Makalah Perang Dingin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Perang Dingin adalah sebuah era dimana terjadi konflik, ketegangan dan kompetisi antara dunia negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perang tersebut terjadi antara tahun 1947 – 1991.  Awalnya Amerika Serikat dan Uni Soviet dulunya bersekutu melawan Jerman saat Perang Dunia II. Namun setelah perang berakhir, Amerika Serikat dan Uni Soviet mengalami perbedaan yang justru menjadi pertentangan antar kedua negara tersebut. Pertentangan demi pertentangan yang terjadi antar dua negara tersebut menimbulkan persaingan. Persaingan antar keduanya menyangkut berbagai bidang seperti bidang ekonomi,



politik,



koalisi militer,



industri,



pengembangan



teknologi,



pertahanan,



persenjataan, dan lain-lain. Dikabarkan bahwa perang dingin ini akan berakhir dengan nuklir namun nyatanya tidak terjadi. Istilah ‘perang dingin’ itu sendiri diperkenalkan oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman asal Amerika Serikat pada tahun 1947 untuk menggambarkan ketegangan yang terjadi antara dua negara adidaya tersebut. Walau disebut perang, belum pernah terjadi  konflik terbuka atau perlawanan menggunakan sennjata antara kedua negara yang bertikai. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi,teknologi ruang angkasa , militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan sebagainya. Selain itu, Sebagian Negara masuk dalam Blok Amerika dan sebagian lagi masuk dalam Blok Uni Soviet. Aliansi dan pertarungan didalamnya memberikan akibat fisik yang negative bagi beberapa negara di dunia seperti misalnya Jerman yang sempat terbagi menjadi dua bagian, Vietnam dimasa lalu, serta Semenanjung Korea yang sampai saat sekarang ini masih terbelah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Dalam pertarungan ini negara dunia ketiga menjadi wilayah persaingan yang amat mempesona buat keduanya. Sebut saja misalnya Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang serta Negara-negara di kawasan lain



2



yang kaya akan energi dunia seperti Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar. Dalam kondisi yang seperti ini, lahir dorongan yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga untuk dapat keluar dari tekanan dua negara tersnbut. Para pemimpin ini tidak memihak antara Blok Barat maupun Blok Timur. Akhirnya pada tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia dan Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan “barat”. Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi Bandung. Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok.



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1



Apa itu Perang Dingin?



1.2.2



Apa penyebab terjadinya Perang Dingin?



1.2.3



Apa bentuk persaingan antar negara saat Perang Dingin?



1.2.4



Apa dampak dari Perang Dingin bagi Dunia?



1.2.5



Apa bentuk peran aktif Indonesia pada masa Perang Dingin?



1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui pengertian Perang Dingin 1.3.2 Mengetahui latar belakang dan penyebab terjadinya Perang Dingin 1.3.3 Mengetahui apa saja bentuk persaingan antar kedua negara 1.3.4 Mengetahui dampak dari Perang Dingin bagi dunia 1.3.5 Mengetahui bentuk peran aktif Indonesia pada masa Perang Dingin



1.4 Manfaat 1.4.1



Manfaat Teoritis Secara teoritis, diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber informasi dan menjadi sumber pengetahuan dalam memahami sejarah perang dingin



3



beserta dampaknya bagi dunia. Selain itu dapat menambah wawasan khususnya tentang bentuk peran aktif Indonesia pada masa Perang Dingn. Hal tersebut juga menjadi pembelajaran bagi generasi penerus untuk belajar dari pengalaman supaya tidak takut menghadapi perubahan.



1.4.2



Manfaat Praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana baru, sekaligus memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada masyarakat mengenai sejarah Perang Dingin dan dampaknya bagi dunia. Selain itu, dapat menjadikan motivasi bagi bangsa Indonesia supaya tidak memihak pada pihak sipapun yang tidak sesuai dengan nilai – nilai bangsa Indonesia.



4



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Perang Dingin Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War) adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Peristiwa ini dimulai setelah keberhasilan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi di Perang



Dunia



II, yang kemudian



menyisakan Amerika



Serikat dan Uni



Soviet sebagai dua negara adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer yang besar. Uni Soviet, bersama dengan negara-negara di Eropa Timur yang didudukinya, membentuk Blok Timur. Proses pemulihan pasca-perang di Eropa Barat difasilitasi



oleh



program Rencana



Marshall Amerika



Serikat,



dan



untuk



menandinginya, Uni Sovietkemudian juga membentuk COMECON bersama sekutu Timurnya. Amerika Serikat membentuk aliansi militer NATO pada tahun 1949, sedangkan Uni Soviet juga membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1955. Beberapa negara memilih untuk memihak salah satu dari dua negara adidaya ini, sedangkan yang lainnya memilih untuk tetap netral dengan mendirikan Gerakan Non-Blok. Peristiwa ini dinamakan Perang Dingin karena kedua belah pihak tidak pernah terlibat dalam aksi militer secara langsung, namun masing-masing pihak memiliki senjata nuklir yang dapat menyebabkan kehancuran besar. Perang Dingin juga mengakibatkan ketegangan tinggi yang pada akhirnya memicu konflik militer regional seperti Blokade Berlin (1948–1949), Perang 1961, Krisis



Rudal



Kippur(1973), Perang



Korea (1950–1953), Krisis



Kuba (1962), Perang



Suez (1956), Krisis



Berlin



Vietnam (1959–1975), Perang



Yom



Afganistan (1979–1989),



dan



penembakan Korean



Air



Penerbangan 007 oleh Soviet (1983). Alih-alih terlibat dalam konflik secara langsung, kedua belah pihak berkompetisi melalui koalisi militer, penyebaran ideologi dan



5



pengaruh, memberikan bantuan kepada negara klien, spionase, kampanye propaganda secara besar-besaran, perlombaan nuklir, menarik negara-negara netral, bersaing di ajang olahraga internasional, dan kompetisi teknologi seperti Perlombaan Angkasa. AS dan Uni Soviet juga bersaing dalam berbagai perang proksi; di Amerika Latin dan Asia Tenggara, Uni Soviet membantu revolusi komunis yang ditentang oleh beberapa negara-negara Barat, Amerika Serikat berusaha untuk mencegahnya melalui pengiriman tentara dan peperangan. Dalam rangka meminimalkan risiko perang nuklir, kedua belah pihak sepakat melakukan pendekatan détente pada tahun 1970-an untuk meredakan ketegangan politik. Pada tahun 1980-an, Amerika Serikat kembali meningkatkan tekanan diplomatik, militer, dan ekonomi terhadap Uni Soviet di saat negara komunis itu sedang menderita stagnasi perekonomian. Pada pertengahan 1980-an, Presiden Soviet yang baru, Mikhail



Gorbachev,



memperkenalkan



liberalisasi perestroika ("rekonstruksi,



kebijakan



reorganisasi",



reformasi 1987)



dan glasnost ("keterbukaan", ca. 1985). Kebijakan ini menyebabkan Soviet dan negaranegara satelitnya dilanda oleh gelombang revolusi damai yang berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan pada akhirnya menyisakan Amerika Serikat sebagai satu-satunya kekuatan militer yang dominan di dunia. Perang Dingin dan berbagai peristiwa yang menyertainya telah menimbulkan dampak besar terhadap dunia dan sering disebutkan dalam budaya populer, khususnya dalam media yang menampilkan tema spionase dan ancaman perang nuklir.



2.2 Penyebab dan Latar Belakang Terjadinya Perang Dingin Uni Soviet dan Amerika Serikat muncul sebagai negara adidaya setelah Perang Dunia II karena keduanya merupakan negara yang relatif tidak terlalu mengalami kerugian akibat perang. Uni Soviet hanya mengalami kerusakan di wilayah bagiaan barat, sedangkan wilayah bagian timur sama sekali tidak mengalami kehaancuran. Adapun Amerika Serikat hanya mengirim pasukan ke Eropa, sedangkan tak satu pun pertempuran terjadi daratan Amerika. Akibatnya kedua negara tersebut bersaing dan terjadilah Perang Dingin. Faktor penyebab terjadinya Perang Dingin antara lain :



