Makalah Medikal Bedah TB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I “TUBERKULOSIS” Disusun Oleh



KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan limpahan-Nya kami mampu menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah 1. `Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dan penyusunan materi ini, sehingga kendala – kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit tuberculosis. Makalah ini kami susun dengan berbagai ragam rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan maka makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Akademi Keperawatan Bethesda Tomohon. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terima Kasih.



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………2 DAFTAR ISI………………………………………………………..….……….3 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………..…………4 B. Rumusan Masalah……………………………………………...………..4 C. Tujuan……………………………………………………………………4 BAB II PEMBAHASAN 1. Definisi ……………………………………………………….….………6 2. Etiologi ………………………………………………………….……….6 3. Manifestasi Klinis……………………………………………….……….7 4. Klasifikasi ……………………………………………………….……….8 5. Komplikasi …………………………………………………….…………8 6. Patofisiologi ………………………………………………….…………..9 7. Pathway dan penyimpangan KDM……………………………………….9 8. Pemeriksaan diagnosis……………………………………………………9 9. Penatalaksanaan ………………………………………………………….16 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan ……………………………………………………………….20 2. Saran ……………………………………………………………………...20 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...21



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kirakira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC. B. Rumusan Masalah 1.      Apa itu penyakit tuberkulosis ? 2.      Bagaimana Etiologi penyakit TBCtuberculosis ? 3.      Bagaimana cara Penularan TBCBagaimana manifestasi klinis tuberkulosis? 4.      Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC. Bagaimana klasifikasi penyakit tuberkulosis? 5.      Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBCkomplikasi penyakit tuberkulosis? 6.      Bagaimana patofisiologi penyakit tuberkulosis? 7. Bagaimana pathway dan penyimpangan KDM?



8. 9.



Apa saja pemeriksaan diagnosis penyakit tuberculosis? Bagaimana penatalaksanaan penyakit tuberculosis?



C. Tujuan 1. 2. 3. 4. 5.



6. 7. 8. 9.



Untuk mengetahui penyakit tuberkulosis ? Untuk mengetahui Etiologi penyakit TBCtuberculosis ? Untuk mengetahui manifestasi klinis tuberkulosis? Untuk mengetahui klasifikasi penyakit tuberkulosis? Untuk mengetahuicara penanggulangan/pencegahan TBCkomplikasi tuberkulosis? Untuk mengetahui patofisiologi penyakit tuberkulosis? Untuk mengetahui pathway dan penyimpangan KDM? Untuk mngetahui Apa saja pemeriksaan diagnosis penyakit tuberculosis? Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan penyakit tuberculosis?



penyakit



TUBERKULOSIS PARU 1. Definisi Bakteri penyebab penyakit Tuberkulosis ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara. Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, penyakit TB Paru pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP) (Nizar, 2010). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2011). Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2016). Mycobacterium



tuberculosis



merupakan



basil



tahan



asam



berukuran



0,5-3



μm.



Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui droplet udara yang disebut sebagai droplet nuclei yang dihasilkan oleh penderita TB paru ataupun TB laring pada saat batuk, bersin, berbicara,



ataupun menyanyi. Droplet ini akan tetap berada di udara selama beberapa menit sampai jam setelah proses ekspektorasi (Amanda, 2018). 2. Etiologi Etiologi tuberkulosis paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang yang tahan asam atau sering disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler, dan bersifat aerob. Basil ini berukuran 0,2-0,5 µm x 2-4 µm, tidak berspora, non motil, serta bersifat fakultatif. Dinding sel bakteri mengandung glikolipid rantai panjang bersifat mikolik, kaya akan asam, dan fosfolipoglikan. Kedua komponen ini memproteksi kuman terhadap serangan sel liposom tubuh dan juga dapat menahan zat pewarna fuchsin setelah pembilasan asam (pewarna tahan asam) (Jahja, 2018). Bakteri tuberkulosis mati pada pemanasan 1000C selama 5-10 menit atau pada pemanasan 600C selama 30 menit, dengan alcohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama ditempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono, 2011). 3. Manifestasi Klinis a. Gejala respiratorik 1) Batuk: Gejala batuk dapat timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan 2) Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tmpak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah ataudarah segar dalam jumlah banyal. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah b. Gejala sistemik 1) Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore hari mirip dengan demam influenza. 2) Gejala sistemik lain : keringat pada malam hari, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. 4. Klasifikasi Naga (2014) menyatakan bahwa bentuk penyakit tuberkulosis ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru. a. Tuberkulosis Paru



