Makalah Pastoral Care [PDF]

  • Author / Uploaded
  • wahyu
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pastoral care



DISUSUN OLEH: Andi Prayoga Feti Oktaria Marten purwama Octa riselly .T Thedora Kiki Crusita Toni Setiawan Tita Garrien Sakti



Dosen Pembimbing: Anastasia Sri Sukistini, S.E., M.M.



UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PALEMBANG 2016



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Teori holistik menjelaskan bahwa semua organisme hidup saling berinteraksi. Dalam



memberikan asuhan keperawatan, konsep manusia sebagai



makhluk biologi, psikologi, sosial, spiritual mutlak harus kita terapkan. Karena konsep ini memandang manusia atau individu sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bukan sebagai bagian atau sistem yang terpisah–pisah. Jika mempelajari suatu bagian dari manusia harus mempertimbangkan bagaimana bagian tersebut berhubungan atau mempengaruhi bagian yang lainnya disamping itu juga harus mempertimbangkan interaksi atau hubungan individu dengan lingkungan eksternal (Wahit dan Nurul, 2008). Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Untuk itu diperlukan metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan, yang dilakukan secara sistematis yaitu dengan pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi (Hamid, 2000). Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Depkes, 1994). Perawat sebagai tenaga kesehatan professional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Perawat harus berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan pasien secara komprehensif(Hamid, 2000). Hasil penelitian dari Sonontiko (2002) menunjukkan bahwa pemahaman perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritual Rumah Sakit biasanya kurang optimal, perawat diharapkan memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan spiritual pasien agar mutu pelayanan perawatan meningkat.



Berdasarkan beberapa pendapat ahli (Claude S. George) yang dikutip dari penelitian Zuidah (2006) mengatakan bahwa motivasi seseorang berkaitan dengan kebutuhan meliputi tempat dan suasana lingkungan kerja sehingga penurunan motivasi perawat mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan dan hasil tindakan perawatmenurun. Seperti belum optimalnya pelaksanaan asuhan keperawatan secara holistik termasuk keperawatan spiritual. B. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana konsep pastoral care ? b. Apa tujuan pelayanan paripurna (holistik) ? c. Apa fungsi dan aplikasi pastoral care pada kasus ? d. Apa kompetensi tenaga kesehatan pada pasien terminal, berkabung, dan kasus psiko-spiritual ? C. TUJUAN a. Untuk mengetahui bagaimana konsep pastoral care b. Untuk mengetahui apa tujuan pelayanan paripurna (holistik) c. Untuk mengetahui apa fungsi dan aplikasi pastoral care pada kasus d. Untuk mengetahui apa kompetensi tenaga kesehatan pada pasien terminal, berkabung, dan kasus psiko-spiritual



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pastoral Care a. Pengertian Postural Care Pastoral umumnya berkaitan dengan pelayanan yang dilakukan seorang pastur (lat: gembala) melalui pelayanan konseling dan kunjungan atau hadir kepada seseorang yang mengalami sakit atau mengalami musibah. Dalam hal ini, pastor bertindak dan bersikap seperti Tuhan yang peduli dengan keadaan umatnya dan dilakukan secara sukarela bukan karena dibayar (uang). Pelayanan konseling dilakukan karena pada umunya situasi yang sulit, terutama ketika sakit atau menghadapi musibah, menyebabkan emosi dan spiritualitas seorang mengalami goncangan. Orang yang sedang diuji oleh peristiwa hidup perlu dibantu supaya dapat bertahan/ tabah dan mengalami keseimbangan hidup. Dengan situasi yang demikian, seorang tenaga kesehatan mesti memiliki pasion saat merawat pasien: bersifat care atau peduli dengan menunjukkan rasa tanggung jawab dan kasih sayang yang tinggi terhadap pasien. b. Pastoral Care Sebagai Pelayanan Rohani Pasien Dasar pelayanan dalam pandangan filosofis adalah bahwa manusia masti dipahami secara holistic karena manusia memiliki empat dimensi yang tidak terpisahakan satu dengan yang lainya. Manusia adalah mahluk biologis, psikologis, social, dan juga spiritual. Manusia sebagai mahluk biologis bertumbuh dalam satu system yang dinamis dari lahir sampai dewasa. Dalam proses pertumbuhan, manusia membutuhkan pangan , sandang, papan, dan kesehatan agar bertumbuh dengan wajar. Ketika salah satu dimensi, misalnya fisik/biologis, mengalami masalah atau sakit, dimeni yang lainya juga terganggu atau tidak seimbang. Bahkan ada beberapa studi menemukan ada penyakit yang muuncul akibat tekanan atau ketegangan pada psikologis, social atau spiritual. Dalam pandangan teologis, manusai sebagai mahluk spiritual. Artinya, manusia (berpotensi) membangaun relasi dengan Tuhan dan memiliki martabat paling tinggi dari smua ciptaan tuhan. Pelayanan pastoral care