6



A. Perbedaan Paham atau Ideologi Paham demokrasi-kapitalis yang dianut oleh Amerika Serikat berbeda bahkan bertentangan dengan paham sosialis-komunis Uni Soviet. Paham demokrasi-kapitalis mengagungkan kebebasan individu yang memungkinkan kapitalisme berkembang dengan subur. Akan tetapi, Amerika Serikat menyadari bahwa kaum buruh tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang seperti di Eropa beberapa abad silam yang dapat menyuburkan paham sosialis-komunis. Oleh karena itu, kaum buruh diberi jaminan cukup dan diberi kesempatan bermodal dalam perusahaan, sehingga pemogokan yang mereka adakan dapat merugikan perusahaan itu sendiri. Uni Soviet yang berpaham sosialis-komunis berkeyakinan bahwa paham itu dapat lebih mempercepat kesejahteraan buruh maupun rakyatnya, karena negara-negara yang mengendalikan perusahaan akan memanfaatkan keuntungannya untuk rakyat. Hal itu dibuktikan dengan Rencana Lima Tahun. Akan tetapi, caranya yang serba tertutup menyebabkan negara-negara Barat menyebutnya sebagai “negara di balik tirai besi”. Paham Liberal-Kapitalis (AS) yang mengagungkan kebebasan individu yang memungkinkan kapitalisme berkembang dengan subur bertentangan dengan paham Sosialis-Komunis (US) yang berkeyakinan bahwa paham itu dapat lebih mempercepat kesejahteraan buruh maupun rakyatnya karena negara-negara yang mengendalikan perusahaan akan memanfaatkan keuntungannya untuk rakyat. B. Keinginan Untuk Berkuasa Amerika Serikat dan Uni Soviet mempunyai keinginan untuk menjadi penguasa di dunia dengan cara mereka sendiri. Ameika Serikat sebagai negara kreditor besar membantu negara-negara yang sedang berkembang berupa pinjaman modal untuk pembangunan dengan harapan bahwa rakyat yang makmur hidupnya dapat menjadi tempat pemasaran hasil industrinya dan dapat menjauhkan pengaruh sosialis komunis. Masyarakat miskin merupakan lahan subur bagi paham sosialis komunis. Uni Soviet yang mulai kuat ekonominya juga tidak mau kalah membantu perjuangan



7



nasional berupa bantuan senjata atau tenaga ahli. Hal ini dilakukan untuk mempengaruhi negara-negara tersebut. Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berusaha menjadi pemimpin dunia. Mereka berkeinginan dapat berkuasa dan memimpin dunia seperti masa kejayaan Inggris dan Prancis pada masa imperialisme kuno. Amerika dan Soviet berusaha menjadi pemimpin dunia dengan cara baru, misalnya kekuatanekonominya . Amerika Serikat dengan kekuatan ekonominya berusaha mempengaruhi negaranegara lain khususnya negara yang baru merdeka dengan paket bantuan ekonomi. AS beranggapan bahwa negara yang rakyatnya hidup makmur dapat menjadi tempat pemasaran hasil industri, dan juga akan menjauhkan dari pengaruh sosialis-komunis. Kemiskinan akan menjadi ladang subur bagi perkembangan ideologi sosialiskomunis.Uni Soviet dengan kekuatan ekonominya juga berusaha membentengi negara-negara yang telah mendapat pengaruhnya. Paket bantuan ekonomi Soviet juga diberikan untuk memperbaiki keadaan ekonomi negara-negara tersebut. Selain itu, Uni Soviet juga berusaha mendekati rakyat suatu negara yang sedang melakukan perjuangan nasionalnya dengan mengirimkan para tenaga ahli dan peralatan militer. Amerika Serikat hadir dengan bantuan ekonominya yaitu Marshal Plan sementara di pihak Uni Soviet mengeluarkan kebijakan Molotov Plan (Camecon). Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet menyangkut bidang yang sangat luas, yaitu antara lain :  Bidang Politik Amerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi negara demokrasi, agar hak-hak asasi manusia dapat dijamin. Di negaranegara yang sebelumnya kalah perang seperti Jepang dan Jerman kecuali paham demokrasi, kapitalisme juga dikembangkan. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan Amerika Serikat dan merupakan negara pengaruhnya. Uni Soviet dengan paham sosialis-komunisnya mendengungkan pembangunan negara dengan Rencana Lima Tahunnya. Caranya tidak dilakukan dengan liberal, tetapi dictator. Negaranegara yang sehaluan disebut dengan satelit Uni Soviet, karena apa yang diperintahkannya wajib dilakukan oleh negara-negara satelit tersebut. Penyimpangan



8



seperti yang dilakukan oleh Polandia dan Hongaria ditindak keras oleh Uni Soviet (1956).



 Bidang Ekonomi Sebagai negara kreditor terbesar, Amerika Serikat dapat memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang sedang berkembang. Negara-negara Barat yang hancur ekonominya akibat Perang Dunia II dibantu melalui Marshall Plan. Di samping itu, ada negara yang memperoleh “Grants in Aid” yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban mengembalikannya berupa dolar atau dengan membeli barang-barang Amerika Serikat. Untuk negara Asia, Presiden Truman mengeluarkan “The Points Four Program for the Economic Development in Asia” berupa bantuan teknik dalam wujud perlengkapan-perlengkapan ekonomis atau bantuan kredit yang berasal dari sektor swasta di Amerika Serikat yang disalurkan oleh pemerintah kepada negara-negara yang sedang berkembang.  Bidang Militer Perebutan pengaruh yang paling mencolok antara Amerikat Serikat dengan Uni Soviet adalah dalam pakta pertahanan. Negara-negara Barat membentuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada 4 April 1949 sebagai suatu organisasi pertahanan. Pada mulanya markas NATO berada di Paris, tetapi setelah Perancis keluar dari NATO, maka NATO didominasi oleh Amerika Serikat. Walaupun Perancis tidak menjadi anggota Blok Timur, tetapi hubungan Perancis dengan Uni Soviet dan RRC lebih baik dibandinkan dengna negara-negara Barat lainnya. Di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) tahun 1954, atas dasar South East Asia Collective Defence Treaty. Anggotanya yang utama justru negara-negara Barat, sedangkan negara-negara utama di Asia Tenggara seperti Indonesia tidak turut serta. Pakta pertahanan tersebut ditujukan terhadap komunis Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Pakta pertahanan SEATO menyatakan bubar pada tahun 1975. Sementara itu, Uni Soviet dengan negara-negara Blok Timur membentuk Pakta Warsawa (1975) atas dasar “Pact of Mutual Assistance and



9



Unified Command”. Di Asia Tenggara, Uni Soviet memberikan bantuan peralatan militer dan teknisi kepada Vietnam yang akhirnya dapat mendesak Amerika Serikat dari negara tersebut (1975).



2.3 Persaingan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada Masa Perang Dingin Perang Dingin tidak hanya mempengaruhi kehidupan negara – negara di kawasan Eropa. Negara – negara di kawasan Asia pun menjadi ajang perebutan pengaruh dua negara adikuasa tersebut. Sebagian besar negara Asia merupakan negara yang baru memperoleh kemerdekaan pasca Perang Dunia II sehingga lebih mudah dipengaruhi. Persaingan antara kedua negara tersebut mempengaruhi berbagai bidang kehidupan seperti bidang ekonomi, politik, dan teknologi. Dalam waktu singkat (1945-1948) Uni Soviet berhasil membentuk pemerintahan komunis di Bulgaria, Rumania, Hongaria, Polandia, dan Chekoslowakia. Karena perkembangan pengaruh Uni Soviet sangat cepat dan pertumbuhannya pesat maka Amerika merasa perlu membendung berkembangnya gerakan komunis. Hingga akhirnya Amerika menyusun strategi politik Containment Policy yang bertujuan mencegah berkembangnya pengaruh suatu negara atau suatu sistem politik dari pihak lawan. Strategi politik tersebut dikembangkan melalui pemberian bantuan ekonomi dan militer seperti Marshall Plan dan Doctrine Truman yaitu bantuan berupa keuangan, militer, dan penasehat militer kepada Yunani dan Turki guna menghadapi gerilyawan komunis. Tujuannya untuk mempertahankan Yunani dan Turki dari peneterasi komunis dan menghambat jalur Uni Soviet menuju ke selatan yang akan mengancam negara-negara Barat. Sebab jika salah satu negara jatuh maka negara tetangga lainnya juga akan jatuh sehingga semua negara akan jatuh ke dalam pengaruh komunis. Uni Soviet berusaha menyaingi dengan membuat Molotov Plan dengan tujuan untuk menata kembali perekonomian negara-negara Eropa Timur dan badan kerja sama ekonomi Comicon (Cominteren Economic). Konflik ideologi tersebut berkembang sampai di Asia. Berikut penjelasan mengenai Marshal Plan dan Molotov Plan :  Marshal Plan



10



Marshall Plan bertujuan untuk merevitalisasi Eropa Barat pasca Perang Dunia II untuk menghentikan penyebaran komunisme, menjaga tradisi kapitalis Eropa, ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dahsyat, dan membantu menjaga ekonomi Amerika Serikat dari depresi paska perang. Melalui Marshall Plan, Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara Eropa Barat. Kebijakan tersebut ditempuh untuk "menyelamatkan" Eropa dari komunisme. Dengan kebijakannya tersebut, Amerika Serikat ingin membendung pengaruh komunisme baik yang berasal dari China maupun Uni Soviet. Kebijakan disambut baik oleh Inggris dan Perancis. Selain itu kebijakan ini juga disambut baik oleh Polandia, Uni Soviet, dan Chekoslovakia. Akan tetapi Uni Soviet mengundurkan diri, karena dia menganggap bahwa kebijakan ini hanya akan memperkuat posisi Amerika Serikat di Eropa dan Eropa nanti hanya dimanfaatkan oleh Amerika Serikat. Sehingga, yang menyetujui kebijakan ini adalah hanya negara-negara yang tidak berhalauan komunis. Kebijakan mengenai Marshall Plan ini didukung oleh Konggres Amerika Serikat. Konggres mengeluarkan UU yang dilanjutkan dikeluarkannya EGA (Economic Cooperation Administration) sebagai agen dari kerjasama Amerika Serikat yang terdapat di negara-negara anggota Eropa. Di mata Uni Soviet, Marshall Plan, merupakan rencana AS untuk memanfaatkan situasi Jerman untuk kepentingan politiknya dengan cara mengeksploitasi sumber daya ekonomi Jerman. Walaupun sebenarnya Marshall Plan ini dapat dijadikan kesempatan yang besar untuk mengurangi tension antara Barat-Timur dengan pengorganisasian recovery ekonomi di dalam panEuropean framework. Marshall Plan atau ERP (Program Pemulihan Resmi Eropa) adalah program besar-besaran untuk membantu Eropa di mana Amerika Serikat memberikan dukungan keuangan untuk membantu membangun kembali ekonomi Eropa setelah akhir Perang Dunia II dalam rangka memerangi penyebaran Soviet Komunisme. Rencananya adalah beroperasi selama empat tahun mulai pada bulan April 1948. Tujuan dari Amerika Serikat untuk membangun kembali perang-wilayah yang hancur, menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan, memodernisasi industri, dan membuat Eropa makmur lagi. Inisiatif ini diberi nama setelah Menteri Luar Negeri George Marshall. Rencana tersebut mendapat dukungan bipartisan di