Penyakit ini merupakan bentuk yang paling sering dijumpai, yaitu sekitar 80% dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang mudah tertular kepada manusia lain, asal kuman bisa keluar dari si penderita (Naga, 2014). Menurut Werdhani (2014), klasifikasi TB Paru terdiri dari : 1. Tuberkulosis Paru BTA positif a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto roentgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. c) Satu atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 2. Tuberkulosis paru BTA negatif a) b) c) d)



Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif Foto toraks abnormal menunjukan gambaran tuberkulosis Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotikan non OAT Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.



b. Tuberkulosis Ekstra Paru Penyakit ini merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ tubuh lain, selain paruparu, seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang, saluran kencing, dan susunan saraf pusat. Oleh karena itu, penyakit TBC ini kemudian dinamakan penyakit yang tidak pandang bulu, karena dapat menyerang seluruh organ dalam tubuh manusia secara bertahap. Dengan kondisi organ tubuh yang telah rusak, tentu saja dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya (Naga, 2014). Menurut Azzahra (2017) bahwa TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu: 1. TB ekstra paru ringan Misalnya : TB kelenjer limphe, pleuritis eksudativa unilateral tulang, sendi, dan kelenjer adrenal. 2. TB ekstra berat Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin. 5. Komplikasi Komplikasi TB bisa mencapai selaput otak, dengan akibat radang selaput otak (meningitis). Melalui aliran darah dan kelenjar getah bening, bakteri bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti, kerusakan tulang dan sendi karena infeksi bakteri TB menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, gangguan mata yang ditandai dengan mata yang berwarna kemerahan karena iritasi dan pembengkakan retina atau bagian lain, dan resistensi bakteri terjadi karena pasien TB tidak disiplin dalam menjalani masa pengobatan



sehingga terputus dan mengalami resistensi atau sering disebut TB MDR (Handrawan, 2010). Komplikasi yang terjadi pada stadium lanjut adalah hemoptisis berat (pendarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok, terseumbatnya jalan napas, kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya (Zulkoni, 2011). 6. Patofisiologi Patofisiologi Menghirup Mycobacterium tuberculosis menyebabkan salah satu dari empat kemungkinan hasil, yakni pembersihan organisme, infeksi laten, permulaan penyakit aktif ( Penyakit primer), penyakit aktif bertahun-tahun kemudian (reaktivitas penyakit). Sumber utama penularanpenyakit ini adalah pasienTB BTA positif. Pada saat pasien batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk, pasien TB BTA positif dapat menghasilkan 3.000 percikan dahak. Umumnya, penularan terjadi dalam ruangan di mana dahak berada dalam waktu yang lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembap. Setelah terhirup, droplet infeksius tetesan menular menetap di seluruh saluran udara. Sebagian besar bakteri terjebak di bagian atas saluran napas di mana sel epitel mengeluarkan lendir. Lendir yang dihasilkan menangkap zat asing dan silia di permukaan sel terusmenerus menggerakkan lendir dan partikelnya yang terperangkap untuk dibuang. Sistem ini memberi tubuh pertahanan fisik awal yang mencegah infeksi tuberculosis. ( Werdhani, 2011). 7. Pathway dan Penyimpangan KDM



