CBR Kel.1 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Maria
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK RIVIEW MK. MICRO TEACHING Skor Nilai :



Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar (Dr.Hj. Helmita, M.Ag, 2013) & Microteaching Model Tadaluring (Dr.Arifmoboy, S.Ag., M.Pd, 2019)



Oleh : Kelompok 1



Angelly Amelia Pulungan



(1193111100)



Elsa Febrina Harahap



(1193111089)



Effriana F Sihaloho



(1193111070)



Indri ramadhani



(1193111095)



Isty Nurul chairida



(1193111097)



Khofifah Alwiyah Siregar



(1193111094)



Rizky Kurniawan



(1193111064)



Okto Franza Sinukaban



(1193111084)



Dosen Pengampu : Dr. Nurmayani, M.Ag. Mata Kuliah : Micro Teaching PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN MARET 2021



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan kita kesehatan, kekuatan, sehingga kami bisa menyelesaikan Tugas CBR ini. Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah Critical Book Report ini tepat pada waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh dari apa yang menjadi harapan pembimbing. Namun sebagai awal pembelajaran dan supaya menambah wawasan dalam mencari pengetahuan yang luas dilapangan, bukan sebuah kesalahan jika saya mengucapkan kata syukur. Dan juga reviewer sangat berterimakasih kepada ibu Dr. Nurmayani, M.Ag selaku dosen Mata Kuliah Micro Teaching yang telah memberikan tugas ini. Kesalahan yang terdapat di dalam jelas ada. Namun bukanlah kesalahan yang tersengaja melainkan karena khilafan dan kelupaan. Dari kesemua kelemahan saya kiranya dapat dimaklumi. Demikian, harapan kami semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula, amin.



Medan, Maret 2021



Kelompok 1



i|Page



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1 1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR..............................................................................................1 1.2 Tujuan Penulisan CBR..........................................................................................................1 1.3 Manfaat..................................................................................................................................1 1.4 Identitas Buku Yang Riview..................................................................................................2 1.4.1 Buku Utama 1.................................................................................................................2 1.4.2 Buku Utama 2.................................................................................................................2 1.4.3 Buku Pembanding 1........................................................................................................3 1.4.4 Buku Pembanding 2........................................................................................................3 BAB II RINGKASAN ISI BUKU...................................................................................................4 2.1 Buku Utama 1........................................................................................................................4 2.1.1 BAB I (PENDAHULUAN)............................................................................................4 2.1.2 BAB II ( PENGENALAN MICRO TEACHING )........................................................6 2.1.3 BAB III (PERENCANAAN MICRO TEACHING)....................................................11 2.1.4 BAB IV (KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR).................................................18 2.2 Buku Utama 2......................................................................................................................29 2.2.1 BAB (LATAR BELAKANG)......................................................................................29 2.2.2 BAB II (LANDASAN TEORITIS MODEL PEMBELAJARAN MICROTEACHING TADALURING)....................................................................................................................31 2.2.3 BAB 3 (PERENCANAAN MICRO TEACHING)......................................................32 2.2.4 BAB IV (PEMBELAJARAN MICROTEACHING)...................................................38 BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................42 3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku........................................................................................42 3.1.1 Buku Utama 1...............................................................................................................42 3.1.2 Buku Utama 2...............................................................................................................42 3.1.3 Buku Pembanding 1......................................................................................................43 3.1.4 Buku Pembanding 2......................................................................................................44 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................45 4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................45 ii | P a g e



4.2 Saran....................................................................................................................................45 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................46



ii | P a g e



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR Critical book report (CBR) sangat penting untuk kalangan pendidikan terutama buat mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik jurnal mahasiswa/I ataupun sipengkritik dapat melihat buku yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik untuk digunakan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut. Setelah dapat mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal karna sudah mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan, dan sudah mengetahui cara menulis atau langkah apa yang diperlukan dalam penulisan jurnal tersebut. 1.2 Tujuan Penulisan CBR CBR merupakan salah satu tugas dari kurikulum KKNI yang telah diterapkan di beberapa Universitas. Mengkritik sebuah buku atau lebih adalah salah satu kegiatan yang harus diketahui oleh siswa maupun mahasiswa. Terlebih untuk kita pendidik bangsa. Banyak jurnal yang sekarang ini bisa dikritik; baik dari segi penulisan, cocok tidaknya bahan materi dengan pembaca, maupun dari segi kelengkapan meteri. Critical Book Review (CBR) ini juga dapat dijadikan sebagai bahan refrensi untuk memilih buku yang dapat kita gunakan sebagai pedoman untuk melakukan sebuah penelitian. Oleh karena itu, penulis melakukan CBR ini untuk memudahkan pembaca dalam memilih buku yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang baik. Dalam penulisan ini bertujuan untuk menambah kemampuan siswa untuk mengkritik sebuah buku yang bisa menambah wawasan siswa tersebut karena siswa dituntun untuk lebih giat untuk membaca. 1.3 Manfaat  Untuk menambah pengetahuan. 



Mengasah kemampuan dalam mengkritik sebuah buku.







Sebagai rujukan untuk memilih sebuah buku dan mencari sumber bacaan yang relevan.



1|Page



1.4 Identitas Buku Yang Riview 1.4.1 Buku Utama 1 a. Judul : Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar b. Edisi 1 c. Pengarang : Dr.Hj. Helmita, M.Ag d. Penerbit : CV.ASWAJA PRESSINDO e. Kota Terbit : Pekanbaru f. Tahun Terbit 2013 g. ISBN : 978-602-18652-4-8



1.4.2Buku Utama 2 a. Judul b. Edisi c. Pengarang d. Penerbit e. Kota Terbit f. Tahun Terbit g. ISBN



: MICROTEACHING: MODEL TADALURING 1 : Dr. Arifmiboy, S.Ag., M.Pd. : WADE GROUP : Jawa Timur 2019 : 978-623-7007-61-6



1.4.3 Buku Pembanding 1 a. Judul b. Edisi c. Pengarang d. Penerbit e. Kota Terbit f. Tahun Terbit g. ISBN



: Keterampilan Dasar Mengajar Microteaching 1 : Shoffan Shoffa, S.Pd., M.Pd. : Mavendra Pers : Jawa Timur 2017 : 978-602-605-981-9



1.4.4Buku Pembanding 2 a. Judul b. Edisi c. Pengarang d. Penerbit e. Kota Terbit f. Tahun Terbit g. ISBN



: Desain & Pedoman Pembelajaran Mikro 1 : Prof. Dr.Harun Joko Prayitno, M.Hum : Muhammadiyah University Press : Jakarta 2019 : 978-602-361-199-7



BAB II RINGKASAN ISI BUKU 2.1 Buku Utama 1 2.1.1 BAB I (PENDAHULUAN) A. Konsep Pembelajaran Pembelajaran adalah istilah yang relatif baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Namun demikian, substansinya sudah lama ada dalam dunia pendidikan Indonesia, karena konsep pembelajaran merupakan konversi dari istilah proses belajar mengajar yang selama ini digunakan. Mengapa saat ini lebih cenderung menggunakan istilah pembelajaran? Karena dalam kenyataannya yang sering terjadi adalah guru mengajar namun kurang mampu membelajarkan siswa. Seperti dikemukakan di atas, konsep pembelajaran mengandung unsur belajar dan mengajar. Beberapa pakar memberikan definisi tentang belajar. Belajar menurut Hilgard dan Brower dalam Oemar Hamalik adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Adapun menurut Morgan dalam Ngalim Purwanto, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut: 1. Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. 2. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. 3. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Sedangkan mengajar adalah Menurut Gagne, Briggs, dan Vager, pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam kamus Bahasa Indonesia pembelajaran menekankan pada proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut Winartapura “pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi dan memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.



B. Komponen Dasar Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan hal yang kompleks dan sistemik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen atau sub sistem yang menjadi satu kesatuan, saling berinteraksi dan berkaitan satu sama lain untuk mencapai suatu hasil secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Soetopo, pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri dari beberapa komponen yaitu, (1) siswa, (2) guru, (3) tujuan, (4) materi, (5) metode, (6) sarana/alat, (7) evaluasi, dan (8) lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem, mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan.7 Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi antara komponen. Misalnya komponen peserta didik berinteraksi dengan komponen guru, metode/media, perlengkapan/peralatan, dan lingkungan kelas yang mengarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran. Tidak ada satupun komponen dari delapan komponen tersebut yang dapat dipisahkan satu sama lain karena dapat mengakibatkan tersendatnya proses pembelajaran. Misalnya pembelajaran tidak dapat dilakukan di ruang yang tidak jelas, tanpa siswa, tanpa tujuan, tanpa bahan ajar. Versi lain mengemukakan bahwa untuk mewujudkan proses transformasi edukatif, perlu ada komunikasi antara pendidik dengan peserta didik yang mengandung unsur-unsur pedagogis, didaktis, dan psikologis. Untuk mewujudkan hal tersebut, minimal harus ada lima komponen dasar, antara lain; a. Tujuan mengajar, artinya apa standar ketuntasan belajar minimal yang harus dicapai oleh peserta didik? b. Materi pembelajaran, artinya perlu dipahami tentang materi apa yang diberikan agar proses transformasi edukatif tersebut mencapai tujuan. c. Metode dan teknik, artinya bagaimana cara menyampaikan materi tadi agar sampai pada tujuan. d. Perlengkapan dan fasilitas, artinya untuk membantu tercapainya tujuan tadi, alat dan fasilitas apa yang dapat dipergunakan sehingga betul-betul mendukung tercapainya tujuan interaksi edukatif.



e. Evaluasi (penilaian), artinya untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan interaksi edukatif tersebut diperlukan proses penilaian. 2.1.2 BAB II ( PENGENALAN MICRO TEACHING ) A. Micro Teaching & Pengembangan Profesi Keguruan Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru/pendidik untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.14 Dengan demikian, pembelajaran merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan mengajar yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek, karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan keterampilan. Menurut Brown, meskipun aktivitas mengajar itu sangat kompleks, terutama bagi calon guru yang baru belajar tentang mengajar, elemen-elemen keterampilan yang tercakup di dalamnya dapat dipelajari dan dilatihkan. Hal ini, antara lain karena aktivitas mengajar dapat diuraikan menjadi beberapa keterampilan dasar mengajar (teaching skill) seperti keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan memberikan motivasi dan penguatan, keterampilan memilih dan menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang relevan, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan media pembelajaran, dan seterusnya. Semua keterampilan tersebut dapat dilatih dan dikuasai oleh guru/calon guru melalui proses latihan, baik berupa latihan keterampilan secara terisolasi (keterampilan tertentu saja) maupun latihan secara lengkap dan terintegrasi. Dengan demikian, dasar pemikiran pelaksanaan micro teaching adalah: 1. Guru sebagai profesional seharusnya memiliki tiga modal dasar yaitu pemahaman yang mendalam terhadap hal-hal yang bersifat filosofis, konseptual, dan skill (keterampilan) 2. Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek. Karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan keterampilan. 3. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.



