CBR Klasik Kel 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRTICAL BOOK REVIEW MK. TEORI ANTROPOLOGI KLASIK PROGRAM S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI



SKOR NILAI:



DISUSUN OLEH : LISTIN SARUMAHA



(3182122004)



DESI DAMAYANTI GULTOM



(3183122027)



RIKKY PANGGABEAN



(3183122028)



PAULUS SITORUS



(3183122052)



PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN



SEPTEMBER 2019



KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan Critical Book Review tentang teori antropologi klasik, Critical Book Review ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan critical book review ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Critical Book Review ini.



Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki Critical Book Review ini.



Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam Critical Book Review ini. Semoga Critical Book Review sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun pembacanya. Sekiranya Critical Book Review ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang yang membacanya.



Medan, 11 November 2019



i



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR.........................................................................................1 1.2 Tujuan Penulisan CBR.....................................................................................................1 1.3 Manfaat CBR....................................................................................................................1 1.4 Identitas Buku...................................................................................................................1 BAB II RINGKASAN BUKU..................................................................................................3 2.1 Rngkasan Buku Utama.....................................................................................................3 2.2 Ringkasan Buku Pembanding.........................................................................................25 BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................41 3.1 Analisis Isi Buku............................................................................................................41 3.2. Kelebihan Buku.............................................................................................................41 3.3 Kelemahan Buku............................................................................................................42 BAB V PENUTUP...................................................................................................................44 4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................44



ii



4.2 Saran...............................................................................................................................44 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................45 LAMPIRAN.............................................................................................................................46



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR Critical book review ini sangatlah penting untuk dibahas karena dari tugas CBR ini mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana cara mengkritik suatu buku dengan cara yang benar dan tepat yang sebelumnya tidak diketahui. Dengan tugas ini pula mahasiswa mendapatkan wawasan tentang bagaimana cara untuk membandingkan dan lebih bisa memahami maksud atau isi dari buku tersebut. 1.2 Tujuan Penulisan CBR Critical book review ini dibuat untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Kristen dan bertujuan untuk memenuhi nilai dari mata kuliah tersebut, serta meningkatkan dan menguatkan pemikiran yang kritis untuk memahami sebuah buku. Adapun tujuan yang lain yaitu untuk mengetahui tentang bentuk dari kenakalan pada remaja. 1.3 Manfaat CBR Dengan selesainya tugas critical book review ini, sebagai mahasiswa kita mendapatkan ilmu atau wawasan tentang betapa pentingnya mengetahui keseluruhan dan isi dari sebuah buku yang akan dikritik. Adapaun manfaat lain yaitu agar pembaca dapat lebih mudah mengetahui apa simpulan atau isi dalam buku ini melalui ringkasan yang dibuat dalam tulisan ini, agar pembaca dapat mengetahui apa kelebihan dan kekurangan suatu buku. 1.4 Identitas Buku



 Buku Utama Judul Buku Penulis Kota Terbit TahunTerbit Penerbit



Sejarah teori antropologi Paul A. Erickson Liam D. Murphy Jakarta September 2018 Prenadamedia Group (Divisi Kencana) 1



ISBN



978-602-422-611-4



Buku Pembanding Judul Buku Penulis Kota Terbit TahunTerbit Penerbit ISBN



Teori Budaya David Kaplan Dan Robert A.Manners Yogyakarta 2003 Pustaka Pelajar (Edisi Terjemahan), Cetakan Iii 2003 979-09675-71-8



2



BAB II RINGKASAN BUKU 2.1 Rngkasan Buku Utama



BAB I : SEJARAH AWAL ANTROPOLOGI Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropogi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat atau tidak akurat. Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari kapan, dimana, dan bagaimana manusia pada mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka juga mempelajari beraneka ragam ciri-ciri fisik manusia. Para ahliantropolgi juga tertarik untuk mempelajari bagaimana dan mengapa suatu masyarakat memilki pemikiran dan kebiasaan pada masa lampau dan masa kini. Ketidak akuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas juga muncul karena dengan pengertian tersebut antropolgi dapat digabungkan denngan disiplin ilmu manusia lainnya seperti sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah, biologi manusia, dan bahkan dapat digabungkan dengan disiplin humanistic seperti filsafat dan sastra. Banyaknya disiplin lain yang juga memiliki perhatian dengan permasalahan manusia, tentu tidak akan merasa senang bila diterima sebagai sebagian atau cabang ilmu antropolgi. Memang kebanyakan dari ilmu-ilmu tersebut sudah terpisahkan sebagai disiplin sendiri lebih lama dari antropologi, dan masing-masing mempertimbangkan wilayah kajian mereka untuk menjadi berbeda dari yang lain. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Antropologi. Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari empat fase, yaitu:



3



a. Fase Pertama (Sebelum 1800) Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang lebih 4 abad. Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai "etnografi" (dari kata etnos berarti bahasa. b. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19) Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius beerapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap "primitiv" yang tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi. c. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20) Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu Antropologi menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme. Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks. d. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930) Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik. Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode 4



ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) setelahPerang Dunia II. Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah beralih dari sukusuku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa. Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama: 1. Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya. 2. Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan Lahirnya Ilmu Antropologi Antropologi adalah suatu ilmu sosial yang pemaparannya mengenai sejarah pembentukan antropologi tetap penting dibicarakan. Kebanyakan antropolog sependapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu cabang keilmuan yang jelas batasannya pada sekitar pertengahan abad kesembilan belas, tatkala perhatian orang pada evolusi manusia berkembang. Setiap antropolog dan ahli sejarah memiliki alas an sendiri-sendiri untuk menetukan kapan antropologi dimulai. Dari sudut pandang "sejarah gagasan", tulisan-tulisan filsuf, dan peziarah Yunani, sejarawan Arab kuno, peziarah Eropa kuno, maupun masa renaisans, dan filsuf, ahli hukum, ilmuwan berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong bagi dibangunnya tradisi antropologi. Sebagai contoh, Alan Bernand (2000) berpendapat bahwa kelahiran antropologi adalah ketika konsep "kontrak sosial" lahir, dan persepsi mengenai hakikat manusia, masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan tumbuh dari konsep "kontrak sosial" tersebut. Gagasan ini dalam beberapa hal adalah pelopor dalam teori evolusi. Perdebatan pada abad ke 18 mengenai asal usul bahasa dan mengenai hubungan antara manusia dengan apa yang kita sebut primate yang lebih tinggi juga relevan, seperti halnya perdeatan pada abad ke 19 antara poligenis (keyakinan bahwa setiap 'ras' mempunyai 5



asal usul terpisah) dan monogenis (keyakinan bahwa manusia memiliki asal usul keturunan yang sama, dari adam atau dari makhluk yang disebut dengan kera). Gagasan demikian itu tidak hanya penting sebagai fakta sejarah, tetapi juga karena gagasan itu membentuk persepsi antropologi modern mengenai dirinya sendiri. Antropologi di Eropa pada abad ke 18 ditandai oleh tiga pertanyaan penting yang diajukan untuk pertama kali dalam bentuk modern selama masa pencerahan di Eropa. Pertanyaan itu adalah: a. Siapa yang mendefenisikan manusia dalam bentuk abstrak? b. Apa yang membedakan manusia dari binatang? c. Dan apa kondisi alamiah dari manusia itu? Dari pertanyaan itu maka munculah ilmuwan dan tokoh-tokoh dalam pengembangan kehidupan manusia, sehingga disebut dengan ilmu antropologi yang kita kenal sampai sekarang. Antropologi pada abad ke 19 dan abad ke 20, berkembang dalam arah yang lebih sistematik dan menggunakan peralatan metedologi ilmiah. Persoalan paradigma menjadi semakin penting karena masih mempertanyakan pertanyaan–pertanyaan diatas. Dan samapi saat sekarang ini para ilmuwan dan tokoh-tokoh masih mengembangkan pemikiran mereka dalam dunia ilmu antropologi ini. Berkembangnya Ilmu Antropologi Dalam arti tertentu, praktik antropologi dimulai begitu manusia mulai berfikir tentang masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara sadar memutuskan untuk membandingan diri mereka sendiri dengan masyarakat-masyarakat lain yang melakukan kontak dengan mereka. Ahli sejarah Yunani, Herodotus (484-425 SM) menghabiskan bertahun-tahun untuk melakukan perjalanan di Asia, Mesir dan Yunani, dan menuliskan gambaran terperinci tentang pakaian, panen, etiket dan ritual dari orang-orang yang ia jumpai. Ibn Khaldun (13326-1406) adalah seorang ahli politik dan sejarah yang tinggal beberapa tahun. Ia menghasilkan karya ilmiah yang menakjubkan, karena mengelompokkan orang-orang yang diamatinya menjadi dua kelompok masyarakat, yaitu suku Bedouin yang dianggap liar, 6



nomaden serta agresif, dan masyarakt kota yang menetap, berpendidikan dan kadang-kadang korup, yang menggantungkan hidup mereka pada pertanian lokal. Antropologi mengemuka setelah melewati serangkaian perkembangan yang kompleks, dan saat ini mencakup minat-minat dan bidang-bidang ilmu yang sangat beragam. Kita akan meninjau beberapa diantaranya untuk memahami bagaimana antropologi sampai saat pada perkembangannya saat ini. Setidaknya sejak abad kelima belas, dengan dilengkapinya pe;ayaran-pelayaran besar untuk menemukan dan menaklukan wilayah baru, muncul berbagai perdebatan tentang sifat dan adat istiadat orang-orang biadab yang digambarkan oleh orang pelaut dan pedagang. Di akhir abad keenam belas sastrawan Perancis, Michael De Montaigne (1533-1529), memadukan pengetahuannya tentang karya-karya penulis klasik seperti Xenophon, Lucretius dan virgil dengan penjelajahan-penjelajahan dunia baru. Selama zaman pertengahan, makhluk didunia dikelompokkan kedalam beberapa ordo yang statis, diciptakan oleh tuhan yang disebut rantai kehidupan (chain of being). Pada abad ketujuh belas dan delapan belas 'Rantai' tersebut kerat teramati dalam kondisi-kondisi yang lebih dinamis. Dengan demikian, kebudayaan dapat dianggap sebagai kemajuan, dengan masyarakat eropa sebagai titik puncak perkembangan, baik secara moral maupun cultural. Antropologi menjadi sebuah subjek akademis yang berdiri sendiri pada abad kesembilan belas, sebagian besar memusatkan perhatian pada penelitian sifat-sifat fisik, bahasa dan budaya masyarakat yang belum beradab. Sir Edward Tylor menjadi dosen antropologi di Oxford pada tahun 1884, maka mulai disinilah antropologi dikembangkan diberbagai Negara. Hampir disepanjang abad kesembilan belas, status pasti antropologi mencakup segala hal, mulai dari mengukur bentuk dan ukuran kepala sampai mengumpulkan artefak untuk mengisi museum-museum dikota-kota yang kaitannya dengan sains, terutama zoology dan biologi. Goerge Stocking, seorang ahli antropologi sejarah dari Amerika membedakan perilaku banyak warga Inggris Victoria dengan masyarakat non Eropa, secara jelas gambaran yang dimunculkan adalah gambaran seorang yang bukan saja terasing secara geografis, tapi juga kebalikan dari gambaran ideal dari seorang pria Victoria; berkulit putih, menarik bersih (sifat ini bisa dikatakan mendekati sifat saleh). Gagasan itu jelas menggambarkan evolusi



