CBR Kel 1 Mikroteknik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Critical Book Report



MIKROTEKNIK DOSEN PENGAMPU: EKO PRASETYA, M.Sc



Oleh : Kelompok I Devrianto H tumanggor



(4193220007)



Dewi lestari



(4193520018)



M.D permatasari



(4193220008)



Rangga adinata



(4193220013)



Widya kartika sari



(4191220013)



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020



1



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberitkan rahmat dan hidyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review ini tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan salah satu tugas yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikroteknik. Dalam pembuatan tugas ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan tugas ini sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis menyampaikan ribuan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini dan penulis berharap semoga tugas ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.



Medan, September 2020



Kelompok I



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................ 2 DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................ 3 BAB I PENGANTAR ................................................................................................................................................ 4 a. Rasionalisasi pentingnya CBR ........................................................................................................................ 4 b. Tujuan ..................................................................................................................................................................... 4 c. Manfaat .................................................................................................................................................................. 4 BAB II ISI ................................................................................................................................................................... 5 a. Buku I ........................................................................................................................................................................ 5 b. Buku II .................................................................................................................................................................... 9 BAB III PENUTUP ............................................................................................................................................... 12 a. Kesimpulan ........................................................................................................................................................ 12 b. Saran ..................................................................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................. 13



3



BAB I PENGANTAR 1. Rasionalisasi Pentingnya CBR Membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CBR Mikroteknik ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok bahasa tentang mikroteknik. 2. Tujuan Penulisan CBR Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang mikriteknik serta membandingkan dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama. Yang dibandingkan dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya, keterkaitan antar babnya. 3. Manfaat Penulisan CBR Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:  Menambah wawasan pengetahuan tentang keamanan bahan kimia didalam laboratorium, manajemen dan penggunaan laboratorium patologi.  Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi dengan ringkasan buku, pembahasan isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku tersebut.  Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas bukubuku yang dianalisis tersebut.



4



BAB II ISI A. BUKU I (Chapter 1: Chemical safety in the laboratory) Pendahuluan Penanganan bahan kimia berbahaya yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan atau fisik yang signifikan. Selama bertahun-tahun negara mengeluarkan standar peraturan nasional mereka sendiri untuk memastikan bahwa karyawan telah diedukasi tentang bahaya di tempat kerja. Peraturan dan deskripsi tentang bahaya berbeda-beda di setiap negara. Pada tahun 2003, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan Sistem Harmonisasi Global (GHS) untuk penggolongan dan pelabelan bahan kimia. TABEL 2.1 GHS penggolongan bahaya Bahaya Kesehatan



Bahaya fisik



Bahaya Lingkungan



Toksisitas akut



Ledakan



Toksisitas akuatik akut



Korosi/iritasi kulit



Gas mudah terbakar



Toksisitas akuatik kronis



Kerusakan serius pada mata / iritasi mata



Aerosol yang mudah terbakar



Sensitisasi



Gas pengoksidasi



Mutagenitas pada sel Nutfah



Gas dibawah tekanan



Karsinogenisitas



Cairan yang mudah terbakar



Toksisitas reproduktif



Zat padat yang mudah terbakar



Toksisitas sistem organ target khusus - paparan tunggal



Zat yang dapat bereaksi sendiri



Toksisitas sistem organ target khusus - paparan berulang



Cairan piroforik



Toksisitas aspirasi



Zat piroforik Zat yang dapat memanaskan sendiri Zat yang bersentuhan dengan air mengeluarkan gas yang mudah terbakar



Tabel 2.2. Klasifikasi bahaya dan tanda piktogram



5



Tabel 2.3 GHS Klasifikasi dan informasi untuk xylene Penggolongan bahaya



Cairan mudah terbakar, Kategori 3 Toksisitas kulit akut, Kategori 4 Toksisitas akutpenghirupan (uap), Kategori 4 Iritasi kulit, Kategori 2 Kerusakan / iritasi mata yang serius, Kategori 2 Karsinogenisitas, Kategori 2 Toksisitas sistemik organ target khususpaparan tunggal, Kategori



Sinyal Kata



Berbahaya



Pictogram



Pernyataan bahaya



Cairan dan uap yang mudah terbakar Berbahaya jika kena kulit Menyebabkan iritasi kulit iritasi serius pada mata Dapat menyebabkan pernapasan



Menyebabkan



iritasi



saluran



Dapat menyebabkan kantuk atau pusing Dicurigai menyebabkan kanker Pernyataan Kehati-hatian