4. Sekumpulan teori yang diperoleh di perkuliahan tidak akan mampu secara otomatis membuat calon guru menghadapi berbagai problema yang ada dalam kelas. B. Mengenal Micro Teaching Guru/pendidik yang baik adalah mereka yang berhasil membawa peserta didik mencapai tujuan dan hasil pembelajaran sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam pendidikan. Keterampilan dasar mengajar yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran 2. Keterampilan menjelaskan 3. Keterampilan bertanya (dasar, lanjut) 4. Keterampilan mengadakan variasi 5. Keterampilan memberikan penguatan 6. Keterampilan mengelola kelas 7. Keterampilan membelajarkan kelompok kecil dan perorangan 8. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil C. Sejarah Micro Teaching Dalam program pendidikan guru tradisional, setelah calon guru lulus teori dari sekolah atau perguruan tinggi keguruan, ia langsung melakukan praktek mengajar di sekolah latihan (lab school) tanpa menjalani latihan terlebih dahulu. Sejak tahun 50-an pendekatan semacam itu mendapat kritik sebagai berikut: 1. Pendekatan yang dilakukan oleh calon guru tersebut terlalu teoritis, filosofis dan abstrak. 2.



Bimbingan dalam latihan kurang efektif dan efisien, pembimbingnyapun juga kurang terlatih.



3. Feedback tidak segera diberikan kepada calon guru dan cenderung kurang objektif 4. Guru tidak memiliki kompetensi dan keterampilan (skill) mengajar secara baik. Dalam waktu singkat micro teaching telah digunakan di sebagian besar lembaga pendidikan dan keguruan di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Berdasarkan rekomendasi dari “The second sub-regional workshop on teacher Education” di Bangkok pada November 1971, micro teaching mulai digunakan di berbagai negara Asia, terutama Malaysia dan Philipina. Di Indonesia, micro teaching mulai diperkenalkan pada tahun



1977



oleh lembaga pendidikan guru IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, IKIP Ujung Pandang, dan FKIP Universitas Satyawacana. D. Pengertian, Fungsi & Manfaat Micro Teaching Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching didefinisikan dengan redaksi yang berbeda-beda, namun memiliki subtansi makna yang sama. Berikut dikemukakan beberapa pengertian pembelajaran mikro menurut beberapa orang ahli: 1. Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar dalam skala kecil (mikro) yang dirancang



untuk



mengembangkan



keterampilan



baru



dan



memperbaiki



keterampilan yang lama. 2. J. Cooper & D.W. Allen mengatakan bahwa pembelajaran mikro adalah studi tentang suatu situasi pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang, bentuk pembelajaran di sederhanakan, guru memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek. Pembelajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja diselenggarakan dalam bentuk mikro. fungsi micro teaching bagi guru dan calon guru adalah untuk: 1. Memperoleh umpan balik atas penampilannya dalam pembelajaran 2. Memberi kesempatan kepada siswa calon guru untuk menemukan dirinya sebagai calon guru. 3. Menemukan model–model penampilan seorang guru dalam pembelajaran, dengan menggunakan hasil supervisi sebagai dasar diagnostik dan remidi (perbaikan) untuk mencapai tujuan latihan keterampilan. Dengan bekal micro teaching terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil oleh guru/calon guru antara lain: 1. Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu guru/ calon guru dalam mengajar 2. Dapat mempraktekkan metode dan strategi baru dalam lingkungan yang mendukung.



3. Segera mendapat umpan balik (feedback) dari penampilannya (performance) dengan memutar ulang rekaman video. 4.



Dapat menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan mengurangi kecemasan.



5.



Memperoleh pengalaman yang berharga dengan resiko yang kecil.



6. Dapat mengatur tingkah laku sendiri sewajar mungkin dengan cara yang sistematis. 7. Penguasaan keterampilan mengajar oleh guru/calon guru menjadi lebih baik. E. Karakteristik Micro Teaching Pembelajaran mikro berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja diselenggarakan dalam bentuk mikro (kecil) dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Jumlah siswa berkisar antara 5 – 10 orang 2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit 3. Latihan terpusat pada keterampilan dasar mengajar. 4. Menampilkan hanya 1 atau 2 keterampilan dasar mengajar, yang merupakan bagian dari keterampilan mengajar yang kompleks. 5. Membatasi fokus atau ruang lingkup materi pelajaran sesuai dengan ketersediaan waktu. 6. Ditinjau dari praktikan, calon guru/pendidik akan belajar bagaimana melakukan pembelajaran, sedangkan teman yang jadi siswa akan dapat mengamati bagaimana gaya mengajar temannya serta dapat menilai tepat dan tidaknya keterampilan dasar pembelajaran yang dilakukan, seperti penggunaan metode dan strategi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penilaian, dst. 7. Pembelajaran mikro adalah pembelajaran yang sebenarnya. Praktikan harus membuat rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, mengelola kelas dan menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya yang dapat mendukung proses peembelajaran. 8.



Pembelajaran mikro bukanlah simulasi.



9. Pembelajaran diharapkan dapat direkam sehingga hasil rekaman tersebut dapat dijadikan bahan diskusi antar guru/calon guru.



F. Tujuan Micro Teaching Tujuan Umum Menurut Dwight Allen, tujuan pembelajaran mikro adalah: 1. Bagi siswa calon guru a. Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. b. Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya. c. Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calon guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. 2. Bagi guru a. Memberikan penyegaran dalam program pendidikan b. Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi perkembangan profesinya. c. Mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang berlangsung di pranata pendidikan. Tujuan Khusus Secara khusus micro teaching memiliki tujuan agar: a. Calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya sendiri. b. Calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses pembelajaran. c. Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan efisien. d. Calon guru mampu bertindak profesional. G. Keterampilan Dasar Mengajar Keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru adalah sebagai berikut: a. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran b. Keterampilan menjelaskan



c. Keterampilan bertanya d. Keterampilan menggunakan variasi e. Keterampilan mengajar kelompo kecil atau perseorangan f. Keterampilan memberi penguatan g. Keterampilan mengelola kelas h. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil H. Skenario Micro Teaching Skenario micro teaching dibuat dan dirancang langkah demi langkah. Hal ini agar dapat



menjadi



rambu-rambu



dalam



pelaksanaannya



untuk



menghindari



dan



mengantisipasi hal-hal yang dapat mengganggu jalannya micro teacing. Secara garis besar skenario kegiatan micro teaching dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan yaitu: 1. Tahap pertama (tahap kognitif) 2. Tahap pelaksanaan. 3. Tahap ketiga (tahap balikan/feedback). 2.1.3 BAB III (PERENCANAAN MICRO TEACHING) A. Pengertian Perencanaan Micro Teaching Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan ber- bagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan ditentukan. Perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Fungsi perencanaan secara umum meliputi kegiatan mene- tapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, berapa waktu yang akan dibutuhkan, berapa orang yang diperlukan dan berapa biayanya. Melalui perencanaan yang telah dibuat, dapat terbayangkan tujuan yang ingin dicapai, aktivitas atau proses yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, sarana dan fasilitas yang diperlukan, hasil yang akan didapat, bahkan faktor kendala maupun unsur pendukung juga sudah dapat diantisipasi. Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut latihan terprogram untuk dapat menguasainya. Agar kegiatan latihan keterampilan dasar mengajar yang dilakukan melalui pendekatan pembelajran mikro dapat berjalan dengan baik dan membuahkan hasil yang optimal maka tentu perencanaan yang matang.



Perencanaan pembelajaran mikro, yaitu membuat perencana- an atau persiapan untuk setiap jenis keterampilan mengajar yang akan dilatihkan. Unsur-unsur perencanaan meliputi, menentukan tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Dalam membuat perencanaan pembelajaran mikro, unsur- unsur yang digunakan sama dengan unsur-unsur perencanaan pem- belajaran secara umum. Perbedaannya yaitu disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran mikro, yaitu setiap unsur perencanaan tersebut disederhanakan, dan ada penekanan terhadap jenis kete- rampilan apa yang akan dilatihkan. B. Unsur-unsur Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah proses memproyeksikan setiap komponen pembelajaran. Menurut Ralph W. Tyler kompo- nen-komponen pembelajaran tersebut meliputi empat unsur yaitu: tujuan, bahan ajar (materi), metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut apabila digambar- kan dalam bentuk bagan akan membentuk suatu sistem sebagai berikut. 1. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, baik dari segi pengetahuan keterampilan dan sikap. Tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional berisi rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau kualifikasi tingkah laku yang diharapkan dimiliki/dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Yang harus diperhatikan guru dalam membuat tujuan khusus atau indikator pembelajaran adalah: a. Guru harus memperhatikan silabus/kurikulum yang berlaku sebagai pedoman dalam menjabarkan tujuan. b. Guru harus memahami tipe-tipe hasil belajar. c. Guru harus memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran sampai tujuan tersebut jelas isinya dan dapat dicapai oleh siswa setelah setiap proses pembelajaran berakhir.