8. Pemeriksaan Diagnosis Diagnosis tuberkulosis paru (TB paru) ditegakkan berdasarkan gambaran klinis klasik, Mantoux test atau tuberculin skin test (TST), pemeriksaan foto rontgen dada, sputum BTA, kultur sputum, ataupun interferon-gamma release assay (IGRA) spesific antigen. Anamnesis Anamnesis pada TB paru sebaiknya menggali adanya faktor-faktor risiko yang menjadikan seseorang terkena TB, riwayat imunisasi, dan riwayat tes tuberkulin positif. [3] Gejala klasik TB paru yang dapat timbul adalah batuk-batuk berdahak lebih dari tiga minggu yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, demam, berkeringat di malam hari, anoreksia dan penurunan berat badan, hemoptisis, rasa lemas, nyeri pada dada, dan kedinginan. Infeksi Primer TB paru mayoritas tidak terdiagnosis karena gejalanya ringan, tidak spesifik, dan biasanya bisa sembuh sendiri. Pada orang lanjut usia yang terkena TB paru, sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun tidak mencukupi untuk merespon infeksi TB. Karenanya, kemungkinan pasien tidak memperlihatkan



gejala atau tanda yang tipikal. Infeksi TB aktif pada kelompok usia ini dapat bermanifestasi sebagai pneumonitis yang berlangsung lama. [3] Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada TB paru biasanya menunjukkan ronkhi basah pada auskultasi area lobus superior paru yang mengindikasikan adanya konsolidasi paru. Dapat pula ditemukan limfadenopati yang tidak nyeri, berupa benjolan di supraklavikula atau leher, yang bisa bilateral atau unilateral, di anterior atau posterior pada palpasi. Tidak terdapatnya tanda yang signifikan pada pemeriksaan fisik, tidak menyingkirkan kemungkinan pasien terkena TB paru. Hal ini dikarenakan, gejala klasik sering tidak muncul pada pasien-pasien yang memiliki risiko tinggi, khususnya mereka yang menderita gangguan kekebalan tubuh atau orang lanjut usia. Sekitar 20% pengidap TB aktif tidak menunjukkan gejala, karenanya pemeriksaan sputum perlu dilakukan, bahkan ketika hasil foto rontgen dada sudah menampakkan gambaran tuberkulosis paru. Diagnosis Banding Diagnosis banding Tuberkulosis paru (TB paru) dibuat berdasarkan gambaran klinis yang muncul. Beberapa penyakit yang bisa didiagnosis banding dengan TB paru adalah: 



Blastomikosis







Tularemia







Aktinomikosis



 



Infeksi M avium-intracellulare, M. chelonae, M fortuitum, M gordonae, M kansasii, M marinum, M xenopi Karsinoma sel skuamosa [16] Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada tuberkulosis paru (TB paru) adalah tuberkulin tes, foto rontgen dada, tes resistensi OAT, gene Xpert MTB/ RIF assay, dan DNA sequencing. Tuberculin Skin test (TST) atau Tes Mantoux  Tuberculin skin test (TST) positif menunjukkan kecenderungan terjadinya infeksi primer TB. Tes ini merupakan metode standar dalam menentukan apakah seseorang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis. Konversi TST biasanya terjadi 3-6 minggu setelah paparan



terhadap kuman TB. Sekitar 20% pasien-pasien dengan TB aktif, khususnya pada penyakit yang sudah berlanjut, memiliki hasil TST yang normal. Pembacaan hasil TST dilakukan antara 48 dan 72 jam setelah dimasukkan 0,1 ml suntikan tuberkulin PPD secara intradermal. Suntikan yang benar akan menimbulkan gelembung kulit kecil pucat berdiameter 6-10 mm. Reaksi terhadap suntikan akan teraba mengeras, atau membengkak, disebut sebagai indurasi yang diukur diameternya dalam milimeter ke arah aksis longitudinal pada lengan bawah bagian ventral. Eritema tidak ikut diukur sebagai indurasi.   Hasil reaksi TST diklasifikasikan sebagai berikut: 1.



Indurasi ≥5 mm, dianggap positif pada:







Orang terinfeksi HIV







Orang yang baru tertular kuman TB



   2. 



Seseorang yang hasil foto rontgen dadanya menunjukkan adanya perubahan fibrotik yang konsisten dengan TB terdahulu Pasien dengan transplantasi organ Orang yang mengalami penurunan kekebalan tubuh karena misalnya  mengonsumsi >15 mg/ hari prednison selama satu bulan atau lebih, atau antagonis  TNF alfa Indurasi ≥10 mm, dianggap positif pada: Orang yang pernah bepergian ke negara-negara dengan prevalensi tinggi TB dalam waktu