7



budaya, sebuah gagasan yang berhasil menjadi sebuah teori dominan di abad kesembilan belas. Gagasan ini didukung oleh hasil penelitian beberapa disiplin ilmu, bukti-bukti geologi menunjukan bahwa bumi lebih tua daripada yang diungkapkan oleh injil, sementara penemuan-penemuan arkeologi seperti peralatan yang ditemukan di tanah berlumpur Denmark dianggap mendukung teori yang menyatakan bahwa umat manusia telah melewati berturut-turut, zaman-zaman batu, perunggu, dan besi. Para ilmuwan mulai mencari penjelasan-penjelasan ilmiah dan bukan lagi penjelasan teologi untuk memahami perbedaan perkambangan antara Negara-negara dengan peradaban barat dengan masyrakat yang secara teknologi dan budaya dianggap lebih primitif. Pada tahun 1896 ahli antropologi Franz Boas (1858-1942) menerbitkan sebuah makalah yang berjudul The Limitations Of The Comparative Method Of Anthropology. Dua kalimat terakhir dalam tulisannya mengatakan "sampai saat ini kita masih terlalu senang tingkah laku aneh yang cerdik. Kerja nyata masih didepan kita", yang ia maksud dengan kesenangan adalah kesenangan dari banyak ahli evolusi, yang menurut Boas, riset mereka pada hikikatnya rasis dan hanya ditunjang oleh sedikit bukti saja. Banyak karya-karya Boas yang diterima oleh pakar antropologi lainnya, sehingga mereka melihat tanda-tanda awal perpecahan minat antara para ahli antropolgi Amerika dan Inggris. Pengikut Boas di Amerika, seperti ilmuwan A.L. Kroeber (1876-1960) dan R. Lowie (1883-1957) meneruskan dengan melakukan penelitian sejarah, sekaligus memusatkan perhatian pada analisis budaya. Tokoh-Tokoh Antropologi Para tokoh antropologi dalam fase pertama dari perkembangannya sudah tentu belum ada, Karena pada waktu itu belum ada ilmu antropologi. Namun ada penjelasan tentang manusia dan kebudayaan suku-suku bangsa yang tinggal diluar benua Eropa. Para pengarang etnografi kuno ada dari berbagai golongan antara lain: 1. Golongan musafir adalah A. Bastian, seorang dokter kapal berbangsa jerman yang telah keliling ke berbagai benua pada permulaan abad ke-19. diantara catatan-catatan perjalanannya mengenai berbagai daerah tertentu di Afrika Barat, India. Cina, Australia, Kepulauan Osenia, Meksiko, dan Amerika latin. Ia pernah menulis tiga jilid etnografi mengenai kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesia. 8



2. Golongan penyiar agama Nasrani sangat banyak jumlahnya, cukup disebut seorang saja sebagai contoh, ialah J.F. Lafitau, seorang pendeta agama Katolik bangsa perancis yang pernah berkerja di daerah sungai St. Lawrance (Amerika Utara dan Kanada Timur), sebagai penyiar agama dan menulis sebuah etnografi yang klasik (1724) tentang kebudayaan sukusuku bangsa India yang hidup didaerah sungai tersebut. 3. Golongan Eksplorasi adalah N.N. Miklukho-Maklai, seorang bangsa Rusia yang banyak mengenbara di daerah Oseania di Lautan Teduh, dan yang pernah mengunjungi Papua Nugini dan Irian Jaya. 4. Golongan pemerintah-pemerintah jajahan adalah T.S. Raffles, yang pernah menjabat sebagai Letnan Gubernur Jendral di Indonesia antara tahun 1811 dan 1815. 5. Tokoh dari sarjana antropologi pada abad ke-19 adalah L.H Morgan, seorang serjana hokum bangsa Amerika yang berkerja sebagai pengacara. 6. P.W. Schmidt, seorang serjana antropologi berbangsa Austria. 7. Tokoh sarjana antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga adalah B. Malinowski, yang telah menulis banyak buku antropologi. 8. Tokoh sarjana antropologi dalam fase perkembangannya yang keempat adalah F. Boas yang mula-mula adalah ahli geografi bangsa jerman, kemudian menjadi warga Negara Amerika, yang dianggap sebagai tokoh pendekar antropologi pada masa kejayaannya. 9. Ruth Benedict, Margaret Mead dan R. Linton adalah tokoh antropologi wanita yang lebih mengarah tentang antropologi psikologi. 10. A.R Radcliffe-Brown adalh tokoh antropologi yang mengembangkan teori-teori antropologi sinkronik yang kemudian menjadi sub ilmu antropologi social. 11. R. frith adalah tokoh yang menggunakan metode-metode antropologi dalam hal analisis, yang bisa disebut antropologi terapan. Banyak sekali tokoh-tokoh yang berperan penting dalam dunia perkembangan ilmu antropologi, karena antropologi tidak hanya berkembang di Negara-negara Eropa saja, akan tetapi ilmu ini berkembang ke Negara-negara Asia, Afrika, Amerika dan lain sebagainya. Sehingga dengan berkembangnya ilmu ini di Negara-negara tersebut banyak tokoh-tokoh



9



yang ikut campur dengan pemikiran-pemikiran mereka sehingga ilmu antropologi semakin lama semakin luas kajiannya. BAB II AWAL ABAD KEDUA PULUH Biografi Franz Boas: kehidupan dan karya antropolog ini Franz Boas lahir pada 9 Juli 1858 di Minden, Jerman. Kakek-neneknya adalah orang Yahudi dan orang tuanya telah mengasimilasi beberapa nilai Jerman dari era Pencerahan, serta ide-ide liberal dari revolusi tahun 1848. Mau tidak mau Franz Boas mengembangkan kepekaan terhadap kedua kelompok, sementara tidak berlangganan tajam terhadap salah satu dari mereka dan mampu berkembang kesadaran kritis terhadap anti-Semitisme dan nasionalisme . Demikian juga dan dari usia yang sangat muda, ia mengembangkan minat yang besar dalam ilmu alam, dan segera setelah ia menjadi tertarik dalam studi dalam sejarah budaya. Waktu setelah berpartisipasi dalam dinas militer, Boas belajar geografi di Berlin, di mana minatnya dalam proses budaya tumbuh melampaui demografi. Pada tahun 1886 ia mengunjungi Kwakiutl dan suku-suku Kanada lainnya, dan sekembalinya ke Amerika Serikat ia adalah editor jurnal Science. Kemudian dia berkolaborasi dalam persiapan pameran antropologi tahun 1893 di National Museum of History of Chicago, di mana ia memamerkan sebagian dari karyanya.



Franz Boas (1958-1942) dikenal sebagai bapak antropologi



Amerika. Dia juga dianggap sebagai salah satu dari empat ayah antropologi, karena meletakkan fondasi dari salah satu cabangnya: antropologi budaya. Mau tidak mau Franz Boas mengembangkan kepekaan terhadap kedua kelompok, sementara tidak berlangganan tajam terhadap salah satu dari mereka dan mampu berkembang kesadaran kritis terhadap antiSemitisme dan nasionalisme . Demikian juga dan dari usia yang sangat muda, ia mengembangkan minat yang besar dalam ilmu alam, dan segera setelah ia menjadi tertarik dalam studi dalam sejarah budaya. Waktu setelah berpartisipasi dalam dinas militer, Boas belajar geografi di Berlin, di mana minatnya dalam proses budaya tumbuh melampaui demografi. Pada tahun 1886 ia mengunjungi Kwakiutl dan suku-suku Kanada lainnya, dan sekembalinya ke Amerika Serikat ia adalah editor jurnal Science. Kemudian dia berkolaborasi dalam persiapan pameran antropologi tahun 1893 di National Museum of History of Chicago, di mana ia memamerkan sebagian dari karyanya. Akhirnya dia bekerja sebagai profesor di berbagai universitas di Amerika Serikat dan sebagai kurator antropologi



10



di American Museum of Natural History , di New York, di mana dia juga direktur dan editor laporan penelitian dari berbagai studi yang menganalisis budaya dan masyarakat non-barat. Permulaan antropologi budaya Seperti banyak pelopor antropologi, Franz Boas memulai pelatihannya di bidang matematika, fisika, yang ia pelengkapi melalui berbagai studi yang akhirnya memungkinkannya mengembangkan karya utamanya. Misalnya, menerima pelatihan dalam filsafat , di mana dia terutama tertarik pada pemikiran Kant. Dari sana ia datang ke psikofisik dan segera menjadi tertarik dalam mengatasi beberapa masalah epistemologi fisika. Dengan kata lain, ia khawatir bagaimana pengetahuan bahwa disiplin ini divalidasi dan disebarkan sedang dibangun. Selanjutnya, Franz Boas memiliki spesialisasi di bidang geografi , bidang yang memungkinkan dia untuk mengeksplorasi hubungan antara pengalaman subyektif dan kondisi material dunia. Dalam konteks ini ada perdebatan penting tentang apakah faktor-faktor penentu fisik atau budaya, dan Boas terkait erat dengan peneliti lain yang menganalisis perdebatan ini dari proses migrasi. Untuk bagiannya, antropologi berkembang di sekitar perspektif evolusi budaya. Ini berarti bahwa studi yang dikembangkan membenarkan perbedaan budaya berdasarkan argumen biologis yang mengatakan bahwa beberapa "ras" manusia memiliki kemampuan yang lebih besar atau lebih baik untuk beradaptasi, atau tidak, pada konteks tertentu. Secara umum dan dalam konteks historis itu, argumen-argumen ini mendukung praktik rasis dan eksklusi yang mempengaruhi orang yang kulitnya tidak putih. Dari sini dan dari minatnya dalam proses migrasi, Boas mempelajari bagaimana lingkungan baru mempengaruhi para migran, dan bukan sebaliknya, seperti yang disarankan oleh beberapa penelitian.  KROEBER PENGGANTI BOAS Ahli antropologi yang dalam pekerjaannya mencontoh boas secara teapat adalah muridnya yang pertama mendapat gelar doktor di bawah bimbingannya, yaitu A.L. Kroeber (1876-1960). Kroeber merupakan pendiri Jurusan Antropologi di Universitas California di Berkey. Konsepsi mengenai daerah kebudayaan yang dimulai Boas, dan yang kemudian dilanjutkan Wissler, oleh Kroeber juga dipakai untuk membuat salah satu buku ihtisar mengenai kebudyaan dari semua suku-bangsa di Benua Amerika Utara, berjudul Cultural And Natural Areas of Native North America (1939). Ia juga berusaha memperbaiki konsep 11



daerah kebudayaan secara lebih eksak (Kroeber 1931) dan pernah juga membuat suatu pembagian dari Benua Asia ke dalam tujuh daerah kebudayaan (Kroeber 1947). Masih dalam rangka pemikirannya mengenai kebudayaan, Kroeber bersama seora ahli sosiologi, Talcott Parsons, mengajukan sebuah konsep yang sangat penting, yaitu bahwa dalam menganilisi kbudayaan, seorang peneliti harus memiahkan dengan tajam keudayaan sebagai suatu item gagasan dan pekiran manusia yang hidup dalam satu masyarakat, dari kebudayaan sebagai sistem aktivitas tingkah-laku manusia. Konsep mengenai pemisahan antara sistem yang pertama, yang mereka sebu culture system dari sistem kedua yaitu social system diuraikan oleh kedua sarjana itu dalam karangan penting berjudul The Concept of Culture and of Social System (1958). Kroeber juga pernah menganut sebuah konsep yang bertentangan dengan banyak ahli, yaitu mengenai superorganik dari kebudayaan. Dalam karangannya The Superorganic (1917) Kroeber pernah mengajukan pendapat bahwa kebudyaan berkembang menurut proses yang pada azasnya berbeda daripada pross perkembangan organisma manusia. Namun konsep tersebut mendapat banyak kecaman sehingga Kroeber meninggalkan konsep itu, namun ia tetapp menggunakan istiah superorgnic untuk mengartikan kebudayaan berevolusi lebih cepat dari pada organisma manusia. Kroeber mencapai usia yang panjang, dan kariernya dalam ilmu antropologi pun panjang, sehingga ia berkesempatan untuk bekerja sama dengan ahli-ahli antropologi dari angkata-angkatan yang jauh dibawahnya. Dimasa akhir hidupnya ia dikenal sebagai tokoh pendekar antropologi yang aktif. 4. ANTI-EVOLUSIONISME DARI LOWIE Salah seorang ahli antropologi Amerika yang juga bekas murid Boas, adalah Robert H. Lowie, yang berasal dari Australia. Ia lahir di Indian Amerika Utara, dan ia pernah melakukan penelitian lapangan dalam masyarakat suku-bangsa Ute di Negara Bagian Colorado, suku-bangsa Chippewayan di Wisconsin, suku-suku-bangsa Mandan, Hidaysa, dan Arikara di California, suku-bangsa Pueblo Hopi di Arizonna, dana suku-bangsa Washo di california. Banyak karangan dan buku para ahli anropologi atau ilmu-ilmu sosial lain yang mengandung gagasan mengenai proses evolusi kebudayaan atapun unsur-unsurnya, dikecam



