Makalah Penyakit Degeneratif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGANTAR ILMU PENYAKIT PENYAKIT DEGENERATIF MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Penyakit yang diampu oleh : dr. Ferry Kadarusman, M.Kes



Disusun oleh : Aprilia Sholeha



BK.1.17.006



Dayufitrah



BK.1.17.008



Mesy Wulandari



BK.1.17.025



R. Harun A



BK.1.17.033



PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITA BHAKTI KENCANA BANDUNG



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Tujuan penyusun membuat Makalah Dasar Ilmu Penyakut mengenai Penyakit Degeneratif ini untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Ibu dosen dr. Ferry Kadaruman Dalam penyusunan Makalah Dasar Ilmu Penyakit ini, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun dengan keterbatasan kemampuan kami tentu saja tidak luput dari kekurangan. Sehubungan hal tersebut kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan Makalah Dasar Ilmu Penyakut mengenai Penyakit Degeneratif ini. Akhirnya kami berharap semoga semua yang disusun disini bisa bermanfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi semua orang yang membaca Makalah Dasar Ilmu Penyakut mengenai Penyakit Degeneratif.



Bandung, September 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB I ............................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1



Latar Belakang ................................................................................ 1



1.2



Rumusan Masalah ........................................................................... 2



1.3



Tujuan .............................................................................................. 2



BAB II ............................................................................................................ 3 PEMBAHASAN ............................................................................................ 3 2. 1



Definisi ............................................................................................ 3



2. 2



Hipertensi ........................................................................................ 4



2. 3



Dislipidemia .................................................................................. 10



2. 4



Jantung Koroner ............................................................................ 15



2. 5



Stroke............................................................................................. 19



2.6



Obesitas ......................................................................................... 24



2.7



Diabetes mellitus ........................................................................... 26



2.8



Asam Urat ...................................................................................... 29



2.9



Penyakit ginjal ............................................................................... 33



2.10



Osteoporosis .................................................................................. 37



2.11



Osteoathritis................................................................................... 40



2.12



Kanker ........................................................................................... 42



2.13



Parkinson ....................................................................................... 46



2.14



Nyeri leher ..................................................................................... 50



BAB III ........................................................................................................ 54 PENUTUP .................................................................................................... 54 Kesimpulan ............................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 55



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini ketika kehidupan manusia berada pada masa kemajuan yang pesat resiko gangguan kesehatan pun seolah mengalami hal yang sama. Tentu hal ini dipengaruhi karena kemajuan yang dicapai manusia akan berpengaruhi pada gaya hidup. Orang menyebutnya sebagai gaya hidup modern. Namun, apakah gaya hidup modern yang dijalani sudah memperhatikan aspek kesehatan? Oleh karena kemajuan teknologi dibidang transportasi, orang menjadi malas untuk jalan kaki karna lebih memilih menggunakan kendaraan. Kemudian, jika dilihat dari pola dan gaya makan. Orang modern tentu lebih sering bertemu dengan makanan fastfood daripda makanan tradisional. Belum lagi, banyak pilihan makanan yang hanya mengandalkan rasa daripda kandungan gizinya. Jika dari hal tersebut tidak diperhatikan dengan baik, tentu akan berpengaruh pada pada kesehatan manusia. Lalu muncullah beberapa penyakit, terutama yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu tentang penyakit degeneratif. Manifestasi klinis dari degeneratif sel (yang menyebabkan penyakitpenyakit degenratif) bisa mengenai semua organ tubuh. Pada sistem musculoskeletal manifestasinya bisa berupa osteoporsosis. Pada sistem neurosensori bisa berupa presbiop maupun katarak senilis. Manisfestasi degeneratif sel pada system endokrin bisa berupa diabetes mellitus. Panyakit jantung koroner, acute miocard infarc merupakan manisfestasi klinis degeneratif sel pada system kardiovaskuler. Pada sitem saraf manifestasi klinis degeneratif sel dapat berupa dmensia, Parkinson, delirium, stroke, TIA. Degenetarif selluler bisa memudahlan terjadinya BPH (Benigna prostate hyperthrophy) pada system uripoitika (Doll, 1995).



1



Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang timbul karna penurunan fungsi salah satu atau beberapa organ tubuh yang sangat rentan dialami oleh orang berusia lanjut. Makalah yang kami susun pun akan membahas tentang dampak dari macam-macam penyakit degeneratif. Selain itu juga akan dijelaskan tentang bagaimana



etiologi,



patofisiologi,



pengendalian,



pencegahan,



dan



pengobatan dari beberapa penyakit yang berhubungan dangan penyakit degeneratif.



