Makalah Lidah Buaya - Biologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA IRIS/SAYAT PADA KULIT



Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Biologi Dasar Dosen Pengampu : Bu Dra. Nia Yuliani , M.Pd



Oleh : Khoerunnisa Wulan Safitri 41204720120015



PROGRAM STUDI KIMIA (EKSTENSI) FAKULTAS MATEMATIKA ILMU DAN PENGETAHUAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA BOGOR 2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorbs, ekskresi, persepsi,



pengaturan



suhu



tubuh



(termoregulasi),



pembentukan



pigmen,



pembentukan vitamin D dan keratinisasi. Dalam kehidupan sehari-hari, kulit paling sering mengalami kontak dengan dunia luar sehingga mudah terkena jejas yang dapat menimbulkan luka lecet dan luka iris (Djuanda dkk, 2010) Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (Sjamsuhidajat, De Jong, 2013). Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia/ luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epithelial kulit. Organ ini berfungsi sebagai barrier terhadap lingkungan luar termasuk mikroorganisme. Data barrier ini rusak maka kulit tidak dapat melaksanakan fungsinya secara adekuat. Oleh karena itu sangat penting untuk mengembalikan integritasnya sesegera mungkin. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, poliferasi dan penyudahanyang merupakan perupaan kembali (remodeling) jaringan. Fase-fase ini terjadi slaing bertindihan (overlapping) dan berlangsung sejak terjadinya luka, sampai tercapainya resolusi luka (Sjamsuhidajat, De Jong, 2013). Berbagai cara dilakukan manusia untuk menyembuhkan luka. Secara tradisional di beberapa Negara seringkali menggunakan lidah buaya sebagai langkah pertolongan pertama pada bagian tubuh yang terluka (luka sayat maupun bakar) . Lidah buaya merupakan tumbuhan yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia (Furnawanthi, 2006). Gel lidah buaya mempunyai kemampuan untuk menyembuhan luka, luka bakar borok/eksim, memberikan lapisan pelindung pada bagian yang rusak, mempercepat tingkat penyembuhan karena lidah buaya mengandung acetylated mannose yang merupakan imunostimulan yang kuat berfungsi meningkatkan fungsi fagositik dari sel makrofag, respon sel T terhadap pathogen serta produksi interferon dan zat kimia yang meningkatkan system imun untuk menstimulasi atau merangsang antibody (Wijayakusuma, 2008) Lidah buaya



menstimulasi factor pertumbuhan epidermis, meningkatkan fungsi fibroblast dan pembentukan pembuluh darah baru sehingga dapat mempercepat penyembuhan dan penutupan luka (Furnawanthi, 2006). 1.2.



Tujuan dan Manfaat Mengetahui pengaruh lidah buaya ( Aloe vera L.) terhadap penyembuhan luka



iris/sayat pada kulit.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Luka a. Definisi Luka Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang menyebabkan gangguan kontinuitas, sehingga terjadi pemisahan struktur jaringan yang semula normal. Kejadiannya cukup sering terjadi pada aktivitas sehari-hari seperti luka tertusuk atau tersayat pisau saat aktivitas rumah tangga atau luka terbuka yang disebabkan jatuh. Berdasarkn RISKEDAS tahun 2007, rerata prevalensi cedera luka terbuka sebesar 25.4 % dengan kasus tertinggi pada ibu rumah tangga sebesar 32.2% akibat terluka beda tajam atau tumpul. 2.2 Lidah Buaya Tanaman lidah buaya (Aloe vera L.) berasal dari Afrika. Aloe vera berasal dari kata Alloeh dalam bahasa Arab berarti sangat pahit, Vera berasal dari kata verus yang berarti betul-betul. Menurut Wahyono dan Koesnandar (2002), di Indonesia dikenal sebagai lidah buaya, di Malaysia disebut jadam dan di Prancis, Jerman dan lain-lain disebut Aloe. Kingdom



: Plantae



Division



: Magnoliophyta



Class



: Liliopsida



Ordo



: Asparagales



Genus



: Aloe



Species



: Aloe vera L.



