MAKALAH Pengendalian Vektor DBD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH IDENTIFIKASI, HUBUNGAN VEKTOR-AGENT, DAN STRATEGI PENGENDALIAN VEKTOR DBD



NAMA KELOMPOK: RIFAN SETYAWAN ASHARI (181520004) DINDA CHIKITA ICHWAN SYAFUTRI (181520010) ISRA LAILAM ASYIFA (181520012) VIRA ANGGRAINI (181520039)



FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PRODI KESEHATAN MASYARAKAT KAMPUS SINTANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2021 HALAMAN JUDUL



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam tak lupa saya curahkan kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyah hingga zaman seperti sekarang ini.



Sehingga kami dapat menyelesaikan



penyusunan makalah yang berjudul “identifikasi, Hubungan Vektor-Agent, dan Strategi Pengendalian Vektor DBD”, Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pengendalian Vektor dan Praktikum Pengendalian Vektor. Semoga tugas makalah yang Kami buat ini dapat bermafaat, Oleh karena itu Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................i KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii BAB I...........................................................................................................................................1 PENDAHULUAN........................................................................................................................1 I.1. Latar Belakang...................................................................................................................1 I.2. Rumusan Masalah..............................................................................................................2 I.3. Tujuan Penulisan................................................................................................................3 BAB II..........................................................................................................................................4 PEMBAHASAN..........................................................................................................................4 II.1. Pengertian DBD................................................................................................................4 II.2. Gejala dan Tanda-Tandanya.............................................................................................4 II.3. Virus dengue.....................................................................................................................6 II.4. Vektor Demam Berdarah Dengue.....................................................................................7 II.5. Penatalaksanaan DBD.....................................................................................................10 II.6. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)...........................................................................11 BAB III......................................................................................................................................14 PENUTUP..................................................................................................................................14 III.1. Kesimpulan...................................................................................................................14 III.2. Saran.............................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15



iii



BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue hemorrhagic fever (DHF) merupakan penyakit demam akut disertai dengan adanya pendarahan dalam yang memiliki kecenderungan untuk menimbulkan syok atau kejang kejang dan dapat menyebabkan kematian, umumnya penyakit ini menyerang anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun namun saat ini penderitanya dapat berasal dari orang dewasa. DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan sebagian besar penularannya berasal dari gigitan nyamuk Aedes, baik aedes aegypti ataupun aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. DBD pertama kali diketahui pada tahun 1950an namun, pada tahun 1975 hingga sekarang merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak di negara-negara Asia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 2.5 milyar atau 40% populasi di dunia berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat mi juga diperkirakan ada 390 juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun (WHO, 2015). Di Indonesia sendiri, demam berdarah dengue pertama kali ditemukan di Surabaya dan Jakarta tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia, dengan angka kematian mencapai 41.3%. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2017 terdapat 68.407 kasus kesakitan demam berdarah dengan jumlah kematian sebanyak 493 orang, sedangkan jumlah kasus tahun 2016 terdapat 204.171 kasus kesakitan dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Angka kesakitan atau Incedence Rate DBD tahun 2016 ke tahun 2017 yaitu 78,85 per 100,000 penduduk menjadi 26.10 per 100.000 pendudak (Kemenkes: 2017) Penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua penderita mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga 370C dan penderita akan



1



merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase yang ketiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal kembali. Sampai saai ini BD masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurang usia harapan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup msyarakat. Dampak ekonomi langsung adalah biaya pengobatan yang cukup mahal, sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan sakit. Mengingat obat untuk membunuh virus Dengue hingga saat ini belum ditemukan dan vaksin untuk mencegah DBD masih dalam tahap ujicoba, maka cara yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan memberantas nyamuk penular (vektor). Pemberantasan vektor ini dapat dilakukan pada saat masih berupa jentik atau nyamuk dewasa. I.2. Rumusan Masalah Adapun permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan pengertian DBD 2. Apa saja gejala dan tanda-tanda DBD 3. Menjelaskan virus dengue 4. Menjelaskan vektor DBD 5. Apa saja penatalaksaan DBD 6. Menjelaskan pemberantasan sarang nyamuk