Pencegahan, respon, penyimpanan pernyataan pembuangan



Pelabelan bahan kimia berbahaya Di AS, Komunikasi Bahaya Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) mengharuskan elemen-elemen berikut ini ditempatkan pada label bahan kimia berbahaya: • Nama produk



6



dan



• Pernyataan Bahaya GHS (klasifikasi) • Piktogram GHS Nama, alamat, dan nomor telepon produsen bahan kimia tersebut Produsen bahan kimia menggunakan pengujian GHS standar untuk mengklasifikasikan bahan kimia dan memberi label yang sesuai. Jika laboratorium mencampur reagennya sendiri, mereka harus komengikuti kriteria GHS yang sama untuk menentukan klasifikasi bahaya reagen untuk memberi label dengan benar. Merkuri adalah contoh bahan berbahaya yang telah dilarang di banyak rumah sakit AS. Lembar data keselamatan (SDS) SDS sebelumnya dikenal sebagai Material Safety Data Sheets (MSDS), SDS adalah sumber utama untuk mengidentifikasi bahaya dan persyaratan penanganan yang tepat dari suatu bahan kimia. Sebelum GHS ada beberapa format MSDS yang digunakan. Tanpa format yang terstandarisasi sulit untuk mencari informasi, terutama pada saat keadaan darurat. Bagian 1: Identifikasi bahan atau campuran dan pemasok Bagian ini mencantumkan nama produk dan harus sesuai dengan nama yang tertera pada label. Bagian ini mungkin mencantumkan nama bahan kimia umum lainnya. Misalnya, gas formaldehida juga dikenal sebagai metanal, metilen oksida, dan metil aldehida. Chemical Abstract Service # (CAS #) adalah kode numerik unik yang dikeluarkan oleh American Chemical Society untuk mengidentifikasi bahan kimia. Bagian 2: Identifikasi bahaya Bagian ini akan menjelaskan klasifikasi bahan kimia tersebut. Selain itu, semua elemen label akan ditemukan di bagian SDS ini (kata sinyal, piktogram, pernyataan bahaya, pernyataan kehati-hatian). Bagian 3: Komposisi dan informasi kandungan bahan Nama kimia serta nama umum akan dicantumkan untuk semua komponen yang berkontribusi terhadap bahaya kimia. Kotoran atau stabilisator berbahaya apa pun juga akan disertakan. Contoh stabilisator berbahaya ditemukan di 37% formalde- hyde. Bagian 4: Tindakan pertolongan pertama Bagian ini berisi langkah-langkah pengobatan universal / standar untuk saat eksposur telah terjadi (Tabel 2.5). Arahan ini ditujukan untuk perawatan medis segera oleh responden yang tidak terlatih atau mereka yang telah mengikuti kursus pertolongan pertama dasar. Paparan asam klorida dapat memiliki gejala yang bervariasi dari iritasi sederhana hingga luka bakar parah. Bagian 5: Tindakan Penanggulangan Kebakaran Jenis media pemadam khusus yang akan digunakan jika terjadi kebakaran akan ditemukan di bagian ini. Area kerja umumnya memiliki alat pemadam api multiguna berbahan kimia kering untuk menangani segala jenis kebakaran. Laboratorium harus secara rutin memeriksa area mereka untuk risiko kebakaran dan menyediakan alat pemadam yang sesuai. OSHA mengharuskan jarak tempuh ke alat pemadam kebakaran tidak lebih dari 100 kaki. Bagian 6: Tindakan pelepasan yang tidak disengaja Seseorang harus mengetahui bahaya suatu bahan kimia / campuran untuk mengetahui cara membersihkan tumpahan dengan benar. Bagian ini memberikan informasi secara spesifik tentang prosedur pembersihan tumpahan. Instruksi wajib dilakukan agar laboratorium siap dengan semua perlengkapan pembersih tumpahan khusus (alat pelindung diri [APD], penyerap, penetral).