12



oleh Lowie dengan tajam, tetapi tidak dengan kasar. Kemudian dituankan dalam buku yang berjudul The History of Ethnological Theory (1937). Karya-karya Lowie pada umumnya mengikuti jejak Boas, yaitu penelitian difusi dari komplex-komplex yang terjalin dari unsur-unsur kebudayaan di daerah yang terbatas. Pada masa pasca perang dunia II, Lowie juga memberikan arah yang berbeda kepada antropologi, yang dilakukannya dengan mengalihkan perhatiannya dari kebidayaan Indian ke kebudayaan Jeman. Waktu itu di kalangan antropologi di Amerika mulai dilakukan penelitian-penelitian mengenai pribadian umum bangsa-bangsa, atau national character, sesuai dengan kebutuhan bangsa Aerika sesudah perang dunia II, untuk mendpat pengertian tentang kepribadian umum bangsa-bangsa di Eropa , misalnya kepribadian bangsa rusia, bangsa prancis, bangsa jerman dan sebagainya. Ilmu Antropolgi yang sebelumnya dipakai untuk meneliti kebudayaankebudayaan suku-suku-bangsa di luar ligkungan kebudayaan Ero-Amerika, sekarang mulai dipergunakan untuk meneliti bangsa-bangsa Ero-Amerika sendiri. Dalam hal itu karya Lowie juga menggambarkan peerkembangan ilmu antropologi di Amerika. Ada dua salah anggapan yang harus dikoreksi sehubungan dengan sejarah perkembangan ilmu antropologi psikologi: a) menganggap ilmu Antropologi Psikologi adalah subdisiplin baru dari ilmu Antropologi Umum; b) menganggap ilmu Antropologi Psikologi adalah suatu ilmu yang diciptakan oleh sarjana Amerika Serikat saja. Jika lebih tepat lagi, lahir ilmu ini sudah sejak diadakan ekspedisi Cambridge ke selat Torres pada 1898 (Hunt, 1967: ix). Yang paling penting bagi perkembangan ilmu Antropologi psikologi adalah Spengler, karena ia adalah teoritikus pertama yang telah mengajukan untuk pertama kali berpendapat tentang peminjaman unsur-unsur kebudayaan secara selektif, yakni suatu bangsa jika meminjam unsur kebudayaan lain akan memilih yang sesuai dengan kebudayaannya sendiri. Jika kurang sesuai, unsur kebudayaan asing tersebut akan dirombak sesuai dengan kebudayaan pribuminya. Struktural Antropologi Perancis Sekilas



Riwayat



Hidup



Claude



Levi-Strauss



dan



Latar



Belakang



pemikiran



StrukturalnyaClaude Levi-Strauss2 dilahirkan di Brussel, Belgia, pada 28 November 1908, dari orang tua Yahudi yang berkebangsaan Prancis. Tahun 1914 mereka pindah ke Prancis. Ia belajar Filsafat dan Hukum, tetapi juga mendalami karya-karya ilmu sosial seperti E. 13



Durkheim, M. Mauss. Tahun 1934 – 1937 Ia menjadi profesor sosiologi di Sao Paulo, dan sementara itu ia melakukan penelitian etnografis di pedalaman Brazil. Sebentar saja menjalani wajib meliter, lalu pindah ke Amerika dan menjadi dosen pada The New School of Social Research, di mana ia bertemu Roman Jacobson, perjumpaan yang sangat menentukan untuk karier ilmiah Levi-Strauss. Sebab melalui Jacobson ia berkenalan dengan linguistik modern dan menemukan kemungkinan kemungkinannya untuk antropologi. Tetapi sebelum itu, sebagaimana yang diakui sendiri dalam biografinya, Levi-Strauss bercerita bahwa ada tiga guru yang mempengaruhi dia di masa mudanya, yakni ilmu geologi, psikoanalisa Sigmund Freud, dan filsafat Karl Marx Latar Belakang pemikiran Struktural Levi-Strauss Dari riwayat hidupnya, sudah nampak tokoh-tokoh atau pemikiran yang mempengaruhi LeviStrauss, mulai dari (1) geologi, (2) psikoanalisa Sigmund Freud, (3) filsafat Karl Marx, (4) seni, (5) antropologi Amerika terutama etnologi F. Boas, (6) sosiologi E. Durkheim dan M. Mauss, hingga (7) linguistik modern F. de Saussure, R. Jacobson, dan N. Trubetzkoy. Namun dalam tulisan ini, pembahasan terkait latar belakang tersebut dibatasi pada tiga yang disebut terakhir, itu pun pembahasan mendalam hanya pada linguistik modern. Tulisan ini bersifat biografis karena melalui dialog dengan berbagai tokoh dan pemikiran inilah Levi-strauss mengembangkan



teorinya.



2.1. Antropologi F. Boas. Levi-Strauss mengagumi Boas atas ketegasan ilmiah dan pengetahuan luas yang luar biasa tentang semua bidang antropologi, seperti antropologi fisik, linguistik, etnografi, arkeologi, folkor, dan mitologi. Berbagai gagasan dasar Boas ini mengilhami pemikiran LeviStrauss. Tetapi yang terpenting bagi Levi-staruss adalah pendapat Boas bahwa hukum-hukum bahasa berfungsi secara tak disadari dan di luar kontrol sadar subjek yang berbicara. Maka bahasa dapat dipelajari sebagai fenomen objektif yang juga menjadi representatif bagi gejala-gejala sosial lainnya. 2. 2. Sosiologi Durkheim dan Mauss Durkheim yang dahulu ditentang Levi-Strauss, dikemudian hari dihormati sebagai “penjelmaan esensial sumbangan Prancis bagi antropologi sosial”, dan Mauss dipuji sebagai “Newton etnologi”. Kedua sosiolog Prancis ini sungguh berminat pada data-data penyelidikan etnologi yang mereka renungkan sambil memperhatikan seluruh kategori dan prinsip berpikir universal dan kolektif yang mendasari semua keanekaragaman klasifikasi dan 14



hubungan sosial yang kelihatan kacau balau. Orientasi ilmiah Durkheim dan Mauss itu sejalan dengan minat Levi-Strauss sendiri, yakni untuk menemukan prinsip dan hukum pada tatanan yang tak kelihatan yang melatar belakangi aneka ragam gejala kompleks yang tampak. Antropologi Sosial Inggris A.R Radcliffe Brown Ada beberapa teori-teori yang menggagas mengenai structural-fungsionalis, namun untuk yang pertama kalinya adalah diajukan oleh Radcliffe-Brown. Fungsionalisme-Struktural Radcliffe-Brown, adalah teori yang menggagasan mengenai sebuah kerangka kerja yang menggambarkan konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan struktur sosial dari peradaban masyarakat tertentu. Gagasan



mengenai



teorinya



tersebut



terlihat



pada



karangannya



“The



Andaman



Islanders”(1922), yang berbicara mengenai gagasan dan pandangannya terhadap kehidupan sosial kebudayaan. Dalam karyanya tersebut ia menggunakan suatu diskripsi etnografi yang terintegrasi secara fungsional, deskripsi etnografi The Andaman Islanders merupakan suatu contoh dari suatu deskripsi terintegrasi secara fungsional, di mana berbagai upacara agama dikaitkan dengan mitologi atau dongeng-dongeng suci yang bersangkutan, dan di mana pengaruh dan efeknya terhadap struktur hubungan antara warga dalam suatu komunitas desk Andaman yang kecil, menjadi tampak jelas. Ia merumuskan metode pendiskripsian terhadap karangan etnografi. Salah satunya ialah melalui aspek upacara, yang dirumuskan kedalam beberapa bagian seperti berikut: 1. Agar suatu masyarakat dapat hidup langsung, maka harus ada suatu sintimen dalam jiwa warganya yang merangsang mereka untuk berperilaku sesuai dengan kebutuhan mereka. 2. Tiap unsur dalam sistem sosial dan tiap gejala atau benda yang dengan demikian mempunyai efek pada solidaritas masyarakat menjadi pokok orientasi dari sentimenn tersebut. 3. Sentimen itu ditimbulkan dalam pikiran individu warga masyarakat sebagai pengaruh hidup warga masyarakat. 4. Adat istiadat upacara adalah wahana dengan apa sentimen-sentimen itu dapat diekspresikan secara kolektif dan berulang pada saat tertentu. 15



5. Ekspresi kolektif dari sentimen memelihara intensitas itu dalam jiwa warga masyarakat dan bertujuan meneruskan kepada warga generasi berikutnya. Brown juga menyarankan untuk memakai istilah “fungsi sosial” untuk menyatakan efek dari suatu keyakinan, adat, atau pranata kepada solidaritas sosial dalam masyarakat tersebut. Dengan demikian pendirian Radcliffe-Brown mengenai fungsi sosial, pada dasarnya sama dengan pendapat yang dikemukakan Malinowski mengenai fungsi dalam tingkat abstraksi ketiga, yaitu pengaruh efek dari suatu upacara keagamaan atau dongeng mitologi terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara berintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu. Bronislaw Malinowski Bronislaw Malinowski (1884-1942) lahir di Kraków, Austria-Hungaria (saat ini disebut Polandia) dari keluarga bangsawan. Ayahnya adalah seorang profesor dalam ilmu Sastra Slavik dan ibunya adalah seorang putri dari keluarga seorang tuan tanah. Di masa kecilnya, Malinowski adalah seorang yang lemah, namun sangat pintar secara akademik. Di tahun 1908 Malinowski lulus dari Fakultas ilmu Pasti dan ilmu Alam dari Uviversitas Cracow. Namun selama studinya ia gemar membaca tenteng folklor. Maka ia melanjutkan studinya untuk mengambil ilmu sosiologi empirikal karena ilmu ini lebih dekat bahasannya dengan folklor. Pada tahun 1916 ia lulus dengan mendapat gelar Doktor dari London School of Economics (Ingris). Malinowski menyumbangkan dua buah buku sebagai ganti disertasinya yaitu The Among the Australian Aborigines (1913) dan The Native of Mailu (1913). Pada tahun 1914 ia pergi ke Papua (saat ini disebut Papua New Guinea) dan melakukan penelitian yang mula-mula di Mailu, selanjutnya di daerah Dobu dan akhirnya di Kepulauan Trobriand. Pada saat itu ia memproleh kesempatan untuk melakukan mengobservasi dan penelitan sencara mendalam di kepulauan Trobriand selama dua tahun. Sesudah kembali ke Inggris ia menulis hahasil penelitiannya tersebut dari berbagai aspek mengenai kehidupan orang di kepulauan Trobriand. Buku pertama hasil karangannya yaitu Argounauts of the Western Facific(1922) dan yang kedua yaitu Crime and Custom in savage society.Hasil karyanya ini banyak menarik perhatian dunia ilmu khususnya dunia ilmu antropologi dan etnologi. Buku pertamanya ini menceritakan tentang sistem perdagangan di kepulauan Trobriand. Di mana dalam bahasa setempat tersebut dengan kula. Kula merupakan suatu sistem perdagangan yang dilakukan dengan cara barter di mana saat pertukaran barangbarang ( kerajinan, makanan dan alat-alat rumah tangga ) berlangsung selalu diadakan juga pertukaran benda-benda perhiasan yang dianggap penting dan memiliki nilai. Benda yang 16



dianggap sangat berharga tadi yaitu kalung kerang ( sulave ) dan gelang kerang ( mwali ). Kalung kerang ( sulave ) yaitu sebuah kalung yang terbuat dari kulit tiram dan susunannya sesuai dengan arah jarum jam. Sedangakan gelang ( mwali ) yaitu sebuah gelang putih yang susunannya berlawanan dengan arah jarum jam (Roger M. Keesing 1981:196). Benda-benda ini biasanya dipertukarkan ke suatu pulau dan kepulau lainnya sesuai dengan arah jarum jam untuk sulave dan sementara mwali dipertukarkan berlawanan dengan arah jarum jam. Perjalanan kula biasanya hanya dilakukan oleh kaum pria. Pertukaran kula juga merupakan hal yang menunjukkan status kelas sosial, gengsi dan untuk memperebutkan kedudukan. Semua tentang kula tadi diterangkan oleh Malinowski dengan menggunakan gaya bahasa yang sengat bagus dan mudah dipahami oleh orang. Di mana Malinowski menggambarkan semua yang berkaitan atau yang berhubungan dengan kula tersebut. Sehingga orang yang membaca karyanya tersebut benar-benar ikut merasakan keadaan di Trobriand tersebut. Cara yang digunakan oleh Malinowski ini merupakan cuatu cara baru dan unik. Sehingga cara mengarang etnografi yang dibuat Malinowski tersebut menjadi sebuah metode etnogfari yang berintegrasi secara fungsional. Pemikiran Malinoski ini menyebabkan bahwa konsepnya mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah laku manusia, dan pranatapranata sosial menjadi mantap yang kemudian ia membedakan fungsi sosial dalam tiga tingkat abstraksi(Koentjaraningrat 1982: 167) yaitu: 1.Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh tingkah laku manusia dan pranata sosial dalam masyarakat. 2.Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh suatu kebutuhan suatu adat yang sesuai dengan konsep masyarakat yang bersangkutan. 3.Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosila pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu. Konsep Malinowski yang lain yaitu mengenai konsep pengendalian sosial atau hukum. Malinowski menganalisa masalah itu (Koentjaraningrat 1964: 61-63)sebagai berikut : 1.Dalam masyarakat modern, tata tertib masyarakat dijaga oleh suatu sistem pengendalian sosial yang bersifat memaksa (hukum). Untuk melaksanakan hukum tersbut maka hukum