11



Washington, di mana Partai Republik dan Kongres yang dikendalikan Demokrat menguasai Gedung Putih. Rencana ini terutama pembentukan Departemen Luar Negeri pejabat, khususnya William L. Clayton dan George F. Kennan. Marshall berbicara tentang kebutuhan mendesak untuk membantu pemulihan Eropa dalam pidatonya di Harvard University pada Juni 1947. Kemudian, rencana rekonstruksi yang dikembangkan pada pertemuan negaranegara Eropa yang berpartisipasi, didirikan pada tanggal 5 Juni 1947 menawarkan bantuan yang sama ke Uni Soviet dan sekutunya, tetapi mereka tidak menerimanya. Selama empat tahun rencana itu operasional, US $ 13 miliar pada bantuan ekonomi dan teknis diberikan untuk membantu pemulihan negara-negara Eropa yang telah bergabung dalam Organization for Economic Co-operasi Eropa. Marshall Plan digantikan oleh Rencana Keamanan Reksa pada akhir 1951. ERP ditujukan masingmasing hambatan untuk pemulihan pasca perang. Rencananya melihat ke masa depan, dan tidak fokus pada kerusakan yang disebabkan oleh perang. Jauh lebih penting adalah upaya untuk memodernisasi industri dan Eropa praktek bisnis menggunakan model Amerika efisiensi yang tinggi, mengurangi hambatan perdagangan buatan, dan menanamkan rasa harapan dan kemandirian. Pada tahun 1952 sebagai pendanaan berakhir, perekonomian setiap negara peserta telah melampaui tingkat sebelum perang; untuk semua penerima Marshall Plan,output pada tahun 1951 setidaknya 35% lebih tinggi dibandingkan pada tahun 1938. Selama dua dekade berikutnya, Eropa Barat sebelumnya menikmati pertumbuhan dan kemakmuran, namun ekonom tidak yakin apa yang disebabkan proporsi langsung ke ERP, berapa proporsi secara tidak langsung, dan berapa banyak akan terjadi tanpa itu. The Marshall Plan adalah salah satu elemen pertama dari integrasi Eropa, karena menghapus hambatan perdagangan dan mendirikan lembaga untuk mengkoordinasikan ekonomi pada tingkat benua, yaitu merangsang rekonstruksi total politik Eropa Barat. Sejarawan ekonomi Belgia, Herman Van der Wee menyimpulkan Marshall Plan adalah sukses besar:



12



“Ini memberikan dorongan baru untuk rekonstruksi di Eropa Barat dan membuat kontribusi penting terhadap pembaruan sistem transportasi, modernisasi peralatan industri dan pertanian, memulai kembali produksi normal, meningkatkan produktivitas, dan memfasilitasi intra-Eropa perdagangan”. Dengan demikian pada tahap akhir Perang Dunia II Uni Soviet melakukan tandingan dari kebijakan yang dibuat oleh Amerika Serikat dengan meletakkan dasar bagi Blok Timur dengan langsung men beberapa negara seperti Republik Sosialis Soviet yang awalnya (dan efektif) menyerahkan kepadanya oleh Nazi Jerman dalam Pakta Molotov-Ribbentrop. Ini termasuk bagian timur Polandia (dimasukkan ke dalam dua SSRs yang berbeda), Latvia (Latvia SSR), Estonia (RSK Estonia), Lithuania (RSK Lithuania), bagian timur Finlandia (RSK Karelo-Finlandia) dan Rumania (SSR Moldavia). Wilayah Eropa Timur dibebaskan dari Nazi dan diduduki oleh angkatan bersenjata Soviet ditambahkan ke Blok Timur dengan mengubah mereka menjadi negara satelit, seperti Jerman Timur, Republik Rakyat Polandia, Republik Rakyat Bulgaria, di Republik Rakyat Hongaria, Sosialis Cekoslowakia Republik, Republik Rakyat Rumania dan Republik Rakyat Albania. Gaya rezim Soviet yang muncul di Blok tidak hanya direproduksi ekonomi komando Soviet, tetapi juga mengadopsi metode brutal yang digunakan oleh Joseph Stalin dan polisi rahasia Soviet untuk menekan oposisi nyata dan potensial. Di Asia, Tentara Merah menggilas Manchuria di bulan terakhir dari perang, dan melanjutkan untuk menempati petak besar wilayah Korea terletak di utara dari paralel ke-38. Selanjutnya, sebagai bagian dari konsolidasi kontrol Stalin atas Blok Timur, NKVD, dipimpin oleh Lavrentiy Beria, mengawasi pembentukan Sistem Gaya Soviet, polisi rahasia di Blok yang seharusnya menghancurkan perlawanan antikomunis. Ketika sedikit kepeduliannya dari kemerdekaan muncul di Blok, strategi Stalin cocok bahwa berurusan dengan negeri sebelum perang, mereka telah dihapus dari kekuasaan, diadili, dipenjara, dan dalam beberapa kejadian, dieksekusi. Perdana Menteri Inggris Winston Churchill khawatir, mengingat ukuran besar pasukan Soviet dikerahkan di Eropa pada akhir perang, dan persepsi bahwa pemimpin Soviet Joseph Stalin tidak dapat diandalkan, ada sebuah ancaman Soviet ke Eropa Barat.



13



 Molotov Plan (Camecon) Molotov Plan adalah sistem yang diciptakan oleh Uni Soviet pada tahun 1947 dalam rangka untuk memberikan bantuan untuk membangun kembali negara-negara di Eropa Timur yang secara politik dan ekonomi sejalan dengan Uni Soviet. Uni Soviet berusaha tampil sebagai pahlawan ekonomi dengan cara memberi bantuan kredit kepada sekutunya terutama Eropa Timur melalui program Molotov Plan. Uni Soviet dan Negara Eropa Timur mendirikan persekutuan ekonomi pada tahun 1949 yang disebut Council for Mutual Economic Assistence (COMECON). Dewan



Bantuan



взаимопомощи,



Sovet



Ekonomi



Mutual



ekonomicheskoy



(Rusia:



Совет



vsaymopomoshchi,



экономической СЭВ,



SEV,



COMECON, CMEA, atau CAME) 1949-1991, adalah sebuah organisasi ekonomi di bawah hegemoni Uni Soviet terdiri dari negara-negara Timur blok bersama dengan sejumlah negara komunis di tempat lain di dunia. Comecon ini adalah jawaban Blok Timur untuk pembentukan Organisasi Kerjasama Ekonomi Eropa di Eropa Barat. Istilah deskriptif sering diterapkan untuk semua kegiatan multilateral yang melibatkan anggota organisasi, bukannya dibatasi untuk fungsi langsung dari Comecon dan organnya. Penggunaan ini kadang-kadang diperluas juga untuk hubungan bilateral di antara anggota, karena dalam sistem hubungan internasional ekonomi sosialis, multilateral perjanjian biasanya seorang jenderal alam cenderung dilaksanakan melalui serangkaian lebih rinci, kesepakatan bilateral. Comecon ini didirikan pada tahun 1949 oleh Uni Soviet, Bulgaria, Cekoslowakia, Hongaria, Polandia, dan Rumania. Faktor-faktor utama dalam pembentukan Comecon yang karena keinginan Joseph Stalin untuk bekerjasama dan memperkuat hubungan sosialis internasional pada tingkat ekonomi dengan negaranegara kecil Eropa Tengah dan yang sekarang semakin terputus dari tradisional mereka, pasar dan pemasok di Eropa Barat. Cekoslowakia, Hongaria, dan Polandia tetap tertarik pada bantuan Marshall meskipun persyaratan untuk mengkonversi mata uang dan ekonomi pasar. Persyaratan ini, yang pasti akan menghasilkan hubungan



14



ekonomi yang lebih kuat ke Eropa Barat daripada Uni Soviet, yang benar-benar dapat diterima oleh Stalin pada Juli 1947, memerintahkan komunis ini didominasi pemerintah untuk menarik keluar dari Konferensi Paris pada Program Pemulihan Eropa. Selama berlangsungnya Perang Dingin, situasi dan kondisi dunia diwarnai oleh kegiatan sebagai berikut : 1)



Perebutan Hegemoni / Kekuasaan







Kalahnya Jepang dari Sekutu menyebabkan seluruh wilayah Manchuria dan Korea diduduki Uni Soviet hingga berdampak semakin kuatnya Uni Soviet di daratan Cina serta wilayah Korea. Berdasarkan Konferensi Yalta maka semenanjung Korea dibagi 2 yaitu Utara dibawah kekuasaan Uni Soviet sehingga Kim Il Sung menjalankan pemerintahan atas dasar pemikiran komunis. Sementara di sebelah selatan, Amerika memilih Rhee Syngman sebagai orang yang menjalankan pemerintahan berdasarkan dasar-dasar demokrasi. Karena perbedaan ideologi ini maka menyebabkan munculnya perang saudara di Semenanjung Korea pada 25 Juni 1950 dan inilah titik balik dari Perang Dingin.