7



Prosedur umum untuk pembersihan tumpahan mencakup : 1. Evaluasi risiko untuk menentukan apakah karyawan terlatih dapat menetralkan tumpahan atau jika bantuan dari luar diperlukan. 2. Evakuasi orang dari area peristiwa jika diperlukan. 3. Semua orang yang melakukan pembersihan harus mengenakan APD yang sesuai: kacamata, sarung tangan, penutup sepatu, celemek, dan respirator. Bagian 7 : Penanganan dan penyimpanan Kondisi lingkungan untuk penyimpanan bahan kimia yang aman sekaligus menjaga integritas bahan kimia tersebut. Selain itu, ketidak cocokan fisik (misalnya panas, cahaya, air) untuk penyimpanan yang tidak tepat juga tersedia. Penyimpanan suhu kamar direkomendasikan untuk sebagin besar bahan kimia laboratorium. Umumnya, bahan kimia tidak boleh terkena panas atau sinar matahari langsung. Misanya, noda hematoxylinakan lebih cepat rusak jika di simpan di bawah sinar matahari langsung. Bahan yang mudah terbakar akan korosif masing-masing harus di simpan di lemari penyimpanan yang di setujui. Bagian 8 : Kontrol pemaparan atau perlindungan pribadi Batas paparan jangka pendek (STEL) memang mempertimbangkan lingkungan laboratorium. Oleh karena itu, banyak bahan kimia memiliki batas paparan yang di keuarkan oleh data penelitian dan pengembangan produsen. SDS akan mengidentifikasi sumber batas eksposur dengan nama badan pengatur, organisasi atau pabrikan, Bahan kimia atau peralatan tidak boleh di simpan di dalam sungkup karena dapat mengganggu airan udara. • Perindungan mata Kacamata pengaman bukanlah pelindung yang memadai saat menggunakan bahan kimia. Mereka di rancang untuk meindungi mata dari dari benda terbang. Cipratan dan debu masih bisa mencapai matasaat menggunakan kacamata pengaman, bahkan dengan kacamata dengan model sampul. Kacamata pelindung memberikan pelindungan yang aman di wajah dan dibutuhkan terutama saat menangani cairn. Kacamatan non-vented adalah yang terbaik untuk di gunakan karena mencegah uap dan debu mencapai mata. Bagian 10 : Stabilitas dan reaktivitas Bahan kimia dan campura tidak hanya memiiki bahaya kesehatan tetapi juga, jika di simpan atau di campurkan dengan tidak benar, dapat menghasilkan bahaya fisik seperti peepasan uap beracun atau ledakan. Bagian 11 : Informasi Taksologi LD50 adalah dosis mematikan dimana 50% dari populasi yang diuji meningkat, LC50 adaah kosentrasi mematikan (digunakan untuk uap) di mana 50% dari populasi yang di uji meninggal. Gejala khusus yang di amati untuk menghirup, konsumsi, dan kontak mata dan kulit di srdiakan. Informasi taksologi disediakan untuk eksposur jangka panjang dan dan jangka pendek untuk serta efek tertunda dan langsung darai kemerahan (paparan singkat) hingga luka bakar bakar parah (paparan jangka panjang). Sulit untuk menetapkan dosis dan efek inthalasi daam studi pekerjaan manusia karena kebanyakan pekerja. Bagian 12 : Informasi Ekologi Meskipun diskusi tidak di jamin untuk keselamatan ini, bagian SDS ini memiliki informasi penting untuk membantu menentukan opsi pembuangan. Bagian 13 : Pertimbangan Pembuangan Pedoman diberikan untuk pembuangan bahan kimia. Namun hanya lembaga pemerintah 8



yang berwenang yang memiliki kewenangan untuk menyediakan metode pembuangan. Setiap negara telah mengembangkan hukum dan peraturan lingkungannya sendiri. Oleh karena itu, setiap pengguna harus membuang bahan kimia apa pun sesuai dengan arahan pemerintah setempat. Bagian 14: Informasi pengangkutan Prosedur klasifikasi untuk menentukan klasifikasi bahaya bahan kimia untuk pengangkutan . Peraturan transportasi hanya mengidentifikasi bahan kimia sebagai korosif jika bereaksi dengan kulit atau logam; bahan kimia yang digunakan di tempat kerja yang korosif pada mata akan memiliki piktogram korosif GHS pada label botol, tetapi kotak pengiriman yang berisi botol mungkin tidak memiliki piktogram yang sama. Bagian 15: Informasi lain Mengidentifikasi risiko bahaya yang dialami selama keadaan darurat kebakaran atau tumpahan dan tidak boleh digunakan untuk paparan pekerjaan. Terlepas dari tujuan penggunaan dan bagaimana risiko bahayanya telah ditetapkan, banyak rumah sakit mematuhi berlian NFPA ke botol kimia mereka.