2. Materi Pembelajaran Materi harus direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Materi pembelajaran harus disusun secara sistematik berdasarkan skuensinya dan diorienta- sikan pada upaya mencapai tujuan pembelajaran. Kriteria dalam merumuskan dan mengembangkan bahan pembelajaran diantaranya: a. Bahan harus benar (valid) dan berarti (significant) sesuai dengan pembangunan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). b. Bahan harus relevan dengan aspek sosial siswa. c. Bahan harus mengandung kesinambungan antara kedalaman dan keluasan. d. Bahan pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 3. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa, karena pada hakikatnya yang belajar itu adalah siswa, guru hanya sebagai fasilisator. Maka guru harus merancang kegiatan pembela- jaran dengan sistematis, efektif, efisien, serta berorientasi pada tujuan pembelajaran. Dalam perencanaan pembelajaran kegiatan belajar mengajar harus dirumuskan secara jelas dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kegiatan pembelajaran harus berorientasikan pada tujuan pembelajaran khusus atau indikator pembelajaran yang ditetap- kan. b. Kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. c. Kegiatan pembelajaran harus efektif dan efisien. d. Kegiatan pembelajaran harus fleksibel. e. Kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. f. Kegiatan pembelajaran harus memperhatikan dengan alat/ fasilitas yang tersedia. g. Kegiatan pemelajaran harus dapat mengembangkan kemam- puan siswa baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.



h. Penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan. i. Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan atau mendes- kripsikan tentang materi yang akan digunakan dan memberikan peluang untuk memungkinkan siswa belajar aktif. 4. Evaluasi Evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada kegiatan pembe- lajaran meliputi evaluasi awal pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi akhir pembelajaran. Evaluasi juga berfungsi sebagai dasar diagnosis belajar siswa yang dilanjutkan dengan bimbingan atau untuk pemberian pengayaan. Dalam melaksanakan evaluasi aspek-aspek pokok yang harus diperhatikan meliputi: a) Tujuan evaluasi, b) Bentuk dan jenis evaluasi yang digunakan. Kriteria evaluasi dalam perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Evaluasi harus berorientasi pada tujuan pembelajaran. b. Evaluasi harus berdasarkan pada pengembangan kegiatan pembelajaran. c. Evaluasi harus memperhatikan waktu yang tersedia. d. Evaluasi harus memungkinkan ada kegiatan tindak lanjut. e. Evaluasi harus memberikan umpan balik. f. Evaluasi harus berdasarkan pada bahasan materi. C. Tujuan & Manfaat Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran sebagai suatu proyeksi kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembe- lajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki fungsi yang amat penting sebagai pedoman operasional pembelajaran. Tujuan dan manfaat perencanaan pembelajaran antara lain adalah: 1. Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. 2. Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek. 3. Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, mem- beri pengaruh terhadap perkembangan individu siswa



4. Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, beraki- bat terhadap nurturant effect. D. Aplikasi dalam Perencanaaan Micro Teaching Perencanaan pembelajaran untuk pembelajaran mikro sesuai dengan ketentuan perencanaan pembelajaran pada umumnya, hanya dibuat lebih sederhana sesuai dengan karakteristik pembe- lajaran mikro itu sendiri. Fungsi perencanaan pembelajaran mikro adalah sebagai pedoman pokok bagi calon guru yang akan melak- sanakan kegiatan latihan melalui pembelajaran mikro. Dengan demikian setiap yang berlatih mengajar dalam prosesnya harus didasarkan pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pembuatan perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah mengembangkan dari setiap komponen pembelajaran, yaitu mengembangkan tujuan, materi, metode dan media serta evaluasi. Prinsip pembelajaran merupakan kaidah, hukum, atau keten- tuan-ketentuan yang harus dijadikan patokan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Penyusunan perencanaan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip yang ditetapkan, maka akan mengha- silkan suatu perencanaan pembelajaran. E. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran Pada pokoknya prinsip-prinsip dalam pembuatan perencanaan pembelajaran antara lain: a. Memperhatikan karakteristik anak Dalam



perencanaan



pembelajaran



(desain



instruksional)



harus



memperhatikan kondisi yang ada dalam diri siswa dan kondisi yang ada di luar diri siswa 23 b. Berorientasi pada kurikulum yang berlaku Perencanaan yang dibuat oleh guru seperti dalam bentuk silabus maupun dalam



bentuk



rencana



pelaksanaan



pembelajaran



harus



disusun



dan



dikembangkan berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. c. Sistematika kegiatan pembelajaran Urutan kegiatan pembelajaran dikembangkan secara sistematis dengan mempertimbangkan urutan dari yang mudah menuju yang lebih sulit, dari yang bersifat sederhana menuju yang lebih kompleks.



d. Melengkapi perencanaan pembelajaran Yaitu dengan menambah instrumen-instrumen pembelajaran, misalnya lebar kerja siswa, format isian, lembar catatan tertentu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. e. Bersifat fleksibel (dinamis) Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat berlangsungnya pembelajaran. f. Berdasarkan pendekatan system Artinya setiap unsur perencanaan pembelajaran yang dikem- bangkan harus merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan memiliki keterpaduan. Ada empat prinsip lain yang harus dipenuhi dalam pembuatan perencanaan pembelajaran, di antaranya: a. Spesifik Selain memenuhi setiap prinsip perencanaan pembelajaran yang telah dibahas sebelumnya, juga perencanaan tersebut dibuat secara khusus. Kekhususan ini terutama dikaitkan dengan setiap kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai oleh siswa. Dalam setiap perencanaan selain berisi rumusan setiap kompo- nen perencanaan pembelajaran juga ada penambahan kekhu- susan yaitu jenis keterampilan mengajar yang akan dilatihkan. b. Operasional Yaitu rumusan setiap unsur dalam perencanaan pembelajaran dirumuskan dengan bahasa yang operasional dan terstruktur. Operasionalisasi ini terutama berkaitan dengan perilaku yang harus dicapai atau dikembangkan. c. Sistematis Yaitu penyusunannya dilakukan secara logis dan berurutan dari mulai identitas mata pelajaran sampai kegiatan evaluasi. d. Jangka pendek Setiap perencanaan pembelajaran dibuat untuk setiap kali pertemuan atau latihan yang akan dilakukan.



F. Langkah-langkah Pembuatan Perencanaan Micro Teaching Perencanaan merupakan proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Perencanaan bukan hanya untuk melengkapi kepentingan yang bersifat administratif saja melainkan sebagai pedoman operasional dalam melaksanakan pembelajaran. Menyusun perencanaan pem- belajaran selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang bersifat umum juga harus disesuaikan untuk kepentingan apa perencanaan itu dibuat. Dalam peraturan pemerintah (PP No. 19 tahun 2005) tentang standar Nasional pendidikan dijelaskan “Setiap satuan pendidikan melakukan proses perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efek- tif dan efisien “ (Bab IV pasal 19 ayat 3). Jenis-jenis perencanaan pembelajaran selajutnya dalam Bab IV pasal 20 dijelaskan “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilain hasil belajar.” Perencanaan pembelajaran tersebut dikategorikan ke dalam dua bentuk yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Unsur-unsur yang harus ada dalam setiap perencanaan yaitu: Tujuan, materi, metode, sumber dan penilaian hasil belajar. Adapun langkahlangkah yang ditempuh dalam membuat perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Tuliskan identitas mata pelajaran antara lain: Nama mata pelajaran, pokok bahasan / sub pokok bahasan, kelas, semester, waktu dan lain sebagainya sesuai kebutuhan. b. Tuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. c. Materi pembelajaran. Sebutkan materi yang harus diajarkan untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan. d. Kegiatan



pembelajaran.



Rumuskan



kegiatan-kegiatan



atau



pengalaman



pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam melakukan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.



e. Tentukan alat, media, dan sumber rujukan. Yaitu menentukan alat/media pembelajaran yang akan digunakan untuk men- dukung terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien. f. Tentukan prosedur evaluasi. Yaitu merumuskan prosedur, bentuk dan jenis evaluasi yang akan dilakukan untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam evaluasi harus memperhatikan prinsip evaluasi yaitu validitas dan reliabili- tasnya agar memperoleh informasi yang akurat dari hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa. Pembelajaran mikro yang sebenarnya dilakukan dalam kelas khusus yang dirancang untuk kepentingan latihan mengajar. Maka tentu saja perencanaan pembelajarannya dibuat sesuai dengan kai- dah prosedur pembuatan perencanaan pembelajaran yang berlaku untuk kepentingan pembelajaran biasa. Satu hal yang membedakan antara rencana pembelajaran mikro dan rencana pembelajaran biasa, untuk rencana pembelajaran mikro ditambah satu komponen yaitu “ Tujuan Latihan Pembelajaran Mikro”. Sebagai alat kontrol untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta yang telah berlatih, dalam pembelajaran mikro dilengkapi oleh seperangkat alat / instrumen lain, yaitu pedoman observasi. Rumusan pedoman observasi berbeda-beda antara observasi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan setiap jenis keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan. Pedoman observasi dipegang oleh observer yang bertugas menga- mati penampilan perserta yang berlatih. Pihak observer adalah mereka yang dianggap sudah memiliki pengalaman lebih sehingga dapat memberikan penilaian secara objektif untuk dijadikan masukan/balikan bagi peserta yang berlatih. 2.1.4 BAB IV (KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR) A. KETERAMPILAN MEMBUKA & MENUTUP PEMBELAJARAN (Set Induction and Closure) Membuka pembelajaran adalah kegiatan guru dalam mengawali proses pembelajaran untuk menciptakan suasana siap mental, phisik, phisikis dan emosional siswa sehingga memusatkan perhatian mereka pada materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilalui.