membela martabat manusia dengan menerapkan nilai-nilai ilahi dalam pelayanan dan memotivasi mampu memaknai peristiwa sakit. Pelayanan pastrol care sekaligus menentang dipersosialisai, yaitu mengabaikan nilai kemanusiaan pada seorang yang menderita sakit dengan memperlakukannya sebagai objek atau benda. Pastrol care juga menentang bahaya manipulasi bioteknologi, yaitu rekayasa teknologi yang merusak harkat manusia sebagai mahlukciptaan Tuhan, misalanya clonning pada manusia, dan mengatisipasi bahay profesionalisme yang dikaitakan dengan usaha mencari keuntungan/ptofit (Bons-Strom 2003). c. Hakikat Pelayanan Kesehatan Paripurna Pelayanan postural care membantu pasien untuk tetap dekat dengan Tuhannya sebagai sumber utama kesembuhan dan tidak berburuk sangka atau menjauhkan diri dari Tuhan. Sekaligus memyadarkan pasien dan keluarga bahwa sakit bukan karena kutukan, kesehatan bukan sekedar bebas dari penyakit melainkan bisa berguna atau melakukan sesuatu demi kebaikan dirinya dan sesama. Disamping itu, postural care membantu pasien memaknai dan



menghayati



penyakit



secara



positif,



merefleksikan



hidup,



dan



memperbaiki sikap, saat sakit saat untuk mendoakan orang lain dan akhirnya bersikap pasrah. Bahkan dalam keadaan sakitpun pasien masih bisa melakukan hal-hal yang baik, misalnya ikut tanggung jawab atas kesembuhannya, mampu bekerja sama dengan pelayanan kesehatan dengan cara mengikuti semua terapi yang di anjurkan. d. Theresia Sealmaekers Peletak Dasar Pelayanan Rohani Breda Thresia Saelmaekers dan teman-temannya sudah memberikan pelayanan rohani pasien sejak mereka bekerja di rumah sakit Breda Belanda pada tahun 1826. Mereka menyadari bahwa pasien tidak hanya membutuhkan perawatan fisik/fisiologis, tetapi juga pelayanan rohani atau psiko-spiritual mengingat bahwa pasien tidak hanya menderita secara fisik saja tetapi jua mengalami masalah psiko-spiritual. Penderita fisik pada saat itu terjadi karena tekanan psikologis



atau



rohani



karena



Revolusi



Prancis(Senirang



1976;Emerentina,2001). Situasi lingkungan sosial yang kurang kondusif menimbulkan banyak penderitaan fisik. Misalnya, banyak anak-anak terlantar



atau kehilangan kasih sayang orang tua. Mereka sangat rentang terhadap penyakit. Pelayanan rohani yang telah di rintis oleh Theresia Saelmaekers di Breda dilanjutkan oleh para pengikutnya dan semua orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan Group Charitas. Pada perkembangan berikutnya, pelayan rohani lebih populer dengan nama pastoral care. Pelayanan ini menjadi tanggung jawab bersama tenaga kesehatan bukan hanya menjadi tugas pastor(pimpinan agama) atau tanggung jawab bagian/unit pastoral care meskipun ada perbedaan fungsi profesi kesehatan. Dengan mata kuliah spiritual charitas, sejak awal mahasiswa di persiapkan menjadi pelayanan kesehatan yang memperhatikan seluruh dimensi manusia dan bertanggung jawab atas perawatan pasien secara paripurna. Secara khusus, perawat dan bidan yang memiliki waktu lebih banyak bersama pasien dan keluarga, menjadi ujung tombak pelayanan pastoral care di rumah sakit. Perawat atau bidan diharapkan menolong pasien dengan kasih dan perhatian, dengan sentuhan kemanusiaan (human tauch), merawat pasien sebagai saudara atau anggota keluarga, dan berjalan bersama dalam situasi pasien. Semua pelayanan kesehatan di rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan sangat diharapkan trampil dalam melayani kebutuhan pasien, khususnya bagi pasien yang mengalami penyakit terminal, distres karena pengalaman hidup yang pahit, duka cita atas kehilangan orang tua tercinta. Dalam situasi berduka atau berkabung, pasien membutuhkan perhatian dan dukungan melaui kehadiran seseorang, dalam hal ini tenaga kesehatan yang bisa dipercaya untuk mengungkapkan pengalaman dan perasaannya. Dalam hal ini, semua tenaga kesehatan grup Charitas mendapat peluang yang sangat besar untuk dapat membangun komunikasi dan jalinan kerja sama yang efektif. Agar pelayanan lebih efektif, petugas kesehatan perlu mengenal fungsi pelayanan pastural care ketika melakukan pendampingan kepada pasien. e. Fungsi Pelayanan Pastoral Care Sikap dan reaksi setiap orang berbeda dalam memahami sakit atau menerima kedudukan. Reaksi dipengaruhi oleh budaya, keadaan, dan kepribadian manusia yang berbeda. Oleh karena itu, pelauyanan kesehatan