B. BUKU II (Chapter 2: Pathology laboratory management) 1. Pengantar Manajemen laboratorium merupakan usaha untuk mengelola laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Laboratorium patologi adalah cabang spesialis kedokteran yang memberi perhatian lebih khusus pada diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium atas cairan tubuh seperti darah, urin, dan jaringan melalui pemeriksaan kimia klinik, mikrobiologi klinik, hematologi, imunologiklinik, parasitology, dan yang lainnya. Setiap jenis pelayanan dan pemeriksaan laboratorium di laksanakan berdasarkan prosedur tetap atau standar operating procedur, pengoprasian laboratorium yaitu: a. Regulasi dan Akreditasi b. Manajemen kualitas dalam pengaturan laboratorium c. Masalah keamanan khusus untuk patologi 2. Regulasi dan Akreditasi Standart dan pemerintah nasional telah menetapkan dan memastikan bahwa laboratorium memenuhi standart minimal yaitu dapat melindungi public. Di AS perbaikan Laboratorium Klinis Amandemen (CLIA) adalah standar peraturan yang berlaku untuk semua pengujian Laboratorium Klinis yang di lakukan manusia. Pusat Medicare dan Medicaid Services (CMS) bertanggung jawab atas pengoprasian program CLIA dengan tujuan untuk memastikan pengujian laboratorium yang berkualitas. Kegagalan untuk lulus CLIA dapat mengakibatkan revocalisensi laboratorium untuk praktik. Ketika kekurangan ditemukan laboratorium diberi kesempatan untuk memperbaiki masalah sebelum tindakan disipliner diambil. 3. Akreditasi Akreditasi di laboratorium patologi Amerika memenuhi standart khusus yang memastikan bahwa departemen untuk pengujian, kepegawaian, dan layanan berkualitas. CAP adalah organisasi terkemuka yang melayani pasien, ahli patologi yang memiliki 9



keunggulan dalam praktek patologi dan laboratorium kedokteran di seluruh dunia. Organisasi Internasional untuk standardition (ISO)adalah standart yang mempengaruhi laboratorium medis untuk menjadi terakreditasi. 4. Manajemen mutu Dalam system manajemen kualitas adalah yang sangat penting yaitu memberi layanan terbaik untuk pasien dan dokter, dimana kualitas yang dimaksud merupakan ukuran bagaimana baik produk atau layanan melakukan pekerjaan yang sudah dirancang, yaitu kesesuaian dengan spesifikasi. Control kualitas internal proses kerja merupakan bagian penting dari manajemen mutu yang telah dilakukan selama bertahun tahun lalu. Manajemen kualitas laboratorium harus memastikan bahwa ada system yang diterapkan untuk memantau bidang-bidang dalam system manajemen. a. Konterol kualitas (QC) System ini memastikan bahwa proses kerja berfungsi dengan benar, mencakup proses yang dilakukan dalam laboratorium untuk mengenali dan menghilangkan kesalahan pekerja agar kualitas pekerja dapat sesuai dengan persyaratan yang telah di tentukan. b. Jaminan kualitas eksternal (EQA) Selain pengumpulan dan pemantauan data local untuk pengendalian kualitas internal, mekanisme eksternal juga memberi informasi tentang kualitas laboratorium yang di atur secara nasional. 5. Peningkatan proses Merupakan system yang digunakan secara proaktif untuk mendekati dan mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan kualitas yang beroprasi melalui evaluasi dan audit system dan proses di laboratorium, yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan dan keamanan untuk pasien dan staff melalui pengenalan masalah dan kesalahan sebelum terjadi. Untuk membantu menyorot masalah system kinerja harus di petakan untuk mengevaluasi efektifitas dan kualitas layanan. 6. Manajemen resiko Manajemen resiko laboratorium harus memiliki prosedur untuk : a. Mengidentifikasi resiko yang ada dalam lingkungan. b. Mengidentifikasi resiko untuk kemungkinan yang lebih parah. c. Menghilangkan resiko yang bisa dihilangkan. d. Mengurangi efek resiko yang tidak dapat dihilangkan. Manajemen laboratorium akan bertanggung jawab atar resiko manajemen oprasional dari system. Agar berfungsi secara efektif dan aman prosedur dan kegiatan laboratorium harus mengikuti proses manajemen resiko. 7. Identifikasi resiko Anggota yang bekerja di laboratorium harus dapat mengidentifikasi resiko di laboratorium, misalnya seorang pekerja membongkar sample yang dikirim ke laboratorium dimana sample tersebut telah bocor yang memungkinkan resiko infeksi bagi petugas kesehatan yang lainnya dan pasien. Dalam mengangkat masalah seperti ini dapat di lakukan dengan menyelidiki akar penyebabnya, dan pekerja yang telah mencoba menangani masalah tersebut agar tidak terjasi kerudakan sample. 8. Analisis dan evaluasi penanganan resiko Analisis dan evaluasi potensi risiko adalah sebuah bagian penting dari proses dan yang biasa digunakan mengidentifikasi kemungkinan dan tingkat keparahannya resiko, berikut identifikasi tingkat keparahan resiko : 10