Posisi komunisme di Cina semakin kuat karena bantuan senjata dari Uni Soviet yang



berasal



dari



Jepang.



Kuatnya



komunisme



di



Cina



menyebabkan



berkembangnya komunisme di Asia Tenggara. Cina berusaha menghalangi propaganda imperialisme yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Inggris. 



Cina semakin mengembangkan komunismenya adapun alasannya adalah karena adanya keinginan untuk mengembalikan daerah kekuasaan Cina di zaman kuno meliputi Korea, Funan, Birma, India, bahkan lebih jauh termasuk daerah di Asia Tenggara. Selain alasan historis juga adanya alasan geografis dan kekayaan alam di Asia Tenggara guna memperkuat posisi ekonominya dalam dunia internasional. Karena alasan tersebutlah maka Cina semakin melibatkan diri di Asia Tenggara. Apa yang dilakukan Cina dan Uni Soviet semakin mengancam kehidupan di Asia Tenggara. Hal ini menjadi masalah yang cukup serius bagi Amerika Serikat sehingga membuat Amerika merasa perlu membantu negara-negara Asia Tenggara. Amerika akhirnya memutuskan membantu Perancis yang saat itu sedang berperang



15



melawan Vietnam (dibantu Uni Soviet dan RRC) dengan harapan Vietnam tidak jatuh ke tangan komunis. Tetapi ternyata Vietnam menang dan secara otomatis Vietnam berada di bawah kekuasaan komunis.



 Jatuhnya Vietnam ke dalam kekuasaan komunis memungkinkan negara-negara di Asia Tenggara jatuh ke dalam kekuasaan komunis. Perjanjian Jenewa merupakan upaya untuk mengakhiri konflik antara kaum komunis dan non komunis yang membagi Vietnam menjadi dua yaitu Vietnam Utara dan Selatan. Tetapi upaya ini tidak membuahkan hasil dan tidak mendatangkan kepuasan untuk mengakhiri konflik yang saling bertentangan di Vietnam. Pertentangan tersebut menyebabkan keterlibatan campur tangan pihak asing. Vietnam Utara sebagai negara komunis mendapat bantuan dan pengaruh dari Cina dan Uni Soviet sementara Vietnam Selatan sebagai negara demokrasi mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Setelah bertahun-tahun diperjuangkan akhirnya tahun 1976 Vietnam dapat dipersatukan di bawah kekuasaan kaum komunis. Vietnam membentuk persatuan Indocina yang diberi nama Federasi Indocina dibawah kekuasaan komunis yang menjadi ancaman militer dan ideologi bagi negara-negara Asia Tenggara. Di Asia Tenggara terjadi rivalitas antarkomunisme tampak dengan adanya konflik antara Vietnam dan Kamboja mengenai masalah perbatasan. Dalam masalah ini Kamboja (Pol Pot) menolak usul penyelesaian konflik perbatasan melalui forum PBB. Di balik masalah Kamboja-Uni Soviet tidak lepas dari masalah politik yaitu konflik SinoSoviet. Di belakang Kamboja berdiri Cina dan di pihak Vietnam terdapat Uni Soviet. Konflik Vietnam dan Kamboja adalah pertandingan dari jauh antara Cina dan Uni Soviet di Asia Tenggara sementara Vietnam dan Kamboja menjadi pionpion yang bertempur di medan perang. 



Pertentangan ideologi antara negara Amerika Serikat dan Uni Soviet terjadi juga di Amerika dimana Presiden Kuba Fidel Castro mendirikan negara komunis di Kuba. Tindakan ini tentu saja mendapat reaksi keras dari Amerika Serikat dengan upaya



16



mensponsori invasi gerakan anti komunis Kuba namun mengalami kegagalan. Titik ketegangan perang dingin ini terjadi di Teluk Babi pada tahun 1961.







Negara di kawasan Amerika Tengah lainnya seperti Nikaragua juga dikuasai oleh kaum komunis. Dimana Nikaragua sejak 1970 sampai 1990 dikuasai oleh kelompok



Gerilyawan



komunis



Sandinista



(Front



Pembebasan



Nasional



Sandinista). 



Di Afrika sayap kiri militer telah menguasai pemerintahan di Ethiopia antara tahun 1974-1991. Sistem pemerintahan sosialis membuat negara tersebut bersekutu dengan Uni Soviet. Di Angola dan Mozambik sejak 1975-1990 kelompok gerilya Marxis-Leninis menguasai pemerintahan.







Di Afganistan (1978) pemerintahan berhaluan komunis pimpinan Noor Mohammad Tariki berhasil membangun Daoud Khan melalui kudeta berdarah. Untuk menyelamatkan rezim komunis di Afganistan yang saat itu mendapat perlawanan dari kelompok pimpinan Hafizullah Amin maka Uni Soviet pada Desember 1979 melakukan invasi militer ke Afganistan. Selain itu guna mengimbangi kekuatan bersenjata Amerika Serikat di Asia Barat Daya dan pengaruh liberalismenya. Tetapi invasi ini mendapat perlawanan dari kelompok Mujahidin yang dipimpin Mohammad Najibullah yang akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Uni Soviet dan pada 1989 pasukan Soviet ditarik mundur dari Afganistan. Selama Perang Dingin berlangsung kedua negara adikuasa tidak pernah terlibat



secara langsung dalam suatu konflik (peperangan) secara terbuka. Mereka selalu berada di belakang negara-negara yang sedang bersengketa. Mereka memberikan bantuan persenjataan dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat negara-negara yang sedang bersengketa.



2) Sistem Aliansi



17



Ketika perang dingin memuncak maka setiap negara yang bertentangan berusaha memperkuat dirinya dengan bergabung dalam satu aliansi. Bentuk sistem aliansi baik yang dilakukan blok Timur maupun blok Barat adalah sebagai berikut : 



Pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) pada tahun 1947. Cominform adalah wadah kerja sama partai-partai komunis Eropa yang berpusat di Beograd, Yugoslavia.







Pembentukan NATO (North Athlantic Traty Organization) 4 April 1949. Negara yang menjadi anggotanya yaitu Inggris, Irlandia, Islandia, Norwegia, Denmark, Belgia, Belanda, Luxemburg, Perancis, Portugal, Kanada, dan Amerika Serikat. Tujuannya untuk membendung komunis mulai dari Eropa Utara sampai Turki dan Yunani.







Pembentukan Pakta Warsawa pada 1955 dengan negara Jerman Timur, Cekoslovakia, Hongaria, Bulgaria, Polandia, Rumania, dan Albania. Pakta Warsawa merupakan kerjasama pertahanan dan keamanan negara-negara komunis.







Perjanjian antara RRC dan Uni Soviet tahun 1950 mengenai kerja sama dianatara kedua negara guna menghadapi kemungkinan agresi Jepang.







Pembentukan Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, and United State), yaitu pakta pertahanan negara-negara Amerika Serikat, Australia,dan Selandia Baru pada tahun 1951.







Pembentukan SEATO (South East Asia Treaty Organization) pada tahun 1954. SEATO merupakan kerjasama pertahanan antara negara-negara Asia Tenggara dengan pihak Barat. Dengan anggotanya antara lain, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Filipina, Singapura, dan Selandia Baru.



3) Kegiatan Spionase Perebutan hegemoni selama perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat terhadap berbagai kawasan baik di Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika selalu didukung oleh kegiatan agen intelijen yang mereka miliki. Kegiatan Spionase (mata-mata) tercermin dari tindakan yang dilakukan oleh agen spionase kedua belah pihak yaitu antara KGB dan CIA. KGB (Komitet



18



Gusudarstvennoy Bezopasnosti) merupakan dinas intelegen sipil atau dinas rahasia Uni Soviet sedangkan CIA (Central Intelligence Agency) yang merupakan dinas rahasia Amerika Serikat yang bertugas untuk mencari keterangan tentang negara-negara asing tertentu. KGB dan CIA selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut kedua belah pihak atau negara-negara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak. Mereka juga membantu terciptanya berbagai ketegangan di dunia. Misalnya, CIA turut membantu orangorang Kuba di perantauan untuk melakukan serangan ke Kuba tahun 1961 yang disebut Insiden Teluk Babi. Di pihak lain, Uni Soviet memberikan dukungan kepada Fidel Castro (Presiden Kuba) dalam menghadapi invasi tersebut.



