Makalah Kwashiorkor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH GIZI & DIET ( Pencegahan & Penanganan Kwashiorkor )



KELOMPOK III RAHMAD RAMADHANI RAHMI MAULIDA SALSABILA HAYATI SUNDARI VIRA NORWINA YULIA HIKMAH YUNI NOR AHDA



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TAHUN JARAN 2018/2019



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia- Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan penuh kemudahan, tanpa pertolongan-Mu mungkin makalah ini tidak dapat kami selesaikan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan laporan kepada dosen atau mahasiswa yang bersangkutan. Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran selalu kami harapkan agar menjadi pedoman di masa yang kan datang. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.



Banjarmasin, 17 April 2019



DAFTAR ISI Kata Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB 2 PEMBAHASAN 2.1.



Pengertian Kwashiorkor



2.2.



Penyebab Kwashiorkor



2.3.



Tanda Dan Gejala-Gejala Kwashiorkor



2.4.



Penatalaksanaan Kwashiorkor



BAB 3 PENUTUP Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Protein merupakan salah satu makromolekul yang sangat penting dalam kehidupan ini terutama untuk pertumbuhan. Protein dalam tubuh akan mengalami proses metabolisme sehingga dari proses metabolisme inilah protein dapat dimanfaatkan dalam tubuh. Tubuh dapat memperoleh protein dari berbagai sumber makanan seperti ikan, telur, kacang- kacangan, susu dan lain sebagainya. Makan makanan bergizi termasuk protein sangat dianjurkan agar kebutuhan gizi dalam tubuh terpenuhi. Malnutrisi



adalah suatu keadaan



di mana



tubuh mengalami



gangguan



dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Selain itu, malnutrisi bisa disebabkan apabila asupan kalori yang berlebih dari kebutuhan harian, dan mengakibatkan penyimpangan energi dalam bentuk bertambahnya jaringan adiposa. Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi kurang energi protein (kwashiorkor). Banyaknya kasus mengenai masalah kwashiorkor di Indonesia maka untuk lebih jelasnya dalam makalah ini akan membahas mengenai masalah kwarsiorkor. 1.2.



Tujuan a. Untuk mengetahui apa itu kwashiorkor b. Untuk mengetahui penyebab kwashiorkor c. Untuk mengetahui bagaimana gejala kwashiorkor d. Untuk mengetahui cara pencegahan kwashiorkor



BAB II PEMBAHASAN 2.1.



Pengertian Kwashiorkor Kwashiorkor ialah



gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein



(Indrawati,1994). Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita) (Ngastiyah, 1995). Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikendalikan sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP), dengan beberapa karakteristik seperti edema dan kegagalan pertumbuhan , depygmentasi, hyperkeratosis. Jadi, kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang. 2.2.



Penyebab Kwashiorkor Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain : a. Pola makan Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semuamakanan mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dll) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI. b. Faktor sosial Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan



makanan tertentu dan sudah berlansung turun temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor. c. Faktor ekonomi Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya. d. Faktor infeksi dan penyakit lainnya Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Seperti gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan protein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronis, kehilangan protein secara tidak normal pada protein uria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, serta kegagalan mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronik. 2.3.



Tanda Dan Gejala-Gejala Kwashiorkor a. Edema umumnya diseluruh tubuh terutama pada kaki b. Wajah membuat dan sembab c. Otot-otot mengecil d. Perubahan status mental ( cengeng, rewel kadang apatis, iritabilitas) e. Pembesaran hati f. Sering disertai infeksi, anemia, gangguan fungsi ginjal dan diare g. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut h. Pandangan mata anak Nampak sayup i. Gagal untuk menambah berat badan j. Pertumbuhan linier terhenti



2.4. Penatalaksanaan Kwashiorkor 1. Pencegahan Karena kwashiorkor merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh defesiensi protein, jadi pencegahan yang dapat dilakukan agar anak tidak mengalami penyakit ini yaitu memperbaiki asupan protein kepada makanan anak. Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein (12 % dari total kalori). Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup lemak dan protein bisa mencegah terjadinya kwashiorkor. Protein terutamanya harus disediakan dalam makanan. Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein dari protein nabati seperti kacang ijo dan kacang kedelai. 2. Penaganan Kwashiorkor



dapat



ditangani



dengan



memberikan



makan



yang mengandung lebih banyak protein dan lebih banyak kalori secara keseluruhan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. namun sebelum melakukan itu semua, perlu ditangani terlebih dahulu masalah



kesehatan



yang



mengancam



nyawa,



misalnya dehidrasi dengan



memberikan cairan, infeksi dengan memberikan antibiotik, pemberian vitamin a dan lain-lain. Pertama diberikan lebih banyak kalori dalam bentuk karbohidrat, gula, dan lemak. setelah kalori ini menyediakan energi, selanjutnya diberikan makanan tinggi protein. Makanan harus diperkenalkan dan kalori harus ditingkatkan secara perlahan karena tubuh perlu menyesuaikan diri dengan asupan yang meningkat, karena sebelumnya kekurangan nutrisi.



BAB III PENUTUP 3.1.



Kesimpulan Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang. Penyebab dari penyakit kwashiorkor yaitu factor social, factor ekonomi, pola makan dan penyakit lama. Gejala dari kwashiorkor adalah edema pada seluruh tubuh terutama kaki, mata terlihat sayup dan wajah yang sembam. Sedangkan cara pencegahannya berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein (12 % dari total kalori).



DAFTAR PUSTAKA 1. Barasi, Mary E. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga 2. Depkes RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2011. Bagan



Tatalaksana Anak Gizi Buruk 1.