17



tersebut disokong eloh sistem alat-alat kekuasaan ( kepolisaian, pengadilan dll) yang diorganisir oleh suatu negara. 2.Dalam masyarakat primitif alat-alat kekuasaan tersebut kadang-kadang tidak ada. 3. Dengan demikian apakah dalam masyarakat primitif tidak ada hukum? Dalam kejadian hal diatas tersebut timbul persoalan bagaimana masyarakat primitif bisa menjaga tata tertif di masyarakat tersebut. Mengenai masalah tersebut Malinowski menjelaskan bahwa berbagai sistem tukar menukar yang ada di dalam masyarakat primitif merupakan alat yang mengikat antara satu dengan yang lain. Dalam hal ini Malinowski mengambil contoh dari masyarakat Trobriand. Malinowski juga mengatakan bahwa sistem menyumbang akan menimbulkan kewajiban seseorang untuk membalasnya. Hal ini lah yang mengaftikan kehidupan masyarakat di mana Malinowski menyebutnya prinsip timbal balik atau principle of reciprocity. Malinowski memberikan ilustrasi seperti yang ada di masyarakat trobriand. Di mana di masyarakat trobriand terjadi sistem penukaran barang dan benda. Di mana hal ini lah yang mengaktifkan hubungan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Pemikiran Malinowski tentang kebudayaan. Bronislaw Malinowski mengajukan beberapa unsur pokok kebudayaan yang meliputi: 1.Sistem normatif yaitu sistem norma-norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyatakat agar dapat menguasai alam di sekelilingnya 2.Organisasi ekonomi. 3.Mechanism and agencies of education yaitu alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas untuk pendidikan. Misalnya keluarga, keluarga merupakan termasuk lembaga pendidik yang utama selain dari lembaga-lembaga resmi yang ada. 4.Organisasi kekuatan ( the organization of force ). Bronislaw Malinowski sebagai penganut teori fungsional selalu mencari fungsi atau kegunaan setiap unsur kebudayaan untuk keperluan masyarakat. Menurut Malinowski segala aktivitas dari unsur kebudayaan tersebut bermaksut untuk memenuhi kebutuhan manusia serta untuk memuaskan segala kebutuhan manusia.



18



BAB III ABAD KEDUA PULUH sebelumnya di awal abad ke-20, kedua sekolah penelitiansosial Inggris dan Perancis sangat dipengaruhi oleh emile durkheim dan penerus intelektualnya, terutama mauss, leviStrauss, dan radc liffe - Brown. pada dekade berikutnya di abad ke-20, ketegangan antara partikularisme dan generalisasi muncul sebagai masalah utama di kedua Sisi Samudra Atlantik sering dengan perkembangan pesat disiplin antropologi sementara skema evolusionis abad ke-19 yang dikembangkan oleh Morgan dan Taylor tampaknya tidak lagi sesuai dengan pertumbuhan mahasiswa budaya yang semakin canggih, pendekatan deskriptif yang banyak diperjuangkan oleh Boas juga tampak tidak memadai. Antropologi Kognitif pada saat frans Boaz meninggal, sumbangannya terhadap antropologi Amerika telah melonggar. antropologi kognitif berakar pada relativisme budaya Boasian dengan masukan dari antropologi linguistik Edward sapir Perintis antropologi kognitif lainnya adalah hipotesis Sapir-whorf, yang dinamai menurut antropologi linguistik Edward Sapir dan rekannya benjamin whorf. hipotesis Sapir Word yang terkadang disebut prinsip relativitas linguistik mengungkapkan pandangan bawah struktur mental bahasa dan budaya berkorelasi, saling mempengaruhi satu sama lain. Etnosains dan etnografi baru objek dari Teknik ini adalah untuk menggambarkan kognisi atau persepsi asli, sebagai domain semantik, atau domain makna, dengan kode "kognitif" yang dapat "dipecahkan". Neo-Evolusionisme Budaya evolusionisme budaya baru adalah gagasan dari 4 antropolog Amerika: Leslie white, julian Steward, marshall sahlins (sebelum beralih ke strukturalisme perancis), dan Elman Service, dengan masukan dari arkeolog inggris V. Gordon Childe (1892-1957) . Leslie White Leslie white adalah seorang antropolog yang dilatih dalam tradisi Banyuasin namun berani meninggalkan bahwa secara radikal selama karirnya yang panjang di Universitas Michigan. 19



Julian Steward 1902 -72, bapak ekologi budaya modern . Marshali sahlins dan elman service mengemukakan evolusi umum dan evolusi spesifik Arkeologi baru (arkeologi historis-budaya, etos, teori sistem umum, model hipotesis- deduktif, metode taksnomi midwestern, arkeologi baru, arkeologi ikonoklastik Marvin Harris. Marvim harris Haris mulai mengembangkan materialisme budaya untuk membangkitkan antropologi modern dan sebagian merupakan warisan dari Boas, dan untuk menentang berkembangnya Trans nonsens dan anti ilmiah dalam antropologi. Alami vs. Pengasuhan (Nature VS Nurture) Biologi perilaku Antropologi fisik antropologi fisik baru tidak ada kaitannya dengan evolusionisme budaya baru dan arkeologi baru yang diluncurkan di waktu yang hampir bersamaan westbound hanya mendesah antropologi biologi untuk merangkul teori evolusi sintesis yakni sintesis genetika Darwinisme dan Mendel yang telah dicapai Ahli biologi di 1930 an. Sosiobiologi dengan kata kunci. 2 biologi nepotisme, psikologis evolusioner, kebugaran inklusif, seleksi kerabat, altruisme resiprokal, sosiobiologi, xenofobia. antropologi interpretif dan simbolik Victor Turner dan antropologi simbolis perspektif awal turner mengenai pentingnya ritual menggambarkan sebagian besar karyanya di kemudian hari dan menetapkan arah kepentingan teoritisnya. sepanjang 1960-an selama ia terus berkembang lebih jauh dari generasi fungsionalis struktural sebelumnya, karena banyak dari mereka yang beranggapan inti solidaritas organik terletak pada situasi konkret dan 20



hubungan formal masyarakat sebaliknya, jurnal memusatkan perhatian pada gagasan bahwa solidaritas sosial adalah fungsi dari sistem logika simbolis yang menghubungkan orang. Clifford Geertz dan Antropologi Interpretif Geertz mengemukakan pandangannya tentang metode etnografi, utamanya adalah teknik penelitian yang disebut deskripsi tebal mengatakan metode ini sebagai alat yang paling efektif bagi pers dalam memahami teks budaya yaitu detail alus kehidupan manusia yang membuat perilaku dapat dipahami. God juga menyatakan bahwa pria yang memiliki status tinggi secara lokal bersaing satu sama lain secara produksi melalui kelamin mereka,, yaitu ayam jantan yang berjuang melawan kematian dalam olahraga Primal. Arkeologi Pasca -prosesual dengan kata kunci konstekstual, antropologi kritik,



arkeologi lanskap, arkeologi pasca



prosesual. Transaksionalisme merupakan upaya untuk mengatasi keterbatasan fungsionalisme struktural tradisional dengan meninjau ulang gagasan individu sebagai unit dasar kehidupan sosial, sebuah gagasan yang menonjol dalam karya Malinowski namun sebagian besar tertutup oleh puisi struktur sosial yang dikemukakan Radcliffe-Brown. antropologi dan gender 1. feminisme dan efeknya 2. Budaya dan Seksualitas ekonomi politik perwujudan pertama ekonomi politik dimulai pada abad ke-18 dan awalnya dirancang oleh teoritikus sosial era pencerahan dalam penyelidikan terhadap asal sifat dasar dan hubungan antar negara bangsa dan koloni mereka di dunia. Dosa Sang Ayah dengan kata kunci pengetahuan otoritatif, tradisi besar dan hadas kecil Ideologi, budaya, dan kekuasaan 21



tradisi ekonomi politik dalam antropologi menganggap budaya terbentuk dalam konteks akses yang tidak setara terhadap kekayaan dan kekuasaan seperti halnya asumsi marxist tentang konflik antara kelompok sosial dan ekonomi dapat dianggap sebagai material karena kondisi materi keberadaan manusia dipahami untuk mengkondisikan karakter hubungan sosial. Pascakolonialisme (postkolonialisme) pada awal 1960-an Rhoma disintegrasi kolonialisme Eropa setelah perang dunia 2 menimbulkan pertanyaan penting bagi para tikus antropologi tentang hubungan antara negara maju dan negara berkembang. perspektif poskolonial menerbitkan sebuah buku yang menetapkan jalur moral dan epistemologis baru untuk antropologi. dengan kata kunci indusma, multikulturalisme, perspektif poskolonial. Postmodernitas 1. Paul Feyerabend 2. Michel Foucault 3. Pierre Bourdieu Antropologi sebagi teks sepanjang 1980-an dan 1990-an pesan vokal dan memiliki dampak dari meletus pada teori antropologi. Antropologi kesehatan dalam aspek yang paling luas, antropologi kesehatan dapat didefinisikan sebagai studi tentang dimensi sosial dan budaya kesehatan dan penyakit bersamaan dengan teori sebab dan penguatan pribumi.



BAB IV AWAL ABAD KEDUA PULUH SATU Pada Awal abad ke-21, teori postmodern telah mengalami kenaikan, penurunan, atau berubah menjadi kosakata teoritis lainnya, termasuk kosakata globalisasi, yang telah meningkat selama 2 dekade terakhir. pada saat yang sama meskipun terlalu dini di abad ini 22



untuk memastikannya, tampaknya juga muncul sebuah awal dari tren besar (atau Meta) teori-teori dan mengarah pada ketertarikan yang lebih mendalam terhadap praktik antropologi itu sendiri. perkembangan yang mencolok dalam hal ini adalah munculnya antropologi publik dan serangkaian kekhawatiran tentang etika antropologis dan akuntabilitas publik. GLOBALISASI studi tentang globalisasi atau " teori globalisasi", telah menjadi salah satu badan kerja yang paling mencolok yang diperoleh dari percampuran perspektif ini dengan postmodernitas pada 1980-an dan 1990-an. perspektif ini pendukungnya banyak dan beragam karena tidak begitu banyak menentukan satu metode atau agenda penelitian, melainkan lebih menganjurkan pandangan umum. perspektif globalisasi merupakan penyempurnaan lebih lanjut dari gagasan ekonomi politik ini yang diresapi dengan kisah peringatan postmodernitas bahwa masyarakat dan budaya tidak dapat begitu saja dikurangi atau dihapuskan oleh efek sistem dunia kapitalis tidak peduli seberapa kuat dan merangkulnya sistem ini dari sudut pandang mata Barat secara khusus suatu wawasan yang didasarkan pada pernyataan postmodern ini telah berperan dalam membentuk teori globalisasi menjadi cabang penelitian yang khas pada 1990-an dan awal abad ke -21. ANTROPOLOGI PUBLIK membandingkan diri mereka dengan antropologi terapan dengan perbedaan tajam antara pengetahuan "murni" dan bagaimana penggunaannya di luar "menara Gading", generasi antropolog baru-baru ini yang peduli dengan perluasan teori telah menulis tentang antropologi publik sebagai sebuah sarana untuk membuat disiplin mereka relevan melampaui dunia universitas.



antropologi publik mengusulkan bahwa antropolog,



seperti sektor



masyarakat lainnya, bertanggung jawab secara moral dan etis untuk subjek penelitian mereka, sebuah tanggung jawab yang tidak dapat dengan mudah dilepaskan dengan mengajukan klaim objektif dan relativisme lawas. sebaliknya antropolog harus secara definisi menjadi aktivis dan pencari intervensi, seperti yang pernah diamati karl marx dalam kritik terhadap filsafat, untuk berubah daripada



sekadar menafsirkan dunia. mereka harus membawa



keahlian dan kemampuan mereka ke arena publik dan politik penulisan tindakan komunitas dan formasi kebijakan dengan populer, dan juga



topik penelitian ' tradisional': medis,



perusahaan, museologis, dan manajemen sumberdaya budaya (CRM).



