Makalah Penyakit Kronis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

 



MAKALAH KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PASIEN KRONIS



DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 3 ANGGOTA: RITA AMELIA EVELYN PUTRI NATASYA DIAN ANGGRENI HAKING LAURENSIA DEWI SAPUTRI MUHAMMAD ANDHKA ACHMAD SMK PRATIDINA MAKASSAR TAHUN AJARAN 2016/2017



KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr, wb Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi kekuatan dan kesempatan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang “KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PASIEN KRONIS” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita .Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu, saya juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita. Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat  minim, sehingga saran dari guru pengajar serta kritikan dari semua pihak masih saya harapkan demi perbaikan makalah ini. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. PENYUSUN KELOMPOK 3



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………… DAFTAR ISI…………………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG…………………………………………………………… RUMUSAN MASALAH………………………………………………………... TUJUAN………………………………………………………………………… BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN PENYAKIT KRONIS………………………………………… PENYEBAB PENYAKIT KRONIS……………………………………………. CARA MEMBERIKAN BERITA BURUK PADA PASIEN KRONIS………... CARA BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN KRONIS……………………. BAB IV PENUTUP KESIMPULAN………………………………………………………………….. SARAN………………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuianbantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Maka kebutuhan pasien yang memiliki penyakit kronis tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis? 2. Apa penyebab dari penyakit kronis? 3. Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis? 4. Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien kronis? C. Tujuan 1. Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis 2. Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis 3. Memberikan pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita buruk terhadap pasien kronis. 4. Menjelaskan bagaimana berkomunikasi dengan penderita penyakit kronis dengan benar



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009) Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cord pulmonal deases, penyakit arthritis. 1. Sifat penyakit kronik Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah : a. Progresif Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh: penyakit jantung. b. Menetap Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus. c. Kambuh Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis 2. Dampak penyakit kronis terhadap klien Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah : a. Dampak psikologis Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu : 1. Klien menjadi pasif 2. Tergantung 3. Kekanak-kanakan 4. Merasa tidak nyaman 5. Bingung 6. Merasa menderita b. Dampak somatic Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM adanya Trias P 3. Dampak terhadap gangguan seksual



Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual). 4. Dampak gangguan aktivitas Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian. B. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik 1. Persepsi klien terhadap situasi 2. Beratnya penyakit 3. Tersedianya support social 4. Temperamen dan kepribadian 5. Sikap dan tindakan lingkungan 6. Tersedianya fasilitas kesehatan 7. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-PsikoSosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009). a. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komunikasi Tiap fase yang di alami oleh pasien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pula. Dalam berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangAn yang di alami pasien. b. Fase Denial ( pengikraran ) Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun. Teknik komunikasiyang di gunakan :  Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian  Selalu berada di dekat klien  Pertahankan kontak mata c. Fase anger ( marah fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi



pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai. Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikankesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing..hearing.. dan hearing..dan menggunakan teknik respek d. Fase bargening ( tawar menawar ) Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “. apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya Teknik komunikasi yang di gunakan adalah member kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien apa yang di ingnkan e. Fase depression Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun. Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya. f. Fase acceptance ( penerimaan ) Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan. Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien. g. Menyampaikan berita buruk langkah – langkahnya adalah : 1. Persiapan Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi. Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda “ Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal



: koridor rumah sakit yang banyak orang. Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar 2. Membuat hubungan Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan. Beberapa tugas penting di awal ; a. Percakapan awal Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat orang yang elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia. Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabarkan dengan kabr buruk) Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi.Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat mengutarakan pertanyaan seperti “ mengapa tes itu di lakukan?” b. Berbagi cerita Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai semua yang ada lingkungannya.  Bicara pelan Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang kurang baik untuk anda Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.  Akibat dari berita Tunggu reaksi dan tenang Misal : menangis, pingsan dll  Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini? c. Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai control dengan menanyakan “ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian? “Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat.Sering kali perawat merasa berat hati dan merasa stress ketika menyampikan brita buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri C.klien terhadap penyakit kronis Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-PsikoSosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. 1. Kehilangan kesehatan



Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas. 2. Kehilangan kemandirian Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan 3. Kehilangan situasi Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga kelompoknya 4. Kehilangan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas, nyeri, dll 5. Kehilangan fungsi fisik Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa 6. Kehilangan fungsi mental Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional 7. Kehilangan konsep diri Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri rendah 8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Hubungan perawat – klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan saat ini (here and now).Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar bebas mengemukakan perasan tanpa kritik dan hukuman B.Saran Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan klien,terutama pada pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi. Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia berhubungan dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan informasi yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada klien.



DAFTAR PUSTAKA Purwanto, Hery. 1994. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC Hubungan Terapeutik Perawat - Klien , Budiana Keliat ,S.Kep. Potter & Perry (2005). Fundamental keperawatan, Edisi 5 . Jakarta : EGC http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalamkomunikasi.htm