4) Perlombaan Teknologi Persenjataan dan Ruang Angkasa Perang Dingin antara dua negara adidaya ditandai oleh perimbangan persenjataan nuklir dan personil militer. Sehingga kegiatan ini disebut sebagai politik Balance of Power. Unjuk kekuatan kedua negara adidaya tersebut diikuti perlombaan dalam bidang teknologi militer dan ruang angkasa dimana keduanya saling unjuk kecanggihan. Jika muncul isu sensitif dapat saja membawa kedua belah pihak pada isu global yang menyebabkan munculnya perang secara terbuka. Perang dingin juga dapat menimbulkan perlombaan senjata antara pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perlombaan senjata yang dilakukan kedua negara tersebut berupa perlombaan senjata nuklir. Perlombaan senjata nuklir ini dikhawatirkan akan menyebabkan meletusnya perang nuklir yang dasyat yang dapat membahayakan kelangsungan hidup umat manusia dan makhluk hidup lainnya di dunia sebab jangkauan senjata nuklir sangatlah luas bisa menjangkau antarnegara dan antarbenua. Kedua blok membangun pusat-pusat tombol peluncuran senjata nuklir berbagai negara yang berada di bawah pengaruhnya. Untuk mengurangi



19



meningkatnya perlombaan senjata nuklir pada kedua belah pihak maka PBB membentuk Atomic Energy Commission yang bertujuan mencari jalan dan cara untuk mengembangkan penggunaan tenaga atom untuk maksud damai serta mencegah penggunaannya untuk tujuan perang. Pada akhir Desember 1946 komisi setuju untuk mengadakan pengawasan dan pengaturan ketat guna mencegah produksi senjata-senjata atom yang dilakukan secara diam-diam. Tetapi Uni Soviet keberatan dan mengemukakan usul pengurangan senjata secara menyeluruh. Sementara AS tidak setuju, hingga akhirnya US memveto usul AS dalam sidang Dewan keamanan. Pada tahun 1949, US mengadakan uji coba peledakan bom atomnya yang pertama. Yang ditanggapi dengan pembuatan bom hidrogen oleh AS yang diuji pada November 1952, meskipun begitu ternyata US pun sudah dapat membuat bom hidrogen sendiri. Hingga tahun 1983, perbandingan kekuatan senjata nuklir Uni Soviet menunjukkan posisi yang unggul dibanding dengan kekuatan Amerika Serikat.



2.4 Dampak Perang Dingin Bagi Dunia Dampak perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet tampak pada: A.



Bidang Politik Amerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi negara demokrasi agar hak asasi manusia dapat dijamin. Bagi negara-negara yang sebelumnya kalah seperti Jerman dan Jepang berkembang pula kapitalisme selain demokrasi. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan Amerika Serikat dan merupakan negara pengaruhnya. Uni Soviet dengan paham sosialis-kominunis mendengungkan pembangunan negara dengan Rencana Lima Tahun. Cara tersebut dilakukan dengan ditaktor bukan liberal. Bagi negara satelit (dibawah pengaruh) Uni Soviet yang melakukan penyimpangan akan ditindak keras oleh Uni Soviet seperti contohnya Polandia dan Hongaria. Amerika Serikat dan Uni Soviet juga menjalankan politik pecah belah untuk melancarkan kepntingannya. Akibatnya, beberapa negara menjadi terpecah



20



belah seperti Korea, Vietnam , dan Jerman. Wilayah Jerman telah terpecah sejak berakhirnya Perang Dunia II pada 1945. Akan tetapi, sejak Perang Dingin perbedaan paham politik antara Jerman Barat dan Jerman Timur semakin terlihat jelas. Pembangunan Tembok Berlin juga menunjukkan pengaruh Perang Dingin dalam bidang politik. Keberadaan Tembok Berlin semakin mempertegas pemisahan Jerman Barat dan Jerman Timur sekaligus menjadi pembatas wilayah demokrasi dan willayah komunis. Dengan demikian, tembok Berlin menjadi simbol terjadinya Perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur B.



Bidang Ekonomi Amerika Serikat sebagai negara kreditor terbesar memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang sedang berkembang berupa Marshall Plan. AS juga memberikan bantuan ”Grants in Aid” yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban mengembalikan berupa dollar atau dengan membeli barang-barang Amerika Serikat. Bagi negara-negara di Asia Presiden Truman mengeluarkan “The Four Points Program for the Economic Development in Asia” berupa teknik dalam wujud perlengkapan-perlengkapan ekonomis atau bantuan kredit yang berasal dari sektor swasta di Amerika Serikat yang disalurkan oleh pemerintah kepada negaranegara yang sedang berkembang. Dengan adanya perang dingin ini maka berbagai bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara Eropa Timur dan Eropa Barat tidak dapat terjalin. Kegiatan tersebut terhambat karena negara-negara Eropa merasa kawatir jika suatu saat wilayahnya akan dijadikan sasaran adu kekuatan oleh kedua negara adikuasa tersebut. Dampaknya perekonomian antara blok barat (negara-negara Eropa Barat) dan blok timur (negara-negara Eropa Timur) tidak seimbang dimana negara-negara blok barat jauh lebih maju daripada blok timur.



C.



Bidang Militer Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam pakta pertahanan. Negara-negara barat membentuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) tahun 1949 sebagai suatu organisasi pertahanan. Bila salah satu anggotanya diserang maka



21



dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Awalnya bermarkas di Paris tetapi kemudian Perancis keluar karena mengganggap NATO didominasi oleh AS dan markasnya berpindah di Brussel. Hubungan Perancis dengan Uni Soviet dan RRC jauh lebih baik jika dibandingkan hubungan dengan negara Barat lainnya meskipun Perancis tidak menjadi anggota Blok Timur. Di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) tahun 1954 atas dasar South East Asia Collective Defence Treaty. Anggota utamanya adalah negara-negara barat sementara negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia justru tidak ikut serta. Pakta pertahanan tersebut ditujukan terhadap komunis di Asia Tenggara khususnya di Vietnam. SEATO bubar pada tahun 1975. Sementara Uni Soviet dengan negara-negara blok Timur membentuk Pakta Warsawa (1955) atas dasar “Pact of Mutual Assistance and Unified Command”. Di Asia Tenggara Uni Soviet memberikan bantuan peralatan militer dan teknisi kepada Vietnam yang akhirnya dapat mendesak Amerika Serikat keluar dari negara tersebut(1975). A.



Bidang Ruang Angkasa Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membawa pengaruh terhadap penjelajahan ruang angkasa. Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berebut menguasai ruang angkasa karena dunia dirasa terlalu sempit untuk diperebutkan. Berawal dari upaya Uni Soviet meluncurkan pesawat Sputnik I dan Sputnik II yang ditandingi AS dengan meluncurkan pesawat Explorer I dan Explorer II, Discovere dan Vanguard. Diikuti dengan usaha Uni Soviet untuk mendaratkan Lunik di bulan serta astronot pertamanya Yuri Gagarin dengan pesawat Vostok I yang berhasil mengitari bumi selama 108 menit. Sementara Amerika Serikat mengirim astronot pertamanya yaitu Alan Bartlett Shepard yang berada di luar angkasa selama 15 menit. Uni Soviet menunjukkan kelebihannya dengan meluncurkan Gherman Stepanovich Titov yang mengitari bumi selama 25 jam dengan Vostok II. Disusul Amerika Serikat meluncurkan WSJohn H. Glenn dengan pesawat Friendship VII yang berhasil mengitari bumi sebanyak 3 kali. Dampak perang dingin bagi Indonesia yaitu sebagai berikut:



22 1.



Sistem politik-ekonomi Indonesia telah dibawa pada arus komunisme-sosialisme pada masa Orde Lama. Sementara pada masa Orde baru berkembang liberalismekapitalisme.



2.



Pada masa akhir dua kepemimpinan di atas, Indonesia mengalami keterpurukan ekonomi.



3.



Pada tahun 1960 – an, di era Perang Dingin,



Indonesia menerapkan sistem



Demokrasi Terpimpin. Soekarno dinilai lebih mengarahkan pandangan politiknya ke negara – negara Blok Timur yang berhalauan komunis. Pada saat yang sama, Partai Komunis Indonesia (PKI), mendominasi politik Indonesia. Puncak kedekatan Indonesia dengan Blok Timur adalah pendirian Poros Jakarta – Hanoi – Pyongyang – PnomPenh. Sehingga hal ini menyebabkan Indonesia dicap sebagai negara berhalauan komunis oleh masyarakat internasional. 2.5



Peran Aktif Indonesia pada Masa Perang Dingin Dampak Perang Dingin yang mengancam negara – negara di dunia mendorong Indonesia turut berperan aktif dalam upaya meredakan Perang Dingin. Indonesia sebagai negara berkembang turut menjadi sasaran dua negara adikuasa, Amerika Serika dan Uni Soviet. Amerika Serikat terus memberikan pengaruh ideologi kapitalisme kepada Indonesia dan Uni Soviet mengenalkan ideologi komunis kepada Indonesia. Meskipun demikian, Indonesia berusaha tidak terpengaruh. Indonesia memegang teguh politik bebas aktif , yaitu tidak memihak blok mana pun dan aktif meewujudkan perdamaian dunia. Usaha untuk mewujudkan perdamaian dunia tersebut ditunjukkan Indonesia dengan beberapa peran aktif sebagai berikut :



A. Perintis Gerakan Non-Blok Gerakan Non-Blok (GNB) (bahasa Inggris: Non-Aligned Movement/NAM) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun. Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara



nonblok"



dalam



perjuangan



mereka



23



menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, rasisme dan



segala



bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik. Mereka merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keangotaan PBB. Negara-negara yang telah menyelenggarakan konferensi tingkat



tinggi



(KTT)



Non-Blok



termasuk Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri



Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia.  Latar Belakang Organisasi Gerakan Non Blok muncul di tengah persaingan dua kekuatan besar dunia, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Persaingan kedua blok terjadi pada masa perang dingin. Negara-negara Blok Timur dipimpin Uni Soviet sementara negara-negara Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat. Tiap-tiap blok berusaha menarik dukungan dari negara-negara lain. Agar negara-negara berkembang tidak terkena pengaruh Blok Barat maupun



Blok



Timur,



maka



didirikan



lah



organisasi



Gerakan



Non-Blok.