23



Satu perbedaan utama antara antropologi terapan dan publik adalah bahwa antropologi publik dalam suatu artian menuntut komitmen yang jauh lebih besar dari para peneliti. ironisnya,



fokus ini terkadang membuat antropologi publik bertentangan dengan ahli



antropologi terapan atau " praktik" lainnya . TRADISI DUNIA DALAM ANTROPOLOGI faktor penting lain dalam munculnya antropologi dunia yang tidak setara menyangkut perluasan akademik amerika utara itu sendiri. di amerika serikat, ekonomi manufaktur yang berkembang setelah 1945, dikombinasikan dengan permintaan pendidikan pasca sekolah menengah yang belum pernah terjadi sebelumnya ( didorong oleh RUU G.I., yang membuat pendidikan tingkat perguruan tinggi dapat diakses oleh veteran yang kembali), membuat kedua amerika serikat menjadi lokasi perkembangan industri akademik. ANTROPOLOGI ERA DIGITAL teori antropologi di awal abad ke-21 semakin mengalihkan perhatian mereka pada arus budidaya dan teknologi yang amat kuat yang telah datang dalam periode waktu yang sangat singkat, untuk menelan



seluruh dunia ( meski terlebih tidak merata daripada yang



diperkirakan orang banyak).



istilah "digital" itu sendiri menarik, seperti kata heather horst



dan daniel miller (lahir 1954), ini "tampaknya telah menjadi tangkapan diskursif untuk hal baru. artinya kata tersebut melampaui asal-usul nya sebagai referensi teknis untuk merangkul tidak hanya serangkaian inovasi yang luas tetapi juga pandangan dunia budaya tertentu yang mengantisipasi perkembangan baru dan belum pernah terjadi sebelumnya dan hubungan intim mereka dengan jalinan kehidupan sehari-hari. Horts dan miller menyarankan pertimbangan penting lainnya untuk antropologi yang lebih kuat dari era digital yang mengikat nya langsung dengan prinsip-prinsip teori antropologi yang sangat tradisional. pertama mereka mendesak perhatian baru pada holisme. seperti yang mereka lihat banyak literatur dalam budaya populer, studi media, dan bahkan antropologi menjadi terlalu deduktif dalam melihat budaya digital melalui lensa yang terlalu sempit. studi yang mengabaikan keterikatan menyeluruh antara praktik digital dan abstrak si yang di lembaga kan seperti ekonomi kekerabatan, dan agama merindukan sesuatu yang penting tentang pembuatan budaya digital yang kontekstual. kedua, mereka mengusulkan bahwa prinsip relatif isma budaya memiliki relevansi yang besar untuk antropologi era digital. dengan demikian tidak masuk akal untuk menganggap globalisasi digital sebagai 24



kekuatan promo regenerasi ketika banyak penelitian (seperti studi ponsel jamaika) menunjukkan efek mendalam dari perbedaan budaya tentang bagaimana dan mengapa teknologi digital digunakan. oleh karena itu kita harus menyadari bahwa banyak budaya digital membangkitkan keragaman dan perkembangbiakan dengan memberi " suara dan jarak pandang kepada orang-orang yang diremehkan oleh perspektif modern is dan sejenisnya".



2.2 Ringkasan Buku Pembanding Bab I . ANTROPOLOGI: Metode Dan Pokok Soal Dalam Penyusunan Teori Antropologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari budaya suatu masyarakat pada etnik tertentu, namun tidak hanya itu antopologi juga mempelajari gejala-gejala yang meliputi kekerabatan dan organisasi sosial, politik, teknologi, ekonomi, agama, bahasa, kesenian dan mitologi. Manusia sebagai makhluk yang memiliki kesamaan, namun dari kesamaan itu mempunyai latar belakang yang kontras, yang disebut perbedaan inframanusiawi. “Salah satu kelebihan lain dari ilmu antropologi adalah satu-satunya ilmu sosial yang membahas kedua sisi sifat-hakikat manusia sekaligus yaitu: sisi biologis (antropologi ragawi), sisi cultural (antropologi budaya)”. sehingga dapat disinyalir antropologi mempunyai pembahasan yang sangat luas. Pada akhir abab ke Sembilan belas ilmu antropologi mengalami perkembangan menjadi ilmu pengatahuan sistematis, sehingga para antrologpun mencoba meringkas dengan dua pertanyaan besarnya yaitu: 1. Bagaimana bekerjanya berbagai system budaya yang berbeda-beda? 2. Bagaimanakah maka system budaya yang beraneka ragam itu menjadi keadaan kini? “Masalah besar dalam antropologi adalah menjelaskan kesamaan dan perbedaan budaya, pemeliharaan budaya maupun perubahannya dari masa ke masa” hal 3. Dari penjelasan diatas dapat di asumsikan ruang lingkup antropologi sangat luas serta mampu menembus ruang dan waktu. Untuk mendapatkan sebuah jawaban pada sebuah perbedaan antar kelompok satu dengan kelompok yang lain baik secara nilai, prilaku, keyakinan, bentuk sosial pada suatu kelompok, dengan mempelajari mekanisme, struktur, juga sarana-sarana dari luar diri dari manusia yaitu : alat yang digunakan manusia untuk mentransformasikan dirinya sendiri.



25



Sedang untuk menjawab « sebuah perbedaan dari masa ke masa « untuk mendukung penjelasan sosiokultural (lawan penjelasan psikobiologis). Mekanisme, struktur dan sarana kolektif luar diri manusia itu disebut oleh antropolog sebagai « budaya »(culture) hal 4. Budaya (culture) bertujuan untuk « menjelaskan » merujuk pada fenomena perbedaan prilaku manusia yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh konsep psikobiologis, sehingga budaya (culture) diistilahkan sebagai omnibus,dengan pengertian sesuatu yang maha luas. Sistem sosial manusia adalah sosiokultural sejati, antara lain sistem sosial yag bersifat biososial artinya pencerminan watak biologi dari spesiesnya. Sedang system sosial manusia sangat bermacam-macam sehingga mencerminkan keragaman dan mempunyai pengaruh atau dampak disebut “tradisi warisan”.  Relativisme melawan Perbandingan Teori dan metodologi para antropologi menggunakan relativistik dan dan komparatif. « Relativisme (teori idieologis) menyatakan bahwa setiap budaya merupakan bentuk wujud/ konfigurasi yang unik yang memiliki citrarasa khas dan gaya serta kemampuan tersendiri » hal 6, keunikan dinyatakan tanpa didukung adanya penjelasannya. Kaum relativis menyatakan, suatu budaya harus diikmati sebagai suatu kebulatan tunggal dan hanya sebagai dirinya sendiri. Relativisme berguna sebagai peringatan bagi kita bahwa dalam mempelajari budaya lain atau budaya yag berbeda dengan budaya kita, harus kita usahakan agar kita tidak terpengaruh oleh prakonsepsi budaya kita sendiri. Sedangkan komparativis menyatakan bahwa suatu intitusi, proses, kompleks atau ihwal, harus dicopoti dari matrik budaya yang lebih besar dengan cara tertentu sehingga dapat dibandingkan dengan indtitusi, proses, kompleks atau ihwal-ihwal dalam konteks sosiokultural lain. Suatau monografi etnologipun menggunakan perbandingan dikarenakan etnograf boleh dikatakan harus memperbandingkan budaya yang sedang kita pelajari dengan budaya lain yang sudah kita kenali melalui bacaan atau pengalaman. Kedua padangan itu tidak memiliki titik temu dan tidak setuju diizinkan dengan adanya pemerkosaan pada sebuah budaya, bahkan kedua pandangan itu bersepakat tidak ada dua budaya atau lebih yang memiliki kesamaan yang sama persis.  Perbandingan dan Tipe Struktural Dalam memutuskan fenomen pada suatu kebudayaan dapat diperbandingkan atau tidak, pandangan tipe secara struktural menjadi sangat penting. Tipe struktural adalah suatu klasifikasi fenomen yang dipelajari menurut cirinya yang penting dan menentukan, selagi kita 26



mendefinisikan ciri tersebut. Para antropolog lebih sadar diri dan lebih sistemetis dalam melakuka perbandaingan biasanya melakukan dua jenis kajian yang pertama: perbandaingan skala kecil dalam suatu wilayah geografis, yang kedua adalah survei lintas budaya dengan skala besar sejumlah budaya yang tidak memiliki hubungan historis. Ada dua kelebihan atau keuntungan pada saat mengkaji budaya dengan menggunakan skala kecil: Keuntungan pertama dalam kajian ini lebih siap menggunakan teknik penelitian lapangan tradisional. Keuntungan kedua: masyarakat-masyarakat dengan teknologi sederhana disuatu kawasan geografis cenderung memiliki kemiripan struktural antara yang satu dengan yang lain. Namun dengan adanya suatu hubungan historis pada suatu budaya juga memojokka seorang peneiliti dalam menghadapi kasus, apakah kasus ini tunggal yang berfragmentasi atau sebuah kasus yang muncul secara bebas (independent). Sementara kajian pada skala besar memilki kelemahan pokok ialah ketidak mampuannya mendeskripsikan tipe-tipe dengan sesuatu cara yang memungkinkan perbandingan pada setiap tipe itu, masig-masing antara tipe satu dengan tipe lain. Kelebihan dan kekurangan yang dimilki kajian skala kecil maupu skala besar tidak lain bertujuan untuk saling melingkapi seperti kata Stansislav Andreski hal 14.  Masalah Pedefinisian Teori Pengetahuan teoritik adalah pengetahuan yang berupaya menjelaska fenomen empirik. Teori juga bukan sekedar ikhisar data yang ringkas, dikarenakan didalamnya tidak hanya mengatakan “apa” melainkan juga “mengapa” sesuatu terjadi sebagai yag berlaku dalam kenyataan. Teoripun harus berfugsi ganda: pertama, menjelaskan fakta yang sudah diketahui dan kedua: membuka celah pemandagan baru yang dapat mengantarkan kita menemukan fakta baru juga. Idus marphree berkata bahwa bila ihwal atau kejadian yang sama ditafsirkan dalam konteks teoritik yang berbeda, maka akan muncul jenis-jenis fakta yang berlainan pula, dikarenakan suatu teori bersifat generalisasi. Perbedaan Teori dengan generalisasi empirik pada beberapa hal yang penting: generalisasi empirik memberikan label pada regularitas alami, sedang teori memberikan alasan berlangsungnya regularitas itu. Generalisasi empirik menembus hinggga melampaui pengamatan (observasi), tetapi kesuburan penjelasan terbatas. Generalisasi teoritik menurut kita ke arah fakta baru membuka jalur-jalur baru dalam penelitian. Pernyataan deskriptif mengacu pada kejadian yang muncul dalam suatu konteks ruang dan waktu tertentu, sedangkan generalisasi empirik (induktif) menunjuk pada hubungan-hubungan yang berlaku 27



