Makalah Materi Genetik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATERI GENETIK (DNA, RNA, PLASMID, TRANSPOSABLE ELEMENT, EPISOME DAN EXTRACHROMOSOMAL INHERITANCE)



MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Genetika dan Evolusi Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. H. Moh Amin, S.Pd., M.Si., dan Ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.



Oleh: Alfinda Unzilatur R.



(180351619086)



Cica Adelia P.



(180351619006)



Rizky Berlian Ilahi



(180351619013)



Kelompok 1 / Offering A



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA Januari 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Materi Genetik (DNA, RNA, plasmid, transposable element, episome dan extrachromosomal inheritance)” ini dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak akan mendapat hasil yang baik tanpa adanya bimbingan, bantuan, saran dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada: 1.



Bapak Prof. Dr. H. Moh Amin, S.Pd., M.Si., dan Ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Genetika dan Evolusi Pendidikan IPA Offering A 2018 yang telah membimbing dan memberi arahan kepada kami.



2.



Orang tua kami yang telah memberi fasilitas dan do’a



3.



Serta teman-teman yang membantu kami menyusun makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini



masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangatlah diharapkan demi perbaikan makalah ini. Malang, Januari 2020



Tim Penulis



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI.................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4 1.1



Latar Belakang ......................................................................................... 4



1.2



Rumusan Masalah .................................................................................... 4



1.3



Tujuan ....................................................................................................... 5



BAB II ISI ............................................................................................................... 6 2.1



Materi Genetik .......................................................................................... 6



2.2



DNA (Deoxyribonucleic acid) ................................................................. 7



2.3



RNA.......................................................................................................... 8



2.4



Plasmid ................................................................................................... 10



2.5



Transposable Element ............................................................................ 12



2.6



Episome .................................................................................................. 16



2.7



Extrachromosomal Inheritence ............................................................... 17



BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18 3.1



Kesimpulan ............................................................................................. 18



3.2



Saran ....................................................................................................... 18



DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 19



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bila dibandingkan dengan cabang-cabang biologi lain, genetika berkembang sangat pesat. Pada awalnya kajian genetika bersifat nonmolekuler. Para ahli genetika mula-mula terutama mengkaji bagaimana sifat atau gen diwariskan dari induk ke keturunannya selama reproduksi serta bagaimana gen-gen bekerja sama mengontrol berbagai sifat seperti tinggi badan, warna rambut dan sebagainya (Brown, 2010). Perubahan arah pengkajian dibidang genetika baru terjadi pada tahun 1930-an. Pada saat diketahui bahwa gen merupakan sesuatu yang bersifat fisik, sehingga sebagaimana halnya komponen-komponen sel lain, gen tersusun dari molekul-molekul; dan oleh karena itu seharusnya dapat dipelajari secara langsung dengan bantuan metode biofisik maupun biokimia. Perkembangan inilah yang melahirkan biologi molekuler, yang pada mulanya berupaya mengidentifikasi sifat kimia gen. Pada saat ini biologi molekuler diartikan sebagai cabang biologi yang mengkaji interaksi biokimia maupun interaksi molekuler dalam sel (Snustad dan Simmons, 2012). Dewasa ini kajian yang bersifat molekuler sudah sangat berkembang. Kita ketahui bersama bahwa dewasa ini bahkan tengah dikembangkan teknologi rekayasa genetika yang memberikan banyak harapan bagi kita di berbagai bidang kebutuhan termasuk upaya terapi gen. Selain itu, genetika sudah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang di antaranya pertanian, kesehatan, industri farmasi, hukum serta kemasyarakatan dan kemanusiaan.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari makalah ini dapat ditulis sebagai berikut. 1.2.1 Bagaimana pengertian dari materi genetik secara umum? 1.2.2 Bagaimana pengertian dan susunan dari DNA? 1.2.3 Bagaimana pengertian dan susunan dari RNA? 1.2.4 Bagaimana pengertian dan susunan dari Plasmid? 1.2.5 Bagaimana pengertian dan susunan dari transposable element? 1.2.6 Bagaimana pengertian dan susunan dari episome?



