Makalah Manajemen Resiko Bencana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO BENCANA “SUMBER BENCANA PADA DESTINASI WISATA”



Di susun oleh : 1. Ni Luh Putu PuspaDewi



(P07120215049)



2. Chandra dewi



(P07120215050)



3. Ni Md.Aprilayoni Astuti



(P07120215051)



4. I Gede Dewa Wisnu Budi Suryawan



(P07120215052)



5. Ni Gusti Ayu Santika Dewi



(P07120215053)



6. Ni Putu Tamara Suci Artini



(P07120215054)



7. Putu Bayu Suadnyana



(P07120215055)



8.



POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR PRODI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya, penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan Hipotesa dan Uji Hipotesa”. Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, namun demikian penulis berharap makalah ini dapat menjadi bahan rujukan dan semoga dapat menambah pengetahuan mahasiswa–mahasiswi kelas 3B Prodi



D4 Jurusan



Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Dengan segala hormat penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.



Denpasar, 3 Maret 2018



Penulis



DAFTAR ISI



Halaman Judul KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1.Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 2 1.3.Tujuan ........................................................................................................... 2 BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................... 4 2.1.Pengertian bencana........................................................................................ 4 2.2. Dampak bencana pada destinasi pariwisata ................................................ 6 2.3. Pengertian sumber bencana pada destinasi wisata ....................................... 8 2.4. Sumber bencana pada destinasi wisata ........................................................ 9 BAB 3. PENUTUP ............................................................................................. 27 3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 27 3.2. Saran .............................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki risiko bencana yang tinggi sebagai akibat dari keadaan alam yang mengakibatkan timbulnya bahaya (high hazard), kerentanan sosial yang tinggi (high vulnerability), dan juga kapasitas masyarakat yang belum terlalu memadai (low society capacity). Menurut data WorldRiskIndex yang dirilis oleh United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS), Indonesia menjadi negara ke36 dari 173 negara yang paling berisiko bencana, dengan indeks risiko bencana mencapai 10,24%. Menurut data ini, 19,36% penduduk Indonesia terekspos langsung oleh



sumber



bencana.



Sementara



itu,



tingkat



kerawanan



(vulnerability) masyarakat Indonesia memiliki nilai yang tinggi sebesar 52,87%, bahkan lebih tinggi dari Filipina (50,90%) yang menempati urutan ke3 sebagai negara paling berisiko. Hal yang paling perlu diperhatikan adalah tingginya nilai indeks lack of coping capacities (rendahnya kapasitas penanganan untuk mengurangi dampak negatif) yang mencapai 79,49%. Negara yang dapat dijadikan pedoman untuk Indonesia adalah Yunani, karena memiliki indeks exposure yang kurang lebih sama dengan Indonesia (21,11%) tetapi memiliki indeks vulnerability yang lebih rendah sebagai hasil dari upaya pengurangan kerentanan bencana. Hal ini yang perlu diperhatikan dan bahkan ditiru agar indeks risiko bencana Indonesia dapat diturunkan yang menunjukkan baiknya upaya mitigasi bencana di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, Indonesia membutuhkan sebuah metode peningkatan kapasitas bencana yang tepat sasaran dan tepat guna untuk menurunkan tingkat risiko bencana. Salah satu sektor yang memerlukan upaya peningkatan



kapasitas masyarakat dalam penanganan bencana adalah sector pariwisata. Pariwisata, sesuai kutipan Uskup Agung Canterbury Robert Runcie dalam Waugh



(2014:



586)



yang



menyatakan



pariwisata



sebagai



‘agama



penting’orang-orang dunia saat ini, melibatkan banyak orang di dalamnya. Secara tidak langsung, banyaknya manusia dapat memengaruhi penanganan kerentanan dan kapasitas bencana. Kepadatan manusia dapat meningkatkan kerentanan tetapi juga di sisi lain dapat meningkatkan kapasitas apabila setiap orang mengetahui dan sadar tentang bencana dan risiko bencana.Di Indonesia, obyek wisata berbasis alam menjadi daya tarik pariwisata yang besar. Namun, di sisi lain, beberapa obyek wisata alam memiliki risiko bencana yang besar pula, terutama bencana alam. Lokasi obyek wisata alam pada umumnya memiliki