Aktivitas awal yang dilakukan dan kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh proses pembelajaran. Ketercapaian tujuan pembelajaran tergantung pada strategi mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru tidak berhasil memfokuskan perhatian dan minat siswa pada pelajaran. Dalam tahap ini, yang perlu dilakukan guru terlebih dahulu adalah menciptakan suasana agar siswa secara mental, phisik, phisikis dan emosional terpusat pada kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Memfokuskan perhatian dan membangkitkan minat siswa Pada detik-detik awal pembelajarana ada banyak hal di luar ruangan kelas yang masih memikat perhatian siswa. Hal tersebut dapat membuat siswa tidak bisa fokus pada materi dan kegiatan pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara siswa dan pelajaran yang disampaikan. Guru harus dapat membangkitkan minat belajar sampai siswa dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Guru perlu menghubungkan antara materi yang disampaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Berikut ini beberapa cara yang dapat memfokuskan perhatian dan membangkitkan minat siswa saat guru membuka pelajaran. a. Mengaitkan materi dengan berita-berita terkini Berita terkini yang sedang marak dibicarakan atau sedang menjadi perhatian dalam masyarakat dapat dipakai untuk membangkitkan minat siswa. Siswa-siswa



kelas



tinggi



biasanya



membaca



surat



kabar,



majalah,



mendengarkan radio, dan menonton televisi. Mereka mempunyai perhatian pada banyak hal. Untuk siswa- siswa kelas kecil, mereka biasa menanggapi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan sekolah atau permainan mereka. b. Menyampaikan cerita Sebuah cerita yang relevan dengan materi yang diceritakan dengan metode yang baik akan membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran yang akan disampaikan. Lukisan dari kehidupan sehari-hari merupakan pilihan yang baik untuk menarik minat dan menanamkan sebuah kebenaran kepada mereka.



c. Menggunakan alat bantu/media Untuk menarik minat siswa terhadap pelajaran, guru dapat menggunakan alat bantu/media seperti gambar, lukisan, model skema, benda dan alat peraga yang relevan dengan materi pelajaran. d. Memvariasikan gaya mengajar Minat dan perhatian siswa dapat ditimbulkan dengan memvariasikan gaya mengajar guru. Misalnya pada satu saat guru memilih posisi di depan kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya yang dia lakukan ketika membuka pelajaran. Pada kesempatan lain guru berdiri di tengah-tengah kelas sambil membaca puisi dengan tenang dan dramatis. Pada kesempatan berikutnya guru dapat memilih berdiri di belakang atau depan kelas sambil bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa bangga, bahagia atau sedih. e. Menyinggung tentang tugas-tugas yang dilakukan siswa Umumnya, manusia lebih tertarik dengan aktivitasnya sendiri. Oleh karena itu, usahakan untuk membahas pekerjaan rumah siswa terkait mata pelajaran tersebut di awal pelajaran. Kegiatan tersebut bisa menambah semangat siswa untuk memulai pelajaran. f. Mengandaikan persoalan Persoalan atau pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dalam pelajaran hendaknya merupakan hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan siswa. 2. Menimbulkan Motivasi Menimbulkan motivasi dapat cdilakukan dengan berbagai cara : a. Memberikan kehangatan dan menunjukkan sikap antusias b. Menimbulkan rasa ingin tahu. c. Mengemukakan ide yang bertentangan 3. Memberi Acuan Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh



dalam mempelajari materi pelajaran. Untuk itu usaha yang dapat dilakukan guru adalah : a. Menjelaskan tujuan pembelajaran b. Menyampaikan garis besar pelajaran c. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran 4. Mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari dengan topik baru. Setiap pelajaran baru yang diajarkan merupakan bagian dari kurikulum yang sudah ditetapkan. Pelajaran itu harus dihubungkan dengan pelajaranpelajaran lain yang telah dikuasai oleh siswa agar menarik perhatian dan menajamkan pengertian mereka terhadap rangkaian pelajaran tersebut. Pelajaran dalam pertemuan sebelumnya harus diulang secara ringkas untuk dikaitkan dengan pelajaran yang baru. Hal-hal yang telah diketahui, pengalamanpengalaman, minat dan kebutuhan-kebutuhan siswa disebut dengan pengait. Metode untuk mengaitkan pelajaran yang sekarang dengan pelajaran sebelumnya harus divariasikan. Contoh usaha guru untuk membuat kaitan adalah: a. Meninjau kembali sampai seberapa jauh materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaanpertanyaan pada siswa. Selain itu dapat pula dengan meminta siswa merangkum inti materi pelajaran terdahulu secara singkat. b. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang telah dikuasai. Misalnya guru terlebih dahulu mengajukan pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mempelajari tentang pembagian. B. KETERAMPILAN MENJELASKAN PELAJARAN (Explaining) Betapapun pandainya seorang guru dalam menguasai suatu bahan pelajaran, akan sia-sia saja apabila ia kurang atau tidak mampu menguasai keterampilan menjelaskan bahan pelajaran yang dikuasainya. Demikian pula sebaliknya, kurang lengkap bila guru hanya terampil menjelaskan pelajaran, tetapi tidak menguasai bahan pelajaran yang diajarkan. Idealnya adalah seorang guru menguasai bahan pelajaran yang diampunya dan



mempunyai strategi dalam menjelaskan bahan pelajaran itu secara efektif sehingga mudah dipahami siswa. Menjelaskan merupakan keterampilan inti yang harus dimiliki guru. Alasan yang melatarbelakanginya adalah sebagai berikut: 1. Pada umumnya interaksi komunikasi lisan di dalam kelas didominasi guru. 2. Sebagian besar kegiatan guru adalah informasi. Oleh karena itu efektivitas pembicaraan perlu ditingkatkan. 3. Penjelasan yang diberikan guru sering tidak jelas bagi siswa, dan hanya jelas bagi guru sendiri. 4.



Tidak semua siswa dapat menggali sendiri informasi yang diperoleh dari buku. Kenyataan ini menuntut guru untuk memberikan penjelasan kepada siswa untuk hal-hal tertentu.



5. Sumber informasi yang tersedia yang dapat dimanfaatkan siswa sering sangat terbatas. 6. Guru sering tidak dapat membedakan antara menceritakan dan memberikan penjelasan. Tujuan menjelaskan materi pelajaran adalah: 1. Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar. 2. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan 3. 3. Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka. 4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam memberikan suatu penjelasan, yaitu: 1. Penjelasan dapat diberikan selama proses pembelajaran (baik di awal, di tengah, maupun di akhir pembelajaran). 2. Penjelasan harus menarik perhatian siswa.



3. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan siswa atau materi yang sudah direncanakan; 4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan bermakna bagi siswa; 5. Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan siswa C. KETERAMPILAN BERTANYA (Questioning) Mengajar yang baik berarti membuat pertanyaan yang baik pula. Peranan ‘pertanyaan’ sangat penting dalam menyusun sebuah pengalaman belajar bagi murid. Socrates meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan akan diketahui atau tidak diketahui oleh siswa, hanya jika guru dapat mendemonstrasikan keterampilan bertanya yang baik dalam praktik pembelajaran di kelas. Pembelajaran hakekatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suasana interaktif yang terarah pada tujuan pembelajaran. Ada tidaknya interaksi adalah merupakan tanggung jawab guru, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara untuk menumbuhkan interaksi ini adalah dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. Umumnya orang bertanya jika ia ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya. Di dalam kelas, guru bertanya kepada siswa untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk: a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasan. b. Membangkitkan motivasi dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. c. c. Memusatkan perhatian siswa terhadap pokok bahasan. d. Mengaktifkan dan memproduktifkan siswa dalam pembelajaran. e. Menjajaki hal-hal yang telah dan belum diketahui siswa terkait materi. f. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar. g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi h. Mengevaluasi dan mengukur hasil belajar siswa h. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengulang materi pelajaran. j. i.



Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pertanyaan yang



diajukan guru mempunyai beberapa maksud. Satu pertanyaan yang diajukan dapat mencapai



beberapa tujuan sekaligus pada waktu yang sama. Kadang-kadang hal ini tidak disadari, baik oleh siswa maupun oleh guru itu sendiri, sebab pertanyaan itu berkembang. D. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI (Variation Stimulus) Siswa akan menjadi sangat bosan jika guru selalu mengajar dengan cara yang sama. Kejenuhan dapat membuat siswa tidak berminat pada pembelajaran. Akibatnya tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai. Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasai dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaanperbedaan yang sengaja diciptakan untuk memberi kesan yang unik dan menarik perhatian siswa pada pembelajaran. Dengan demikian, keterampilan guru dalam mengadakan variasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. 1. Variasi dalam Gaya Mengajar Guru. Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap, dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sementara menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa.41 Dari definisi pendapat para ahli tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Berikut cara yang dapat ditempuh guru dalam memvariasikan gaya mengajar: a. Variasi suara (teacher voice) Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dan cepat menjadi lambat atau sebaliknya. Suara guru hendaknya bervariasi pada saat menjelaskan materi pelajaran baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras atau terlalu keras, akan sulit diterima oleh siswa karena mereka menganggap gurunya sedang marah atau seorang yang kejam. Bila sudah begitu, siswa diliputi oleh rasa cemas dan ketakutan selama proses pembelajaran. Sebaliknya, bila suara guru terlalu lemah, akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau



seluruh siswa dalam kelas, terutama yang duduk di bagian belakang. Bila sudah begitu siswa akan mengabaikan gurunya dan kurang perhatian pada materi yang disampaikan. Untuk itu guru perlu menggunakan variasi suara baik dari segi intonasi, volume, nada dan kecepatan bicara yang disesuaikan dengan kebutuhan situasi dan kondisi. Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun. Guru dapat menggunakan bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, dan menggunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat. b. Pemusatan perhatian siswa (focusing) Perhatian siswa mestilah terpusat pada hal-hal yang dianggap penting. Hal ini dapat dilakukan guru misalnya dengan perkataan “ Perhatikan ini baik-baik!” atau “Nah, ini penting sekali” atau “Perhatikan dengan baik, ini agak sukar dimengerti”. c. Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence) Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja saat guru menjelaskan sesuatu merupakan cara yang tepat untuk menarik perhatian siswa. Perubahan stimulus dari adannya suara kepada keadaan tenang atau senyap, atau dari adanya kesibukan atau kegiatan lalu dihentikan akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang terjadi. Misalnya, dalam pembelajaran guru melakukan ceramah selama 5 menit kemudian melakukan jeda (senyap) dengan berhenti sebentar sambil mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas atau pada siswa agar siswa terfokus ketika melihat tingkah guru yang tibatiba berubah diam. Setelah itu, baru guru melanjutkan kembali uraiannya. d. Mengadakan kontrak pandang dan gerak (eye contact and movement) Bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata siswa- siswa untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dan kontak dengan mereka.



e. Gerakan badan dan mimik Variasi dalam gerakan kepala, gerakan badan dan ekspresi wajah (mimik) adalah aspek yang penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan memberikan kesan dan pendalaman makna dari pesan lisan yang disampaikan. f. Pergantian posisi guru di dalam kelas (teacher’s movement) Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Guru perlu membiasakan bergerak bebas, tidak kikuk atau kaku, serta menghindari tingkah laku negatif. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Membiasakan bergerak bebas di dalam kelas. Gunanya untuk menanamkan rasa dekat kepada siswa sambil mengontrol tingkah laku siswa. 2) Jangan membiasakan menerangkan sambil menulis menghadap ke papan tulis. 3) Jangan membiasakan menerangkan dengan arah pandangan ke langitlangit, ke arah lantai, atau keluar, tetapi arahkan pandangan menjelajahi seluruh kelas. 4) Bila ingin mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah perlahan- lahan ke arah belakang dan dari belakang ke arah depan untuk mengetahui tingkah laku siswa. E. KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN (Reinforcement) Penguatan dapat berarti penghargaan. Pada umumnya penghargaan memberi pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat mendorong dan memperbaiki tingkah laku seseorang serta meningkatkan usahanya. Sudah menjadi fitrah manusia, bahwa ia ingin dihormati, dihargai, dipuji, dan disanjung-sanjung, tentu saja semuanya ini dalam batas-batas yang wajar.51 Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.



F. KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS Kelas merupakan wahana paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran bagi peserta didik. Kedudukan kelas yang begitu penting mengisyaratkan bahwa guru harus profesional dalam mengelola kelas agar terselenggaranya proses pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kelas adalah “kekuasaan” terbesar guru. Maksudnya, entah ia seorang guru kelas atau guru mata pelajaran, ia mempunyai kekuasaan amat besar untuk mengelola kelasnya. Dalam proses penyelenggaraan pendidikan, peranan guru sangat menentukan. Seorang guru yang telah merencanakan proses pembelajaran di kelas, dituntut mampu mengenal, memahami, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan minat dan potensi anak didiknya agar mereka tidak merasakan pemaksaan selama pembelajaran berlangsung, oleh sebab itu guru di dalam kelas adalah seorang manajer yang mempunyai tugas dan tanggung jawab menciptakan, mengatur, dan mengelola kelas secara efektif dan menyenangkan. Keterampilan manajemen kelas (classroom management skills) menduduki posisi penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental dalam mendukung proses pembelajaran.



Faktanya,



tidak



semua



guru



menyadari



ketidakmampuan



dan



kelemahannya dalam pengelolaan kelas. Itulah sebabnya sering muncul ungkapanungkapan yang berkonotasi menyalahkan siswa seperti, “Kalau diajar, dia selalu ramai”. “Siswa tidak mau mem perhatikan pelajaran”, dst. Guru yang masih menyatakan ungkapan-ungkapan seperti itu, seharusnya menyadari bahwa dia belum memiliki keterampilan menguasai kelas secara memadai. Masalahnya, mengakui kekurangan sering kali tidak mudah. Guru-guru yang rendah keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, sulit untuk dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya. G. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERSEORANGAN Secara fisik bentuk pengajaran ini berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 (tiga) dan 8 (delapan) orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Dalam pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.



Ada empat komponen keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan. Keempat keterampilan tersebut adalah mengadakan



pendekatan



secara



pribadi,



mengorganisasikan,



membimbing



dan



memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar Berikut uraian tentang cara bagaimana seharusnya guru melaksanakannya: 1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi 2. Keterampilan mengorganisasi 3. Keterampilan membimbing dan memudahkan pelajaran 4. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar H. KETERAMPILAN MEMIMPIN DISKUSI KELOMPOK KECIL (Guiding Small Discussion) Memimpin diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagi pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok



dapat



meningkatkan



kreativitas



siswa,



serta



membina



kemampuan



berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa. Ada 6 (enam) keterampilan yang harus dimiliki guru terkait membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu: 1. Memusatkan perhatian 2. Memperjelas masalah urunan pendapat 3. Memperjelas masalah urunan pendapat 4. Meningkatkan urunan siswa Berbagai cara dapat dilakuk 5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi



2.2 Buku Utama 2 2.2.1 BAB (LATAR BELAKANG) Pengembangan Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menuntut adanya kualifikasi guru berpendidikan strata satu (S1). Untuk mewujudkan guru professional yang berkualifikasi S1 tersebut maka Program Pengalaman Lapangan (PPL) di bidang keguruan, khususnya Microteaching sebagai bagiannya menjadi sangat penting. Pembelajaran Microteaching harus mampu meningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa sebagai calon guru agar lebih siap dan tangguh dalam memecahkan berbagai masalah kependidikan. Moerdianto (2010: 1) menjelaskan bahwa pembelajaran Microteaching diarahkan untuk pembentukan kompetensi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, di mana dalam Bab VI pasal 3 dimuat bahwa kompetensi guru meliputi: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional dan (4) kompetensi sosial. Menyikapi tuntutan undang-undang nomor 14 tahun 2005 dan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005, maka Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) menjadikan mata kuliah Microteaching sebagai salah satu mata kuliah keahlian dalam kurikulum pendidikannya. Miacroteaching merupakan salah satu mata kuliah keahlian yang wajib diambil oleh setiap mahasiswa pada jurusan Pendidikan dan Keguruan di berbagai perguran tinggi baik negeri maupun swasta. A.



Dasar Filosofi Pengembangan Pengembangan model pembelajaran Microteaching didasari pada beberapa kondisi, tuntutan dan peluang yang terjadi saat ini. Kondisi dan tuntutan serta peluang yang dimaksud. 1. Tuntutan terhadap Tenaga Guru yang Profesional Menghadapi era Masyarakat Ekonomi Assean (MEA), dunia pendidikan dihadapkan kepada berbagai tantangan dan peluang. Tantangan utama di sektor pendidikan yaitu tuntutan terhadap tenaga guru yang professional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah mempersiapkan tenaga guru yang professional oleh LPTK yaitu penguatan lulusan melalui pre-service training. Wujud dari kegiatan preservice training tersebut adalah Program Profesi Guru (PPG). Program PPG didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 87 tahun 2013. Dalam pasal 2 Permendikbud RI No 87 tahun 2013 dipaparkan tujuan Program PPG adalah; a). untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran. b). menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik dan c). mampu melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan



B.



2. Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi Abad ke-21 merupakan masa terjadinya perkembangan teknologi komunikasi dan Informasi dengan pesat. Laudon (2006: 174) mengemukakan bahwa perkembangan Teknologi komunikasi dan informasi mengakibatkan perubahan signifikan terhadap seluruh aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi informasi meliputi perkembangan infrastruktur teknologi, khususnya dalam bidang teknologi informasi, seperti adanya hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage) dan teknologi komunikasi. Berbagai peralatan komunikasi dimaksud diantaranya handphone, laptop, tablet PC, i-pad dan lain sebagainya. Menyadari akan pentingnya pemanfaatan perangkat ICT, seyogianya berbagai Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan harus berbenah diri dan melakukan proses internalisasi perkembangan ICT ke dalam proses pembelajaran Microteaching di perguruan tinggi, khususnya pergruan tinggi keguruan. Dengan mengadopsi perkembangan ICT ke dalam proses pembelajaran diharapkan dapat mempermudah proses pembelajaran Microteaching di LPTK yang ada. 3. Berbagai Persoalan dalam Pembelajaran Microteaching Pembelajaran Microteaching pada umunya dilaksanakan di ruanganruangan belajar biasa, hal tersebut dilakukan dengan sejumlah alasan diantaranya tidak tersedianya sarana prasaran laboratorium microteacing yang lengkap, tidak memahami penggunaan berbagai peralatan laboratorium, manajeman waktu pemanfaatan laboratorium, belum pernah mendapatkan pelatihan tentang penggunaan laboratorium Microteaching, adanya asumsi bahwa kondisi labor tidak jauh berbeda dengan ruangan kelas dan menghindari rasa cemburu dari dosen senior Tujuan Pengembangan Model Model pembelajaran Microteaching Tadaluring dikembangkan dengan tujuan untuk memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan di dalam pelaksanaan perkuliahan Microteaching pada perguruan tinggi keguruan saat ini khususnya di wilayah Propinsi Sumatera Barat. MICROTEACHING: MODEL TADALURING 25 Lebih rinci tujuan pengembangan model pembelajaran Microteaching yaitu: 1. Meningkatkan efektivitas pembelajaran Microteaching. Pembelajaran Microteaching dengan model convensional dipandang kurang relevan lagi dengan kondisi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana-prasarana ICT yang tersedia sebagai pengganti keterbatasan ruangan dan laboratorium Microteaching 3. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta Microteaching untuk berlatih berbagai keterampilan dasar mengajar sehingga mahasiswa dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya.



2.2.2 BAB II (LANDASAN TEORITIS MODEL PEMBELAJARAN MICROTEACHING TADALURING) A. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik dipelopori oleh Thorndike dengan teorinya connectionisme yang disebut juga dengan trial and error. Pada tahun 1980, Thorndike melakukan eksperimen dengan kucing sebagai subjeknya (Suryabrata, 1990: 266). Menurutnya, belajar adalah pembentukan hubungan (koneksi) antara stimulus dengan respon yang diberikan oleh organisme terhadap stimulus tadi. Cara belajar yang khas yang ditunjukkannya adalah trial dan error (coba-coba salah). Disamping itu, Thorndike juga menggunakan pedoman ”pembawa kepuasan (satisfier)” apabila subyek melakukan hal-hal yang mendatangkan kesenangan dan ”pembawa kebosanan (annoyer)” apabila subyek menghindari keadaan yang tidak menyenangkan (Winkel, 1991: 380). Dari eksperimen Thorndike, bisa diambil tiga hukum dalam belajar, yaitu: (1) Law of readiness (hukum kesiapan). Belajar akan berhasil apabila subyek memiliki kesiapan untuk belajar. (2) Law of exercise (hukum latihan), merupakan generalisasi dari law of use dan law of disuse, yaitu jika perilaku itu sering dilatih atau digunakan, maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat (Law of use). Sebaliknya, jika perilaku tadi tidak dilatih, maka perilaku tersebut akan menjadi bertambah lemah atau tidak digunakan sama sekali (law of disuse). Dengan kata lain, belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan. (3) Law of effect, yaitu jika respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, jika respon menghasilkan efek yang tidak memuaskan, maka semakin lemah hubungan antara stimulus dan respon tersebut. B. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) Bell Gredler (1994: 370) mengatakan bahwa menurut teori belajar social, hal yang amat penting ialah kemampuan individu untuk mengambil sari informasi dari tingkah laku orang lain, memutuskan tingkah laku yang mana yang akan diambil dan nanti untuk melaksanakan tingkah laku tersebut. Menurut teori pembelajaran social, disamping belajar melalui pengalaman langsung seseorang juga dapat belajar sesuatu secara tidak langsung melalui pengamatan terhadap orang lain (Rahyudi, 2012: 100). C. Teori Belajar Konstruktivis Revolusi konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah pendidikan. Konstruktivis lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidak seimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Piaget dan Vygotsky juga menekankan adanya hakikat social dalam belajar dan keduanya menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan pengertian atau belajar. Teori belajar konstruktivis (constructivist theories of learning) adalah teori yang