4



1.2.7 Bagaimana pengertian dan susunan dari extrachromosomal inheritence?



1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari makalah penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dari materi genetik secara umum. 1.3.2 Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dan susunan dari DNA 1.3.3 Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dan susunan dari RNA. 1.3.4 Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dan susunan dari Plasmid 1.3.5 Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dan susunan dari transposable element 1.3.6 Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dan susunan dari episome 1.3.7 Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dan susunan dari extrachromosomal inheritence



5



BAB II ISI 2.1 Materi Genetik Materi genetik adalah unit pewarisan sifat bagi makhluk hidup. Materi genetik berada pada seluruh tubuh. Pada setiap sel mengandung kromosom yang terdiri dari uraian gen. Gen adalah unit pewarisan sifat bagi organisme makhluk hidup. Gen mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai informasi genetik yang dibawa oleh setiap individu ke keturunannya dan sebagai pengatur metabolisme untuk perkembangan setiap mahkluk hidup. Suatu molekul dapat disebut sebagai materi genetik apabila memenuhi persyaratan. Adapun persyaratannya ialah sebagai berikut: 1. Materi genetik harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada keturunannya, dari generasi ke generasi.



2. Materi genetik harus mengatur perkembangan fenotipe organisme. Artinya, materi genetik harus mengarahkan pertumbuhan dan diferensiasi organisme mulai dari zigot hingga individu dewasa.



3. Materi genetik sewaktu-waktu harus dapat mengalami perubahan sehingga organisme yang bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah. Tanpa perubahan semacam ini, evolusi tidak akan pernah berlangsung. Tahun 1869, seorang berkebangsaan Jerman yang merupakan ahli ilmu kimia yang bernama Friedrich Miescher menyelidiki susunan kimia dari nukleus sel. Menurutnya, nukleus sel tidak terdiri dari karbohidrat, protein maupun lemak, tetapi terdiri dari zat yang mempunyai kandungan fosfor tinggi. Oleh karena zat tersebut berada di dalam nukleus sel, maka zat itu disebut nuklein. Nama ini kemudian diubah menjadi asam nukleat, karena asam ikut menyusunnya. Asam nukleat tersebut terdiri dari dua tipe, yaitu: 1. Asam deoksiribonukleat atau DNA 2. Asam ribonukleat atau RNA



6



2.2 DNA (Deoxyribonucleic acid) Asam deoksiribonukleat atau yang dikenal dengan DNA merupakan salah satu materi atau bahan genetik. Bagian terbesar dari DNA terdapat di dalam kromosom. Sedikit DNA terdapat juga di dalam organel seperti mitokondria dan kloroplas. Asam nukleat tersusun atas nukleotida yang bila terurai terdiri dari gula, fosfat dan basa yang mengandung nitrogen. Karena banyaknya nukleotida yang menyusun DNA, maka molekul DNA merupakan suatu polinukleotida. 1. Gula. Molekul gula yang menyusun DNA adalah sebuah pentosa, yaitu deoksiribosa 2. Fosfat. Molekul fosfatnya berupa PO4 3. Basa. Basa nitrogen yang menyusun molekul DNA dibedakan atas: a. Kelompok pirimidin. Kelompok ini dibedakan atas basa:  Sitosin (C)  Timin (T) b. Kelompok purin. Kelompok ini dibedakan atas basa:  Adenin (A)  Guanin (G) Dalam tahun 1953 Watson dan Crick mengatakan bahwa molekul DNA mempunyai bentuk sebagai pita dobel yang saling berpilin atau disebut double helix. Deretan gula deoksiribosa dan fosfat menyusun pita spiral dan merupakan tulang punggung (black bone) dari molekul DNA.



Sumber: (Snustad dan Simmons, 2012)



7



Gugus fosfat dan gula terletak di sebelah luar sumbu. Seperti telah disebutkan di atas, nukleotida-nukleotida yang berurutan dihubungkan oleh ikatan fosfodiester. Ikatan ini menghubungkan atom C nomor 3‘ dengan atom C nomor 5‘ pada gula deoksiribosa. Di salah satu ujung untai polinukleotida, atom C nomor 3‘ tidak lagi dihubungkan oleh ikatan fosfodiester dengan nukleotida berikutnya, tetapi akan mengikat gugus OH. Oleh karena itu, ujung ini dinamakan ujung 3‘ atau ujung OH. Di ujung lainnya atom C nomor 5‘ akan mengikat gugus fosfat sehingga ujung ini dinamakan ujung 5‘ atau ujung P. Menurut (Astadana, 2018), bukti bahwa DNA merupakan materi genetik dapat dipelajari dari bakteriofag atau faga, yaitu virus yang menginfeksi bakteri. Komponen virus terdiri dari DNA (atau RNA pada virus tertentu) dan protein yang menyelubunginya. Untuk memperbanyak diri, virus harus menginfeksi sel dan mengambil alih perangkat metabolisme sel tersebut. Bakteriofag artinya pemakan bakteri. Materi genetik dari bakteriofag yang dikenal sebagai T2 itu adalah DNA. Alfred Hershey dan Martha Chase menyebutkan T2 merupakan salah satu dari faga yang menginfeksi bakteri Escherichia coli (E. coli) yang hidup di usus mamalia. Seperti virus lainnya T2, terdiri dari DNA dan protein. Melalui E.coli, T2 bisa memperbanyak diri, sehingga disebutkan bahwa E.coli sebagai pabrik penghasil T2 yang dilepas ketika sel itu pecah. T2 dapat memprogram sel inang (E.coli) untuk memproduksi virus, tetapi belum diketahui bagian mana dari virus tersebut yang berperan program tersebut, protein atau DNA.