dalam melakukan postural care menerapkan beberapa fungsi berikut. (Wiryasaputra, 2006). 1. Menyembuhkan perasaan yang terluka oleh trauma atau perasaan sakit yang menjadi beban baytin yang berat karena sakit fisik atau psikologis yang bisa menyebabkan psikomatis. 2. Menompang mereka yang lunglai karena sakit/ tidak tersembuhkan atau menjalang kematian. Umumnya, mereka yang mengalami sakit berat sulit diajak bicara. Oleh karena itu, konseling yang diberikan adalah dengan sentuhan manusiawi atau kata-kata singkat, namun tepat dan bermanfaat membantu pasien agar untuk tabah, berpasrah dengan tuhan. 3. Membimbing pasien atau keluarga mengambil keputusan yang tepat dalam hidupnya. Petugas kesehatan bukan mengambil alih tanggung jawab pasien. Petugas kesehatan bersama pasien menganalisis beberapa alternatif, namu pasien atau keluarga memutuskan alternatif/ pilihan yang diambil. 4. Memperbaiki hubungan dengan orang lain yang mungkin pernah retak dan membebani perasaan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus peka sehingga dapat mengurangi ketegangan hidup yang dialami oleh klien. Petugas kesehatan dapat berperan sebagai mediator/perantara, namun klien mesti dibimbing untuk dapat berkomunikasi dengan mereka yang relasinya retak atau rekonsiliasi. 5. Mengasuh/mendidik pasien agar tetap terus berkembang dan menjadi lebih dewasa untuk menghadapi masalah hidupnya. Klien juga dibantu untuk mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Agar dapat mewujudkan kelima fungsi diatas, petugas diharapkan memiliki sikap antara lain: empati, percaya pada proses (mengikuti irama batin dan jiwa pasien ), spontan, dan terbuka menerima reaksi klien, termsuk reaksi negatif, tulus hati menyatakan apa adanya, integritasholistik dengan memahami persoalan klien secara menyeluruh/keterkaitan masalah yang satu dengan yang lain, dan konsisten.



f. Pasien Berduka dan Terminal Illness Mendampingi pasien berduka dan terminal membutuhkan keterampilan dan pemahaman yang tepat tentang masa berkabung dan terminal. Berkabung atau berduka adalah situasi dimana seorang mengalami rasa kehilangan perpisahan yang membawa kesedihan atau penderitaan yang mendalam.Berduka merupakan reaksi emosi seseorang yang dihubungkan dengan pengalaman kehilangan orang yang sangat dicintai karena kematian. Pasien terminal adalah pasien yang mengalami situasi batas hidup (kematian)berdasarkan diagnosis dokter sehingga membuat pasien dan