tingkat



bahaya/kerawanan



(hazard)



yang



tinggi



terhadap



kemungkinan terjadinya fenomena alam penyebab bencana (hazard event). Walaupun antara bencana alam (natural hazard) dan kejadian bencana (hazard event) adalah hal yang penekanannya berbeda, keduanya berhubungan erat apabila berkaitan dengan manusia (Waugh, 2014: 31). Contoh obyek wisata yang rawan bencana alam antara lain Kawah Sikidang Dieng (bencana gas beracun), Gunung Merapi (bencana vulkanik), Dieng yang (tanah longsor), dan pantai-pantai yang rawan bencana tsunami.Upaya peningkatan kapasitas masyarakat, atau dalam hal ini adalah wisatawan, sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko kerugian terutama korban jiwa dari wisatawan di tempat wisata. Menurut Nagle, dkk (2011: 296), ketika masyarakat tidak melakukan sesuatu terhadap kemungkinan bencana, maka implikasi yang utama adalah bencana akan terjadi dengan dahsyat. Namun ketika masyarakat berusaha hidup dan menyatu dengan bahaya dan risiko bencana, masyarakat akan terintegrasi dengan ancaman lingkungan dan kerentanan yang terjadi. Hal ini juga akan berlaku di sektor pariwisata. Ketika wisatawan tidakmengetahui tentang risiko kebencanaan di suatu tempat wisata, wisatawan dapat menderita kerugian yang besar, seperti saat kejadian erupsi Kawah Sileri di Dieng yang melukai 17



pengunjung (Kompas, 2 Juli 2017).Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas dan menurunkan kerentanan wisatawan adalah dengan memberikan informasi yang sebaik-baiknya tentang bencana di tempat wisata. Pemberian upaya manajemen bencana melalui penguatan nonstruktural menjadi sangat penting bahkan lebih penting daripada upaya struktural karena lebih efektif dan tepat sasaran (Flanagan, dkk. 2011: 14). Maka dari itu, penulis mencetuskan ide untuk membuat konsep penyedia informasi berbentuk portal fisik dan portal maya mengenai kebencanaan di tempat wisata berisiko bencana, bernama Portal IMBA (Informasi Mengenai Bencana di Tempat Wisata). Konsep ini akan menjadi penyedia informasi kebencanaan bagi para wisatawan yang akan dan tengah berkunjung di suatu tempat wisata yang memiliki risiko bencana alam. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan masalah, di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian hipotesis? 2. Apa saja syarat-syarat hipotesis? 3. Apa saja ciri-ciri hipotesis? 4. Apa Jenis-jenis hipotesis? 1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah untuk membahas secara mendalam tentang. 1. Agar mampu mengetahui pengertian hipotesis. 2. Agar mampu mengetahui syarat- syarat hipotesis 3. Agar mampu mengetahui ciri-ciri hipotesis 4. Agar mampu mengetahui jenis-jenis hipotesis.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Bencana Bencana menurut Undang –Undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis” Rosyidie (2004) lebih lanjut mengungkapkan bahwa bencana dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Frekuensi dan seberapa kuat atau besar bencana tersebut pun susah untuk diprediksi. Melihat sifat dari bencana tersebut, maka sering kali terjadi banyak kerugian dan korban meninggal dunia maupun luka-luka. Berdasarkan definisi bencana menurut para ahli tersebut maka definisi bencana dalam penelitian ini yaitu gangguan atau ancaman dari keadaan normal hingga menyebabkan kerugian dari gangguan tersebut yang bersumber dari alam, non alamdan sosial. Gangguan tersebut tidak dapat diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya.



2.2 Dampak Bencana Pada Sektor Pariwisata Dampak pada situs pariwisata akibat bencana yaitu : 1. Kerusakan atau musnahnya bangunan monumental yang sangat berharga sebagai sumber dan bukti sejarah. 2. Orang-orang yang menjadi korban banyak kehilangan harta benda bahkan nyawa. 3. Trauma tersendiri bagi korban ataupun wisatawan. Mereka cenderung mengesampingkan kebutuhan untuk pariwisata.



Upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menaikkan kembali citra Indonesia dimata dunia sebagai Negara yang aman dengan keindahan alam yang menakjubkan dapat dilakukan dengan cara : 1. Meningkatkan promosi dan layanan objek wisata. Contohnya membuat iklan yang ditayangkan di media elektronik dan media cetak. 2. Mengundang wartawan asing untuk meliput kawasan wisata. 3. Manambah perwakilan biro perjalanan diluar negeri dengan promo-promo yang menarik. 4. Mempermudah akses ke daerah tujuan wisata, misalnya memperbaiki jalan dan membuka penerbangan tersendiri khusus menuju daerah tujuan.



2.3.Pengertian Sumber Bencana Sumber bencana adalah penyebab yang mengakibatkan kerusakan pada alam,lingkungan dan manusia sendiri akibat dari rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.Sumber bencana pada destinasi wisata secara umum ada 3 : (1) alam(2) non alam (3) lingkungan sekitar ( social,manusia).



2.4 Sumber Bencana pada destinasi pariwisata Menurut Permen pariwisata no 29 tahun 2015 sumber bencana pada destinasi pariwisata sebagai berikut : Dalam kerangka pengembangan destinasi wisata, terdapat beberapa masalah utama yang harus dihadapi, yaitu : (1) perubahan iklim dan bencana alam, (2) ketersediaan konektifitas dan infrastruktur yang belum optimal; (3) kesiapan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal; (4) kemudahan investasi yang masih belum optimal.



Sedangkan Menurut PERMENPAR no.29 tahun 2015 sb : A. Perubahan Iklim dan Bencana Alam di Indonesia Isu perubahan iklim telah menjadi isu di seluruh dunia. Perubahan iklim ini disebabkan oleh tindakan merusak yang dilakukan manusia, seperti penebangan pohon secara sembarangan, pengerukan gunung, dan tidak dirawatnya daerah tepi pantai. Perubahan iklim ini berdampak kepada berbagai bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah, seperti banjir, kebakaran hutan, kemarau panjang, gempa bumi, gunung meletus, dan sebagainya.Isu perubahan iklim ini juga berdampak kepada pemilihan destinasi wisata oleh wisatawan dunia. Wisatawan menjadi lebih berhatihati dalam menentukan tujuan wisata ke daerah yang sering terkena bencana alam. Dengan berbagai bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, seperti seperti banjir akibat curah hujan yang berlebihan, gunung meletus, gempa bumi, kebakaran hutan dan sebagainya, membuat wisatawan lebih berhati-hati dalam menentukan tujuan wisatanya ke Indonesia. Hal ini akan berakibat kepada jumlah wisman yang datang ke Indonesia menjadi berkurang.Daya tarik wisata di Indonesia tidak luput dari kerusakan yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan bencana alam. Hal ini juga akan membuat citra Indonesia di mata wisatawan internasional menjadi kurang baik, serta diperlukan sumber daya lebih untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Maka dari itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi hal ini, seperti penyadaran masyarakat terhadap lingkungan, pemberian sanksi bagi perusahaan yang merusak lingkungan, menyusun strategi tanggap bencana lingkungan pada berbagai objek wisata, dan pembangunan citra Indonesia sebagai negara yang bebas bencana alam.



B. Ketersediaan dan Konektivitas Infrastruktur yang Belum Optimal Ketidaknyamanan wisatawan dalam berwisata dan kesulitan dalam mencapai lokasi destinasi wisata merupakan masalah akibat tidak tersedianya infrastruktur yang baik. Akibat masalah infrastruktur ini, dapat menimbulkan masalah lain, yaitu



ketidaksiapan sarana dan prasarana destinasi, keamanan, kebersihan, ketertiban destinasi, keterbatasan aksesibilitas, dan hambatan konektivitas, yang membuat jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia belum optimal. Kenyamanan wisatawan dengan melengkapi sarana, prasarana, dan fasilitas umum yang aman, bersih, dan tertib merupakan hal dasar yang perlu disiapkan oleh setiap pengelola objek wisata di daerah destinasi wisata. Citra destinasi wisata Indonesia pun akan semakin baik. Keterbatasan akses menuju daya tarik wisata prioritas seperti danau Toba, raja ampat, dan pulau Komodo perlu dikembangkan dengan menambahkan sarana transportasi yang mudah dijangkau dari daerah asal wisatawan.



C. Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi Pariwisata yang Masih Belum Optimal Banyak daerah yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi destinasi wisata Indonesia, namun tidak diimbangi oleh kesiapan masyakat sekitar. Hal ini akan berakibat pada kurang terawatnya destinasi wisata, kurang profesionalnya pengelolaan destinasi wisata, serta eksploitasi berlebihan dari destinasi wisata. Untuk mencegah timbulnya masalah tersebut, diperlukan pemberdayaan masyarakat di daerah destinasi wisata Indonesia. Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan menanamkan nilai dan tujuan pariwisata Indonesia dan memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat mengembangkan sendiri daerahnya sebagai daerah destinasi Indonesia dengan bertanggung jawab, serta turut memajukan pariwisata Indonesia.



D. Kemudahan Investasi yang Masih Belum Optimal Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang prospektif merupakan nilai tambah penting yang akan dapat meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia, Namun demikian potensi tersebut menjadi tidak memiliki arti manakala berbagai hambatan iklim usaha masih terjadi. Keruwetan birokrasi dan proses yang berbelit yang masih terjadi di sejumlah daerah menjadi catatan tersendiri yang membuat para investor



masih enggan untuk melakukan investasi. Hal ini perlu ditangani dengan berbagai langkah misalnya dengan membuat kebijakan yang mempermudah proses investasi dengan tetap memperhatikan daerah destinasi disertai pengawasan kepada proses tersebut. Sedangkan dari segi non alam atau manusia itu sendiri dapat ditinjau hal yang berpotensi menimbulkan bencana pariwisata yaitu : 1.



Tingkat Pengetahuan bencana terdiri dari :



a.



Tingkat Pengetahuan umum yang dimiliki masyarakat pengunjung destinasi wisata yang berpotensi bencana :



1) Perusahaan



memiliki



program



pelatihan



kebencanaan



atau



yang



berhubungan dengan kebencanaan yang melibatkan semua komponen manajemen dan terdokumentasi. 2) Sudah



pernah



melakukan/berpartisipasi



dalam



pelatihan



singkat



kebencanaan yang diberikan oleh dinas/instansi yang relevan dan ada tanda bukti sertifikat/surat keterangan secara individu atau kelembagaan, 3) Jika poin b diatas terpenuhi, apakah sudah disosialisasikan dilingkungan perusahan . 4) Apakah daftar manajemen atau staff yang telah mengikuti pelatihan kebencanaan disediakan 5) Tersedia referensi/dokumen tentang kebencanaan dan pengurangan risiko bencana yang mudah diakses oleh manajemen dan staff. 6) Pernah mendatangkan ahli/konsultan dalam upaya pengurangan risiko bencana dan peningkatkan kapasitas pengetahuan kebencanaan. 7) Memiliki pengetahuan tentang cuaca, iklim, kualitas udara, gempa bumi dan tsunami sesuai hazard masing-masing. 8) Mengetahui potensi risiko bencana yang terjadi dilingkungan perusahaanya dan mengetahui cara penanganannya 9) Tersedia dokumen kajian risiko yang disusun berdasarkan potensi hazard dilingkungan perusahannya masing-masing



b.



Tingkat Partisipatif dalam kegiatan kebencanan



1) Perusahaan pernah mengikuti seminar/lokakarya atau sejenisnya yang diselenggarakan oleh lembaga profesional kebencanaan seperti BPBD, BMKG, SAR, PMI, Dinas Kesehatan, BPPT, LIPI, Perguruan Tinggi dll. Dibuktikan dengan sertifikat/Surat Keterangan. 2) Perusahan