menyatakan bahwa siswa itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan



menerapkan informasi yang kopleks, mengecek informasi yang baru dibandingkan dengan aturan yang lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi (Nur, 2000: 2). Berdasarkan teori konstruktivis tersebut bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temanya. Siswa secara rutun bekerja dengan kelompok untuk saling memecahkan masalah-maslah yang kompleks. Berdasarkan beberapa pandangan belajar menurut ahli konstruktivistik di atas dapat disimpulkan bahwa terbentuknya pengetahuan dan keterampilan pada anak jika anak itu sendiri secara aktif mengkonstruk penetahuannya melalui berbagai pengalaman yang bermakna. Kegiatan pembelajaran bermakna dapat dilakukan melalui learning community atau belajar dalam kelompok-kelompok yang saling bekerja sama. Dalam pembelajaran Microteaching mengharapkan adanya proses latihan yang bersifat berkelanjutan serta proses kerja sama dalam rangka penguasaan keterampilan dasar mengajar. Dengan demikian penerapan teori konstruktivistik dalam pembelajaran Microteaching dapat dapat meningkat-kan penguasaan keterampilan dasar teacher trainee. D. Teori Komunikasi Hovland (1953) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals), akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain apabila komuniksinya itu memang benar-benar bersifat komunikatif. Harold Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komuniksi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: What says what in which channel to whom with what effect? (Lasswell, 1972). Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: Komunikator (communicator, source, sender), Pesan (message), Media (channel, media), Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) dan Efek (effect, impact, influence). Teori komunikasi Harold Lasswell di atas kemudian dipopulerkan oleh David K. Berlo yang dikenal dengan model SMCR yaitu kepanjangan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (Saluran) dan Receiver (penerima). Menurut Berlo (Mulyana, 2007: 162) mengemukakan bahwa sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat; saluran adalah medium yang membawa pesan; dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi. 2.2.3 BAB 3 (PERENCANAAN MICRO TEACHING) A. Pengertian Perencanaan Micro Teaching Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan ber- bagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan ditentukan. Perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber-



B.



sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upayaupaya yang akan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Fungsi perencanaan secara umum meliputi kegiatan mene- tapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, berapa waktu yang akan dibutuhkan, berapa orang yang diperlukan dan berapa biayanya. Melalui perencanaan yang telah dibuat, dapat terbayangkan tujuan yang ingin dicapai, aktivitas atau proses yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, sarana dan fasilitas yang diperlukan, hasil yang akan didapat, bahkan faktor kendala maupun unsur pendukung juga sudah dapat diantisipasi. Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut latihan terprogram untuk dapat menguasainya. Agar kegiatan latihan keterampilan dasar mengajar yang dilakukan melalui pendekatan pembelajran mikro dapat berjalan dengan baik dan membuahkan hasil yang optimal maka tentu perencanaan yang matang. Perencanaan pembelajaran mikro, yaitu membuat perencana- an atau persiapan untuk setiap jenis keterampilan mengajar yang akan dilatihkan. Unsur-unsur perencanaan meliputi, menentukan tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Dalam membuat perencanaan pembelajaran mikro, unsur- unsur yang digunakan sama dengan unsur-unsur perencanaan pem- belajaran secara umum. Perbedaannya yaitu disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran mikro, yaitu setiap unsur perencanaan tersebut disederhanakan, dan ada penekanan terhadap jenis keterampilan apa yang akan dilatihkan. Unsur-unsur Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah proses memproyeksikan setiap komponen pembelajaran. Menurut Ralph W. Tyler kompo- nen-komponen pembelajaran tersebut meliputi empat unsur yaitu: tujuan, bahan ajar (materi), metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut apabila digambar- kan dalam bentuk bagan akan membentuk suatu sistem sebagai berikut. 1. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, baik dari segi pengetahuan keterampilan dan sikap. Tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional berisi rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau kualifikasi ting- kah laku yang diharapkan dimiliki/dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Yang harus diperhatikan guru dalam membuat tujuan khusus atau indikator pembelajaran adalah: a. Guru harus memperhatikan silabus/kurikulum yang berlaku sebagai pedoman dalam menjabarkan tujuan. b. Guru harus memahami tipe-tipe hasil belajar.



c. Guru harus memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran sampai tujuan tersebut jelas isinya dan dapat dicapai oleh siswa setelah setiap proses pembelajaran berakhir. 2. Materi Pembelajaran Materi harus direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Materi pembelajaran harus disusun secara sistematik berdasarkan skuensinya dan diorienta- sikan pada upaya mencapai tujuan pembelajaran. Kriteria dalam merumuskan dan mengembangkan bahan pembelajaran diantaranya: a. Bahan harus benar (valid) dan berarti (significant) sesuai dengan pembangunan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). b. Bahan harus relevan dengan aspek sosial siswa. c. Bahan harus mengandung kesinambungan antara kedalaman dan keluasan. d. Bahan pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 3. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa, karena pada hakikatnya yang belajar itu adalah siswa, guru hanya sebagai fasilisator. Maka guru harus merancang kegiatan pembela- jaran dengan sistematis, efektif, efisien, serta berorientasi pada tujuan pembelajaran. Dalam perencanaan pembelajaran kegiatan belajar mengajar harus dirumuskan secara jelas dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kegiatan pembelajaran harus berorientasikan pada tujuan pembelajaran khusus atau indikator pembelajaran yang ditetap- kan. b. Kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. c. Kegiatan pembelajaran harus efektif dan efisien. d. Kegiatan pembelajaran harus fleksibel. e. Kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. f. Kegiatan pembelajaran harus memperhatikan dengan alat/ fasilitas yang tersedia. g. Kegiatan pemelajaran harus dapat mengembangkan kemam- puan siswa baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap. h. Penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan. i. Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan atau mendes- kripsikan tentang materi yang akan digunakan dan memberikan peluang untuk memungkinkan siswa belajar aktif.



4.



Evaluasi Evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada kegiatan pembe- lajaran meliputi evaluasi awal pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi akhir pembelajaran. Evaluasi juga berfungsi sebagai dasar diagnosis belajar siswa yang dilanjutkan dengan bimbingan atau untuk pemberian pengayaan. Dalam melaksanakan evaluasi aspek-aspek pokok yang harus diperhatikan meliputi: a) Tujuan evaluasi, b) Bentuk dan jenis evaluasi yang digunakan. Kriteria evaluasi dalam perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Evaluasi harus berorientasi pada tujuan pembelajaran. b. Evaluasi harus berdasarkan pada pengembangan kegiatan pembelajaran. c. Evaluasi harus memperhatikan waktu yang tersedia. d. Evaluasi harus memungkinkan ada kegiatan tindak lanjut. e. Evaluasi harus memberikan umpan balik. f. Evaluasi harus berdasarkan pada bahasan materi. C. Tujuan & Manfaat Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran sebagai suatu proyeksi kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembe- lajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki fungsi yang amat penting sebagai pedoman operasional pembelajaran. Tujuan dan manfaat perencanaan pembelajaran antara lain adalah: 1. Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. 2. Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek. 3. Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, mem- beri pengaruh terhadap perkembangan individu siswa 4. Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, beraki- bat terhadap nurturant effect. D. Aplikasi dalam Perencanaaan Micro Teaching Perencanaan pembelajaran untuk pembelajaran mikro sesuai dengan ketentuan perencanaan pembelajaran pada umumnya, hanya dibuat lebih sederhana sesuai dengan karakteristik pembe- lajaran mikro itu sendiri. Fungsi perencanaan pembelajaran mikro adalah sebagai pedoman pokok bagi calon guru yang akan melak- sanakan kegiatan latihan melalui pembelajaran mikro. Dengan demikian setiap yang berlatih mengajar dalam prosesnya harus didasarkan pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pembuatan perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah mengembangkan dari setiap komponen pembelajaran, yaitu mengembangkan tujuan, materi, metode dan media serta evaluasi. Prinsip pembelajaran merupakan kaidah, hukum, atau keten- tuan-ketentuan yang harus dijadikan patokan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Penyusunan perencanaan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip yang ditetapkan, maka akan mengha- silkan suatu perencanaan pembelajaran.



E.



Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran Pada pokoknya prinsip-prinsip dalam pembuatan perencanaan pembelajaran antara lain: a. Memperhatikan karakteristik anak Dalam perencanaan pembelajaran (desain instruksional) harus memperhatikan kondisi yang ada dalam diri siswa dan kondisi yang ada di luar diri siswa23 b. Berorientasi pada kurikulum yang berlaku Perencanaan yang dibuat oleh guru seperti dalam bentuk silabus maupun dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran harus disusun dan dikembangkan berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. c. Sistematika kegiatan pembelajaran Urutan kegiatan pembelajaran dikembangkan secara sistematis dengan mempertimbangkan urutan dari yang mudah menuju yang lebih sulit, dari yang bersifat sederhana menuju yang lebih kompleks. d. Melengkapi perencanaan pembelajaran Yaitu dengan menambah instrumen-instrumen pembelajaran, misalnya lebar kerja siswa, format isian, lembar catatan tertentu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. e. Bersifat fleksibel (dinamis) Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat berlangsungnya pembelajaran. f. Berdasarkan pendekatan system Artinya setiap unsur perencanaan pembelajaran yang dikem- bangkan harus merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan memiliki keterpaduan. Ada empat prinsip lain yang harus dipenuhi dalam pembuatan perencanaan pembelajaran, di antaranya: a. Spesifik Selain memenuhi setiap prinsip perencanaan pembelajaran yang telah dibahas sebelumnya, juga perencanaan tersebut dibuat secara khusus. Kekhususan ini terutama dikaitkan dengan setiap kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai oleh siswa. Dalam setiap perencanaan selain berisi rumusan setiap kompo- nen perencanaan pembelajaran juga ada penambahan kekhu- susan yaitu jenis keterampilan mengajar yang akan dilatihkan. b. Operasional Yaitu rumusan setiap unsur dalam perencanaan pembelajaran dirumuskan dengan bahasa yang operasional dan terstruktur. Operasionalisasi ini terutama berkaitan dengan perilaku yang harus dicapai atau dikembangkan. c. Sistematis Yaitu penyusunannya dilakukan secara logis dan berurutan dari mulai identitas mata pelajaran sampai kegiatan evaluasi.