Gambar 2.1 Tanaman



Tanaman lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman yang banyak tumbuh pada iklim tropis ataupun subtropis dan sudah digunakan sejak lama karena fungsi pengobatannya. Lidah buaya dapat tumbuh di daerah beriklim dingin dan juga di daerah kering, seperti Afrika, Asia dan Amerika. Hal ini disebabkan bagian stomata daun lidah buaya dapat tertutup rapat pada musim kemarau karena untuk menghindari



hilangnya



air



daun.



Lidah



buaya



dapat tumbuh pada suhu optimum untuk



o pertumbuhan berkisar antara 16-33 C dengan curah hujan 1000-3000 mm dengan musim kering agak panjang, sehingga lidah buaya termasuk tanaman yang efisien dalam penggunaan air (Furnawanthi, 2002). Tanaman lidah buaya merupakan tanaman serofit tahunan yang efisien dalam penggunaan air karena hanya memerlukan sedikit air untuk pertumbuhannya sehingga dapat tumbuh di daerah basah maupun kering dengan daya adaptasi yang tinggi (Sudarto, 1997). Ciri khas pada tanaman lidah buaya adalah termasuk tanaman CAM yang stomatanya tertutup pada siang hari dan terbuka pada malam hari dengan sturuktur daun yang dapat memungkinkan kehilangan air secara minimal apabila stomata tertutup, menurunkan transpirasi lebih rendah dari fotosintesis sehingga efesiensi pemakaian air lebih tinggi daripada kebanyakan spesies lainnya (Gardner et al., 1991). 2.2 Morfologi Lidah Buaya a. Akar Tanaman lidah buaya memiliki akar yang menyebar pada batang di bagian bawah tanaman. Akar tidak tumbuh ke bawah seperti akar tunjang, tetapi akar lidah buaya tumbuh kesamping. Hal ini menyebabkan tanaman lidah buaya dapat mudah roboh karena perakarannya yang tidak cukup kuat menahan beban daun dan pelepah lidah buaya yang cukup berat. b.



Batang Batang lidah buaya tidak terlalu besar dan relatif pendek berukuran sekitar



10 cm. Batang lidah buaya dikelilingi daun-daun tebal dengan ujung-ujung runcing mengarah ke atas. c.



Daun Letak daun lidah buaya berhadap-hadapan dan mempunyai bentuk yang



sama. Daun lidah buaya tebal dan berbentuk roset dengan ujung yang meruncing mengarah ke atas dan tepi daun yang memiliki duri. d.



Bunga Bunga lidah buaya memiliki warna yang bervariasi, berada di ujung atas



pada tangkai yang keluar dari ketiak daun dan bercabang. Bunga pada l i d a h buaya mampu bertahan 1-2 minggu. Setelah itu, bunga akan mengalami perontokan dan tangkai pada bunga akan mengering.



2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Lidah Buaya dan Cara Perbanyakan Lidah buaya dapat tumbuh optimal apabila ditanam atau tumbuh di daerah, sebagai berikut. a. Iklim Tanaman lidah buaya tahan terdapat segala unsur iklim, yaitu suhu, curah hujan, dan sinar matahari. Tanaman ini juga tahan kekeringan, dapat menyimpan air pada daunnya yang tebal, mulut daunnya tertutup rapat sehingga dapat mengurangi penguapan pada musim kering. Suhu optimum untuk °



°



pertumbuhan tanaman lidah buaya antara 28 C-32 C. Lidah buaya termasuk tanaman yang efektif penggunaan air, sehingga dapat tumbuh di daerah basah maupun kering. Namun, lidah buaya yang tumbuh di daerah basah rentan terserang cendawan. b. Ketinggian Tempat Lidah buaya dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran tinggi sampai daerah dataran tinggi dengan ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut, tetapi untuk mendapatkan hasil terbaik sebaiknya lidah buaya dibudidayakan pada daerah yang ketinggiannya kurang dari 1.000 m dpl. c. Tanah



Tanah yang dikehendaki lidah buaya adalah tanah subur, kaya bahan organik, dan gembur. Apabila tanaman ditanam di daerah yang bertanah mineral maupun tanah diperlukan tambahan



organik,



agar



dapat



tumbuh



dengan



baik



pupuk. Derajat keasaman atau pH ideal untuk



tanaman lidah buaya adalah 5,5 - 6. Tanah yang terlalu asam dapat mengakibatkan tanaman lidah buaya keracunan logam berat, sehingga ujungujung daun menjadi kuning seperti terbakar, pertumbuhan terhambat, dan jumlah anakan berkurang. sirkulasi air dan udara selalu dalam keadaan baik sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.