Kata "Non-Blok" dipaparkan pertama kali oleh Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India) dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjabarkan lima pilar yang dapat diterapkan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini kemudian dipakai sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut ialah: 1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan. 2. Perjanjian tidak saling melakukan agresi 3. Tidak melakukan intervensi urusan dalam negeri negara lain 4. Setara dan saling menguntungkan 5. Menjaga perdamaian Gerakan Non-Blok sendiri beawal dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi AsiaAfrika / Konferensi Asia Afrika yaitu sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, pada tahun 1955. Di sana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok manapun mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi blok



24



Barat dan blok Timur. Pendiri / Tokoh Gerakan Non Blok ini adalah 5 pemimpin dunia, yaitu: 1) Josep Broz Tito presiden Yugoslavia 2) Soekarno presiden Indonesia 3) Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India 4) Gamal Abdul Nasser presiden Mesir 5) Kwame Nkrumah dari Ghana.



Kemudian Gerakan ini dicanangkan pertamakali dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan pada tahun 1961 di Beograd (Belgrade), Yugoslavia. Saat itu konfensi ini dihadiri 25 negara dari berbagai belahan dunia yakni Yugoslavia (sebagai tuan rumah), Indonesia, India, Afghanistan, Algeria, Yaman, Myanmar, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, dan Tunisia. Dengan didasari oleh semangat Dasa Sila Bandung, maka pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan pada tahun 1961 di Beograd dibentuklah Gerakan Non Blok oleh Josep Broz Tito (Presiden Yugoslavia saat itu). Hasil dari konferensi tersebut juga mendaulat Josep Broz Tito sebagai Pimpinan pertama dalam Gerakan Non-Blok. Sejak pertemuan Belgrade tahun 1961, serangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok telah diselenggarakan yaitu di Kairo, Mesir (1964) diikuti oleh 46 negara dengan anggota yang hadir kebanyakan dari negara-negara Afrika yang baru meraih kemerdekaan, kemudian di Lusaka, Zambia (1970), Algiers, Aljazair (1973), Kolombo, Srilangka (1976), Havana, Cuba (1979), New Delhi, India (1983), Harare, Zimbabwe (1986), Beograd, Yugoslavia (1989), Jakarta, Indonesia (1992), Cartagena de Indias, Kolombia (1995), Durban, Afrika Selatan (1998), Kuala Lumpur, Malaysia (2003), Havana, Kuba (2006), Sharm el-Sheikh, Mesir (2009), Teheran, Iran (2012) dan terakhir di Karakas, Venezuela pada tahun 2015.



25



Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika anggota-anggotanya mulai terpecah dan bergabung pada salah satu Blok, terutama Blok Timur. Sehingga muncul pertanyaan bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Kuba bisa mengklaim dirinya sebagai negara non blok. Atau kasus dimana India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa anggota gerakan non blok bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara Iran dengan Irak dan Pakistan dengan India. Gerakan ini kemudian terpecah sepenuhnya pada tahun 1979 ketika terjadi invasi Uni Soviet terhadap Afghanistan. Saat itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.



 Tujuan Gerakan Non-Blok Tujuan GNB yaitu seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial nasional, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi asing, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, menentang segala bentuk blok politik serta kerja sama internasional berdasarkan persamaan hak. Dimana tujuan dari gerakan non blok diatas dapat kita jabarkan kedalam 3 poin utama, yaitu : 1. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika Serikat (Blok Barat) dan Uni Soviet (Blok Timur) dalam perang dingin. 2. Membendung pengaruh negatif baik dari Blok Barat maupun Blok Timur ke negara-negara anggota Gerakan Non-Blok.



26



3. Mengembangkan rasa solidaritas di antara negara anggota. Caranya dengan membantu perjuangan negara-negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemerdekaan, dan kemakmuran.



Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang anggotanya saling komunikasi dan memiliki kedekatan seperti NATO / Pakta Warsawa, negaranegara anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun.



 Peran Serta Indonesia dalam Geraakan Non-Blok Gerakan Non Blok (GNB) menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955 merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali penggagasan dan pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai penting GNB tidak sekadar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi juga mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Selain peran serta yang telah dijelaskan diatas, Berbagai Peran serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok dapat dijelaskan dalam beberapa poin dibawah ini: 1. Sebagai salah satu negara pemrakarsa, Hal tersebut karena Gerakan Non Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung, pada tahun 1955. 2. Sebagai salah satu negara pengundang pada Konferensi Tingkat Tinggi GNB yang pertama, Hal ini karena indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan



27



berperan besar mengundang / mengajak negara lain untuk bergabung kedalam GNB.  3. Pernah menjadi ketua GNB pada tahun 1992 - 1995. Pada saat itu (1-6 September 1992) Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara KTT X GNB di Jakarta. Peserta yang menghadiri KTT X GNB berjumlah 106 negara. 4. Indonesia



juga



turut



memecahkan



masalah-masalah



dunia



berdasarkan



perdamaian dunia, memperjuangkan HAM, dan tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan. Indonesia memandang GNB sebagai wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam kiprahnya di GNB. Berdasarkan penjelasan di atas, maka keberadaan Gerakan Negara Negara Non Blok secara tegas mengacu pada hasil-hasil kesepakatan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Penggunaan istilah bangsa-bangsa non blok atau "tidak memihak" adalah pernyataan bersama untuk menolak melibatkan diri dalam konfrontasi ideologis antara blok Barat dan Timur. Lebih lanjut, bangsa-bangsa yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok lebih memfokuskan diri pada upaya perjuangan kemerdekaan nasional, menghapuskan kemiskinan dan mengatasi keterbelakangan di berbagai bidang.



B. Pendiri Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan Aktif dalam ASEAN ASEAN adalah singkatan dari Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Diidirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand lewat Deklarasi Bangkok.  Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai. ASEAN meliputi wilayah daratan seluas 4.46 juta km² atau setara dengan 3% total luas daratan di Bumi, dan memiliki populasi yang mendekati angka 600 juta orang



28



atau setara dengan 8.8% total populasi dunia. Luas wilayah laut ASEAN tiga kali lipat dari luas wilayah daratan. Pada tahun 2010, kombinasi nominal GDP ASEAN telah tumbuh hingga 1,8 Triliun Dolar Amerika Serikat. Jika ASEAN adalah sebuah entitas tunggal,



maka



ASEAN



akan



duduk



sebagai



ekonomi



terbesar



kesembilan



setelah Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman, Perancis, Brasil, Inggris, dan Italia.  Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ASEAN ASEAN yang merupakan sebuah perhimpunan negara-negara yang berada dikawasan Asia Tenggara ini didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Kota Bangkok, Thailand yang dikenal dengan Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini dihadiri oleh lima negara yang disebut juga dengan negara pendiri ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thalaind dan juga Filipina. Kelima Negara yang masing-masing diwakili oleh Menteri Luar Negeri yang memprakarsai terbentuknya ASEAN melakukan diskusi tanggal 5-8 Agustus 1967 untuk membicarakan terbentuknya ASEAN dan berakhir dengan kesepakatan penandatanganan deklarasi Bangkok yang menjadi tanda telah resmi berdiri suatu organisasi regional baru di kawasan Asia tenggara. Perwakilan Menteri Luar Negeri tersebut yakni : 1. Adam Malik perwakilan Menteri Luar Negeri Indonesia 2. Rajaratnam perwakilan Menteri Luar Negeri Singapura 3. Tun Abdul Razak perwakilan Menteri Luar Negeri Malaysia 4. Narcisco Ramos perwakilan Menteri Luar Negeri Thailand 5. Thanat Koman perwakilan Menteri Luar Negeri Filipina Berikut isi dari deklarasi Bangkok yang merupakan tujuan dari dibentuknya ASEAN: 1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara 2) Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional 3) Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi 4) Memelihara kerja sama yang erat di tengah - tengah organisasi regional dan internasional yang ada



29



5) Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara Brunei Darussalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar lima negara pemrakarsa. Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984 (tepat seminggu setelah memperingati hari kemerdekaannya). Sebelas tahun kemudian, ASEAN kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam yang menjadi anggota



yang



ketujuh



pada



tanggal 28



Juli 1995.