F.



d. Jangka pendek Setiap perencanaan pembelajaran dibuat untuk setiap kali pertemuan atau latihan yang akan dilakukan. Langkah-langkah Pembuatan Perencanaan Micro Teaching Perencanaan merupakan proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Perencanaan bukan hanya untuk melengkapi kepentingan yang bersifat administratif saja melainkan sebagai pedoman operasional dalam melaksanakan pembelajaran. Menyusun perencanaan pem- belajaran selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang bersifat umum juga harus disesuaikan untuk kepentingan apa perencanaan itu dibuat. Dalam peraturan pemerintah (PP No. 19 tahun 2005) tentang standar Nasional pendidikan dijelaskan “Setiap satuan pendidikan melakukan proses perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efek- tif dan efisien “ (Bab IV pasal 19 ayat 3). Jenis-jenis perencanaan pembelajaran selajutnya dalam Bab IV pasal 20 dijelaskan “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilain hasil belajar.” Perencanaan pembelajaran tersebut dikategorikan ke dalam dua bentuk yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Unsur-unsur yang harus ada dalam setiap perencanaan yaitu: Tujuan, materi, metode, sumber dan penilaian hasil belajar. Adapun langkahlangkah yang ditempuh dalam membuat perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Tuliskan identitas mata pelajaran antara lain: Nama mata pelajaran, pokok bahasan / sub pokok bahasan, kelas, semester, waktu dan lain sebagainya sesuai kebutuhan. b. Tuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. c. Materi pembelajaran. Sebutkan materi yang harus diajarkan untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan. d. Kegiatan pembelajaran. Rumuskan kegiatan-kegiatan atau pengalaman pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam melakukan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. e. Tentukan alat, media, dan sumber rujukan. Yaitu menentukan alat/media pembelajaran yang akan digunakan untuk men- dukung terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien. f. Tentukan prosedur evaluasi. Yaitu merumuskan prosedur, bentuk dan jenis evaluasi yang akan dilakukan untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam evaluasi harus memperhatikan prinsip evaluasi yaitu validitas dan reliabili- tasnya agar memperoleh informasi yang akurat dari hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa. Pembelajaran mikro yang sebenarnya dilakukan dalam kelas khusus yang



dirancang untuk kepentingan latihan mengajar. Maka tentu saja perencanaan pembelajarannya



dibuat sesuai dengan kai- dah prosedur pembuatan perencanaan pembelajaran yang berlaku untuk kepentingan pembelajaran biasa. Satu hal yang membedakan antara rencana pembelajaran mikro dan rencana pembelajaran biasa, untuk rencana pembelajaran mikro ditambah satu komponen yaitu “ Tujuan Latihan Pembelajaran Mikro”. Sebagai alat kontrol untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta yang telah berlatih, dalam pembelajaran mikro dilengkapi oleh seperangkat alat / instrumen lain, yaitu pedoman observasi. Rumusan pedoman observasi berbeda-beda antara observasi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan setiap jenis keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan. Pedoman observasi dipegang oleh observer yang bertugas menga- mati penampilan perserta yang berlatih. Pihak observer adalah mereka yang dianggap sudah memiliki pengalaman lebih sehingga dapat memberikan penilaian secara objektif untuk dijadikan masukan/balikan bagi peserta yang berlatih. 2.2.4 BAB IV (PEMBELAJARAN MICROTEACHING) A. Sejarah Pembelajaran Microteaching Istilah microteaching pertama kali dikenalkan pada tahun 1960 oleh Dwight Allen namun konsep tersebut tidak pernah statis. Istilah microteaching terus tumbuh dan berkembang baik dalam fokus maupun formatnya, Microteaching dikembangkan di Universitas Standford (Amobi & Irwin, 2009:26), ketika paham behaviorisme dalam psikologi (behavioral psykology) mulai mempengaruhi proses pembelajaran. Paham behaviorisme menganggap bahwa belajar merupakan proses perobahan tingkah laku. Paham ini menekankan pentingnya umpan balik dalam proses pembelajaran. Awal tahun 1970-an oleh British Colombia’s Education Ministrysebagai program pelatihan untuk semua perguruan tinggi di Colombia, terjadi perkembangan model pembelajaran microteaching yang dikenal dengan model Instructional Skill Workshop (ISW). Pengembangan model pembelajaran microteaching yang mutahir dikenalkan oleh Aburrahman Kilic pada tahun 2010 di Duzce University Turkey yang dikenal dengan model LCMT atau Learner Center Mircroteaching. Model LCMT adalah model pelaksanaan microteaching yang berpusat pada pembelajar. Model ini meng-hendaki microteaching melibatkan peran aktif teacher trainee mulai dari proses berpikir, membuat keputusan, melakukan aktivitas, sampai dengan evaluasi mengajar. B. Pengertian Microteaching Kata microteacing berasal dari dua kata, yaitu micro dan teaching. Micro berarti kecil, terbatas, dan sempit, sedangkan teaching berarti mendidik atau mengajar. Microteaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Dengan kata lain microteaching adalah suatu tindakkan atau kegiatan latihan belajar mengajar dalam situasi laboratories (Sardirman, 2011). Mc. Knight dalam Asmani (2011:21) mengemukakan bahwa microteaching has been describe as a scaled down teaching encounter designed to develop new skills and refine old ones. Microteaching dapat digambarkan sebagai proses pengajaran



yang



C.



D.



“diperkecil”, yang didesain untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang telah dimiliki. Karakteristik Pembelajaran Microteaching Karakteristik utama microteaching adalah minimalisasi atau penederhanaan. Kata minimalisasi atau penyederhanaan tersebut mengacu kepada jumlah waktu, jumlah materi, jumlah keterampilan, dan jumlah mahaiswa. Allen dan Ryan dalam Sukirman (2012:27-28) mengidentifikasi hal-hal fundamental karakteristik microteaching. 1) Microteaching is real teaching. Proses latihan yang dikembangkan dalam pendekatan microteaching ialah kegiatan pembelajaran sebenarnya (real teaching), namun bukan dilaksanakan pada kelas yang sebenarnya. 2) Microteaching lessons the complexities of normal classroom teaching. Latihan yang dilakukan melalui melalui pendekatan pembelajaran micro, sesuai dengan namanya ”micro”, yaitu kegiatan latihan pembelajaran yang disederhanakan pada setiap unsur dan komponen pembelajaran. 3) Mircoteaching focuses on training for the accomplishment of specific tasks. Keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran micro difokuskan pada keterampilan-keterampilan tertentu secara spesifik. 4) Microteaching allows for the increased control of practice. Pembelajaran micro lebih diarahkan untuk mengontrol setiap jenis keterampilan yang dilatihkan. 5) Microteaching greatly expands the normal knowledge of results of feedback dimension in teaching. Melalui pembelajarn micro dapat memperluas wawasan dan pemahaman yang terkait dengan pembelajaran. Dalam proses latihan dalam pembelajaran micro pihak-pihak yang berkepentingan akan memperoleh masukan yang sangat berharga untuk memperbaiki proses penyiapan, pembinaan, dan peningkatan profesi guru. Mengacu kepada pandangan para ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran microteaching yaitu suatu pembelajaran yang memiliki ciri khusus seperti pembeljaran bersifat nyata, ukuran yang diperkecil, bersifat individual, dan mengutamakan adanya feedback. Tujuan Pembelajaran Microteaching Tujuan utama pembelajaran microteaching ialah untuk mempersiapkan colon guru yang professional terutama dalam hal penguasaan keterampilan dasar dalam mengajar. Sukirman (2012:35) mengemukakan tujuan pembelajaran microteaching. 1) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru dalam hal keterampilan dasar mengajar (teaching skills). 2) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru agar memiliki kompetensi yang diharapkan oleh ketentuan undang-undang maupun peraturan pemerintah. 3) Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang dilakukan secara bagian demi bagian secara spesifik agar diperoleh kemampuan maksimal sesuai dengan tuntunan pro-fessional sebagai tenaga seorang



guru.



E.



F.



G.