Pembibitan pada tanaman lidah buaya dilakukan secara konvensional dengan mengambil anakan pada tanaman induk lidah buaya yang berada di sekitar tanaman induknya. Pemisahan anakan dari tanaman induknya ini juga salah satu hal penting



yang harus dilakukan agar tanaman lidah buaya dapat tumbuh besar, karena apabila semakin banyak anakan dan tidak dipisahkan dari indukan maka akan terjadi penyusutan pada induk lidah buaya, anakan pada lidah buaya akan muncul pada umur 56 bulan (Jatnika dan Saptoningsih, 2009). Anakan yang sudah layak untuk dijadikan bibit dengan tinggi 10 cm dan mempunyai 3 daun. BAB III PEMBAHASAN



3.1. Kandungan Senyawa Metabolit yang Berfungsi sebagai Rempah atau Obat pada Lidah Buaya Tanaman lidah buaya (Aloe vera L.) secara empiris digunakan untuk pengobatan tradisional antara lain untuk obat urus-urus dan menyuburkan pertumbuhan rambut. Daun lidah buaya dapat berfungsi sebagai anti radang, anti jamur, anti bakteri dan regenerasi sel. Di samping itu, lidah buaya bermanfaat untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker (Pertiwi & Murwani, 2012). Tabel 3.1. Nutrisi dalam lidah buaya Senyawa Vitamin



Nutrisi Literatur A, B1, B2, B3, B12, C dan Rajasekaran & athishsekar, 2007; E Nissa & Madjid, 2016; Lestari et al.,2013



Mineral



Kolin, inositol, asam folat, kalsium, magnesium, potasium,



Rajasekaran &athishsekar, 2007; Nissa & Madjid,2016; Lestari et al.,2013; Kurniasari, 2015



Enzim



sodium, mangan, tembaga, klorid, seng, zink, Amilase, katalase,



athishsekar, 2007



Asam amino



selulose, karboksipeptidase, Arginin, asparagin, asam



athishsekar, 2007



Fitokimia



aspartat, analin, serin, glutamin, theorinin, valin, Antrokuinon, anthron, saponin, sterol, lignin,



Kurniasari, 2015;



Rajasekaran & Rajasekaran & Afaf et al., 2008;



Kandungan metabolit sekunder dalam lidah buaya yaitu antara lain flavonoid, tanin, polifera dan saponin. Senyawa tersebut bermanfaat untuk obat antiseptik dan obat luka bakar. Selain itu dapat memudarkan bekas luka dan garis putih/merah akibat kehamilan atau strecth mark, merawat luka kecil akibat teriris pisau dan tergores serta memudarkan bintik-bintik kehitaman pada kulit. Metabolit sekunder pada lidah buaya diuraikan lebih jelas sebagai berikut : 1. Flavonoid Flavonoid merupakan kelompok terbesar dari senyawa fenolik, merupakan senyawa yang secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Biasanya, satu jenis tumbuhan mengandung beberapa macam flavonoid dan hampir setiap jenis tumbuhan memiliki profil flavonoid yang khas. Flavonoid adalah kelompok senyawa fenil propanoid dengan kerangka karbon C6-C3-C6. Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol 70%. Flavonoid merupakan senyawa fenol. Oleh karena itu, warnanya akan berubah jika bertambah basa atau ammonia. Inti flavonoid biasanya berikatan dengan gugusan gula sehingga membentuk glikosida yang larut dalam air. Pada tumbuhan, flavonoid biasanya disimpan dalam vakuola sel. Kandungan senyawa flavonoid dalam tanaman sangat rendah yaitu sekitar 25 %. Senyawa-senyawa tersebut pada umunya dalam keadaan terikat / konjugasi dengan senyawa gula. Secara umum, flavonoid dikelompokkan lagi menjadi kelompok yang lebih kecil (sub kelompok), yaitu: a. Flavon, contohnya luteolin b. Flavanon, contohnya : naringenin c. Flavonol, contohnya : kaempfrol. d. Antosianin e. Calkon Beberapa jenis flavon, flavanon dan flavonol menyerap cahaya tampak, sehingga membuat bunga dan bagian tumbuhan yang lain berwarna kuning atau krem terang. Sedangkan jenis-jenis yang tidak berwarna merupakan zat penolak makan bagi serangga (contoh: katecin) ataupun merupakan racun (contoh: rotenon). Pada lidah buaya terdapat jenis flavonoid yaitu tannin. Tanin diketahui mempunyai aktifitas antiinflamasi, astringen, antidiare, diuretik dan antiseptik. Sedangkan aktivitas farmakologi saponin yang telah dilaporkan antara lain