2.3 RNA (Ribonucleic acid) Berbeda dengan DNA, RNA merupakan rantai tunggal polinukleotida. Tiap ribonukleotida terdiri dari 3 gugus molekul, yaitu gula 5 karbon (ribosa), gugus fosfat, membentuk punggung RNA bersama ribosa, basa nitrogen, yang terdiri dari basa purin yang sama dengan DNA sedangkan pirimidin berbeda, yaitu sitosin dan urasil, dan gugus fosfat. RNA berperan dalam proses sintesis protein di dalam sel. Akan tetapi, pada beberapa jenis virus, RNA berperan seperti DNA untuk membawa informasi genetik.



8



Menurut (Astadana, 2018), RNA dikatakan sebagai materi genetik dibuktikan melalui percobaan oleh A. Gierer dan G. Schramm pada tahun 1956 yang melakukan percobaan menginokulasi RNA murni dari TMV pada tanaman tembakau. Percobaan ini dilanjutkan oleh H. Fraenkel-Conrat dan B. Singer pada tahun 1957. Mereka memisahkan RNA dan protein dari strain TMV yang berbeda. RNA dan protein tersebut kemudian direkontruksi dengan pasangan yang RNA dan protein dari strain yang berlainan. Kedua hasil hibrida virus ini kemudian diinfeksikan pada daun tanaman tembakau. Isolasi virus dari daun yang terinfeksi menunjukkan bahwa gejala penyakit yang disebabkan hibrida virus tersebut sangat spesifik dengan RNA dari strain TMVnya, bukan proteinnya. Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada TMV, RNA adalah materi genetik.



9



2.4 Plasmid Plasmid adalah molekul DNA sirkuler berukuran relatif kecil di luar kromosom yang terdapat di dalam sel prokariot, khususnya bakteri dan sel eukariotik tingkat rendah. DNA plasmid berukuran lebih kecil dari DNA kromosom dan dapat bereplikasi sendiri (Nusantari, 2015). Pada kelompok prokariot memiliki lebih dari satu unit bahan genetik utama yaitu plasmid. Kemudian pada kelompok eukariot bahan genetik utama terdiri atas beberapa unit independen yang terpisah namun semua unit bahan genetik merupakan satu kesatuan genom yang menentukan kelangsungan hidup (Yuwono, 2005). Plasmid merupakan molekul DNA ekstrakromosomal yang dapat bereplikasi (memperbanyak diri) secara mandiri dan ditemukan dalam sel prokariot dan eukariot. Secara alami plasmid terdapat pada bakteri dan beberapa organisme eukariot seperti Saccharomyces ceriviseae. Variasi ukuran plasmid yaitu antara 1 kb sampai 200 kb. Dalam penelitian rekayasa genetika, plasmid dapat digunakan sebagai kendaraan molekuler untuk memasukkan gen dari luar ke dalam sel inang (Yadav et al, 2011).