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa definisi dan macam-macam dari penyakit degeneratif 1.2.2



Etiologi dari penyakit degeneratif



1.2.3



Patofisiologi dari beberapa penyakit degeneratif



1.2.4



Dampak penyakit degeneratif



1.2.5



Pengendalian dari beberapa penyakit degeneratif



1.2.6



Cara pencegahan penyakit degeneratif



1.2.7



Pengobatan dari beberapa penyakit degeneratif



1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui apa definisi dari penyakit degeneratif 1.3.2



Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari penyakit degeneratif



1.3.3



Mengetahui dampak dari penyakit degeneratif



1.3.4



Mengetahui cara pengendalian, pencegahan, dan pengobatan dari penyakit degeneratif



2



BAB II PEMBAHASAN 2. 1 Definisi Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia maupun karena gaya hidup yang tidak sehat. Dapat dikatakan bahwa kelompok penyakit ini timbul karena penurunan fungsi slah satu atau beberapa organ tubuh yang sangat rentan dialami oleh orang berusia lanjut. Namun, adakalanya juga bisa pada usia muda. Akibat yang akan ditimbulkan adalah penurunan derajat kesehatan yang biasanya dikuti dengan penyakit. Akibat yang paling bahaya dari penyakit ini adalah rasa sakit dan juga sangat menyita biaya terutama saat masa tua. Bahkan, bisa juga akan berakhir dengan kematian. Beberapa penyakit yang kini semakin banyak dijumpai sebagai akibat dari perubahan pola hidup, termasuk pola makan dan pola aktivitas fisik. Hipertensi, dyslipidemia, obesitas, diabetes mellitus, misalnya, merupakan factor resiko lagi pennyakit jantung koroner yang angkanya semakin melonjak. Contoh lain adalah asam urat yang berkaitan dengan penyakit ginjal dan osteoarthritis, semakin banyak diderita, bahkan oleh golongan usia muda. Menurut World Health Organization (WHO), penyakit degeneratif telah menambah peliknya konsidi kesehatan masyaraat sebagian negara didunia. Penyait degeneratif dapat disebabkan oleh fungsi atau struktur dari jaringan maupun organ yang terkena mengalami perubahan lebih buruk dari waktu ke waku. Factor-faktor penyebab penyakit degeneratif sudah banyak dimiliki oleh masyarakat usia produktif. Pencetusnya antara lain karena katurunan, lingkungan, mutase gen, usia tua, pola makan, dan gaya hidup.



3



2. 2 Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketika tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi



ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang



memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit hipertensi dengan mengukur tekanan darah.riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada 2013 menunjukan bahwa penderita hipertensi yang berusia di atas 18 tahun mencapai 25,8% dari jumlah kesekuruhan penduduk indonesia. Dari angka tersebut, hipertensi perempuah lebih banyak 6% disbanding laki-laki. Sementara itu, yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya mencapai sekitar 9,4%. Hal ini berarti masih banyak penderita hipertensi yang tidak terngkau dan terdiagnosis oleh tenaga kesehatan serta tidak menjalani peengobatan sesuai anjuran tenaga kesehatan. Hal tersebut menyebabkan hipertensi sebegai salah satu penyebab kematian tertinggi tertinggi di Indonesia. 2.2.1



Etiologi



1. Hipertensi a. Hipertensi essensial Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi, 2009). Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi primer (Guyton, 2008). 4



b. Hipertensi sekunder Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari



penyakit



komorbid



atau



obat-obat



tertentu



yang



dapat



meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung



ataupun



tidak,



dapat



menyebabkan



hipertensi



atau



memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).



Hipertensi



yang



penyebabnya



dapat



diketahui,



sering



berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000). 2.2.2



Patofisiologi



Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner, 2002). Berbagai mempengaruhi



faktor



seperti



respon



kecemasan



pembuluh



darah



dan



ketakutan



terhadap



dapat



rangsangan



vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2005). Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks



5



adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner, 2002). Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2005). 2.2.3



Dampak



1. Kerusakan ginjal Darah yang akan disaring oleh ginjal dialirkan melalui pembuluh darah yang berada di sekitar ginjal, dan banyak sekali darah yang mengalir di pembuluh darah ini. Seiring berjalannya waktu, kalau hipertensi tidak terkontrol, maka akan menyebabkan arteri di sekitar ginjal ini menyempit, melemah, dan mengeras. Kerusakan pada arteri ini menghambat darah yang diperlukan oleh jaringan pada ginjal. 2. Serangan jantung.