pada kondisi-kondisi tertentu tanpa peduli ruang dan waktu. Hubungan logis antara teori antara proposisi teori umum (proposisi yang mencoba mengatakan bahwa bukan hanya apa yang terjadi melainkan juga mengapa sesuatu terjadi sebagi dalam kenyataan). Hubungan ideal seperti dikatakan para filsuf ilmu ( yang jelas dilandasi oleh pemikiran fisika) atau disebut dengan deduktif.  Hubungan antara Teori Etnologi dan fakta Etnografi Gagasan luas dari berbagai ilmu dapat diterima apabila : pertama, pernyataan empirik tentang fakta yag didapat melalui pengamatan atau observasi. Kedua : pernyataan teoritik yang bersifat spekulatif serta dapat berubah dan berbeda seiring dengan pergeseran titik pandang atau pendapat. Perbedaan antara fakta dan teori dalam antropologi yakni berupa perbedadaan etnografi (pemerian/deksripsi budaya) dan etnologi (pembentukan teori tentang pemerian itu). Apakah fakta yang relevan untuk mendukung sesuatu teori? Julian Steward dalam bukunya “Cultural Causality and Law” “pengumpulan fakta itu sendiri bukanlah prosedur ilmiah yang telah memadai, fakta hanyalah ada sehubungan degan teori dan teori tidak rusak oleh fakta teori digantikan oleh teori-teori baru yang memberikan penjelasan yang lebih baik dari fakta itu.  Masalah-masalah Khusus dalam Pembetukan Teori Antropologi Pandangan-dalam melawan Pandangan Luar-mengenai Suatu Budaya Dalam menyusun dekripsi orang-orang di dalam budaya itu ada dua kategori : koseptual warga budaya yag bersangkutan (pendekatan emik), atau apakah pemerian/deksripsi itu kita susun kategori konseptual dalam antropologi yakni sebagai budaya itu kelihatan dari luar (pendekatan epik). Sejumlah besar antropolog sampai malinowski mengatakan bahwa hendaknya tujuan yang dijangkau oleh etnografi adalah penyingkapan hal-hal yang harus diketahui oleh seseorang agar mampu mengenal dan menjelajahi seluk-beluk budaya tertentu dan pendekar wawasan bahwa misi y=utama etnografi ialah « memehami pandangan hidup warga peribumi dalam rangka relisasi impian para warga pribumi tentang dunia. Suatu hikmah purba dari etnografi yang dapat kita kukuhkan yaitu penelitian antropologi yang pantas ialah yang bukan hanya berupa upaya penyingkapan titik-pandang suku pribumi, cara mereka mencerap dan menata jagat tanah mereka dan pandangan ideal maupu subjektif mereka tentang dunia sosial kehidupan mereka.  Objektivitas Pelaporan Antropologis 28



Masalah klasik pada ilmu-ilmu sosial yang belum juga terpecahkan sampai sekarang ialah mengenai kesenjangan si peneliti. Bagaimana dapat diharap tercapai pegetahuan objektif mengenai fenomen sosialkultural bila praktisi ilmu sosial adalah ideolog? akan tetapi seberapa jauhkan catatan itu merupakan bias pribadi si antropolg sendiri, baik rasa suka maupun ketidak sukaan itu sendiri ? Semua manusia bukan hanya antroplog juga mengalami bias. Keliru jika kita ingin mendapatkan objektivitas didalam pemikiran dan sikap antropolog sebagai individu. Buka di sana kita harus mencarinya melainkan –seperti yang ditulis oleh karl popper- objektivitas harus dicari dalam institusi dan tradisi kritik suatu disiplin. Dengan memberi dan menerima kritik kita dapat salig memberi bermacam-macam bias dengan harappan muncul suatu yang mendekati objektifitas, dengan kata lain sesuatu diupayakan dan ditingkatkan secara kumulatif dari masa ke masa. Sikap relativisme mempunyai kelemahan tidak dibedakan antara oleh filsuf ilmu disebut sebagai konteks penemuan konteks justifikasi.  Pembentukan Teori Pandangan yang merangkum seluruh jiwa dan ilmiah adalah melihat ilmu pengetahuan sebagai suatu metode intelektual. Menurut Ernest Nagel : « seperangkat litani logika untuk mengkaji klaim atas pengetahuan » sedangkan Karl Popper sains adalah « suatu proses menebak dan membuktikan kesalahan tebakan » artinya ilmu mengaju tebak-tebakan berani mengenai keadaan dunia, kemudian berusaha membuktikan kesalahan tebak-tebakkan itu. Rentetan pertayaan dan pengujian bukti ialah yang disebut sebagai pengetahuan alias sains. 



Verstehen



Verstehen ialah sebuah pandangan memengenai sasaran ilmu sosial bukanlah perumusan sistem penjelasan yang umum, melainkan lebih pada pengorganisaian dan presentasi data dengan cara tertentu yang menjadi data itu dapat dipahami melalui proses pemahaman dan empati individu. Ilmu bukanlah metode untuk menghasilkan teori. Teori adalah tindakan kreatif dari pikiran yang menggenggam informasi dan berdisiplin. Terdapatnya perbedaan inheren antara data antropologi dan data ilmu alam, namun dengan adanya kekurangan itu ada empat hal yang dianggap sangat meyakinkan dan penting :  



Historikal/ kesejarahan Pertama, dengan adanya perubahan waktu dan perubahan sturuktur sosial pada suatu



budaya tertentu maka suatu teori semestinya diperbaharui demi menunjang suatu perubahan untuk memperjelas perubahan struktur baru. Hal ini dikemukakan oleh Wilber Moore teori 29



statis adalah daur ulang yag muncul berulang dalam suatu system, sedangka teori dinamis adalah mengenai system-sistem yang berubah. 



Kedua, sistem terbuka. Jenis sistem pada ilmu antropologi bersifat terbuka, dan



mempersoalkan jenis variable yang jaul lebih banyak dari system yang dipakai oleh ilmu alam, bahkan tidak dapat mengkontrol semua variable yang mungkin bersifat relevan, sehingga ilmu antropolog bersifat sangat probabilistik. 



Ketiga, isu-isu sosial. Dengan berkembangan ilmu alam dengan kecangihan teknologi



memungkinkan masalah yang didapatkan mampu terpecahkan, sedangkan pada ilmu sosial lebih sering menghadapi masalah yang tersodorkan atas nama kepentigan dan keprihatinan masyarakat, dalam kenyataannya pada disiplin ilmu sosial tidak memiliki alat konseptual dan analisis untuk memecahkannya. Sedangkan masyarakat mengharapkan penjelasan dan penjelasan itu diharapkan secara rinci. 



Keempat, ideologi. Reaksi-reaksi orang terhadap proposisi-proposisi pada ilmu sosial



mempunyai konteks ganda yakni selain sebagai teori juga sebagai ideologi secara sekaligus. Namun dengan adanya konteks ganda terdapat kesusahan dalam penyaringan teori : mana teori yang dapat dipertahankan karena bermanfaat, mana teori yang tidak dapat dipertahaka karena kurang bermanfaat atau keliru. Faktor ekstra-ilmiah adalah implikasi moral yang dianggap sebagai implikasi moral dari suatu teori. Teori adalah pengetahua yang diorganoisasikan dengan cara tertentu yang meletakkan fakta dibawah kaedah umum.



Bab II.



Orientasi Teoritik Empat pendekatan atau orientasi teoritik yang menjadi ciri dari antropologi yakni



evolusionisme,



fugsionalisme,



sejarah



dan



ekologi



budaya.



Metodologi



artinya



mempersolkan bentuk atau logika studi ilmiah. Metodologi bersifat formal sedangkan teori bersifat substantif. “Teori berurusan dengan entitas yang memiliki implikasi jelas dan tertentu; teori juga memasalahkan hubugan diantara entitas itu” hal 45. Terdapat dua pertanyaan besar pada keepat pedekatan ini, pertama: bagaimana system budaya bekerja, kedua: bagaimana suatu system budaya dapat menjadi seperti keadaan sekarang ini. a)



Kerangka Historis Umum



30



Abad ke Sembilan belas, sebagian besar ilmu-Ilmu sosial didomiasi oleh orientasi evolusioner dan orientasi perkembangan (developmental). Sedang pada abad dua puluh muncul reaksi penolakan humanis menetang cara berfikir evolusioner di bidang sosial yang sedang mengalami terombang-ambing, sebagai alasan tambahan adanya kerja lapangan. Versi fungsionalisme ialah dokri yang membenarkan bentuk setiap budaya adalah suatu konfigurasi unik tersendiri yang terbentuk dari bagian-bagian berinterelasi secara unik, dan bahwa bagian-bagian tersebut harus dipahami hanya dalam bagian kaitan dengan konteks konfigurasi yang luas. b). Evolusi Aband Sembilan Belas : Suatu Perspektif Historis Ada dua alasan mengenai evolusioner pada abad ke Sembilan belas, pertama: rumusan-rumusan teoritik dari para penulis abad ke Sembilan belas di perlakukan kurang patut oleh antropolog sesudahnya. Kedua: adanya keyakinan rumusan tersebut masih relevan dengan konsepsi-konsepsi mutakhir perkembangan. Kritis pedas ditujukan oleh evolusioer abad ke Sembilan belas, bahwa mereka sangat etosentris. Tiga asumsi dasar yang menjadi integral pemikira dan metodologi penelitian antropologi adalah : (1). Diktum bahwa fenomen kebudayaan harus dikaji dengan cara naturalistik (2). Premis tentang « persatuan psikis umat manusia » yakni bahwa perbedaan dua kelompok tidaklah disebabkan oelh perbedaan kelengkapa psikobiologis melaikan perbedaaan pengalaman sosial budaya (3). Penggunaan metode komparatif sebagai ganti teknik eksperime da laboratoris dalam ilmu surgawi. C).



Evolusi Mutakhir



Childe, White dan Steward Childe pada bukunya (Man Makes Himself, 1941 ; dan What Happen in History, 1946) menjelaskan; childe menggunakan rekaman arkeologis untuk menunjukkan bahwa kemajuan teknik yang dramatik dalam sejarah manusia, ( budidaya tumbuhan dan hewan, pertanian irigasi, penemuan logam dll) telah membawa evolusioner dalam keseluruhan jalinan kehidupan kultur manusia. Struktur-struktur sosaia dan politik, begitu pula terhadap pengorganisasian dan pegetahuan dipahami untuk realitas serta mengalami trasformasi. Keutamaan dari pemikiran childe, dari rekaman arkeologis menunjukan ada perubahan pola yang bersifat evolutif dan progresif. Terbukti pada masa neolitik muncul peradaban ;mesir, yunani,romawi dll.



31



White selalu kosisten terhadap orientasi evolusioner, serta memahami evolusi kebudayaan dari segi tertentu dalam konspsinya. Menurut White tanda tanda adalah hal atau kejadian yang memiliki arti inheren dengan fisik tanda itu, arti itu diidentifikasikan begitu dekat dengan bentuk fisik sehingga tampak iheren. Sedang simbol atau lambang adalah benda atau kejadian yang artiya dilekatkan secara arbitrer (sewenang) dengan orang yang menggunakannya secara kolektif. Pandangan White mengenai budaya adalah bahwa karen prilaku spesies hewan infrahuman kelas tinggi bersifat nonsimbolik, mereka terbatas berkecimpung dalam dunia pengalaman indrawi mereka sendiri hal 61. Kata White ; budaya hanya dapat diterangkan sebagai atau dalam kaitan dengan budaya. Perubahan-perubahan dalam tradisi superorganik (budaya,kultur) maupun variasi-variasi local didalam berlangsung dari waktu ke waktu tidak dapat diterangkan dengan merujuk pada factor geografis. Julian Steward senada dengan White, menekankan keberbedaan setiap budaya dan praktis mengabaikan kemiripan lintas budaya yang mengesankan sebagai yag terungkap dalam proses-proses cultural. Steward dan White berpandangan bahwa tujuan utama antropologi ialah pengungkapan regularitas cultural sepanjang perjalanan waktu disertai penjelasanya dalam rumusan sebab-akibat. Steward mendefinisikan evolusi multiliniar sebagai metodologi untuk menelaah perbedaan da kemiripan kebudayaan melalui perbandingan antara runtunanruntunan perkembangan parallel, umumnya di wilayah-wilayah geografis yang terpisah-pisah jauh, dan tugas utama dari evolusi multiliniar untuk menguraikan, menjelaskan kesamaankesamaan struktural itu. Tiga gagasan unsure sentral Steward mengenai evolusi budaya; (1). Institusi inti lawan institusi peripheral (2). Tipe budaya (3). Taraf integrasi sosial-budaya. Institusi inti adalah hubungan erat cara sesuatu budaya beradaptasi terhadap lingkungan mengenai ekploitasi lingkungan itu sendiri. Steward menekankan, menolak adanya gagasan behwa taraf-taraf yang dikemukakanya itu mewakili runtutan empirik yang setepat-tepatnya, bagiya taraf-taraf tersebut terutama adalah sebagai piranti heuristik guna menata data dan menghadapi transformasi budaya. Beberapa sumbangan umum Marshall sahlins mengemukakan bahwa kedua pendapat White dan Steward mengenai evolusi budaya keduanya saling melengkapi dan bukannya saling bertentangan. Disatu pihak evolusi budaya menghasilkan taraf pegorganisasian yag meningkat, yakni system-sistem yang menampilkan kompleksitasa yag lebih besar dan adaptabilitas yang lebih menyeluruh. Tugas 32



untuk suatu antropologi adalah mencapai kosepsi tentang evolusi atau perkembangan (kedua istilah itu kami gunakan silih berganti) yang memberi kita manfaat dalam memikirkan, meneliti dan menjelaskan perubahan budaya.