2



I.3. Tujuan Penulisan Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mendefinisikan demam berdarah dengue 2. Mengetahui gejala dan tanda-tanda DBD 3. Mengetahui virus dengue 4. Mengetahui vektor DBD 5. Bagaimana penatalaksaan DBD dan pemberantasan sarang nyamuk



3



BAB II PEMBAHASAN



II.1. Pengertian DBD Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemi akut yang disebabkan oleh virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga pendarahan spontan. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Ades albopictus. Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, yang dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flaviviridae, famili flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dcm subtropics di berbagai belahan dunia terutama di musim hujan yang lembab. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Penyakit demam berdarah akut yang disertai dengan adanya manifestasi pendarahan yang bertendensi mengakibatkan rejatan yang dapat menyebabkan kematian, penyakit ini berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak berusia di bawah 15 tahun.



II.2. Gejala dan Tanda-Tandanya Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal. Gejala demam dengue tergantung pada umur penderita, pada balita dan anak-anak kecil biasanya berupa demam, disertai ruam-ruam makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan, atau demam tinggi (> 39 derajat C) yang tiba-tiba dan berlangsung 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mualmuntah, dan ruam-ruam. Bintik-bintik pendarahan di kulit sering terjadi, kadangkadang disertai bintikbintik pendarahan dipharynx dan konjungtiva. Penderita juga sering mengeluh nyeri



4



menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan (costae dexter), dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-41 derajat C, dan terjadi kejang demam pada balita. DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa penderitanya oleh : 1. Demam tinggi yang terjadi tiba-tiba 2. Manifestasi pendarahan 3. Nepatomegali atau pembesaran hati 4. Kadang-kadang terjadi shock manifestasi pendarahan pada DHF, dimulai dari test torniquet positif dan bintik-bintik pendarahan di kulit (ptechiae). Ptechiae ini bisa terjadi di seluruh anggota gerak, ketiak, wajah dan gusi, juga bisa terjadi pendarahan hidung, gusi, dan pendarahan dari saluran cerna, dan pendarahan dalam urine. Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokan menjadi 4 tingkat : 1. Derajat I



: Demam diikuti gejala spesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan



adalah test Terniquet yang positif atau mudah memar. 2. Derajat II : Gejala yang ada pada tingkat 1 ditambah dengan pendarahan spontan, pendarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain. 3. Derajat III :



Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan



lemah, hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit lembab, dan penderita gelisah. 4. Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat di periksa, fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah demam 2-7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah, penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi. Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala ini hampir tidak terlihat, menandakan kebocoran plasma yang ringan. Gejala klinis DBD pada awalnya muncul menyerupai gejala flu dan tifus (typhoid), oleh karenanya seringkali dokter dan tenaga kesehatan lainnya juga keliru dalam penegakkan diagnosa. Virus ini dipindahkan oleh nyamuk yang terinfeksi saat mengisap darah orang tersebut. Setelah masuk ke dalam tubuh, lewat kapiler darah virus melakukan perjalanan ke berbagai organ tubuh dan berkembang biak. Masa inkubasi



5



virus ini berkisar antara 8-10 hari sejak seseorang terserang virus dengue, sampai timbul gejalagejala demam berdarah seperti: (1) Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 40 derajat Celsius). (2) Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya bintik-bintik perdarahan (3) Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran (feses) berupa lendir bercampur darah (melena), dan lain-lainnya, (4) Adanya pembesaran hati (hepatomegali), (5) Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok, (6) Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit diatas 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi), (7) Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala, (8) Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi, (9) Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian, (10) Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.