keluarga mngalami dukacita yang mendalam. Dalam proses atau situasi ini, pasien atau keluarga membutuhkan dukungan (coping) bagaimana bertahan hidup dalam batas waktu yang singkat dan bagaimana menghadapi kematian yang sudah dekat. Ada beberapa pendapat tentang fase-fase yang dilalui oleh seorang pasien ketika mengalami sakit berat/terminal. Namun, yang paling umum digunakan adalah pendapat seorang dokter psikiater, yaitu Dr. Elisabeth Kubler Ross. Elisabeth Kubler Ross melakukan studi atau penelitian yang panjang tentang reaksi seseorang ketika diberitahu tentang penyakitnya dan menemukan lima fase berduka (Kubler-Ross, 1995;Bons-storm, 2004). 1. Penolakan/Denail atau penyangkalan secara terbuka atau tertutup (dalam hati). Merupakan sikap yang umum muncul pertama kali ketika mendapat hasil diagnosis dokter. Sikap ini merupakan pertahanan sementara dan sifatnya parsial, mempertahankan penyangkalan akan menambah atau memperpanjang masa distres. 2. Kemarahan/Anger adalah reaksi yang muncul karena tidak mempertahankan penyangkalan. Kemarahan umunya ditunjukan kepada keluarga dokter perawat atau staf rumah sakit yang secara langsung berhubungan dengan pasien. 3. Tawar menawar/bergaining dengan melakukan manufer/ tawar menawar dengan tuhan dengan harapan bisa memperpanjang hidup dengan janjijanji melakukan yang lebih baik. 4. Kesedihan/depresi adalah sikap ketika segala usaha usaha dirasakan putus asa. Khususnya pada pasien terminal atau dekat dengan kematian. Pasien akan merasa kecewa dengan tuhan dan keluarga atau orang-orang di sekitar, seolah-olah tidak ada yang menolong. 5. Penerimaan/Acceptance adalah sikap menerima kenyataan setelah melalui perjuangan berat dan akhirnya menyerah semua harapan pada tuhan (pasrah) dengan kondisi kesehatannya. Namun, perlu diingat sikap menerima hanya bisa terjadi ketika pasien mendapat pendampingan melalui kasih dan perhatian dari perawat ataupun keluarga. Dengan memahami fase-fase tersebut, para petugas dapat menghormati sikap dan reaksi pasien sehingga tidak memaksakan kehendak kepada pasien. Petugas kesehatan diharapkan terampil dalam melakukan komunikasi terapeutik agar dapat mengikuti tahap-tahap yang sedang dilalui oleh pasien. Tujuan komonikasi teraupoutik adalah : membantu pasien menyadari diri



(intropeksi) dan dapat mengurangi beban psikologis, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memperkecil faktor luar (informasi) yang dapat membebani kejiwaan. Misalnya, pan dangan masyarakat yang keliru bahwa tindakan operasi dapat mempercepat penyebaran kanker. Seorang petugas kesehatan dituntut keterampilan komunikasi yang baik agar mampu menjelaskan dengan tepat. Petugas kesehatan juga diharapkan mengenal latar belakang/riwayat penyakit pasien dan mengenal prinsip atau prosedur pelayanan sesuai kode etik profesi dan budaya setempat (kearifan lokal). Proses komunikasi digunakan dengan metode verbatim atau terstruktur (teratur). Metode verbatim merupakan sebuah proses konseling dengan menggunakan komunikasi yang runtun sekaligus terapeutik (terapi) dengan cara mengajak pasien fokus agar pasien secara independen dapat mengendalikan ketegangan emosi agar memahami masalah dan situasi dirinya secara realistis. Komunikasi dengan metode verbatim dapat membantu proses penyembuhan karena pasien dengan diberi kebebasan untuk menyampaikan prasaannya yang positif dan negatif, beban pikiran atau harapannya. Peran petugas kesehatan adalah mendengarkan dan sesekali memberi tanggapan, peneguhan dengan kata-kata efektif. Pertanyaan diajukan hanya untuk mempertgas maksut yang disampaikan tampa menilai (mengadili). Petugas kesehatan boleh memberi intervensi bila perlu, namun yang paling penting adalah relasi interpersoanal agar pasien terbuka, mampu bersikap kontruktif dan kooperatif dengan petugas demi mencapai kesehatan paripurna. B. Tujuan Pelayanan Paripurna (Holistik) Mendampingi pasien maupun keluarganya dari segi spiritualitas dala proses penyembuhan secara utuh (holistik) kebutuhan holistik orang yang sedang sakit ialah: 1. Fisik: membutuhkan istirahat, obat, diet tertentu 2. Mental: membutuhkan kekuatan mental dalam mengatasi penderitaan 3. Sosial: membutuhkan kehadiran orang lain sebagai teman yang dapat diajak berbagi rasa 4. Rohani: membutuhkan peneguhan keyakinan akan kasih setia Tuhan atas dirinya.



C. Fungsi dan Aplikasi Pastoral Care Pada Kasus a. Fungsi pastoral care -



Menyembuhkan perasaan hati pasien dari rasa sakit baik fisik maupun psikis



-



Menopang pasien agar memiliki ketahanan mental dalam mengatasi kondisi sakitnya



-



Membimbing agar dapat mengatasi masalah-masalah yang mengakibatkan penderitaan



-



Rekonsiliasi/ pemulihan relasi dengan orang lain agar dapat meringankan beban penderitaan



-



Memelihara ketegaran pribadi dalam menjaga pemulihan dirinya.



b. Aplikasi pastoral care pada kasus -



Membangun relasi awal agar pasien merasa ada orang yang bersedia mendampingi dan memperdulikan dia dalam penderitaannya.