Dua



tahun



kemudian, Laos dan Myanmar menyusul masuk menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana untuk bergabung menjadi anggota ASEAN bersama dengan Myanmar dan Laos, rencana tersebut terpaksa ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja. Meskipun begitu, satu tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada tanggal 16 Desember 1998. Setelah kesemua negara di Asia Tenggara bergabung dalam wadah ASEAN, sebuah negara kecil di tenggara Indonesia yang tak lain dan tak bukan juga pecahan dari Indonesia yaitu Timor Leste memutuskan untuk ikut bergabung menjadi anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara, meskipun keanggotaannya belum dipenuhi. Kerja sama ini tidak hanya mencakup bidang ekonomi saja tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dan informasi, pembangunan serta keamanan dan kerja sama transnasional lainnya.  Piagam ASEAN Demi menjaga keberlangsungan organisasi dan dapat survive di tengah arus globalisasi yang kian deras. ASEAN melakukan banyak perubahan untuk kesejahteraan Negara-negara anggota. Setelah resmi didirikan melalui deklarasi Bangkok, maka pada ASEAN pun memiliki Piagam ASEAN atau ASEAN Charter dengan tujuan untuk mengubah ASEAN yang semula hanya berupa asosiasi regional menjadi asosiasi internasional dengan landasan hukum yang kuat, aturan-aturan yang absolut, dan struktur organisasi yang efektif serta efisien. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-13 ASEAN di Singapura tanggal 20 November 2007 dilaksanakan penandatanganan Piagam ASEAN oleh sepuluh negara anggota ASEAN. Melalui UU No. 38 Tahun 2008 Indonesia meratifikasi Piagam ASEAN.



30



Di dalam Piagam ASEAN terdapat prinsip – prinsip antara lain sebagai berikut :  Prinsip-prinsip utama ASEAN adalah sebagai berikut: 1) Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah nasional, dan identitas nasional setiap negara 2) Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas daripada campur tangan, subversif atau koersi pihak luar 3) Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota 4) Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai 5) Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan 6) Kerja sama efektif antara anggota  Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi: 1) Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah dan identitas nasional seluruh Negara Anggota ASEAN; 2) Berbagi komitmen dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian, keamanan dan kemakmuran regional; 3) Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan lain dalam cara yang tidak sesuai dengan hukum internasional; 4) Ketergantungan pada penyelesaian damai sengketa; 5) Tidak campur tangan dalam urusan internal negara anggota ASEAN; 6) Menghormati hak setiap Negara Anggota untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas dari campur tangan eksternal, subversi, dan paksaan; 7) Konsultasi ditingkatkan mengenai hal-hal serius memengaruhi kepentingan bersama ASEAN; 8) Kepatuhan terhadap aturan hukum, tata pemerintahan yang baik, prinsip-prinsip demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional; 9) Menghormati kebebasan dasar, promosi dan perlindungan hak asasi manusia, dan pemajuan keadilan sosial; 10) Menjunjung tinggi Piagam PBB dan hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui oleh negara anggota ASEAN;



31



11) Tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan, termasuk penggunaan wilayahnya, dan dikejar oleh Negara Anggota ASEAN atau non-ASEAN Negara atau aktor nonnegara, yang mengancam kedaulatan, integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi ASEAN Negara-negara Anggota; 12) Menghormati perbedaan budaya, bahasa dan agama dari masyarakat ASEAN, sementara menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat persatuan dalam keanekaragaman; 13) Sentralitas ASEAN dalam hubungan politik, ekonomi, sosial dan budaya eksternal sambil tetap aktif terlibat, berwawasan ke luar, inklusif dan tidak diskriminatif, dan 14) Kepatuhan terhadap aturan-aturan perdagangan multilateral dan aturan berbasis ASEAN rezim bagi pelaksanaan efektif dari komitmen ekonomi dan pengurangan progresif terhadap penghapusan semua hambatan untuk integrasi ekonomi regional, dalam dorongan ekonomi pasar. Layaknya organisasi pada umumnya, ASEAN pun memiliki struktur organisasi yang sesuai dengan deklarasi Bangkok yakni terdiri dari : 1. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). 2. Pertemuan Para Menter Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting / AMM). 3. Pertemuan Menteri-menteri sektoral (Sectoral Bodies Ministerial Meeting/ SBDMM). 4. Panitia Tetap ASEAN. (ASEAN Standing Committee/ ASC).  Bentuk Kerjasama ASEAN a) Asean 3+ ASEAN+3 sudah melakukan beberapa pertemuan di antaranya kerja sama keamanan energi. ASEAN+3 muncul sebagai akibat semakin meningkatnya kebutuhan energi baik di tingkat regional maupun tingkat dunia. Pertemuan pertama berlangsung pada tanggal 9 Juni 2004 di Manila, Filipina dan mengesahkan program kegiatan Energy Security Forum, Natural Gas Forum, Oil Market Forum, Oil Stockpliling Forum dan Renewable Energy Forum dan masih banyak lagi pertemuan yang dilakukan ASEAN+3.



32 Ada beberapa faktor mengapa ASEAN melakukan kerja sama dengan tiga negara patner, di antaranya:







Jepang Peran Jepang sangat diharapkan dalam mengambil peran ekonomi yang lebih tegas. Di sisi lain, Jepang sendiri terlihat pasif dalam peran kekuatan politik dan militer karena masih ada rival yang kuat yaitu RRT. Jepang masih menganggap bahwa kedaulatan suatu negara sebagai faktor yang paling penting. Kepentingan Jepang di kawasan seperti yang kita lihat sekarang yaitu: stabilitas kawasan di Asia Tenggara dan keamanan maritim/the sea lines of communication. Para elit pemerintah Jepang tampaknya bersikap waspada dan proaktif terhadap setiap perkembangan pada tataran regional terutama bangkitnya RRT sebagai raksasa ekonomi dunia. Jepang merasa harus memberikan perhatian yang lebih besar pada kestabilan regional. Lagipula Jepang sendiri secara psikologis tentunya masih merasa sebagai bangsa yang besar di Asia Pasifik. Dalam mengimplementasikan peranan politik di kawasan ASEAN akan timbul perbedaan pandangan dengan Amerika Serikat. Instrumen yang paling efektif untuk menghadapi Amerika Serikat adalah ekonomi. Sikap lebih gentle bangsa Jepang sangat diperlukan untuk menghadapi Amerika Serikat . Jepang sendiri telah merencanakan peningkatan yang signifikan terhadap kekuatan militernya. Dan secara langsung maupun tidak langsung, ini akan berimbas pada negara-negara anggota ASEAN dalam bentuk peningkatan perlombaan senjata di kawasan.







Republik Rakyat Tiongkok Kontur dimensi multipolar yang kian kompleks mengharuskan tiap negara anggota ASEAN untuk adaptif terhadap dinamika geopolitik dan geostrategi kawasan. Seperti pada peningkatan kemampuan militer RRT yang oleh Amerika Serikat pun dipandang sebagai sebuah ancaman. International Role RRT telah terbuka lebar dengan diundangnya modal dan teknologi dari Barat dan Jepang.



33



RRT tampaknya akan terus mempertahankan kepentingan dan strategic influence mereka di kawasan ASEAN baik secara politik maupun militer. Ada keprihatinan mengenai tindakan RRT beberapa tahun yang lalu di Kepulauan Spratly. Pengembangan lembaga-lembaga keamanan yang lebih kuat di kawasan sangat diperlukan. Di bidang ekonomi dan industri, langkah RRT yang mendorong warganya bermigrasi dari daerah pedesaan ke kota-kota untuk menciptakan 270 juta pekerjaan dalam 10 tahun ke depan patut diapresiasi. Kepentingan



utama



RRT



terhadap



negara-negara Asia terfokus



pada



pembangunan ekonomi yang cepat, dan bagi RRT, untuk diakui sebagai kekuatan Asia yang besar juga sangat penting. Dalam sebuah novel terbitan tahun 1997 yang menggambarkan terjadinya perang berskala global antara Amerika Serikat melawan RRT, diceritakan bahwa pemicunya adalah serangan RRT ke Laut Cina Selatan dan invasi militer RRT ke Vietnam. Walaupun novel tersebut adalah fiksi belaka, namun tetap ada korelasinya dengan kondisi yang terjadi saat ini, dan ada kemiripan dengan apa yang diungkapkan oleh pakar politik AS Samuel Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization. 







Korea Selatan Begitu juga dengan Korea Selatan, Presiden Korea Selatan, Lee Myung Bak pada tahun 2009 mengatakan bahwa perdagangan ASEAN-Korsel telah tumbuh 11 kali lipat dalam dua dekade terakhir menjadi senilai US$ 90,2 miliar. Angka tersebut bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 150 miliar pada 2015. Dan berencana untuk meningkatakannya lebih baik lagi dan selain itu melakukan pertukaran budaya dan sebagainya.