II.3. Virus dengue Virus dengue terbagi menjadi empat jenis virus (dikenal sebagai serotipe), yaitu virus dengue serotipe-1 (DEN-1), DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dari genus Flavivirus, famili Flaviridae. Keempat serotipe virus tersebut menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan sehingga dapat pula disebut sebagai empat virus yang berbeda. Bahkan, ilmu taksonomi (ilmu penggolongan makhluk hidup) menggolongkan setiap serotipe sebagai spesies tersendiri. Virus dengue berukuran sekitar 50 nanometer (nm) dan terdiri dari komponen materi genetik/genom virus berupa asam ribonukleat (Ribonucleic Acid, RNA) untai tunggal sepanjang lebih kurang 10.700 basa nukleotida. Gigitan nyamuk memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel pejamu. Virus kemudian membajak mekanisme sel pejamu untuk memperbanyak genom dan membentuk protein komponen penyusun virus baru. Virus yang telah dirakit kemudian dilepaskan ke sirkulasi darah dan potensial untuk disebarkan ke manusia lain. Virus ini terdapat dalam darah penderita 1-2 hari sebelum demam. Virus ini terdapat dalam darah penderita (viremia) selama 4-7 hari. Infeksi dengan satu dari empat serotipe ini tidak menimbulkan kekebalan (protektif) silang. Orang yang tinggal di daerah endemik dapat tertular oleh empat jenis virus sepanjang waktu. Infeksi dengan



6



satu serotipe virus akan menghasilkan reaksi kekebalan yang lama terhadap virus itu, tetapi tidak terhadap serotipe yang lain.



Struktur virus dengue (sumber: Virus Pathogen Resource) Keragaman virus dengue tampak jelas dengan keberadaan 4 serotipe berbeda. Namun, keragaman ini ternyata berlanjut pada tingkat genom dimana dalam setiap serotipe dapat diidentifikasi 4 – 6 varian genom yang dikenal sebagai subtipe atau genotipe. Keragaman genetik ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor adalah sifat virus dengue yang sangat mudah bermutasi. Dianalogikan bahwa pada setiap satu proses penggandaan genom diproduksi satu kesalahan/mutasi. Keragaman genetik dan sifat virus yang selalu bermutasi membawa suatu permasalahan tersendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe tertentu memiliki laju transmisi yang lebih tinggi secara global dan dapat menggantikan keberadaan genotipe lain. Demikian pula beberapa genotipe diasosiasikan dengan manifestasi DBD berat sementara genotipe lain tampaknya hanya menyebabkan menifestasi ringan.



II.4. Vektor Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti yang menjadi vektor utama serta Ae. albopictus yang menjadi vektor pendamping. Kedua spesies nyamuk itu ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, hidup optimal pada ketinggian di atas 1000 di atas permukaan laut, tapi dari beberapa laporan dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian sampai dengan 1.500 meter, bahkan di India dilaporkan dapat