sebagai antiinflamasi, antibiotik, antifungi, antivirus, hepatoprotektor serta antiulcer. 2. Saponin Saponin adalah kelompok senyawa dalam bentuk glikosida atau steroid. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun untuk ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin juga digunakan sebagai anti mikroba. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Jika digunakan dengan benar saponin dapat bermanfaat sebagai sumber anti bakteri dan anti virus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula dalam darah, dan mengurangi penggumpalan darah.   3. Polifenol Polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik digunakan untuk mencengah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik, farmasi dan plastik. Fungsi polifenol sebagai penangkap dan pengikat radikal bebas dari rusaknya ion-ion logam (Hernani dan Rahardjo,2006). 3.2 Jalur Metabolit Sekunder Ada tiga jalur utama biosintesis MS, yaitu melalui (1) jalur asam sikimat, (2) jalur asam mevalonat dan metileritritol fosfat (MEP), serta (3) jalur malonat (Gambar 3.1).



Gambar 3.1 Ringkasan jalur-jalur utama biosintesis metabolit sekunder dan hubungannya dengan metabolisme primer (Taiz & Zeiger, 2015). Jalur biosintetik metabolit sekunder berasal dari berbagai prekursor metabolisme primer. Prekursor adalah molekul yang digunakan oleh enzim biosintetik sebagai substrat dan dikonversi menjadi suatu produk. Produknya bisa berupa senyawa intermediet, jadi digunakan sebagai prekursor enzim biosintetik berikutnya, atau sebagai produk akhir dari reaksi tertentu. Dalam suatu skema reaksi yang kompleks, dengan banyak simpangan, suatu senyawa intermediet secara simultan juga merupakan prekursor untuk bagian lain dari jalur reaksi. Sebagai contoh, asam sikimat bisa menjadi senyawa intermediet untuk metabolisme asam amino dan juga sebagai prekursor untuk biosintesis metabolit sekunder aromatik. 1. Flavonoid Biosintesis senyawa fenolik dapat melalui dua jalur, yaitu jalur asam sikimat dan jalur asam malonat (Gambar 3.2). Jalur asam sikimat digunakan dalam sintesis kelompok tanin yang dapat terhidrolisis dan senyawa-senyawa berbasis asam amino fenilalanin, misalnya lignin. Jalur asam malonat memanfaatkan asetil-koA sebagai bahan utama. Meskipun bukan merupakan jalur utama, namun senyawa intermediet dibutuhkan dalam sintesis berbagai MS dengan penggabungan produk senyawa



intermediet



dari



jalur



asam sikimat, misalnya dalam pembentukan kelompok flavonoid atau tanin yang tidak mudah terhidrolisis.



Gambar 3.2 . Senyawa fenolik tumbuhan disintesis melalui beberapa jalur. Pada tumbuhan tingkat tinggi, sebagian besar fenolik merupakan turunan fenilalanin, suatu produk jalur asam sikimat. Formula dalam kurung mengindikasikan susunan dasar kerangka karbon: C6 menunjukkan cincin benzena, dan C3 merupakan rantai tiga karbon. (Taiz & Zeiger,2015).