a. Rendah • Cedera atau bahaya ringan. • Kehilangan kecil layanan non-kritis. • Ketidakpatuhan minor terhadap standar. • Penyelesaian kecil di luar pengadilan. • Publisitas sebagian besar terkandung dalam organisasi. b. Sedikit • Cedera atau cedera yang membutuhkan ketidakhadiran kurang dari 3 haridari pekerjaan, atau rawat inap kurang dari 2 hari. • Kehilangan layanan kurang dari 2 jam dalam beberapa jam area non kritis, atau kurang dari 6 jam di satu area. • Kegagalan tunggal untuk memenuhi standar internal. • Tindakan sipil dengan atau tanpa pertahanan, meningkatkan pemberitahuan. c. Sedang • Perawatan medis diperlukan dan lebih dari 3 hari tidak masuk kerja, atau lebih dari 2 hari diperpanjang tinggal di rumah sakit. • Kehilangan layanan di area kritis mana pun. • Kegagalan berulang untuk memenuhi standar internal atau ikuti protokol. d. Parah • Kematian, cacat permanen atau cedera ganda. • Kehilangan layanan esensial yang berkepanjangan. • Pejabat eksekutif didenda atau dipenjara, criminal tuntutan dan tidak ada pembelaan. • Perhatian politik, pertanyaan di parlemen, nasional liputan media lebih dari 3 hari. 9. Pendanaan resiko Manajemen risiko juga harus mempertimbangkan asuransi, individu atau laboratorium, sebagai pilihan penting. Semua staf medis membawa asuransi pertanggungjawaban medis yang melindungi mereka jika terjadi klaim kelalaian. Demikian pula, asuransi ganti rugi profesional adalah hanya tersedia hari ini untuk staf laboratorium non-medis yang jauh lebih berisiko dalam tuntutan hukum. a. Keamanan Manajer laboratorium Patologi bertanggung jawab keselamatan dan kesejahteraan semua staf dan pengunjung Departemen. Masalah keamanan termasuk yang umum, misalnya terpeleset dan jatuh, dan yang lebih spesifik untuk masalah patologi. Praktek patologi umumnya meliputi banyak bahaya fisik, biologis dan kimiawi yang harus dievaluasi dan dihilangkan atau dikurangi. b. Prosedur laboratorium Di kebanyakan laboratorium, SOP harus dibuat dengan hati-hati. ingin mematuhi standar peraturan. Sebuah laboratorium prosedur pengujian ratory yang mungkin berlipat ganda dan kompleks dan sangat penting bahwa metodologi untuk semua prosedur dan tes didokumentasikan di SOP memperbolehkan semua staf untuk beroperasi secara terstandarisasi dan cara yang tepat. SOP harus mencakup semua aspek dari proses pengujian dari pengiriman dan penyimpanan sampel atau reagen, dengan penerbitan laporan rasional.



11



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen laboratorium histopatologi di lingkungan saat ini membutuhkan tindakan yang menyeimbangkan antara pengetahuan teknis, keterampilan bisnis, tanggung jawab fiskal, pemahaman tenaga kerja dan fokus kualitas. Manajer laboratorium bertanggung jawab atas layanan yang diberikan oleh laboratorium dan untuk keselamatan serta kesejahteraan staf mereka. Manajer harus selalu mengikuti perkembangan regulasi dan teknis serta persyaratan keamanan dan kualitas.



B. Saran Penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Penulis berharap pembaca dapat menambah wawasan dengan memperbanyak banyak membaca dan mereviw buku dan karya tulis lainnya.



12



DAFTAR PUSTAKA



Bancroft, J.D., Suvarna S. Kim., Layton Cristopher. THEORY and PRACTICE of HISTOLOGICAL TECHNIQUES EIGHT EDITION. Diakses:https://books.google.co.id/books?id=CERPDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=bancr of%27s+theory+and+practice+of+histologycal+techniques+eight+edition&hl=ban&sa=X&ved=2 ahUKEwjT45rKuDrAhXEX3wKHRsMCU8Q6wEwAHoECAQQAQ#v=onepage&q=bancrof's%20theory%20and%2 0practice%20of%20histologycal%20techniques%20eight%20edition&f=false [11 september 2020]



13