6



Tekanan darah tinggi dapat memaksa pembuluh darah koroner untuk terus meregang. Lambat laun, tekanan tambahan ini dapat melemahkan dinding arteri sehingga membuatnya lebih rentan terhadap pembentukan plak yang semakin mempersempit pembuluh. Kondisi ini disebut sebagai aterosklerosis. Gumpalan darah juga cenderung lebih mudah terjadi ketika pembuluh mengeras akibat plak, Ketika pembuluh darah tersumbat oleh plak atau gumpalan darah, aliran darah ke otot-otot jantung akan terganggu. Akibatnya, otot jantung tidak bisa mendapatkan cukup asupan oksigen dan nutrisi. Ketika ini terjadi, jaringan otot jantung akan mulai rusak dan bahkan mati perlahan sehingga menyebabkan serangan jantung 3. Stroke.Glaukoma. Tekanan darah tinggi termasuk salah satu faktor pemicu yang meningkatkan risiko glaukoma. Ketika tekanan darah Anda tinggi, maka dinding pembuluh darah pada retina akan menebal. Akibatnya, pembuluh darah akan menyempit dan aliran darah ke retina pun menjadi berkurang. Lama-lama, kerusakan pembuluh darah retina akibat tekanan darah yang tinggi ini bisa merusak saraf optik dan menimbulkan glaukoma. 4. Disfungsi ereksi. Tekanan darah yang dibiarkan terus tinggi lama-lama akan menyebabkan dinding pembuluh sobek. Untuk merespon cedera ini, pembuluh arteri akan mengeras dan menyempit yang membuat aliran darah



Anda



menjadi



tidak



lancar.



Kondisi



ini



disebut aterosklerosis. Jika jumlah arus darah yang mengalir ke penis jadi lebih sedikit karena arterinya terlalu sempit, Anda akan kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi. Tensi yang terus tinggi juga akan menurunkan kadar oksida nitrat dalam sel dinding pembuluh. Padahal, oksida nitrat dibutuhkan untuk membantu pembuluh melebar guna melancarkan aliran darah. Orang-orang pengidap hipertensi kronis memiliki kadar oksida nitrat



7



yang rendah dalam tubuhnya. Hal ini kemudian jadi membatasi mekanisme pelebaran pembuluh arteri dalam penis. Akibatnya, aliran darah yang dibutuhkan untuk bisa ereksi tidak akan memenuhi penis. 5. Dementia dan Alzheimer. Alzheimer adalah penyakit yang bisa memicu gangguan daya ingat yang sangat parah, khususnya di usia tua. Menurut Alzheimer’s Society, disebutkan bahwa mereka yang sudah mengalami hipertensi di usia muda cenderung mengalami risiko lebih besar terkena demensia atau Alzheimer, tepatnya demensia vascular. 2.2.4 1.



Pengendalian Gizi seimbang dan pembatas gula, garam dan lemak .



2. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang yang ideal 3.



Olahraga teratur.



4. Stop merokok . 5.



Membatasi kosumsi alcohol.



2.2.5



Pencegahan



1. Pola hidup sehat. 2. Kurangi garam. 3. Berhenti meroko. 4.



Olahraga.



2.2.6



Pengobatan



Menjalani gaya hidup sehat dan konsumsi obat antihipertensi, bisa menjadi langkah efektif untuk mengatasi hipertensi. Nilai tekanan darah dan risiko pasien terserang komplikasi, seperti serangan jantung dan stroke, akan menentukan pengobatan yang akan dijalani. Perubahan gaya hidup. Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, bisa menurunkan tekanan darah dalam beberapa minggu. Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani, antara lain: 1. Mengadopsi



pola diet DASH (dietary approaches to stop



hypertension), yaitu pola makan dengan lebih banyak mengonsumsi



8



buah, sayur-sayuran, susu rendah lemak, gandum, dan kacangkacangan, dibandingkan dengan daging merah dan makanan yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi. 2. Penggunaan Obat-obatan. Pada beberapa kasus, penderita hipertensi



harus mengonsumsi obat untuk seumur hidup. Namun, dokter bisa menurunkan dosis atau menghentikan pengobatan jika tekanan darah penderita sudah terkendali dengan mengubah gaya hidup. Penting bagi pasien untuk mengonsumsi obat dalam dosis yang sudah ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang muncul. Beberapa jenis obat hipertensi antara lain: a. Diuretik. Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide. b. Antagonis kalsium. Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini adalah amlodipine dan nifedipine. c. Beta blocker. Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh dan memperlambat detak jantung. Contoh obat golongan beta-blocker adalah atenolol dan bisoprolol. d. ACE inhibitor. ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan cara membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat golongan ini adalah captopril dan ramipril. e. Angiotensin-2 receptor blocker (ARB). Fungsi obat ini hampir sama dengan ACE inhibitor yaitu membuat dinding pembuluh darah menjadi rileks, sehingga kedua obat tersebut tidak boleh diberikan secara bersamaan. Contoh obat ini adalah losartan dan valsartan. f. Penghambat renin. Obat ini berfungsi menghambat kerja renin, yaitu enzim yang dihasilkan ginjal dan berfungsi menaikkan tekanan darah. Contoh obat penghambat renin adalah aliskiren