10



(Sumber: Brown, 2010) Gambar di atas merupakan plasmid dalam sel bakteri, dimana a adalah plasmid dan b adalah kromosom bakteri. Terdapat 3 komponen penting pada plasmid, antara lain: 1) Origin of replication (ORI), sehingga plasmid dapat bereplikasi secara mandiri 2) Memiliki daerah yang unik sebagai situs pemotongan enzim endonuclease, biasanya disebut dengan multiple cloning site (MCS) 3) Membawa penanda seleksi (biasanya resistensi terhadap antibiotika) untuk membedakan antara sel inang yang mengandung plasmid atau tidak. Klasifikasi plasmid berdasarkan karakteristik gen yang dikodenya. Berikut 5 jenis plasmid berdasarkan karakteristik gen yang dikodenya, yaitu: 1) Plasmid fertilitas atau F, membawa gen tra sehingga plasmid dapat berpindah secara konyugasi, contoh plasmid F pada E. coli 2) Plasmid resisten atau R, membawa gen resistensi terhadap antibiotika, contoh: resistensi terhadap kloramfenikol, ampisilin, dan zeocin, 3) Plasmid Col mempunyai gen pengkode protein kolisin, protein yang dapat membunuh bakteri lain, contoh ColE1 pada E. coli, 4) Plasmid degradatif memungkinkan sel inang memetabolisme senyawa yang tidak umum (toluene dan asam salisilat), contoh: Tol pada Pseudomonas putida,



11



5) Plasmid virulensi, memungkinkan sel inang dapat menginfeksi organisme lain. Contoh plasmid Ti pada Agrobacterium tumefaciens (Brown, 2010). Plasmid mampu untuk bereplikasi sendiri, dapat berkombinasi dengan DNA lain dan dapat membawa DNA dalam pusat aktivitas sintetis sel, sehingga plasmid digunakan dalam teknik rekayasa genetika. Misalnya plasmid TI (tumor inducing) membawa sequence DNA yang merubah bentuk sel tanaman dikotil, seperti tembakau dan bunga matahari menjadi sel tumor. Tumor hasil transformasi ini dihubungkan dengan penyakit Crowngall. Penyakit ini bentuknya seperti bintik yang bergerombol yang diinducing suatu bakteri yang disebut Agrobacterium tumevacien (Nusantari, 2015). Berdasarkan dari segi penelitian genetika, plasmid telah lama dikenal sebagai vektor dalam teknik rekayasa genetika. Salah satu contoh yang populer yaitu bakteri penghasil insulin, bakteri ini dihasilkan dengan menanamkan plasmid yang telah di modifikasi dengan disisipi gen pengkode insulin, dengan memiliki plasmid tersbut, bakteri itu mampu memproduksi insulin. Selain itu masih banyak contoh-contoh lain terkait manfaat plasmid di bidang penelitian genetika (Dale and Park, 2004). 2.5 Transposable Element Transposable Element adalah sekuens DNA yang dapat berpindah posisi. Transposable Element adalah DNA, sehingga merupakan materi genetik yang ada di dalam kromosom utama yang dapat berpindah-pindah tempat yang ditemukan pada sel prokariot dan eukariot. Ukurannya cukup kecil, berkisar antara 500-10000 pasang nukleotida (Nusantari, 2015). Berdasarkan cara bertransposisi, transposable element dapat dikategorikan menjadi 3 antara lain: 1. Cut and paste, transposisi dilakukan dengan mengeluarkan elemen dari posisinya dalam kromosom dan memasukkan ke posisi yang lain. Peristiwa ini disebut juga dengan penarikan dan penyisipan yang dikatalisis oleh enzim transposase dimana



12



dihasilkan oleh materi itu sendiri. Secara fisik elemen dipotong dari sebuah kromosom dan disisipkan ke situs yang baru bahkan di kromosom yang berbeda. 2. Replikatif, transposisi dicapai melalui proses yang melibatkan elemen DNA transposabel. Penyalinan materi genetik terjadi selama proses transposisi. 3. Retrotransposons, menghasilkan molekul RNA yang ditranskripsi terbalik menjadi molekul DNA dimana molekul-molekul DNA ini kemudian dimasukkan ke dalam posisi genom yang baru. Transposable Element pada bakteri terbagi menjadi 3 jenis utama yang dibedakan berdasarkan ukuran dan strukturnya, yaitu: a. Elemen IS (Insertion Sequences), elemen ini paling sederhana dimana hanya mengandung gen yang mengkode protein yang terlibat transposisi. Elemen ini adalah urutan sisipan yang merupakan unsur genetik yang mampu menyisip ke tempat baru pada replikon yang sama maupun berbeda. Elemen IS tidak dapat mereplikasi dirinya sendiri.