d). Fungsionalisme Fungsionalisme adalah penekanan dominan dalam studi antropologi khususnya penelitaian data etnografis, selama dasawarsa silam. “suatu rancangan evolusioner juga tercakup penyusunan tipe-tipe struktural serta pengorganisasian tipe-tipe itu dalam runtunan logis tertentu yag mendekati jejang kompleksitas yang makin meninggi” hal72. Fungsionalisme juga merupakan bagian dari metodologi untuk mengeksplorasi saling ketergantungan, juga sebagai persperktif toritik yag bhertumpu pada analogi dengan organisme. Sedang fungsinya sebagai asumsi (terbuka,tersirat), bahwa semua sistem budaya memiliki syarat-syarat fungsionalisme tertentu untuk memungkinkan eksistensinya. Menurut Robet Merton ada dua asumsi tersirat yakni: (1). Postulat keutuhan fungsional masyarakat, yakni bahwa segala sesuatu berhubungan fungsional dengan segala sesuatu yag lain. (2). Postulat fungsionalisme universal: segala unsur budaya melaksanakan sesuatu fungsi, dan tidak ada satupun unsur lain yang mampu melaksanakan fungsi yang sama itu. Metron menjelaskan perbedaan antara “fungsi manifest” dan “fungsi laten”: fungsi manifest: konseksuensi objektif yang memberikan sumbangan pada penyesuaian atau adaptasi system yang dikehendaki dan disadari oleh partisipan system tersebut, sedang fungsi laten: konsekuensi objektif dari makna budaya yang tidak dikehendaki atau disadari oleh warga masyakatnya. e). Perubahan Budaya Analisis fungsional hanya mampu menjelaskan persoalan-persoalan pemeliharaan-diri system sedang ia tidak dapat menjelaskan tentang perubahan struktur. Yang menjadi permasalahan utama ialah bahwa kita tidak dapat mengatakan kapan suatu intitusi lebih bersifat fungsional daripada bersifat disfungsional, bila hanya mengunkan tinjaun empirik sederhana. f). Prasyarat Fungsional



33



Sekitar tahun 1950an para ilmuwan membuat daftar susunan prasyarat meliputi : (a).jaminan adanya hubungan yang memadai dengan lingkungan dan adanya rekuitmen seksual, (b).diferensiasi peran dan pemberian peran (c).komunikasi (d).perangkat tujuan yang jelas dan disanggga bersama (e). (f).pengaruh normatif atas sarana-sarana (g).pengaturan ungkapan afektif (h).sosialisasi (i).control efektif atas bentuk-bentuk prilaku yang mengacau (disruptif). Syarat analias fungsional yang memadai: (1).Suatu kosepsi tetang system, (2).Daftar syarat fungsi untuk system itu, (3).Definisi sebagai sifat atau status system yang dalam keadaa terpelihara, (4).Prasyarat tentang kondisi eksternal system iru dapat dibayangkan memiliki pengaruh terhadap sifat-sifat tersebut dan dengan demikian dapat dikontrol, (5).Pengetahuan tertentu tentang mekanis internal dalam pemeilharaan system itu atau dalam mempertahankannya agar berada dalam satu batas tertentu. g). Sejarah Sejarah adalah peristiwa yang terjadi dimasa silam, pengetahuan sejarah adalah pengetahuan tentang peristiwa masa silam. Karya sejarawan dan karya etnografi keduanya terlibat dengan metodologi yang sama. Laporan etnografi sangat mirip dengan sejarawan terdapat struktur, pola, intitusi smua merupakan produk sinteksis kontruktif adalah hasil imajinasi disiplin sang etnograf hal 93. Pengkawinan dari perpektif fungsionalisme dan evolusionisme dan sejarah sehingga dapat kita merumuskan teori. Penelitian antopologi yang mengunakan orientasi teoritik disebut historis. h). Ekologi Budaya Ciri dari ekologi budaya megenai adaptasi, (1). Sehubungan denga cara system beradaptasi terhadap lingkungan totalnya (2). Sebagai konsekuesi adapatasi sitemik ituperhatian terhadap cara institusi-institusi dalam suatu budaya saling beradapatsi atau menyesuaikan diri.



i). Konsep Lingkungan Ekologi adalah lingkungan (environment) dan adptasi (adapatation). Lingkungan lebih menonjol untuk menandai habitat alami, misal : hutan, gunung, hujan, tanah dsb. Sikluitas lingkungan ke budaya atau budaya ke lingkungan. Lingkungan efektif adalah lingkungan 34



yang mampu dikonseptualisasikan, dimanfaatkan, dan dimodifikasi oleh manusia. Lingkungan operational adalah lingkungan budaya karena pertama ligkungan ini merupakan priodak campur tangan dan pembenahan culture, kedua: karena suatu faset penting dalam adaptasi segala masyarakat ialah adaptasinya terhadap system-sistem budaya lain dengan sesuatu cara mempengaruhi masyarakat tersebut. J).Konsep Adaptasi Adaptasi merupakan sebagai proses yang menghubungkan sistem budaya dengan lingkungan lainya.lingkungan merupakan produk budaya, maka upaya untuk menjelaskan budaya sehubungan dengan lingkungan menjadi sifat tautologies. Tanpa adanya konsep adaptasi dan konsep ligkungan sebagai alat perangkat dalam konseptual dibidang antropologi barangkali sangat miskin. Bab III. Tipe-tipe teori budaya Bagaimana teori-teori pokok yang bersifat metodologi (ancangan evolusionisme, fungsionalisme, sejarah, ekologi budaya) mampu menjawab pertanyaan mengapa (bagaimana) timbul regulasi alam. 



Teknoekonomi



Suatu budaya membiarkan teknologi memegang kendali atau mengendalikan tenologi demi perbaikan sosial. 



Ekologi Budaya dan Teknoekonomi: Orientasi dan Teori



Orientasi teoritik dan teori adalah dengan memeriksa hubungan antara ekologi budaya (yang sesuatu orientasi teoritik) dengan teori ekonomi tertentu. Banyak antropolog mengangkap keduanya itu sama, alasannya (1). Ekologi budaya merupakan teori bukan orintasi teoritik maupun orientasi metodologi (menurut penulis) (2). Ketika telah terjadi perubahan dari sikap programatik atau umum menuju hipotesis empirik tertentu, variable-variable kunci digunakan dalam memberikan penjelasan memang memiliki tekniekonomis yang kuat. Teknoekoomis tidak secara eksklusif dan langsung memusatkan pada teknik dan alat yag digunakan oleh suatu masyarakat untuk memenuhi kebutuha ekonomisnya. “Tekno” mengacu pada perlegkapan teknik atau materiil dan pengetahuan yang ada.” Ekonomi » penekanan pengaturan yag dilakukan masyarakat dalam mengunaka peralatan teknik dan pengtahuan 35



utuk berproduksi, distribusi, baik dikosumsi barang dan jasa. Ini maenjadi penekanan mark ketika membedakan “sarana produksi” dan “cara produksi”. Teknologi adalah hal-hal matriil yang tidak dapat bekerja secara terpisah dari system sosioekoominya beserta segala sesuatu yang



menyangkup



pemanfaatan,



penambahan



sebesar-besarnya,



penggalakan,



atau



penindasan pertumbuhan maupun perluasan suatu bidang. 



Determian Teknoekonomi







Struktur Sosial



Menurut Evans-Pritchard struktur sosial adalah kofigurasi kelompok-kelompok yang mantap. Manurut Talcott-Parsons, suatu system harapa atau ekspekstasi normative. Levi-Straus stuktur sosial adalah model. Teori stuktur sosial dalam kenyataannya mempermasalahkan cara yang bermanfaat dalam membeda-bedakan serta berkonseptualisasi berbagi bagian dari system budaya dan hubungan antar bagian itu. Pilihan dan keputusan menarik dari minat antropologi ialah yang mempunyaio arti dan muatan makna sosial;bukan pilihan atau putusan acak yang dibuat oleh individu melainkan yang tampaknya berpola. 



Peran Struktur Sosial sebagai Penentu



Suatu sudut pandang yakni konsepsi struktur sosial dalam hubugannya dengan tidak sosial, interaksi sosial, dan perilaku peran. Menurut Percy Cohen “bahwa muatan dan pola aksi dan interaksi sosial itulah yang justru merupakan cerminan sifat-sifat fenomen keseluruhan struktur sosial” hal 149. Konsepsi struktural secara makroskopis menurut teoriwan “(sehubungan dengan kelompok dan intitusi, da tidak sehubungan dengan actor individu) telah mencoba merumuskan teori yang menggunakan cirri dan variable individu struktural untuk mengajukan analisis penjelasan atau kausal. 



Matra Politik



Menurut pendapat Marshall Sahlins menunjukkan bahwa ketika kedudukan atau jabatan mengandung kekuasaan muncul (bukan kekuasan yang sekedar melekat pada karakteristik pribadi) kedudukan politik itu (atau orang menempatinya) mereaksi struktur perekonomian dan mereorganisasiannya menjadi jaringan produksi dan distibusi yag berbeda cukup tajam deng cirri-ciri perekonomian sebelumnya. 



Ideologi



36



Idiologi untuk mengacu kepada kawasan ideasional dalam suatu budaya, yang meliputi nilai, norma, falsafah dan kepercayaan religious, sentiment, kaidah etis, pengetahuan atau wawasan tentang dunia, etos, dan semacamnya. Sedang menurut de Tracy “ideology ialah istilah yang menunjuk pada ilmu tentang gagasan” artinya tidak terlalau objektif melainkan disusun untuk mendukung (untuk menyerang) suatu misi dengan maksud tertentu 



Masalah Metodologi dalam Menetapkan Batas Subsistem Ideologi



Ideologi harus disimpulkan dari sesuatu berntuk prilaku, dari apa kata orang atau dari pengamatan atas orang-orang yang berinteraksi dalam berbagai system sosial. 



Masalah Penjelasan Kausal



Ideologi memperngaruhi komponen budaya melalui proses pengkondisian psikologi yakni melalui gagasan terhadap prilaku manusia. Dengan berdasakan meringkas sekumpulan data pengamatan dan mengolong-golongkannya sebagi norma atau nilai. Norma sebagai nilai, da prilaku ditentuka oleh norma. Nilai digunakan untuk menjelaskan pola prilaku tertentu, nilai harus idipenden, bebas terhadap (1). Norma-orma yang menunjukkan nilai tersebut (2).indipendent/bebas terhadap prilaku yang hendak dijelaskan oleh nilai-nilai yang dirumuskan tadi. Faktor penjelasan; nilai, norma, tema, etos dan semacamnya. Teknologi memilki nilai kausal dan prediktif terbesar, disusul oleh ideology tak jauh dibelakangnya, gabunag antara ideologi dan teknologi merupakan varian paling besar dalam keseluruhan system. 



