beberapa macam makanan yang terdiri dari pisang raja, nasi putih, nasi ketan tiga warna, dan dua ekor ayam bagi yang sudah berumah tangga dan seekor ayam bagi yang belum berumah tangga.



 UPACARA ADAT APPA SULAPA



Upacara adat ini terdiri dari prosesi pembacaan mantra dalam bahasa Bugis dan Konjo, kemudian diiringi tarian dari para penari dan diakhiri dengan mekarung sesajen ke Sungai



 PAKAIAN HITAM ADAT KAJANG Bagi mereka, warna hitam adalah adat yang kental akan kesakralan. jika kita memasuki daerah Suku Kajang, maka kita harus berpakaian serba hitam. Bagi mereka warna hitam merupakan bentuk persamaan dalam segala hal. Hitam adalah lambang kesederhanaan bagi mereka. tidak ada warna hitam yang lebih baik dari hitam lainnya. Penutup kepala yang dipakai disebut Passapu dan sarungnya disebut Tope Lelleng.



 PERMAINAN TRADISIONAL COKKI, Bermakna 'mencongkel'. Cokki dimainkan mengenakan sarung tanpa mengenakan alas kaki. Menggunakan kayu berukuran setengah meter untuk mencungkil kayu kecil berukuran 5 sentimeter yang disimpan di dalam lubang tanah, kemudian dilempar ke arah lawan yang terdiri dari lima orang yang telah berdiri di depan pemain cokki.



5. Makanan Khas Bulukumba    



Makanan pokok Lauk pauk Sayuran Sayur daun kelor santan







Bahan 1 ikat daun katu 1 buah tomat 1 buah santan kara 5 btg cabe merah 4 siung bawang merah Bumbu Halus 1 cm jahe 1 cm lengkuas 2 cabe rawit 4 siung bawang putih Langkah 1. Bersihkan dan cuci daun katu 2. Tumis bumbu halus lalu masukan bawang merah yg sudah diiris tipis dan cabe 3. Kemudian masukan santan sampai wangi masukan daun katu, tunggu hingga santan mendidih masukan tomat    Sambal  Kue 1. Baulu Peca



Baulu peca / bolu peca ini memiliki ciri khas tersendiri, karena setelah bolu jadi, bolu tersebut dimasukkan kedalam cairan gula merah dan ditiriskan. Cara masaknya tidak terlalu sulit. Hampir mirip dengan membuat bolu. Pertamatama kita menyiapkan bahan”, untuk adonan bolu dibutuhkan  3 butir telur  4 sdm.



 tepung ketan putih sangrai,  dan ½ sdt. soda kue,  dan untuk adonan gula merah dibutuhkan ¾ kg. Gula merah,  1 gelas air,  dan ½ sdt. Vanili. Cara Membuat :  Setelah menyiapkan bahan-bahan, kita membuat kue bolu terlebih dahulu. Untuk membuatnya, telur dikocok bersama soda kue hingga mengembang,  kemudiantambahkan tepung ketan sangria dan sisihkan. Setelah itu tuang adonan kedalam cetakan dan dikukus hingga matang.  Setelah matang, kita menunggu kue itusampai dingin dan kemudian di potongpotong sesuai keinginan.  Ketika menunggu bolu tersebut hingga dingin, kita membuat adonan gula merah, caranya masak air hingga mendidih, campur dengan gula merah dan vanilisampai semua bahan menyatu dan mencair.  Setelah itu, adonan tersebut disaring dan didihkan kembali.Setelah bolu tersebut dipotong dan adonan gula merah sudah jadi, celupkan potongan bolu ke dalam air gula saru persatu hingga bolu berubah wrna menjadiagak kecoklatan, tiriskan. Baulu peca sudah bisa anda nikmati. 2. Bandang – bandang



Kue bandang ini merupakan sejenis kue basah dan memiliki dua jenis, bandang lojo (kue bandang tanpa pembungkus yang ditaburi kelapa) dan bandang-bandang (dibungkus daun pisang danberbahan dasar pisang juga). Kalau masyarakat pada umumnya, menyebut bandang-bandang ini sebagai kue nagasari.Cara membuat kue basah ini juga tidak sulit. Hanya membutuhkan  4 liter tepung beras baru  3 gelas gula pasir  4sdm garam,  12sdm tepung kanji