(Snustad dan Michael, 2012).



b. Komposit Transposon, terbuat ketika kedua elemen IS saling berdekatan. Adanya 2 elemen IS yang menginsersi sekuens DNA dengan posisi yang berdekatan satu sama lain dikenal dengan composite transposon atau biasa



13



disingkat Tn. Beberapa Tn yang dikenal antara lain Tn 9, Tn5 dan Tn10. Tiap-tiap Tn tersebut mengandung gen yang mengkode sifat resisten terhadap antibiotik. c. Elemen Tn3, merupakan elemen dari kelompok transposons yang memiliki ulangan ujung terbalik sepanjang 38-40 pasang nukleotid, lebih besar daripada elemen IS dan biasanya mengandung gen yang dibutuhkan untuk transposisi. Tn3 elemen memiliki 3 gen utama yani tnpA, tnpR, dan bla. Transposisi pada Tn3 berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama adalah transposase memediasi penggabungan antara dua molekul sehingga membentuk struktur yang disebut cointegrate. Selama proses ini, transposon mengalami replikasi dan masing-masing membentuk sambungan pada cointegrate. Pada tahap kedua, pengkode tnpR memutuskan mediasi rekombinasi pada lokasi yang spesifik antara dua Tn3 elemen. tahapan ini muncul pada urutan di Tn3 yang disebut res, lokasi resolusi, dan menyebabkan timbulnya dua molekul, masing-masing dengan kopian dari transposon.



(Gambar: Snustad dan Michael, 2012) Transposable Cut-and-Paste Pada Eukariotik 1. Elemen Ac dan Ds di Jagung The Ac dan Ds elemen dalam jagung ditemukan oleh ilmuwan Amerika Barbara McClintock. McClintock menemukan Ac dan Ds elemen dengan mempelajari kerusakan kromosom. Dia menggunakan penanda genetik yang mengontrol warna biji jagung untuk mendeteksi peristiwa kerusakan. Ketika penanda tertentu hilang, McClintock disimpulkan bahwa segmen kromosom yang itu terletak juga telah hilang, merupakan indikasi bahwa peristiwa kerusakan telah terjadi. Hilangnya penanda terdeteksi oleh perubahan dalam warna aleuron, lapisan



14



terluar dari endosperm triploid biji jagung. McClintock memberi nama faktor yang menyebabkan kerusakan ini Ds (disosiasi). Ds diaktifkan oleh faktor lain yang disebut Ac (aktivator). Dua faktor inilah yang menyebabkan ketidakstabilan. Baik Ac maupun Ds adalah bagian dari elemen transposabel. Elemen ini secara struktur saling terhubung dan dapat memasuki lokasi berbeda pada kromosom. Ketika salah satu dari elemen ini masuk atau berada dekat sebuah gen, fungsi dari gen tersebut telah berubah. Bahkan fungsi dari gen tersebut bisa benarbenar hilang. Oleh karena itu, McClintock menyebut Ac dan Ds sebagai elemen pengontrol (Snustad, 2012). 2. P Elements dan Hybrid Dysgenesis pada Drosophila Ukuran elemen P sangat bervariasi, yang terkecil memiliki panjang inverted terminal repeats 31 pasang nukleotida dengan 8 pasang nukleotida target site duplication. Sedangkan yang terbesar memiliki 2907 pasang nukleotida. Elemen yang lengkap bersifat autonom karena memiliki gen yang mengkode protein transposase. Bila protein transposase mengikat pada elemen tersebut maka elemen dapat berpindah pada posisi yang lain dalam genom tersebut. Sedangkan elemen P yang secara struktural tidak lengkap maka elemen tersebut tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi transposase. Namun, elemen tersebut masih dapat bergerak/berpindah ketika transposase diproduksi pada tempat lain dalam genom tersebut. Drosophila yang memiliki elemen P mempunyai mekanisme untuk mengatur pergerakannya. Akibatnya, elemen P pada turunan ini bergerak bebas dan menimbulkan abnormalitas genetik yang disebut dengan P-M hybrid disgenesis. Hal ini mengakibatkan mutasi dalam frekuensi yang tinggi, sekaligus terjadinya pemutusan kromosom, segregasi kromosom, dan dampak yang lebih fatal adalah kesalahan perkembangan gonad. Kondisi ini dapat menyebabkan sterilitas. Seluruh turunan yang dihasilkan dari persilangan jantan cytotype P dengan betina cytotype M memiliki kelainan tersebut, akan tetapi kondisi semua keturunan tersebut tampak sehat. Hal ini terjadi karena pergerakan elemen P hanya pada sel-sel kelamin sedangkan pada sel-sel tubuh elemen P tidak melakukan transposisi, karena gen transposase yang mengatur pergerakan elemen P tidak dapat terekspresi pada selsel tubuh (Nusantari,2015).