7



ditemukan pada ketinggian 2.121 meter serta di Kolombia pada ketinggian 2.200 meter. Nyamuk Aedes berasal dari Brazil dan Ethiopia, stadium dewasa berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lainnya. Kedua spesies nyamuk tersebut termasuk ke dalam Genus Aedes dari Famili Culicidae. Secara morfologis keduanya sangat mirip, namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sedangkan skutum Ae. albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya.Nyamuk Ae. aegypti mempunyai dua subspesies yaitu Ae. aegypti queenslandensis dan Ae. aegypti formosus. Subspesies pertama hidup bebas di Afrika, sedangkan subspecies kedua hidup di daerah tropis yang dikenal efektif menularkan virus DBD. Subspesies kedua lebih berbahaya dibandingkan subspecies pertama. Penyakit DBD disebarkan nyamuk dari genus Aedes. Telah banyak diketahui bahwa vektor nyamuk utama dari DBD adalah Aedes aegypti. Namun, diketahui pula bahwa nyamuk A. albopictus juga berperan penting dalam penyebaran dengue. Nyamuk Aedes hidup di iklim hangat sehingga daerah tropis menjadi lokasi ideal untuk berbiak. Nyamuk ini sensitif terhadap kondisi iklim, seperti: suhu, curah hujan, dan kelembaban. Peningkatan suhu lingkungan menyebabkan perkembangan dan peredaran virus dalam tubuh nyamuk berlangsung lebih cepat. Hal ini menyebabkan nyamuk memiliki kesempatan lebih besar untuk menginfeksi manusia selama masa hidupnya. Peningkatan curah hujan memberikan kesempatan bagi nyamuk untuk berbiak seiring berlimpahnya tempat bertelur. Berkaitan dengan isu pemanasan global, kekhawatiran mulai dirasakan oleh daerah/negara yang sebelumnya tidak memiliki permasalahan DBD. Suhu yang meningkat menyebabkan daerah sebaran nyamuk meluas dan potensial untuk penyebaran virus ke masyarakat yang belum memiliki kekebalan. Akan tetapi, banyak faktor lain yang juga berperan dalam penyebaran nyamuk, antara lain: pertumbuhan penduduk, urbanisasi, kurangnya sanitasi, perjalanan jauh lewat transportasi udara, dan kontrol nyamuk yang tidak efektif. Sebelum ada vaksin yang efektif untuk DBD, satu-satunya pilihan dalam pencegahan DBD adalah pengendalian vektor untuk mengurangi populasi nyamuk ke tingkat yang tidak mendukung lagi penyebaran virus dan upaya protektif untuk menghindari gigitan nyamuk.



8



Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama (primer) dalam penyebaran penyakit DBD sebagai vektor skunder yang juga penting dalam mendukung keberadaan virus. Aedes aegypti memili ciri-ciri badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih dengan jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter, menghisap darah pada pagi harisekitar pukul 09.00-10.00 dan sore hari 16.00-17.00. siklus normal infeksi demam berdarah dengue terjadi antara manusia nyamuk Aedes aegypti, manusia. Dari darah penderita yang dihisap, nyamuk betina dapat menularkan virus dengue. Aedes aegypti dikenal mempunyai kebiasaan hidup pada gangguan air jernih pada bejana buatan manusia yang berada didalam dan diluar rumah. 1. Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti Kerajaan



: Animalia



Fillum



: Arthropoda



Kelas



: Insecta



Ordo



: Diptera



Famili



: Culicidae



Genus



: Aedes



Upagenus



: Stegomyia



Spesies



: Ae. aegypti



2. Morfologi Aedes aegypti Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan binti-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Vektor DBD adalah nyamuk Aedes aegypti betina. Perbedaan morfolgi antara nyamuk Aedes aegypti yang betina dengan yang jantan terletak perbedaan morfologi antenanya, Aedes aegypti jantan memiliki antenna yang berbulu lebat sedangkan yang betina berbulu agak jarang/tidak lebat. Umur nyamuk betina 8-15 hari, nyamuk jantan 3-6 hari dan seekor nyamuk betina Aedes aegypti setelah tiga hari mengisap darah mampu menghasilkan 90-125 butir telur dengan rata-rata100 butir telur (Tuasamu, 2018) 3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti



9



Nyamuk Aedes aegypti seperti juga jenis nyamuk lainnya mengalami metamorphosis, yaitu : telur-jentik (larva)-pupa-nyamuk. Stadium telur, jentik dan pupa hidup didalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu



± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium



jentik/larva biasanya berlangsung 608 hari, dan stadium kepompong (pupa) berlangsung antara 24 hari. Pertumbuhan dan telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. (Mawardi, 2019)



II.5. Penatalaksanaan DBD Penatalaksanaan terdiri dari : a. Pencegahan Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk flavivirus demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. b. Cara pencegahan DBD : 1. Bersihkan tempat penyimpanan air (bak mandi, WC). 2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air. 3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas (kaleng bekas, botol bekas). 4. Tutuplah lubang-lubang, pagar pada pagar bambu dengan tanah. 5. Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap di situ. 6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin untuk membunuh jintik-jintik nyamuk (hal ini diulangi setiap 2 sampai 3 bulan sekali). c. Pengobatan Pengobatan penderita demam berdarah adalah dengan cara : 1. Pengantian cairan tubuh 2. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter dalam 24 jam. 3. Gastroenteritis oral solution atau kristal diare yaitu garam elektrolid (oralit kalau perlu 1 sendok makan setiap 3 sampai 5 menit). 4. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit diperlukan untuk mencegah terjadinya syok yang dapat terjadi secara tepat.