 3 liter santan, pisang secukupnya (Potong 1buah pisang menjadi 4 bagian), dan daun pisang untuk membungkus adonan bandang-bandang. Setelah semua bahan sudah siap, 1. ambil 1liter santan, campur dengan tepung beras hingga halus dan merata. 2. tambahkan tambahjan tepung kanji dan aduk hingga halus dan merata. 3. didihkan 2liter santan dan masukkan gula pasir serta adonan 1liter santan, tepung beras, dan tepung beras tadi. Aduk sampai kental, dan angkat adonan itu dari atas kompor. 4. ambil 1 sendok adonan, ratakan diatas daun pisang, isi dengan pisang, dan bungkus adonan tersebut sampai tertutup rapat 5. adonan yang sudah dibungkus dengan daun pisang tersebut dikukus hingga matang6. bandang-bandang sudah siap dinikmati



3. Kue Barongko



Bisa disebut Buronggo, disajikan sebagai makanan penutup..Kue Barongko sangat mudah dijumpai di acara adat, acara jamuan di daerah Bugis seperti acara perkawinan, sunatan, pengajiandsb.Buronggo adalah makanan yang berbahan dasar pisang kepok matang yang dikukus beserta daun pisangnya. Bahan  Pisang kepok matang - 1 sisir (600 gram)  Santan, dari 2 buah kelapa - 1,5 liter  Telur - 8 butir  Susu kental manis - 1/2 kaleng  Gula pasir - 200 gram  Garam - 1/4 sdt  Pewarna kuning (opsional) - 2 tetes  Daun pisang, potong ukuran 30x15 cm - 15 lembar  Tusuk gigi atau lidi, untuk menyemat – secukupnya Cara Membuat  Kupas pisang lalu buang bagian tengah atau biji-biji hitamnya supaya barongko nanti tidak berbintik hitam.



 Blender pisang bersama santan, telur, dan gula pasir secara bertahap hingga halus. Pindahkan adonan ke dalam wadah.  Ambil 2 lembar daun pisang lalu susun/tumpuk jadi satu. Tuangkan ½ cangkir adonan pisang ke dalam daun pisang, lalu bungkus perlahan jadi bentuk tum. Sematkan dengan tusuk gigi atau lidi. Ulangi langkah ini hingga semua adonan habis terbungkus.  Panaskan panci kukus/dandang hingga muncul uap. Kukus barongko selama 25 menit hingga matang dan daun terlihat layu berubah warna. Angkat  Siap disajikan.



C. Pinrang 1. Sejarah Pinrang Ada beberapa versi mengenai asal pemberian nama Pinrang yang berkembang di masyarakat Pinrang sendiri. Versi pertama menyebut Pinrang berasal dari bahasa Bugis yaitu kata "benrang" yang berarti "air genangan" bisa juga berarti "rawa-rawa". Hal ini disebabkan pada awal pembukaan daerah Pinrang masih berupa daerah rendah yang sering tergenang dan berawa. Versi kedua menyebutkan bahwa ketika Raja Sawitto bernama La Dorommeng La Paleteange, bebas dari pengasingan dari kerajaan Gowa. Kedatangan disambut gembira namun mereka terheran karena wajah raja berubah dan mereka berkata "Pinra bawangngi tappana puatta pole Gowa", yang artinya berubah saja mukanya Tuan Kita dari Gowa. Setelah itu rakyat menyebut daerah tersebut sebagai Pinra yang artinya berubah, kemudian lambat laun menjadi Pinrang. Sumber lain mengatakan pemukiman Pinrang yang dahulu rawa selalu tergenang air membuat masyarakat berpindah-pindah mencari pemukiman bebas genangan air, dalam bahasa Bugis disebut "Pinra-Pinra Onroang". Setelah menemukan pemukiman yang baik, maka tempat tersebut diberi nama: Pinra-pinra.



2. Letak Geografis Kabupaten Pinrang dengan ibu kota Pinrang terletak disebelah 185 km utara ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, berada pada posisi 3°19’13” sampai 4°10’30” lintang selatan dan 119°26’30” sampai 119°47’20” bujur timur. Secara administratif, Kabupaten Pinrang terdiri atas 12 kecamatan, 39 kelurahan dan 65 desa. Batas wilayah kabupaten ini adalah sebelah Utara dengan Kabupaten Tana Toraja, sebelah Timur dengan Kabupaten Sidenreng Rappang dan Enrekang,



sebelah Barat Kabupaten Polmas Provinsi Sulawesi Barat dan Selat Makassar, sebelah Selatan dengan Kota Parepare. Luas wilayah Kabupaten mencapai 1.961,77 km². 3.Hasil Bumi Perikanan Potensi Pinrang Kabupaten Pinrang yang terletak 150 km dari Kota Makassar, merupakan salah satu andalan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam bidang perikanan. Daerah berpenduduk 322.429 jiwa yang memiliki panjang pantai 93 km itu, dikenal sebagai penghasil rumput laut, udang windu, cakalang, ikan tuna, kerapu, kakap dan lainnya