15



2.6 Episome Episom adalah DNA diluar kromosom dan merupakan unsur-unsur genetik bebas yang dapat berkembang dalam sel bakteri baik dalam keadaan autonom (menggandakan diri dan dipindahkan tanpa bergantung kepada kromosom bakteri) maupun pada keadaan terintegrasi (melekat pada kromosom bakteri dan berperan dalam rekombinasi genetika yang dipindahkan bersama kromosom bakteri tersebut). Perilaku bergabung inilah yang membedakan antara episom dan plasmid. Pengertian di atas diperkuat oleh Garner (1991) yang menyebutkan bahwa episom merupakan elemen genetik yang memiliki dua alternatif cara replikasi. (1) sebagai bagian yang terintegrasi dalam kromosom utama dan (2) sebagai elemen genetik autonom yang independen (berdiri sendiri) dari kromosom utama.Jika plasmid bentuknya independent dan tidak bisa berintrgrasi dengan DNA bakteri. Ukuran episom lebih besar daripada plasmid. Proses tersebut episom seolah-olah bertindak sebagai “pejantannya” karena episom beserta gen yang ditempelinya dapat mentransfer ke sel yang lain. Virus adalah contoh episom karena virus dapat mengintegrasikan materi genetiknya ke dalam DNA kromosom inang dan bereplikasi bersama dengam DNA kromosom lainnya. Dalam bidang rekayasa genetika, episom memberikan manfaat yang cukup besar, yaitu gen yang disuntikkan akan bergabung pada DNA utama pada sel target. Replikasi episome yaitu dapat menyisip ke kromosom utama sel induk dan didapatkan copy-an yang juga terdapat sisipan plasmid pada kromosom utama.



Sumber: Gardner, 1991 dalam Buku Principle of Genetics



16



2.7 Extrachromosomal Inheritence



17



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Materi genetik adalah unit pewarisan sifat bagi makhluk hidup. Materi genetik berada pada seluruh tubuh. Pada setiap sel mengandung kromosom yang terdiri dari uraian gen. Gen adalah unit pewarisan sifat bagi organisme makhluk hidup. Gen mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai informasi genetik yang dibawa oleh setiap individu ke keturunannya dan sebagai pengatur metabolisme untuk perkembangan setiap mahkluk hidup. Suatu molekul dapat disebut sebagai materi genetik apabila memenuhi persyaratan. Adapun persyaratannya ialah sebagai berikut: 1) Materi genetik harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada keturunannya, dari generasi ke generasi. 2) Materi genetik harus mengatur perkembangan fenotipe organisme. 3) Materi genetik sewaktu-waktu harus dapat mengalami perubahan sehingga organisme yang bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah. Tanpa perubahan semacam ini, evolusi tidak akan pernah berlangsung. 3.2 Saran Berdasarkan pembahasan makalah di atas terdapat saran bahwa penulis sebaiknya berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki isi dari makalah ini. Selain itu, sebaiknya penulis juga memberikan materi yang lebih lengkap dan detail agar dapat memberikan wawasan kepada pembaca secara baik.



18



DAFTAR PUSTAKA



Astadana, Ida Bagus Made dan Savitri, Wina Dian. 2018. Dasar-Dasar Genetika Mendel dan Pengembangannya. Graha Ilmu: Yogyakarta. Brown, TA. 2010. Gene Cloning and DNA Analysis: An Introduction, ed. Ke-6. Graphicraft Limited: Hongkong. Dale, J.W. & Park, S.F. 2004. Molecular Genetics of Bacteria, 4th Edition. John Wiley & Sons Ltd: UK. Gardner, E.J., dkk, 1991. Principle of Genetics. Engle Offs New Jersey: Prentice Hall Inc. Nusantari, E. 2012. Kajian Miskonsepsi Genetika dan Perbaikannya Melalui Perubahan Struktur Didaktik Bahan Ajar Genetika Berpendekatan Konsep di Perguruan Tinggi. Disertasi. PPS Universitas Negeri Malang Nusantari, Elya. 2015. Genetika. Yogyakarta: Deepublish. Snustad, D. Peter dan Simmons, Michael J. 2012. Principle Of Genetics, Sixth Edition. John Wiley & Sons, Inc. : United States of America Yadav P, dkk. 2011. A novel method of plasmid isolation using laundry detergent. Indi J Exp Biol 49:558-560. Yuwono. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga.



19