4) Untuk memberi kesempatan pada colon maupun para guru berlatih dengan mengoreksi serta menilai kelebihan dan kekurangan yang dimilik (self evaluation) dalam hal keterampilan mengajarnya. 5) Untuk memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih (calon guru dan para guru) meningkatkan keterampilan dalam memberikan layanan kepada siswa. Microteaching dalam Perspektif Teori Belajar Teori belajar behavioristik dipelopori oleh Thorndike dengan teorinya connectionisme yang disebut juga dengan trial and error. Pada tahun 1980, Thorndike melakukan eksperimen dengan kucing sebagai subyeknya (Suryabrata, 1990). Menurutnya, belajar adalah pembentukan hubungan (koneksi) antara stimulus dengan respon yang diberikan oleh organisme terhadap stimulus tadi. Cara belajar yang khas yang ditunjukkannya adalah trial dan error (coba-coba salah). Disamping itu, Thorndike juga menggunakan pedoman ”pem-bawa kepuasan (satisfier)” apabila subyek melakukan hal-hal yang mendatangkan kesenangan dan ”pembawa kebosanan (annoyer)” apabila subyek menghindari keadaan yang tidak menyenangkan (Winkel, 1991). Prosedur Pembelajaran Microteaching Dwight W.Allen (1969) menggambarkan pelaksanaan micro-teaching dilakukan melalui tujuh tahapan. Enam tahapan micro-teaching tersebut merupakan sebuah siklus. Siklus ini dapat diulang sesuai dengan kebutuhan perbaikan. dapat disimpulkan bahwa model Standford terdiri dari 6 langkah; perencanaan, praktik mengajar, memberikan feedback, merencanakan kembali, mengajar kembali, dan memberikan feedback. Siklus tersebut senantiasa berulang hingga mahasiswa benar-benar menguasai keterampilan dasar dalam mengajar Kompetensi Pembelajaran Microteaching a. Standar Kompetensi Pembelajaran Microteaching Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diamati dan diukur (Hall dan Jones dalam Mukmihan, 2003:2). Orang yang memiliki kompetensi berarti memiliki kemampuan yang dapat diamati dan diukur. b. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh mahasiswa untuk menunjukkan bahwa mahasiswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar meru-pakan penjabaran dari standar kompetensi (Wina Sanjaya, 2008:170).Sedangkan indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh mahasiswa. c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)



H.



encana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pem-belajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap peserta yang akan berlatih berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar kegiatan latihan berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta mem-berikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Keterampilan Dasar Mengajar dalam Pembelajaran Microteaching Teaching skills merupakan sejumlah keterampilan dasar atau prilaku yang dapat dikembangkan melalui proses latihan dan dapat digunakan pada saat situasi pembelajaran dilaksanakan oleh teacher trainee. Allen dan Riyan (1969) mengemukakan keterampilan meng-ajar secara umum diklasifikasikan kedalam 14 keterampilan yaitu: 1) stimulus variation, 2) set induction, 3) closure, 4) silence and nonverbal cues, 5) Reinforcement of student participation, 6) fluency in asking question, 7) probing question, 8) higer-order question, 9) divergen guestion, 10) recognizing attending behaviour, 11) illustrating and use of example, 12) lecturing, 13) planned repetition, and 14) completeness of communication. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dapat disederhana-kan menjadi 8 keterampilan yaitu keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan meng-adakan variasi, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, dan keterampilan mengelola kelas. Masing-masing keterampilan dasar mengajar yang telah dipaparkan di atas memiliki sejumlah komponen.



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku 3.1.1 Buku Utama 1 Kelebihan dan Kekurangan : 1. Memberikan pengetahuan yang banyak bagi seorang calon pengajar 2. Penjabaran materi ke dalam susunan bab-babnya saling berkaitan,singkat tetapi jelas. 3. Beberapa pendapat pakar yang disajikanpun membuat pengertian menjadi semakin variatif dan menarik. 4. Cover yang disajikan sederhana dan minimalis tetapi cukup menarik dan membuat penasaran sehingga kita tertarik untuk membacanya. 5. Tidak terdapat glosarium sehingga jika para pembaca menemukan istilah yang sulit dipahami tidak bisa melihat pada bagian glosarium 6. Tidak terdapat rangkuman materi dari setiap bab 7. Tidak terdapat gambar contoh peragaan interaksi dengan murid pada bagian isi buku sehingga terkadang pembaca merasa bosan 8. Terdapat beberapa kalimat dari pembahasan yang sulit dipahami. 9. Terdapat beberapa Kesalahan pada penulisan tata letak atau spasi di bagian tanda "/" (garis miring) seperti pada contoh : "lingkungan/ suasana", dll. 3.1.2 Buku Utama 2 Kelebihan dan Kekurangan : 1. Cover atau sampul dari buku cukup menarik perhatian pembaca sehingga pembaca memiliki gairah yang tinggi untuk membaca buku ini. 2. Menggunakan bahasa yang padat, singkat, dan jelas. 3. Penjelasan setiap bab terperinci dan jelas. 4. Menggunakan pendapat para ahli yang mendukung materi yang disampaikan dalam buku tersebut. 5. Memiliki gambaran data data seperti tabel dan diagram yang mendukung penjelasan materi yang ada. 6. Tidak terdapat rangkuman materi dari setiap babnya



7. Terdapat beberapa kata dan kalimat dalam buku ini yang agak sulit untuk dipahami oleh para pembaca 8. Terdapat beberapa istilah bahasa asing yang tidak disertai engan keterangan sehingga membuat pembaca agak sulit memahaminya. 3.1.3 Buku Pembanding 1 Kelebihan dan Kekurangan : 1. Tampilan buku ini sudah bagus, warna cover buku ini juga tidak terlalu mencolok, perekatnya juga kuat dan buku ini tidak mudah robek. Akan tetapi akan lebih baik lagi jika covernya dibuat lebih menarik lagi. 2. Dilihat dari layout dan tata tulis, termasuk penggunaan font: dari aspek ini sejauh yang sudah saya lihat sudah rapi, sudah menggunakan rata kiri, dan kanan, tata letak setiap paragraf dan judul judul penting sudah rapi dan disusun secara teratur, cara penulisannya sudah bagus namun masih ada saja cara penulisan yang salah. Penggunaan font dalam penulisan buku ini sudah bagus juga karena font yang dibuat mudah untuk dibaca, dan tulisannya pun jelas dan membuat pembaca suka membaca buku ini, dan untuk memudahkan kita menemukan judul materi yang akan kita cari akan digunakan pemakaian huruf tebal, dan bagi kata-kata bahasa inggris menggunakan garis miring. Tetapi dari segi tata letak materinya ada juga yang masih kurang rapi sehingga terkadang membuat saya bingung. 3. Dari aspek isi buku. Berdasarkan buku yang saya lihat isinya rinci dan menyeluruh membahas tentang Keterampilan Dasar Mengajar di dalam buku juga terdapat rangkuman dan tabel sehingga kita semakin paham dengan isi buku dan juga terdapat daftar pustaka. Kadang ada juga kekurangannya yaitu pengertian dari suatu kata menggunakan penjelasan yang berulang. masih ada kata-kata yang kurang dimengerti. Serta penjelasan materi ada juga yang terkadang membuat bingung. 4. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah dari aspek tata bahasa sudah bagus karena menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, meskipun terkadang masih terdapat bahasa yang kurang dimengerti dan ada juga yang menggunakan bahasa inggris dalam setiap penjelasan.



3.1.4 Buku Pembanding 2 Kelebihan dan Kekurangan : 1. Tampilan buku pembanding sudah bagus, warna sampul buku juga tidak terlalu mencolok sehingga pembaca tertarik membaca, akan tetapi lebih baik lagi jika cover buku dibuat lebih menarik lagi. 2. Dilihat dari segi layout atau tata letak, termasuk penggunaan font dalam buku ini sama dengan buku utama dimana tata letak sudah rapi, menggunakan rata kiri dan kanan tata letak setiap paragraf dan judul judul penting sudah rapi dan disusun secara teratur, cara penulisannya sudah bagus dan penggunaan font juga sudah bagus sehingga pembaca lebih mudah memahami sub materi, dan penggunaan cetak miring atau pun huruf tebal sudah tepat. 3. Dari segi isi buku telah mencakup materi yang lengkap dan luas sehingga pembaca tidak akan ketinggalan materi. Didalam buku ini juga disertakan daftar pustaka, rangkuman dan tabel yang memudahkan pembaca mudah memahami materi. akan tetapi didalam buku ini materi yang disampaikan terlalu luas sehingga akan membuat pembaca bosan dan beberapa bab ada pengulangan materi. 4. Dari segi bahasa yang digunakan sudah mudah dipahami, tetapi ada beberapa bahasa asing atau istilah asing yang tidak dibuat terjemahannya yang akan mengakibatkan pembaca tidak mengerti akan materi buku.



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Setelah mereview kedua buku ini, penulis menyimpulkan bahwa kedua buku ini adalah buku yang sangat bagus. Dari aspek tampilan buku, buku yang diriview memiliki cover dan tampilan yang menarik dan kreatif. Sehingga buku ini akan menarik minat pembaca ketika ingin membaca buku ini. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font, buku yang diriview sudah tersusun rapi dan teratur.Dari aspek isi buku, buku yang diriview adalah buku yang sangat bagus. Materi yang ada di dalam buku utama maupun buku pembanding sama sama mengkaji materi tentang micro teaching secara luas dan teratur. Selain itu dari aspek tata bahasa, kedua buku ini memiliki Bahasa yang sederhana sehingga cukup mudah dipahami. Selain itu, penulisan buku yang diriview sesuai dengan kaidah penulisan EYD. Namun, tentunya Setiap buku memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-masing. Tidak terkecuali dengan buku yang penulis riview ini yang dalam penulisannya masih ditemukan beberapa kekurangan. Terlepas dari semua kekurangan dari buku ini menurut kami buku ini sudah bagus dan cocok untuk dijadikan sebagai referensi dalam mempelajari pembelajaran Micro Teaching dan menurut penulis kedua buku ini sangat berguna bagi penyelenggaraan pendidikan dan tutor untuk lebih mengenal apa itu Micro Teaching. 4.2 Saran Saran penulis bagi pendidik dan calon pendidik di sekolah dasar kedepannya adalah, supaya kiranya mampu untuk memahami dengan baik Micro Teaching ini,mampu membuat perencanaan kegiatan Micro Teaching sebaik mungkin,



dan mampu menerapkan



perencanaan tersebut dengan baik. Kemudian untuk para pembaca utamanya calon pendidik penulis berharap,agar para calon pendidik dimasa depan mampu untuk memahami apa saja yang perlu dilakukan dalam kegiatan Micro Teaching ini agar kegiatan ini dapat berjalan semaksimal mungkin. Besar harapan penulis para calon pendidik masa depan mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan efisien sehingga pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik pada peserta didik.



DAFTAR PUSTAKA Arifmiboy. (2019). MICROTEACHING : MODEL TADALURING. Jawa Timur: Wade Group. Harun, J. P. (2019). Desain & Pedoman Pembelajaran Mikro. Jakarta: Muhammadiyah University Press. Helmiati. (2013). Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mangajar. Pekanbaru: Aswaja Pressindo. Shoffan, S. (2017). Keterampilan Dasar Mengajar Microteaching. Jawa Timur: Mavendra Pers.