4.Adat istiadat







Mappalili



Kabupaten Pinrang sebagai salah satu daerah lumbung pangan di Sulsel memiliki budaya yang masih terjaga kelestariannya. Satu diantaranya adalah Mappalili. Sebuah acara adat yang dilakukan sebagai ritual sebelum para petani turun ke sawah menanam padi. Seperti contohnya, warga bersama pemerintah desa melaksanakan Mappalili di Desa Kaliang dan Desa Massewae, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang. 5.Makanan Khas Pinrang  Makanan Pokok  Lauk pauk  Nasu Palekko



Makan ini merupakan makanan khas pinrang yang bedah dari yang lain. Palekko memiliki cita rasa yang pedas. Pelekko merupakan makan favorit masyarakat pinrang apalagi pada saat lebaran tiba. Nasu palekko asli pinrang biasanya menggunakan bebek atau itik. Tapi apabila tidak ada itik bisa menggunakan ayam. Bahan-bahan membuat nasu palekko adalah itik atau ayan, bawang merah dan putih, cabe merah kecil, dan asam.  Sayuran  Sambal  Kue  Karassa



Karasa adalah salah satu makanan khas pinrang. Panganan ini terbuat dari tepung beras dan gula aren. Meski untuk membuat Karasa diperlukan keterampilan dan kesabaran khusus namun masih banyak juga warga yang tetap memproduksinya. Panganan ini selalu ada di setiap acaraacara khusus/acara adat di Kabupaten Pinrang seperti acara sesrahan. dan dijual 10.000 perbungkus. Resep    



Bahan-bahan gula aren (gula merah), beras putih yang sudah ditumbuk, dan minyak goreng (minyak kelapa)



 Cara Membuat  Pertama-tama, beras putih yang sudah ditumbuk menjadi halus kemudian dicampur dengan air dan di aduk hingga merata.  Setelah itu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam alat khusus untuk pembuatannya. Di mana dahulunya masih menggunakan alat tradisional yang terbuat dari batok kelapa yang telah diberi beberapa lubang halus untuk pembentukan adonan.  Selanjutnya, imbuh dia, adonan yang dimasukkan ke dalam batok kelapa yang telah diberi beberapa lubang halus tempat adonan keluar tersebut, lalu dituangkan ke dalam minyak kelapa yang sudah tampak panas di atas wajan.



 



Saat proses penggorengan berlangsung, gula aren yang sudah dihaluskan lalu ditaburi di atas adonan tersebut. Setelah adonan kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk tampak berubah warna dan matang, selanjutnya diangkat dari dalam wajan dan kue khas Bugis-Makassar itu lalu dilipat menggulung dan siap untuk disajikan







Beppa Cella atau Cucuru Te’ne



Kue tradisional yang satu ini dikenal dengan nama cucuru tekne yang bahan utamanya terbuat dari tepung beras dan gula merah. Keu ini memilki khas rasa manis gula merah, renyah dan enak. Bentuknya yang khas lonjong dan sedikit mengkerucut diujungnya menjadikanya lebih unik. Resep       



1/2 kg gula merah 1 bks tepung beras rose brand 1 sdt potas/baking powder secukupnya Air secukupnya wijen penggiling (botol syrup bekas) plastik untuk menggiling adonan



Cara membuat Langkah o Panaskan panci,masukkan gula merah beri sedikit air. Masak hingga larut. Setelah itu,saring gula merahnya agar kotorannya hilang. o Masak kembali gula merah yang telah disaring. Masukkan potas. Didihkan dan aduk sampai rata. Kecilkan api. o Setelah gula merah telah di didihkan,masukkan tepung beras rose brand sedikit demi sedikit. Hinggaa akhirnya adonan mengeras di wajan. Masak hingga matang. Angkat kemudian sisihkan.



o Sediakan papan penggiling beri plastik, ambil adonan secukupnya. Kemudian giling hingga agak tipis. Taburi wijen di atasnya. Dan ptong adonan memanjang sesuai selera. Goreng di atas api yang sedang. Masak hingga matang.