-



-



Membangun kepercayaan dengan pasien : 



Menyatakan kesediaan untuk mendengarkan dengan baik







Menunjukkan empati dasar yang tepat







Menanggapi ungkapan psikologis yang diungkapkan







Menciptakan kehangatan relasi



Melakukan pendampingan yang lebih lanjut : 



Menunjukkan empati yang lebih dalam lagi







Kesediaan untuk membuka diri dengan menyampaikan pengalaman pribadi







Menolong pasien agar tidak terlalu berputar-putar dengan masa lalunya, dan jangan terlalu takut dengan masalah yang dihadapinya







Menganalisa masalah secara utuh tentang apa yang menjadi akar masalah pasien dari segi sosial, mental, spiritual







Menolong



pasien



untuk memahami



beberapa



alternatif



mengatasi masalahnya 



Menolong pasien memilih alternatif yang harus dilakukan.



D. Kompetensi Tenaga Kesehatan a. Pasien Terminal dan berkabung -



Meneguhkan kembali keyakinan pasien bahwa orang disekitarnya tetap mengasihinya, bahkan Tuhan tetap setia mengasihinya.



-



Membantu agar pasien tidak depresi tetapi kembali yakin akan kasih Tuhan maupun orang-orang disekitarnya.



-



Menyadarkan bahwa kematian merupakan pernyataan kehendak Tuhan yang mutlak.



-



Menyadarkan bahwa kematian orang beriman bukanlah petaka melainkan gerbang menuju kedamaian abadi.



-



Membimbing dan mendoakan agar pasien menyerahkan hidupnya dalam iman yang tulus.



b. Kasus Psiko-spiritual -



Membantu pasien mendapatkan kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan pengakuan dari orang-orang disekitarnya.



-



Membantu



pasien



mengintrospeksi



dirinya



dengan



menyadari



keterbatasannya, dan memulai kehidupannya yang baru. E. Kasus Ny tina sudah lama menderita sakit dengan kanker payudara. Hari demi hari kondisi kesehatannya makin memburuk. Meskipun telah menjalani operasi dan chemotherapy, kondisinya tidak semakin membaik. Ny tina ternyata juga menghadapi masalah keluarga yang rumit. Suaminya adalah mantan pejabat disalah satu BUMN dan ia sendiri pedagang barang-barang berharaga. Keluarga awalnya sangat bahagia dan memiliki banyak fasilitas mewah sampai suatu ketika Ny Tina tertipu usaha dagang perhiasan dann menyebabkan banyak utang. Suami ternyata juga memiliki simapanan sehingga gajinya tidak cukup membiayai hidup keluarga nya dan akhirnya pergi dari rumah. 2 tahun lalu suaminya jatuh sakit dan akhirnya pensiun dini. Karena istri mudanya tidak mau merawat, dia kembali ke istri 1 ( Ny Tina) dalam keadaan stroke berat. Sisa uang pensiun digunakan untuk membuka katring



keluarga tetapi nyaris tutup karena besarnya pengeluaran setiap



bulan. Anak keduanya yang masih SMA pun hamil diluar nikah. Setelah dilahirkan anak keduanya pergi dari rumah dengan meninggalkan anaknya.



Anak pertamanya bercerai dengan suami karena tidak tahan menanggung banyaknya beban keluarga Ny Tina. Anaknya yang bungsu satu-satunya lakilaki kecanduan narkoba dan sekarang sedang menjalani rehabilitasi. Soal : a. Menemukan dan memilah-milah masalah-masalah Ny. Tina (Bio-PsikoSos-Spirit)? b. Menyusun konseling dengan metode verbatim kepada Ny. Tina c. Membuat rangkuman dan saran/ ide-ide konkret dan logis kepada Ny. Tina untuk meringankan beban keluarga. d. Menyusun verbatim dan praktik konseling dengan metode verbatim kepada pasien atau klien diluar kelas Jawaban: a. Masalah-masalah Ny. Tina : -



Biologis : Ny. Tina menderita sakit dengan kanker payudara dengan kondisi kesehatannya yang makin memburuk walaupun telah menjalani operasi dan cemoteraphy.