3.3 Bagian Tanaman yang Digunakan Sebagai Rempah/Obat Bagian-bagian dari lidah buaya yang dapat di manfaatkan sebagai obat : 1. Eksudat, Saat daun lidah buaya yang diiris dari batangnya akan meleleh semacam getah kental yang berwarna kuning. Cairan yang berasal dari bagian pelepah daun lidah buaya mengandung aloin sebagai bahan aktif laktasif/pencahar. 2. Gel, Bagian yang paling dominan dari lidah buaya adalah cairan lendir yang keluar dari kulit daun lidah buaya daun yang dikupas yang mengandung zat nutrisi yang meliputi asam amino, enzim, mineral, dan vitamin. Gel lidah buaya ini tidak memiliki warna dan tidak berbau. Gel lidah buaya yang terdiri dari polisakarida, berperan menghalangi kelembaban dan oksigen yang dapat mempercepat pembusukan makanan. Gel ini juga mengandung antibiotik dan anti



cendawan



yang



berpotensi



memperlambat



atau



menghalangi



mikroorganisme yang mengakibatkan keracunan makanan pada manusia (Reynolds dan Dweck, 1999). 3.4 Cara pemanfaatan dan Produk-produk yang Sudah Dihasilkan Tanaman lidah buaya memiliki segudang manfaat bagi manusia, antara lain sebagai bahan makanan, bahan kosmetik, bahan industri farmasi, bahan pengobatan tradisional. 1.



Sebagai Bahan Makanan



Banyak industri makanan yang telah memanfaatkan lidah buaya untuk membuat produk-produk seperti nata de aloe, teh lidah buaya, dodol, permen, dan sebagainya. 2. Sebagai bahan kosmetik



Sebagai bahan kosmetika, lidah buaya digunakan untuk membuat produk- produk seperti krim cukur, formula pelindung sinar matahari (sun protectin formula), pelembab kulit,



pembersih



muka,



penyegar,



masker,



lipstik, deodoran, shampoo, dan



kondisioner rambut. 3. Sebagai bahan industri farmasi Bagi kegiatan indutri di bidang farmasi, lidah buaya merupakan bahan untuk membuat antibiotik, antiinflamasi dan obat pencahar.



4. Sebagai bahan pengobatan tradisional Dalam ilmu pengobatan tradisional, banyak ramuan menggunakan bahan lidah buaya yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan bahwa lidah buaya dapat dijadikan sebagai obat cacing, luka bakar, bisul, luka bermasalah, amandel, sakit mata, dan keseleo. 5. Mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh Di antara ke-72 zat yang dibutuhkan tubuh itu terdapat 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Antara lain antibiotik, antiseptik, antibakteri, antikanker, antivirus, antijamur, antiinfeksi, antiperadangan, antipembengkakan, antiparkinson, antiaterosklerosis, serta antivirus yang resisten terhadap antibiotik. Dengan segudang kandungan di dalam lidah buaya, bukan cuma berguna untuk menjaga kesehatan, tetapi juga mampu mengatasi berbagai macam penyakit, seperti menurunkan gula darah pada penderita diabetes dan menurunkan tingginya kolesterol dalam tubuh. 6. Sebagai bahan baku industri pertanian Dalam industri pertanian, lidah buaya dapat digunakan sebagai pupuk, suplemen hidroponik, suplemen untuk media kultur jaringan dan penambah nutrisi pakan ternak. Hasil olahan lidah buaya begitu beragam, mulai produk kecantikan hingga produk makanan dan minuman olahan bisa dibuat dengan lidah buaya. Sebut saja kosmetik, masker wajah, shampoo, obat herbal (terutama untuk panas dalam), lotion, serta aneka makanan dan minuman yang sehat dan juga menyegarkan.



a. Minuman Meski awalnya dikenal sebagai produk kecantikan pada kenyataannya lidah buaya dapat dijadikan jus yang menyegarkan. Atau, bisa pula daging daun lidah buaya dimasukkan kedalam minuman dalam bentuk potongan dadu (seperti sari kelapa). Karena, mengandung daun lidah serat yang sangat baik produk ini sangat baik untuk pencernaan dan kulit.