Logikan Hal Irrasional



Pekerjaan antropologi ialah menunjukan bahwa dibalik irrasional itu institusi-institusi tersebut sesungguhnya rasionalitas walaupun partisipannya sendiri barangkali tidak tidak menginsyafi rasionalitas itu.ideologi yang menjamah psikologi menjadi penjelasan psikoideologi. Dalam penjelasan ideologi khusus psiko-ideologis kami tak pernah meragukan dampak ideologi terhadap sistem budaya sebagi factor penentu dalam menimbulkan atau menangkal perubahan. 



Kepribadian: Matra Sosial dan Psikobiologis



Tiga sub-sistem budaya; teknoekonomi, struktur sosial dan ideology, namun terdapat tambahan yang mempunyai arti penting yakni tentang stabilitas dan perubahan budaya.



37



Kepribadian dalam factor kausal artinyakepribadian yang digunakan untuk menjelaskan budaya, dengan mengamati hungan variable psikologi dengan gejala sosial-kultural. . 



Aliran Budaya-Kepribadian yang Lama



“Kesatuan psikis umat manusia” salah satu aksioma tertua dan fundamental jelas adalah anggapan tentang proses mental yang berlaku bagi segala manusia, maka para antropologi meninggalkan penjelasan rasial, biologis dan genetika mengenai perubahan budaya. “Mazhab lama kepribadian-budaya”, dengan dua konstruk; struktur kepribadian dasar dan struktur kepribadaian modal. 



Aliran Budaya-Kepribadian yang Baru



Tumbuhnya antropologi kognitif di picu oleh linguistik, dengan tujuan mengetahui alat konseptual yang digunakan suatu bangsa untuk mengklasifikasi, menata, dan menafsirkan semesta sosial secara alaminya. Serta pengkategorian terkode dalam struktur dan cirri pembeda kebahasaan yang digunakan oleh suatu bangsa. Konstan Psikobiologis, antropolog menyadari hubugan antara manusia sebagai makluk biologis dengan sifat-sifat budayanya. 



Catatan penutup



Dalam praktiknya antropologi budaya dalam aliran apapun cenderung mengunakan variablevariable dari dua subsistem atau lebih, ketika menganalisis atau menjelaskan. Bab IV.



Analisis Formal Struktualisme dan etnografi-baru mencakup etnosemantik, etnosains, dan analisis



komponen. Titik berat ancangan semacam itu pada kode budaya, kaidah konseptual, system lambing dan sebagainya. Dalam strutualisme gaya Levi-Strauss, yang jadi fokus dan sumber penjelasan adalah sifat logis pikiran manusia itu sendiri. Strukturalisme dan etnografi-baru menonjol sebagai perintis ialah bahwa metodologi, peristilahan dan kerangka koseptual yang digunakan tidak hanya pada lingkungan struktural namun juga perkembangan paling mutakhir dari ilmu-ilmu yang disebut high science. Teoriwan bekerja meguaka suatu model budaya yang memandang fenomena cultural sebagai sesuatu yang pada dasarnya adalah kode-kode.  Model sebagai Pirantik Heuristik



38



Beberapa yag harus diperhatikan dalm mengunakan model; (1).suatu model merupakan aproksimasi (penghampiran). (2). Hubungan antara suatu model dengan fenomen empirik selalu bersifat isomorfis (sama bentuk). Keduanya sama secara stuktur bukan identitas. Budaya adalah tata bahasa logika (logical grammar) atau suatu kode, atau seperangkat aturan formal-stuktural utuk mendorong munculnya tindakan yang tepat.  Strukturalisme Bahasa adalah system perlambangan yang disusun secara sewenang (arbiter), dalam system bunyi, unit-unit konstituen bahasa adalah fenom-fenomnya yakni kelompok signifikan yang memuat unsure-unsur bunyi. Tugas dari linguis ialah merumuskan dan mengekplisitkan halhal yang tersembunyi dari padangan dan terkubur dalam bagian “bawah sadar” itu  Etnografi Baru Pendekatan formal materi etografi; etosains, etnosemantik, analisis komponen dan sebagainya. Menurut Sturtevat suatu program metodologis untuk melaksanakan penelitian lapangan etnografis. Etnografi-baru diajukan untuk membuat pemaparan etnografi menjadi akurat, da lebih replikabel dari pada yang dianggap telah berlalu pada masa sebelumnya.  Pendekatan Emik dan pedekatan Etik Terhadap Fenomena Budaya Sasaran utama etnografi baru ialah eliminasi atau setidaknya menetrlisasai bias yang berpotensi menimbulkan kesenjangan di pihak etnograf. Sedang kategori kognitif seorang antropolog dirancang untuk kegunaan lain tidak utuk mereproduksi “realitas kutural” melaikan utuk menjadi realitas itu dapat dipahami dalam suatu bingkai perbandingan. Bab V. Epilog Beberapa Tema Lama dan Arah Baru  Antropologi dalam Krisis Antropologi kelihatan sedang mengalami krisis. Optimistic namanya bahwa terobosan yang mungki dilakukan akan mempunyai atau makna sebanding.  Pandangan Tradisional Penekanan pada kerja lapangan dan observasi-partisipasi yang mulai muncul sebagai piranti utama pengumpulan data antropologis kira-kira peralihan abab ini. Kritik terhadap Pandangan Tradisional 39



Dalam era modern isolasi dan otonomi adalah mitos yang menyesatkan. Pengetahuan antroologi tak lain adalah setumpuk ideology yang boleh dipilh atau dipunggut secara manasuka berdasarkan selera estetik dan keyakinan politis seseorang beserta bias nilai lainnya.  Kecederungan Masa Depan Titik Temu degan Ilmu-ilmu Sosial Lain Ilmu-ilmu sosial menjadi saling bergantung dalam hal penelitian, analisis, dan penerapannya, ketika ilmu-ilmu itu secara kolektif mengarah pada pada suatu holism jenis baru.  Relevansi dan Aplikasi Perkembangan antropologi ialah menguatnya penekanan pada kritik sosial terhadap “rekayasa sosial” atau aspek terapan dari dispilin antropologi. Suatu ilmu sosial yang hanya tidak sedikit atau sama sekali tidak memiliki sesuatui yang bermakna bagi penanganan ihwal sosial yang sejaman, memang sulit disebut sebagai ilmu sosial.



40



BAB III PEMBAHASAN



3.1 Analisis Isi Buku dalam buku ini maka dapat disimpulkan bahwa buku utama membahas tentang sejarah teori antropologi, dimana dalam buku ini menjelaskan tentang sejarah awal teori antropologi, awal abad kedua puluh, abad kedua puluh, hingga awal abad kedua puluh satu: antropogi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat atau tidak akurat. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Antropologi. Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari empat fase, yaitu: a. Fase Pertama (Sebelum 1800) b. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19) c. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20) d.



Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)



Dan dengan adanya buku Teori Budaya, Karangan David Kaplan dan Robert A. Manners ( selanjutnya Kaplan & Mannes), Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2002. Yang berjumlah 294 Halaman ini. sangat penting untuk mengkonsumsi serta memahami pemaparan yang telah disajikan dalam buku tersebut. Buku ini sungguh “menjadi jalan pintas” untuk menelusuri wacana teoritik yang hingga tahun 70-an yang berkembang diseluruh dunia. Bahkan dalam buku ini kita seakan-akan dibimbing untuk mengenali kesepakatankesepakatan teoritik dari masa-kemasa, kita dituntut untuk mengenali kesamaan perbedaan antra aliran antropologi dalam menjelaskaan kesamaan dan perbedaan budaya. Semua teori budaya disini mulai dari teori evolusionisme hingga ekologi dibahas dengan gamblang dan disertai dengan berbagai macam kritik disana-sini. Buku ini terdiri dari lima bab dan di setiap bab terdapat beberapa sub bab.



3.2. Kelebihan Buku Buku I



41



 Menurut kami buku sejarah teori antropologi karya Paul A. Erickson Liam D. Murphy ini sangat menarik, karena secara essensial memberikan pemahaman mengenai sejarah teori antropologi yang ada.  Didalam buku ini juga penulis mencantumkan beberapa pertanyaan yang ada dibagian belakang buku, sehigga dapat mengasah kecerdasan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan tersebut.  Dalam buku ini juga penulis mencantumkan glosarium dibagian belakang isi buku, sehingga dapat membantu pembaca mudah memahami setiap kata yang sulit dimengerti.  Selain itu, kelebihan lain dari buku ini adalah cover buku sampai halaman bukunya pun enak dipandang, buku ini memiliki gambar pada cover depan . Buku II  Menurut kami buku teori budaya karya david kapplan dan A. Manners ini sangat menarik, karena secara essensial memberikan pemahaman mengenai teori-teori budaya yang ada dari evolusionisme sampai pada strukturalisme, terutama dalam bahasa indonesia.  Didalambuku ini juga diberikan contoh-contoh konkret dalam menjelaskan tentang halhal konseptual.  Disisi lain buku ini menyajikan beberapa contoh-contoh dan generalisasi yang digunakan antropolog, tanpa menjadikan buku ini sekedar suatu katalog.  Selain itu, kelebihan lain dari buku ini adalah cover buku sampai halaman bukunya pun enak dipandang .  Secara keseluruhan kelebihan buku ini banyak membantu dalam referensi, sub-sub pembahasannya juga tergolong lengkap dalam mengkaji aspek penting teori budaya dan pembahasanya juga terstruktur jadi pembaca tidak pusing lagi mencocokkannya. Serta identitasnya lengkap.



3.3 Kelemahan Buku Buku I  Adapun kekurangan yang ada dalam buku utama ini yaitu : berdasarkan isi buku memang sudah sangat jelas,namun ada sebagai kalimat yang sulit dimengerti oleh pembaca.  Buku ini juga tidak terdapat kesimpulan, baik perbab maupun seluruh isi buku sehingga pembaca tidak bisa membaca secara langsung kesimpulan buku. 42



Buku II  Adapun kekurangan yang ada dalam buku ini antara lain adalah : buku ini tidak mencakup seluruh wacana teori antropologi yang berkembang sampai saat ini.  Buku ini juga belum mencakup wacana teori budaya yang terjadi pasca-strukturalisme yang sangat menekankan pada flektivitas wacana antropolog dalam proses-proses sosial dan budaya.  Buku ini juga tidak terdapat kesimpulan, baik perbab maupun seluruh isi buku sehingga pembaca tidak bisa membaca secara langsung kesimpulan buku.  Tulisan yang digunakan dalam buku ada beberapa bagian yang kurang jelas, terutama dibagian footnote.  Buku ini tidak ada gambar-gambarnya, sehingga pembaca harus mencari dibuku yang lain.



43



BAB V PENUTUP



4.1 Kesimpulan Dari kedua pembahasan dalam buku ini maka dapat disimpulkan bahwa buku utama membahas tentang sejarah teori antropologi, dimana dalam buku ini menjelaskan tentang sejarah awal teori antropologi, awal abad kedua puluh, abad kedua puluh, hingga awal abad kedua puluh satu , sedangkan dalam buku pembanding ini sangat cocok digunakan sebagai buku referensi ketika membahas mengenai teori-teori budaya. Kapplan dan manners memberikan penjelasan mengenai teori-teori budaya secara kronologis, meskipun untuk teori pascarstruktural belum dijelaskan dalam buku ini. maka memahami dan mempelajari kedua buku ini sangat bermanfaat dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita. Antropologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari budaya suatu masyarakat pada etnik tertentu, namun tidak hanya itu antopologi juga mempelajari gejala-gejala yang meliputi kekerabatan dan organisasi sosial, politik, teknologi, ekonomi, agama, bahasa, kesenian dan mitologi. antropogi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat atau tidak akurat. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Antropologi. Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari empat fase, yaitu: a. Fase Pertama (Sebelum 1800) b. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19) c. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20) d.



Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)



4.2 Saran Setelah membahas mengenai kedua buku ini , diharapkan kepada mahasiswa untuk dapat memahami ,mempelajarinya serta dibaca oleh seorang antropolog khususnya sebelum dia melangkah lebih dalam mengenai penelitian kebudayaan ,baik itu tentang sejarah teori antropologi dan teori budaya.



44



DAFTAR PUSTAKA



Liam D. Murrphy., & Paul A. Erickson. (2018). sejarah teori antropologi .Jakarta Robert A.Manners., & David Kaplan ( 2003). teori budaya . yogyakarta



45



LAMPIRAN



(Buku utama)



(Buku pembanding)



46