-



Psikosologis: Secara psikologis kondisi



Ny. Tina kondisinya tidak



semakin membaik karena sakit dan menghadapi masalah keluarga yang rumit. Hal tersebut membuat psikologis Ny. Tina semakin memburuk. -



Sosial :Dalam sosialnya wanita tersebut mengalami banyak masalah yang berliku didalam hidupnya, didalam lingkungannya NY. Tina mengalami masalah yang komplek mulai dari suami hingga anaknya.



Awalnya Ny.



Tina mempunyai keluarga yang bahagia dan memiliki banyak fasilititas mewah, ia sendiri adalah pedagang barang-barang berharga dan suaminya dulu adalah pejabat di salah satu BUMN. sampai suatu ketika keluarga Ny. Tina terlilit hutang. Suami yangsedang sakit, suaminya juga memiliki istri simpanan dan juga gaji suaminya yang tidak cukup membiayai hidup keluarganya. Kemudian masalah yang dialami



ke tiga anaknya, anak



pertama yang bercera dengan suaminya, anak kedua masih SMA, yang hamil diluar nikah setelah melahirkan meninggalkan anaknya, dan anak bungsunya terjerat narkoba. b. Konselor : Selamat pagi/ siang. Apa kabar ibu ? -



Ny. tina : Baik (dengan nada lesu)



-



Konselor : Benar baik. Syukur kalau begitu (tsambil memegang pundak),tapi tampaknya ada sesuatu yang membebani pikiran anda, benarkah?



-



Ny. tina : Sebenarnya saya agak kesal.



-



Konselor : Saya boleh tahu, apa yang membuat anda kesal?



-



Ny. tina : Saya merasa penyakit saya semakin parah, dll( menyampaikan masalah keluarga).



-



Konselor : Rupanya anda kesal/ sedih karena merasa penyakit anda parah, juga dengan masalah keluarga, begitu?



-



Ny. tina: Sekarang saya gak bisa apa-apa. (sambil menangis)



-



Konselor : Bagaimana awalnya, anda merasakan apa? Apakah sebelumnya anda sudah pernah kedokter ?



-



Ny. tina : Saya sudah kedokter bahkan saya dioperasi dan menjalani chemoteraphy (pasien menangis)



-



Konselor : Ibu merasa menyesal atau..... dan seterusnya (sambil memegang pundak pasienn dan membiarkannya sampai pasien menyampaikan beban perasaannya dengan tuntas).



c. Rangkuman : Ny. tina merupakan seorang wanita yang mederita sakit dengan kasus kanker payudara. Ia memiliki suami yang juga sedang jatuh sakit dengan berbagai pelik dalam kehidupan rumah tanggannya bersama suaminya. Dengan kehidupan awalnya bergelimang harta dikelilingi dengan berbagai fasilitas mewah sampai akhirnya terlilit hutang. Tidak sampai disitu saja, Ny. Tina juga mempunyai tiga anak yang mengalami masalah berliku mulai dari anak pertamnya yang mengalami perceraian, anak kedua yang hami diluar nikah dan meninggalkan anaknya hingga bungsu laki-lakinya yang terjerat narkotika. Saran/ide-ide : Sepertinya Ny. Tina membutuhkan sesorang yang dapat mendengarkan semua beban masalah yang sedang dihadapinya saat ini agar hidupnya menjadi lebih bermakna dan mendapatkan suatu hal yang positif. Hal yang tepat yang dapat dilakukan oleh Ny. Tina adalah dengan datang ke pelayanan kesehatan paripurna dengan mendapatkan pelayanan postural care untuk membantu dirinya agar tetap dekat dengan tuhannya sebagai



sumber utama kesehatan. Kemudian untuk dapat membantu dirinya memaknai dan menghayati penyakit secara positif, merefleksikan hidup, dan memperbaiki sikap.



DAFTAR PUSTAKA



Sukistini, Anastasia Sri, 2017, Modul spiritualitas Charitas, PT Kanisius; Yogyakarta https://beequinn.wordpress.com/nursing/agama/pendampingan-pastoral-care/ https://www.scribd.com/document/35956204/konsep-pastoral-care https://scholar.google.co.id/scholar? q=gambaran+motivasi+dan+tindakan+keperawatan+dalam+pemenuhan+kebutuhan+spiritual +pasien+diruang+icu+pku+muhammadiyah+gombong&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scho lart&sa=X&ved=0ahUKEwiH6dKKnevZAhWEe7wKHQlxAZ4QgQMIKTAA