b. Makanan Lidah buaya biasa diolah menjadi pudding daging lidah buaya dihaluskan untuk dijadikan campuran puding , kerupuk lidah buaya serta dodol. c. Masker Wajah Selain makanan dan minuman, lidah buaya juga dapat dijadikan masker wajah. Masker menggunakan lidah buaya sangat berguna untuk menyegarkan kulit dan memperkecil pori-pori wajah. Cara membuatnya pun cukup sederhana yaitu dengan memotong daun lidah buaya dan mengeluarkan getah yang ada di dalamnya untuk dijadikan masker. d. Sampo untuk rambut Lidah buaya sudah secara umum dikenal untuk ijadikan sampo untuk rambut. Lidah buaya secara langsung digunakan sebagai sampo untuk menyuburkan sekaligus memperkuat akar rambut. e. Obat Manfaat lain dari lidah buaya adalah sebagai alat penyembuh atau obat herbal untuk penyakit panas dalam. Cara membuatnya cukup mudah, daun lidah buaya hanya perlu dibersihkan dan dipotong-potong saja untuk mendapatkan airnya, setelah itu air yang dihasilkan diminum. Contoh produk bermerk yang telah dihasilkan dengan berbahan lidah buaya adalah: -



Wardah Hydrating Aloe Vera Gel



-



Nature Republic Soothing and Moisture Aloe Vera 92% Soothing Gel



-



Skinfood Aloe Multi Soothing Gel



-



Holika Holika Aloe Soothing Gel



Gambar 3.3 . Contoh Produk-produk yang Dibuat dari Lidah Buaya.



BAB IV KESIMPULAN Lidah Buaya merupakan tanaman rempah dan obat yang memiliki banyak manfaat. Bagian dari tanaman lidah buaya yang banyak dimanfatkan adalah gel dan eksudatnya. Metabolit sekunder yang terdapat pada lidah buaya adalah flavonoid, tanin, polifera dan saponin. Senyawa tersebut bermanfaat untuk obat antiseptik dan obat luka bakar.



DAFTAR PUSTAKA



Afaf, Abuelgasim I, Maha KMO & Elmahdi B. 2008. Effect of A. vera (Elsabar) ethanolic extract on blood glucose level in Wistar albino rats. Journal of Applied Science research 4(12): 1841-1845. Furnawanthi, I. 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. Jakarta:Agro Media. Pustaka Gardner, PF., B.R. Pearce, L.R. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanamana Tropika. Susuilo H. Subiyanto. Penerjemah :Jakarta, Universitas Indonesia Press Hernani dan Raharjo, M., 2006, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Penebar Swadaya, Jakarta Jatnika A, Saptoningsih, 2009. Meraup laba dari lidah buaya. Jakarta: Agro. Media Pustaka Lestari NP, Tjandrakirana & Kuswanti N. 2013. Pengaruh Pemberian Campuran Cairan Rebusan Kayu Secang (Caesalpia sappan L.) dan Daun Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus). LenteraBio 2(1): 113-119. Nissa C & Madjid IJ. 2016. Potensi glukomannan pada lidah buaya sebagai agen antiobesitas pada tikus dengan induksi diet tinggi lemak. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 13(1): 1-6. Pertiwi, Putri Sukma and Rahayuningsih, Hesti Murwani. 2012. Pengaruh Pemberian Jus Lidah buaya Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Wanita Prediabetes. Undergraduate thesis, Diponegoro University. Rajasekaran S & Sathishsekar D. 2007. Therapeutic evaluation of A. vera leaf gel extract on glycoprotein components in rats with streptozotocin diabetes. Journal of Pharmacology and Toxicology 2(4): 380-385. Reynolds, T and A.C. Dweck. 1999. Aloe vera leaf gel: a review update. Journal of. Ethnopharmacology. Vol 68, pp 3-37 Sudarto, Y. 1997. Lidah Buaya. Kanisius. Yogyakarta Taiz, L. Zeiger, E., Moller, I.M. and Murphy, A. 2015. Plant Physiology and Development. 6th Edition, Sinauer Associates, Sunderland, CT Wahyono E , Kusnandar .2002.Pemanfaatan Lidah Buaya. Yogyakarta