9



2. 3 Dislipidemia Penyakit dyslipidemia adalah gangguan atau abnormal yang terjadi pada darah yang menglaami kelebihan lipid (lemak). Gangguan yang terjadi pada darah disebabkan akibat rendahnya tingkat kolesterol plasma atau HDL pada darah. Hal ini dapat penyebabkan terjadinya perkembanganperadangan pada darah dan gangguan pada jantung. Tidak ada perbedaan alami antara tingkat lipid normal dan abnormal karena pengukuran lipid bersifat berlanjut. Penyebab pada gejala penyakit dyslipidemia ini dibedakan menjadi kedua kategori, yaitu kategori primer dan sekunder. Pada kategori primer, penyakit ini disebabkan oleh factor genetik atau keturunan. Jadi, jika orangtua menderita penyakit ini maka anaknya pun akan lebih berisiko untuk menderita penyakit yang sama. Pada kategori sekunder, penyakit ini disebabkan oleh pola hidup tidak sehat, termasuk pola makanan dan aktivitas fisik.



2.3.1



Etiologi



1. Faktor jenis kelamin Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan rendahnya kolesterol HDL. Resiko terjadinya dislipidemia pada wanita lebih besar daripada pria. Sebagaimana penelitian Cooper pada 589 perempuan didapatkan respon peningkatan kolesterol sedikit berbeda yaitu kadar LDL kolesterol meningkat lebih cepat sedangkan kadar HDL kolesterol juga meningkat sehingga rasio kadar kolesterol total/HDL menjadi rendah (Djauzi, 2005). 2. Faktor usia 10



Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL relative tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di pembuluh darah. Prevalensi hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3% dan meningkat sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64 tahun (Djauzi, 2005). 3. Faktor Genetik Faktor genetik merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia. Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen diturunkan secara berpasangan memerlukan satu gen dari ibu dan satu gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dan diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karena faktor genetik (Djauzi, 2005). 4. Faktor kegemukan Salah satu penyebab kolesterol naik adalah karena kelebihan berat badan atau juga bisa disebut dengan penyakit obesitas. Kelebihan berat badan ini juga bisa disebabkan oleh makanan yang terlalu banyak yang mengandung lemak jahat tinggi di dalamnya. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan dapat menurunkan HDL (Anwar, 2004). 5. Faktor olahraga Manfaat berolahraga secara teratur dapat membantu untuk meningkatkan kadar kolesterol baik atau HDL dalam tubuh. Selain itu berolahraga mampu meproduksi enzim yang berperan untuk membantu proses memindahkan kolesterol LDL dalam darah terutama pada pembuluh arteri kemudian dikembalikan menuju ke hati untuk diubah menjadi asam empedu. Asam empedu ini diperlukan melancarkan proses pencernaan kadar lemak dalam darah. Semakin rutin berolahraga dengan teratur maka kadar



11



kolesterol LDL dalam tubuh akan semakin berkurang sampai menuju ke titik normal (Arisman, 2008). 6. Faktor merokok Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan menurunkan kolesterol HDL. Ketika pengguna rokok menghisap rokok maka secara otomatis akan memasukkan karbon monoksida ke dalam paru-paru dan akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormone adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah (Anwar, 2004). 7. Faktor makanan Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan arterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolestertol total dan LDL sehingga mempunyai resiko terjadinya dislipidemia (Anwar, 2004).



2.3.2



Patofisiologi Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah



sebagai kompleks lipid dan protein (lipoprotein). Lipid dalam darah diangkut dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur eksogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Selain kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Jalur endogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil. LDL merupakan lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%). Lipoprotein dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu : I (Kilomikron), IIa (LDL), IIb (LDL+very-low-density



12



lipoprotein [VLDL]), III (intermediate density lipoprotein), IV (VLDL), V (VLDL+kilomikron) (Dipiro et al, 2015). Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti meningkatnya jumlah LDL seperti pada sindrom metabolik dan kadar kolesterol HDL, makin tinggi kadar HDL maka HDL bersifat protektif terhadap oksidasi LDL (Suyatna, 2006). 2.3.3



Dampak



1. Penyumbatan arteri. 2. Serangan jantung. 3. Stroke. 4. Permasalahan sirkulasi darah. 2.3.4



Pengendalian



Prinsip pengendalian dislipidemia sangat berkaitan dengan faktor risiko



kardiovaskular



yang



dimiliki



pasien.



Meskipun



dalam



pemeriksaan profil lipid terdapat empat parameter yang diperiksa yaitu kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida, parameter primer untuk penapisan, diagnosis maupun terapi adalah kadar LDL. Hanya saja pada kondisi kadar trigliserida sangat tinggi (>500 mg/dL), pengobatan pertama ditujukan untuk menurunkan trigliserida dahulu agar tidak terjadi pankreatitis. Setelah kadar trigliserida