D. Sinjai 1. Sejarah Sinjai KABUPATEN SINJAI dahulu terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan, SEJARAH KABUPATEN SINJAI KABUPATEN SINJAI Riolo (dulu) terdiri dari beberapa kerajaan, seperti kerajaan TELLU LIMPOE yang tergabung dalam PITU LIMPOE. TELLU LIMPOE terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berlokasi di dekat pesisir pantai Kerajaan Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, sedangakan kerajaan PITU LIMPOE adalah kerajaan-kerajaan yang berlokasi di dataran tinggi yaitu di Kerajaan Turungeng, Manimpahoi, Terasa,Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka. Dalam buku lontara atau buku sejarah bugis sinjai susunan raja-raja yang berada di Sinjai pada masa lampau (TEMPORIOLO), bahwa yang pertamakali menjadi Raja dan Arung ialah Manurung Tanralili, yang dikenal dengan gelar TIMPAE TANA atau TO PASAJA. Keturunan dari Puatta Timpae Tana atau To PASAJA merupakan pendiri Kerajaan Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti. 2.Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak pada titik 5°2'56" - 5°21'16" Lintang Selatan dan 119°56'30" - 120°25'33" Bujur Timur. Kabupaten Sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Luas wilayahnya berdasarkan data yang ada sekitar 819,96 km2 (81.996 ha). 3.Hasil Bumi 



Pertanian



Pertanian yang menonjol dari kabupaten Sinjai adalah lada dan coklat. Lada tumbuh hampir di semua kecamatan kecuali di kecamatan Pulau Sembilan. Luas areal tanamnya mencapai 3.249 hektare dengan jumlah produksi 2.380 per tahun. Sedangkan coklat atau kakao tumbuh hampir di semua kecamatan dengan luas area tanam 4.178 hektare dan hasil panen per tahun mencapai 2.129 ton. Sinjai mengkespor coklat-coklat ini ke Eropa



4.Adat Istiadat



 Marimpa Salo



Tradisi yang di beri nama marimpa salo, dimana tradisi marimpa salo digelar untuk merayakan panen hasil laut. Tradisi marimpa salo digelar masyarakat yang bermungkim di daerah pesisir pantai sinjai utara, dan sinjai timur, dimana setiap tahunya mereka mengelar acara tradisi menghalau ikan dari hulu hingga ke muara sungai. Saat perayaan marimpa solo digelar, juga dibarengi dengan pementasan tari appadekko yang menggambarkan ritual masyarakat nelayan, menikmati hasil tangkapan ikan, selain itu juga diselingi dengan ketangkasan adu silat, sebagai ungkapan kegembiraan masyarakat pesisir, setelah mereka menikmati hasil tangkapan selama setahun mereka berjuang mencari nafkah di lautan lepas. 5.Makanan Khas Sinjai    



Makanan pokok Lauk pauk Sayuran Sambal



 Kue  Kue Laiya



Kue laiya adalah salah satu hidangan yang selalu dihidangkan saat ada kegiatan adat seperti acara pengantin, syukuran sehabis panen atau saat ritual meminta perlindungan pada yang kuasa dan pelepasan niat usai bernazar. Selain bentuknya menyerupai angka delapan atau dalam isitilah lokal adalah Poto’ Nabi (Ikat Nabi), kue laiya juga merupakan identitas Bugis Makassar, Sulawesi Selatan. Bahan



     



tepung beras tepung beras ketan putih, gula aren minyak goreng, air wijen secukupnya.



Cara Membuatnya  Cukup campurkan tepung beras, tepung ketan dan gula aren.  Campur rata dan tambahkan air hingga menjadi adonan.  Kemudian bentuk adonan panjang-panjang bulat dan silangkan seperti angka delapan.  Taburi wijen dan goreng hingga matang.  Setelah matang, kue disajikan dalam wadah beralaskan daun pisang supaya kue menjadi lebih empuk dan beraroma khas.



.



BAB III



PENUTUP A. Kesimpulan Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa Pengolahan makanan



adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau



mengubah



makanan



menjadi



bentuk



lain



untuk konsumsi oleh manusia atau olehindustripengolahan makanan (Winarno,1993). Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman makanan sulsel, yaitu: Faktor geografis, Sumber daya alam, Faktor ekonomi/jual beli, Faktor pendidikan, Pengaruh luar negeri, Faktor komunikasi, Adat-istiadat , dan Kepercayaan.



B. Saran Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.



DAFTAR PUSTAKA https://sulsel.idntimes.com/food/dining-guide/ita-malau/7-jajanan-pasar-khas-sulawesi-selatanc1c2-regional-sulsel https://gosulsel.com/2019/12/23/paranggi-kuliner-khas-bulukumba-yang-ciamik/