10



5. Pemasangan infus NaCl atau Ringer melihat keperluanya dapat ditambahkan, Plasma atau Plasma expander atau preparat hemasel. 6. Antibiotik diberikan bila ada dugaan infeksi sekunder.



II.6. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Pemberantasan demam berdarah dengue dengan melakukan pembasmian nyamuk Aedes aegypti yang berperan sebagai pembawa virus dengue. Ada banyak metode yang bisa dilakukan untuk mengendalikan jumlah nyamuk, yang dianggap tepat dan efektif. Pengendalian nyamuk ini bisa dilakukan baik dengan pengendalian lingkungan, pengendalian secara biologis dan kimlawi. a. Pengendalian secara lingkungan Salah satu langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mengendalikan nyamuk penyebab DBD adalah dengan mengendalikan lingkungan terlebih dahulu. Pengendalian secara lingkungan ini dilakukan dengan tujuan membatasi ruang nyamuk untuk berkembang biak, sehingga harapannya nyamuk penyebab DBD ini bisa musnah. Program 3M yang sudah sangat kita kenal, menjadi salah satu cara mengendalikan perkembangbiakan nyamuk secara lingkungan. Secara lengkap, pemberantasan sarang nyamuk secara lingkungan, bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Program 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur): 



Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-



kurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur sampai tumbuh menjadi nyamuk adalah 7-10 hari; 



Menutup rapat tempat penampungan air, ini juga dilakukan agar tempat-



tempat tersebut tidak bisa dijadikan nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak 



Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung



air.



11



2. Mengganti air yang ada pada vas bunga atau tempat minum di sarang burung, setidaknya dilakukan seminggu sekali. 3. Membersihkan saluran air yang tergenang, baik di atap rumah maupun di selokan jika tersumbat oleb sampah ataupun dedaunan, karena setiap genangan air bisa dimanfaatkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. b. Pengendalian secara Biologis Selain upaya pengendalian secara lingkungan ada upaya lainnya juga dilakukan secara biologis yaitu dengan memanfaatkan hewan atau tumbuhan. Cara yang dianggap paling efektif adalah dengan memelihara ikan cupang yang dimasukkan ke dalam kolam. Ikan cupang ini bisa memakan jentik-jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air atau kolam atau dengan menambahkannya dengan bakteri Bacillus thuringiensis (Bt H-14). c. Pengendalian secara kimiawi Cara pengendalian nyamuk yang ketiga yaitu dengan pengendalian secara kimiawi dengan menaburkan bubuk abate ke tempat penampungan air, ini merupakan salah satu cara mengendalikan dan memberantas jentik-jentik nyamuk secara kimiawi. Tidak hanya penaburan bubuk abatie, pengendalian secara kimiawi yang biasa dilakukan di masyarakat adalah dengan melakukan fogging atau pengasapan dengan menggunakan



malathion



dan



fenthion



yang



berguna



untuk



mengurangi



kemungkinan penularan Aedes aegyptisampai batas tertentu.



Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dilakukan dengan cara 3M-Plus, Plus yang dimaksud yaitu: 1. Memelihara ikan cupang, pemakan jentik nyamuk.



