Makalah Mikroteknik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroteknik merupakan teknik pembuatan sediaan atau preparat secara mikroskopis, tentunya pendekatan secara teoritis saja tidaklah memadai untuk memahami secara menyeluruh mengenai mikroteknik, sebab yang namanya teknik lebih menekankan pemahaman pada aplikatifnya meskipun



pada dasarnya



landasan teoritis juga diperlukan dalam rangka memberikan beberapa petunjuk yang harus dilakukan agar proses pembuatan preparat sesuai dengan prosedural kerja dan alasan penggunaan ataupun pemilihan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan mikroskopis. Banyak teknik yang dapat digunakan dalam membuat suatu preparat, salah satu teknik dalam



pembuatan preparat



adalah menggunakan metode whole mount. B. Rumusan Masalah? 1. Apa yang dimaksud whole mount? 2. Apa tujuan dari metode whole mount? 3. Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam metode whole mount? 4. Bagaimana cara kerja metode whole mount? 5. Apa kekurangan dan kelebihan metode whole mount? C. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode whole mount, tujuan, cara kerja, dan kelebihan serta kekurangan whole mount.



BAB II PEMBAHASAN A. Metode Whole Mount Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel,



jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya. Tentu saja tanaman yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek glass. Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan agar menjadi lebih rapi dan kecil. Metode whole mounth mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Whole mount merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop dengan tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Image yang dihasilkan oleh preparat whole mount ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Proses pengamatan terhadap suatu morfologi tanaman dapat dilakuakan dengan beragai cara. Salah satu diantaranya adalah dengan membuat preparat awetan dari tanaman yang akan diamati. Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya. Whole Mount, metode ini sering diistilahkan karena pada pembuatan preparatnya menggunakan semua bagian tanaman yang akan diamati. Tentu saja tanaman yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek glass. Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa dilakukan trimming (pemangkasan) agar menjadi lebih rapi d an kecil. Contoh dari tanaman yang bias dibuat preparat menggunkan preparat whole mount adalah lumut, sori paku, daun dengan trikoma dan daun dengan stomata. Proses pembuatan preparat dengan



menggunakan metode ini adalah melalui beberapa tahap seperti fiksasi bertahap, penggunaan seri xylol berseri (10-20-30-40-50-60-70-80-90%) dalam alkohol absolute. B. Tujuan Metode Whole Mount Tujuan pembuatan preparat whole mount adalah untuk dapat menyediakan preparat mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur secara keseluruhan dari bahan atau objek yang bersangkutan. Misalnya preparat whole mount epidermis bawah daun Nicotiana tabacum untuk memperlihatkan strktur sel epidermis daun,stomata dan berbagai macam trikoma yang merupakan derivat epidermis yang bersangkutan. Preparat whole mount Taenia saginata untuk memperlihatkan struktur scolek dengan kait-kaitnya yang sangat khas, proglotid imatur dan matur dengan bagian-bagiannya (Rudyatmi, 2013). C. Alat dan Bahan Metode Whole Mount Alat-alat yang digunakan antara lain: gelas penutup, gelas benda (gelas objek), kamera digital, pipet tetes, tempat rak pewarnaan, leher angsa, staining jar, dan kipas angin. Bahan yang digunakan antara lain: bahan yang ingin dijadikan preparat (misalnya protozoa), pewarna hematoxilyin, pewarna eosin, akuades, tisu, kanada balsam, larutan fiksatif FAA, alcohol (70%, 80%, 90% danabsolut), alcohol xilol (3:1, 1:1, 1:3) dan xilol murni I dan II. D. Langkah Kerja Metode Whole Mount Pada langkah kerja disini diumpamakan bahwa kami akan membuat preparat protozoa. Berikut langkah kerja dalam pembuatan preparat protozoa. Pengambilan sampel protozoa dalam genangan air untuk diinkubasikan dalam botol bening dengan kondisi tutup terbuka.. Pengecekan jumlah protozoa yang ada dalamsampel dengan menggunakan mikroskop. Sampel dapat digunakan untuk proses praktikum bila terdapat jumlah protozoa yang banyak maka sampel air ini dapat diprosesuntuk menjadi preparat. Pembuatan albumin mayer dengan cara putih telur ayam buras dari satu butir telur dikocok pada sebuah mangkok hinga seluruh bagiannya menjadi busa, kemudiandidiamkan kembali dan ditunggu hingga menjadi cairan kembali. 10ml cairan tersebutdiambil menggunakan pipet dan gelas ukur, ditambah gliserin dengan volume yang sama(1:1). Mengaduknya hingga homogen.



Sterilisasi gelas benda dengan alkohol 70%. Penetesan albumin mayer pada salahsatu sisi gelas benda dengan bantuan tusuk gigi. Meratakan albumin meyer keseluruh permukaan kaca dengan bantuan jari-jari tangan hingga terasa lengket dan kesat. Meletakkan gelas benda di atas rak pewarnaan datar dan menetesi dengan duatetesan air kolam (air jerami) pada 1,5 cm dari tepigelas benda kemudianmengeringanginkannya.Proses fiksasi dengan menetesi metanol pada gelas benda dalam dua cawan petri, ditutupi dengan cawan petri lain agar metanol tidak menguap selama dua menit. Pencucian preparat protozoa dengan cara gelas benda dimasukkan ke dalamstaining jar yang berisi 60 ml alkohol 50%. Hidrasi preparat dengan memasukkan gelas benda pada staining jar yang berisi 60 ml alkohol 30% dan dilanjut dengan 60 ml aquadesmasing-masing selama 2 menit. Pewarnaan preparat protozoa dengan cara memasukkan gelas benda dalamstaining jar yang berisi 60 ml hematoxilin selama 15 menit, setelah diwarnai preparatdicuci perlahan dengan menggunakan air mengalir dalam staining jar hingga warnanya berubah menjadi biru muda. Pendehidrasian preparat protozoa dengan dimasukkan dalam staining jar yang berisi 60 ml alkohol bertingkat, yaitu 50%, 70%, 80%, 90% dan absolut masingmasingselama 2 menit. Pendealkoholisasian dengan cara preparat protozoa dimasukkan dalamstaining jar berisi 60 ml campuran alkohol:xilol 3:1,1:1,1:3, dan clearing dalam xilolmurni I dan II masing-masing pencelupan selama 2 menit. Pemountingan dengan penetesan canada balsam dan penutupan menggunakangelas penutup dengan bantuan jarum pentul. Penutupan dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi gelembung. Preparat diberi label pada sisi kanan gelas benda (0,5 cm daritepi kanan gelas benda). Setelah preparat jadi, kemudian pengamatan menggunakan E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Whole Mount Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian hewan atau tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada hewan atau tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa tanaman yang besar



sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan.(Joyner, 2008)



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran



DAFTAR PUSTAKA Berlyn, G.P. and J.P. Miksche.



1976. Botanical Microtechnique and



Cytochemistry. The Iowa State University Press. Ames. Iowa. Sass, J.E. 1961. Botanical Microtechnique. The Iowa State University Press. Ames. Iowa. Widjajanto dan Susetyoadi Setjo, 2001, Mikroteknik Tumbuhan, Universitas Negeri Malang, Malang. Woelanningsih, S. 1984. Botani Dasar. Penuntun Praktis Sitologi. Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta.