Makalah-Peningkatan Produktivitas Lahan Kritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Adanya lahan-lahan kritis umumnya disebabkan oleh kegiatan yang secara langsung menyebabkan rusaknya daya dukung tanah/lahan. Antara lain pemanfaatan lereng bukit yang tidak sesuai dengan kemampuan peruntukannya, untuk lahan pertanian yang tidak menerapkan teknologi konservasi, bahkan tidak sedikit yang berubah fungsi menjadi areal permukiman. Tingginya lahan kritis yang beresiko pada terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih kompleks, saat ini terjadi di Dataran Tunggi Dieng. Pada bab berikut akan diuraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian ini. A. Pengertian Lahan Kritis



Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola, produktivitas lahan kritis sangat rendah, bahkan dapat terjadi hasil produksi yang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya produksinya. Lahan kritis bersifat tandus, gundul, dan tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat rendah.



B. Penyebab Terjadinya Lahan Kritis Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, adalah sebagai berikut. 1. Genangan air yang terus-menerus seperti di daerah pantai dan rawa-rawa. 2. Kekeringan, biasanya terjadi di daerah bayangan hujan. 3.



Erosi tanah



atau masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah miring lainnya. 4.



Pengelolaan lahan yang kurang memerhatikan aspek-



aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi baik di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring maupun di dataran rendah. 5. Masuknya material



yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian, misalnya plastik. Plastik dapat bertahan 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestarian lahan pertanian. 6. Terjadinya pembekuan air, biasanya terjadi di daerah kutub atau pegunungan yang sangat tinggi. 7. Masuknya zat pencemar (misal pestisida dan limbah pabrik) ke dalam tanah sehingga tanah menjadi tidak subur.



C. Usaha Pelestarian Lahan Kritis Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki lahan kritis antara lain sebagai berikut. Menghilangkan unsur-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian, misalnya plastik. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang atau recycling sangat diharapkan. Proses daur ulang ini juga dapat menghemat SDA yang tidak dapat diperbarui (nonrenewable). Penghijauan kembali (reboisasi) daerah yang gundul. Maksud penghijauan adalah menanami lahan yang gundul yang belum pernah menjadi hutan, sedangkan reboisasi adalah menanami lahan gundul yang pernah menjadi hutan. Jadi pada prinsipnya upaya ini adalah menghutankan daerah-daerah yang gundul, terutama di daerah pegunungan. Melakukan reklamasi lahan bekas pertambangan. Biasanya daerah ini sangat gersang, oleh karena itu harus ditanami jenis tumbuhan yang mampu hidup di daerah tersebut, misalnya pohon mindi. Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemar yang ada pada lahan pertanian. Eceng gondok dapat menyerap zat pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Namun dalam hal ini pengelolaannya harus hatihati karena eceng gondok sangat mudah berkembang sehingga dapat menganggu lahan pertanian apabila pertumbuhannya tidak terkendali. Pemupukan dengan pupuk organik atau alami yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau secara tepat dan terus-menerus. Tindakan yang tegas tetapi bersifat mendidik kepada siapa saja yang melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya lahan kritis. Pengelolaan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS). Pengembangan keanekaragaman hayati dan pola pergiliran tanaman. II. Karakteristik Lahan Kritis Ciri utama lahan kritis adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan muncul batu-batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya berbukit atau berlereng curam (Hakim et al., 1991). Tingkat produktivitas rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat kemasaman tanah, kekahatan hara P, K, C dan Mg, rendahnya kapasitas tukar kation (KT), kejenuhan basa dan kandungan bahan organik, tingginya



kadar Al dan Mn, yang dapat meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu, pada umumnya lahan kritis ditandai dengan vegetasi alang-alang yang mendominasinya dengan sifat-sifat lahan padang alangalang memiliki pH tanah relatif rendah sekitar 4,8-6,2, mengalami pencucian tanah tinggi, ditemukan rizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman, terdapat reaksi alelopati dari akar rimpang alang-alang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada lahan tersebut Pada umumnya, penduduk yang tinggal di daerah tersebut relatif miskin (sedikit kesempatan untuk memperoleh income), yang disebabkan pemberdayaan tanah kritis tersebut berhubungan erat dengan masalah kemiskinan penduduknya, tingginya kepadatan populasi, kecilnya luas lahan, kesempatan kerja terbatas dan lingkungan yang terdegradasi. Oleh karena itu perlu diterapkan sistem pertanian berkelanjutan dengan melibatkan penduduk dan kelembagaan. Ciri-ciri Lahan Kritis Untuk Pertanian 1.Tidak Subur Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak subur terdapat di daerah yang resiko ancamannya besar (ancaman erosi dan banjir). 2.Miskin Humus Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian, karena tanahnya kurang subur. Anda pernah mendengar istilah tanah humus? Tanah Humus adalah tanah yang telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah membusuk. Tanah humus dapat dijumpai di daerah yang tumbuhannya lebat, contohnya hutan primer. Sedangkan lahan yang miskin humus adalah lahan yang terdapat di daerah yang miskin atau jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan yang hutannya rusak. C.



Penanggulangan Lahan Kritis



Upaya penanggulangan lahan kritis, antara lain: 1.



lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan, dan usaha



lainnya 2.



erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-teras pada lereng bukit



3.



usaha perluasan penghijauan tanah dan reboisasi lahan hutan



4.



perlu reklamasi lahan bekas pertambangan



5.



perlu adanya usaha ke arah program kali bersih (prokasih)



6.



pengelolaan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai



7.



perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah ke lahan kritis



8.



pengembangan keanekaragaman hayati dan pola pergiliran tanaman



9.



menghilangkan unsur-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian, misalnya plastik.



Oleh karena itu, proses daur ulang sangat diharapkan 10. pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau secara tepat dan terus menerus