pernah



mengikuti



drill/simulasi



yang



dilakukan



oleh



Dinas/Lembaga yang menangani kebencanaan. 3) Perusahan pernah terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana yang diselenggarakan oleh Dinas/Instansi kebencanaan minimal dilakukan didaerah sekelilingnya. 4) Pernah terlibat langsung/berpartisipasi dalam kegiatan tanggap darurat bencana. Sedangkan dari segi factor alam yang menentukan bencana pada destinasi wisata adalah 1) Lokasi wisata Lokasi wisata yang dimaksud adalah bagaimana keadaan dan keamanan lokasi wisata yang ada, apakah tempat wisata tersebut dekat dengan air,api,kering,tandus,lembab,rawan longsor,tebing. 2) Jenis tempat wisata Jenis tempat wisata yang dimaksud adalah apakah tempat wisata itu di pantai,pegunungan,dataran tinggi atau dataran rendah. 3) Potensial bencana ditempat wisata Potensial bencana tempat wisata yang dimaksud apakah tempat wisata tersebut berpotensi mengancam nyawa atau berpotensi timbulnya bencana tsunami,kebakaran,letusan gunung merapi,longsor,banjir.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata merupakan industri yang dikembangkan dan diandalkan sebagai salah satu sektor pendorong pertumbuhan ekonomi, dikarenakan sektor pariwsiata berpengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Pariwisata ini merupakan industri yang rentan terhadap berbagai peristiwa bencana. Ia bisa menjadi “yang terdampak” dari kemunculan bencana atau memicu kemunculan bencana itu sendiri. Bencana sendiri merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia baik dari segi materi, ekonomi atau lingkungan. Oleh karena industri pariwisata sangat rentan terhadap berbagai peristiwa bencana, maka diperlukan suatu manajemen untuk menghadapi resiko dari terjadinya bencana itu sendiri. Tahapan proses manajemen resiko bencana pariwisata antara lain meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, aksi tanggap (response), dan pemulihan. Pencegahan terhadap bencana dengan menggunakan tahapan tersebut dilakukan dengan kolaborasi seluruh pihak baik pihak pemerintah, swasta, masyarakat, pemilik industri pariwisata dan juga BNPB maupun BPBD setempat. Untuk mendapatkan sertifikasi kesiapsiagaan dalam industri pariwisata, terdapat beberapa aspek yang akan dinilai. Aspek – aspek tersebut meliputi pengetahuan mengenai kebencanaan, partisipasi dari pengusaha di bidang pariwisata dalam mengikuti kegiatan kebencanaan, mitigasi struktural dan non struktural dari perusahaan, kesiapsiagaan dan kapasitas respon yang dimiliki untuk menghadapi bencana serta persiapan dan pengorganisasian yang ada.



B. Saran Bencana merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, oleh karena itu penulis menyarankan agar para masyarakat pada umumnya dan pemilik industri pariwisata khususnya agar tetap bersiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi resiko dampak yang akan ditimbulkan. Kesiapsiagaan dapat dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi mengenai pendidikan kebencanaan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui langkahlangkah penanggulangan bencana dan diharapkan dengan pendidikan yang telah di dapat, masyarakat dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat apabila terjadi bencana, dapat memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat adanya bencana.



DAFTAR PUSTAKA Comes, Martina, dkk. 2016. WorldRiskReport 2016. Bonn: United Nations University EHS



Nagle, Garrett dan Guinness, Paul. 2011. Geography: Cambridge International A and AS Level.



London: Hodder Education



Waugh, David. 2014. Geography: An Integrated Approach. Oxford: Oxford University Press



Flanagan, dkk. 2011. A Social Vulnerability Index for Disaster Management.



Journal of Homeland Security and Emergency Management, Vol. 8,Issue 1, Article 3, hlm. 1-21



Maharani, Dian. 2017. Kawah Sileri Dieng Meletus, Lokasi Wisata Ditutup(daring).



http://regional.kompas.com/read/2017/07/02/15314031/kawah.sileri.dieng.meletus.lokasi.wisata



.ditutup diakses Sabtu, 25 November 2017, pukul 10.00



Hertanto, Heka. 2011. Manajemen Bencana Berbasis Masyarakat. Jakarta : Media Indonesia



Martens, T., Garrelts, Grunnenberg, H., and Lange, H. : Taking The Heterogeneity Of Citizens Into Account: Flood Risk Communication In Coastal Cities – A Case Study Of Bremen. Natural Hazards and Earth System Sciences.



Sutton, J., and Tierney, K. 2006. Disaster Preparedness: Concepts, Guindance and Research. Colorado: University of Colorado.



UN-ISDR. 2002. Living with Risk: A Global Review of Disaster Reduction Initiatives. Preapared as An Inter-Agency Effort Coordinated by the ISDR Secretariat with special support from the Government of Japan, the World Meteorological Organization and the Asian Disaster Reduction Center (Kobe, Japan). Geneva: ISDR Secretariat.