12



2. Menaburkan bubuk abate pada kolam atau bak tempat penampungan air, setidaknya 2 bulan sekali. Takaran pemberian bubuk abate yaitu 1 gram abate/ 10 liter air. Tidak hanya abate, kita juga bisa menambahkan zat lainnya yaitu altosoid pada tempat penampungan air dengan takara 2,5 gram/100 liter air. Abate dan altosoid bisa didapatkan di puskesmas, apotik atau toko bahan kimia. 3. Menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot atau elektrik. 4. Menggunakan krim pencegah gigitan nyamuk. 5. Melakukan pemasangan kawat kasa di lubang jendela/ventilasi untuk mengurangi akses masuk nyamuk ke dalam rumah. 6. Tidak membiasakan atau menghindari menggantung pakaian baik pakaian baru atau bekas di dalam rumah yang bias menjadi tempat istirahat nyamuk, Sangat dianjurkan untuk memasang kelambu di tempat tidur.



13



BAB III PENUTUP III.1. Kesimpulan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemi akut yang disebabkan oleh virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictusGejala demam dengue tergantung pada umur penderita, pada balita dan anakanak kecil biasanya berupa demam, disertai ruam-ruam makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan, atau demam tinggi (> 39 derajat C) yang tiba-tiba dan berlangsung 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah, dan ruam-ruam. Virus dengue terbagi menjadi empat jenis virus (dikenal sebagai serotipe), yaitu virus dengue serotipe-1 (DEN-1), DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dari genus Flavivirus, famili Flaviridae. Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti yang menjadi vektor utama serta Ae. albopictus yang menjadi vektor pendamping. Pemberantasan demam berdarah dengue dengan melakukan pembasmian nyamuk Aedes aegypti yang berperan sebagai pembawa virus dengue. Ada banyak metode yang bisa dilakukan untuk mengendalikan jumlah nyamuk, yang dianggap tepat dan efektif. Pengendalian nyamuk ini bisa dilakukan baik dengan pengendalian lingkungan, pengendalian secara biologis dan kimlawi



III.2. Saran Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu di bidang kesehatan dan dapat menjadi referensi dan masukan dalam mengkaji berbasis vektor DBD, khususnya dalam mengambil materi pengendalian vektor.



14



DAFTAR PUSTAKA Anwar et al. (2014). Identifikasi dan Distribusi Nyamuk Aedes SP. sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue di Beberapa Daerah di Sumatera Selatan. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 46(2), 111–117. Athaillah et al. (2017). IDENTIFIKASI DAN DISTRIBUSI NYAMUK Aedes VEKTOR PENYEBAB DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SYIAH KUALA. Jimvet.01(2) :136-147 ( 2017 ), 01(2), 136–147. Dania, I. A. (2016). Gambaran Penyakit dan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Warta, 48(April), 1829–7463. Dininta, G. F., Hermawan, D., Alfarisi, R., & Farich, A. (2021). Hubungan Faktor Iklim Dengan Kasus Dbd Di Kota Bandar Lampung Tahun 2015 – 2019. Ruwa Jurai: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 15(2), 58. https://doi.org/10.26630/rj.v15i2.2790 Kementerian Kesehatan RI. (2018). Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia 2017. In Journal of Vector Ecology (Vol. 31, Issue 1, pp. 71–78). https://www.kemkes.go.id/download.php? file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.pdf Marbawati, D. (2006). Virus Dengue. Balaba: Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 0(0). https://doi.org/10.22435/balaba.v0i0.2412. Nurdin, A., & Zakiyuddin. (2018). Studi Epidemiologi Yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) Di Kecamatan Johan Pahlawan. Jurnal Aceh Medika, 2(1), 77–85. Trapsilowati, SKM, M.Kes, W., Anggraeni, Y. M., Prihatin, M. T., Pujiyanti, A., & Garjito, T. A. (2019). Indikator Entomologi Dan Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Pulau Jawa, Indonesia. Vektora : Jurnal Vektor Dan Reservoir Penyakit, 11(2), 79–86. https://doi.org/10.22435/vk.v11i2.1829 Wkh, Z., Lq, E., Ru, D. Q., Frqwdlqhuv, D., & Iurp, S. (2011). Biology and Role of Aedes albopictus (Skuse) 1894 as Vector of Diseases. Aspirator: Journal of Vector Borne Diseases Studies, 3(2), 117–125.



15