India India menjadi



mitra



wicara penuh ASEAN pada KTT ke-5 ASEAN



di Bangkok, Thailand tanggal 14-15 Desember 1995 setelah sebelumnya menjadi Mitra wicara sektoral sejak 1992. Pada KTT ke-1 ASEAN-India di Phnom Penh, Kamboja tanggal 5 November 2002 para Pemimpin ASEAN dan India



34



menegaskan komitmen untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang perdagangan dan investasi, pengembangan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi informasi dan people to people contacts. Komitmen ASEAN dan India tersebut dikukuhkan melalui penandatanganan ASEAN-India Partnership for Peace, Progress and Shared Prosperity and Plan of Action pada KTT ke-3 ASEANIndia di Vientiane, Laos tanggal 30 November 2004. Hubungan kerja sama Indonesia-India di bidang ekonomi dan perdagangan mulai timbul seiring dengan adanya upaya-upaya ke arah kerja sama antara ASEAN dan Asosiasi Kerja Sama Regional Asia Selatan (SAARC) untuk menuju kerja sama yang lebih luas di kawasan Asia. Secara lebih konkret lagi, hubungan dan kerja sama yang lebih



dekat



telah



terwujud



dalam



hubungan



kemitraan



antara



ASEAN



dan India melalui format pertemuan tingkat tinggi ASEAN+1 (India), di mana pertemuan keduanya diadakan di Bali pada bulan Oktober 2003 lalu. 



ZOPFAN Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN) atau dalam Bahasa Indonesia Zona



Perdamaian,



ditandatangani



Kebebasan



oleh



dan



Menteri



Netralitas adalah Luar



Negeri



pernyataan



yang



negara-negara



anggota ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand)



pada



tanggal 27 November 1971 di Kuala Lumpur, Malaysia. Disebut juga dengan Deklarasi Kuala Lumpur. ZOPFAN menyatakan bahwa kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah damai, bebas dari pengaruh asing dan netral dari kekuatan pihak asing. Wilayah Asia Tenggara tidak boleh terpengaruh pihak asing serta harus tetap damai dan netral dari kondisi politik luar negeri dari pihak asing. 



Indonesia Sebagai Penyelenggara KTT ASEAN 1 Pada 23 – 24 Februari 1976 Indonesia diberi kepercayaan sebagai penyelenggara KTT ASEAN 1. KTT ASEAN 1 dilaksanakan di Bali. Yang dihadiri oleh: 1.



Presdien Soeharto dari Indonesia



2.



Perdana Menteri Datuk Hussein Onn dari Malaysia



3.



Perdana Menteri Lee Kuan Yew dari Singapura



35



4.



Presiden Ferdinand Marcos dari Filipina



5.



Perdana Menteri Kukrit Pramoj dari Thailand



KTT ASEAN yang pertama ini telah menghasilkan dua buah dokumen penting, yaitu: 1. Deklarasi kesepakatan ASEAN (Declaration of ASEAN Concord). 2. Perjanjian persahabatan dan kerja sama (Treaty of Amity and Cooperation).







Tuan Rumah ASEAN Ministerial Meeting XVII Pada Juli 1984 Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah bagi ASEAN Ministerial Meeting XVII. Kegiatan ini diselenggarakan di Jakarta. Salah satu hasil JIM XVII adalah dicetuskannya kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara sebagai komponen utama ZOPFAN. Adanya kawasan bebas senjata nuklir ini merupakan upaya menangkal perang nuklir selama masa Perang Dingin.







CAFTA Keamanan ekonomi merupakan suatu akses untuk mendapatkan sumber daya, keuangan dan pasar yang mana merupakan elemen penting dalam kelangsungan tingkat kemakmuran yang dapat diterima publik dan merupakan kekuatan sebuah negara. Salah satu caranya yakni adanya organisasi ekonomi yang memberlakukan Free Trade bagi negara – negara anggota. Free trade sebagaimana dikemukakan kaum liberalis, merupakan keadaan dimana melalui perdagangan tanpa halangan kebijakan proteksi negara kesejahteraan dapat disebarluaskan, karena dengan menganut konsep keuntungan komparatif setiap negara akan mampu memastikan keuntungannya masing-masing dalam perdagangan.Salah satu contohnya adalah adanya kesepakatan antara Cina dan negara – negara ASEAN yang melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi dan menghapuskan segala bea masuk baik itu impor maupun ekspor yakni dalam China – ASEAN Free Trade Agreement ( CAFTA ).



36



CAFTA adalah bentuk dari kerjasama perdagangan dan ekonomi di wilayah ASEAN dan China yang berupa kesepakatan untuk menciptakan situasi perdagangan yang seimbang dan adil melalui penurunan tarif barang perdagangan dimana tidak ada hambatan tariff (bea masuk 0 – 5 %) maupun hambatan non tarif bagi negaranegara anggota ASEAN dan China. CAFTA terbentuk karena adanya kerjasama perdagangan antara China dan Negara anggaota ASEAN. Dan pada awalnya AFTA sendiri disepakati pada tanggal 28 Januari 1992 di Singapura, yang terdiri dari enam negara yang menyepakati AFTA, yaitu: Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung dalam AFTA tahun 1995, sedangkan Laos dan Myanmar pada tahun 1997, kemudian Kamboja pada tahun 1999. Dan sekarang lebih luas di tambah dengan satu negara lagi yaitu China. 



Dengan adanya kesepakatan CAFTA tersebut akan memudahkan negara seperti Indonesia untuk memenuhi keubutuhan ekonominya tanpa harus memikirkan besarnya biaya yang dikeluarkan hanya untuk membayar bea masuknya saja. Manfaat



adanya



CAFTA



sendiri



adalah



:



• Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan penduduk sebesar 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam. • Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha atau produksi Indonesia



yang



sebelumnya



membutuhkan



barang



modal



dan



bahan



baku/penolong dari Negara anggota ASEAN lainya dan termasuk biaya ASEAN lainya • Pilihan konsumen atas jenis atau ragam produk yang tersedia di pasar domestic semakin



banyak



dengan



tingkat



harga



dan



mutu



tertentu



• Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku



bisnis



di



Negara



anggota



ASEAN



lainnya.



Dalam CAFTA, peran negara dalam perdagangan sebenarnya akan direduksi secara signifikan. Sebab, mekanisme tarif yang merupakan wewenang negara dipangkas. Karena itu, diperlukan perubahan paradigma yang sangat signifikan, yakni dari kegiatan perdagangan yang mengandalkan proteksi negara menjadi



37



kemampuan perusahaan untuk bersaing. Tidak saja secara nasional atau regional dalam CAFTA, namun juga secara global. Karena itu, kekuatan manajemen, efisiensi, kemampuan permodalan, dan keunggulan produk menjadi salah satu kunci keberhasilan.  ASEAN dan AFTA Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan dagang antar negara anggota maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya perdagangan bebas harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu mulai dengan meneliti mekanisme perdagangan, prinsip sentral dari keuntungan komparatif (comparative advantage),serta pro dan kontra di bidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana berbagai jenis mata uang (atau valuta asing) diperdagangkan berdasarkan kurs tukar valuta asing. ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA. Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA adalah sebagai berikut, Vietnam menjual sepatu ke Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan Indonesia melengkapi lingkaran tersebut dengan menjual kulit ke Vietnam. Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan mengkonsumsi lebih banyak dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun dalam konsep perdagang tersebut tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non-tarif bagi negara – negara ASEAN melalui



skema



CEPT-AFTA.



Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama anggota biaya operasional mampu ditekan sehingga akan menguntungkan. AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk



38



suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk 1 mewujudkan AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.



C. Aktif dalam Kerjasama Kawasan Utara – Selatan Pasca berakhirnya Perang Dingin yang ditandai dengan keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991. Konstelasi politik dinia yang sebelumnya terbagi atas Blok Barat yang berhaluan Liberalisme-Demokrasi dan Blok Barat yang berhaluan SosialismeKomunisme bisa dikatakan belum berakhir. Hal ini dikarenakan kekuatan komunis dunia belum runtuh secara keseluruhan, meskipun Uni Soviet sebagai pusat komunisme Dunia runtuh. Cina, Vietnam, Kuba, dan Korea Utara menjadi kekuatan komunisme yang tersisa di



dunia,



setelah



demokratisasi



yang



melanda



Eropa



Timur



dan



Tengah.



Persaingan yang terjadi setelah perang ideologi dimenangkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya beralih dari politik dan militer menjadi pada ajang adu kekuatan ekonomi. Dunia kemudian terbagi atas beberapa kekuatan ekonomi yang kemudian dikenal dengan istilah dunia bagian Utara dan Selatan. Hal ini didasari dari kekuatan ekonomi suatu negara dan pengaruh suatu negara terhadap kekuatan ekonomi di Dunia. Polarisasi kekuatan ekonomi ini dibareng dengan terbentuknya organisasi-organisasi ekonomi di dunia. Di Eropa terbentuk Masyarakat Ekonomi Eropa yang kemudian dikenal dengan sebutan Uni Eropa (1993), di Asia Pasifik kemudian terbentuk Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) tahun 1989 yang bertujuan untuk mengukuhkan pertumbuhan



39



ekonomi, mempererat komunitas dan mendorong perdagangan bebas di seluruh kawasan Asia-Pasifik , dan kemudian organisasi kerja sama mulitilateral seperti North American Free Trade Agreement (NAFTA) pada tahun 1994 yang merupakan organisasi kerja sama



Amerika



Serikat,



Kanada,



dan



Mexico.



Negara-negara dunia ketiga yang sebelumnya pada perang dingin bersikap netral menghadapi kekuatan politik blok barat dan timur kemudian mereorganisasi dan berubah haluan menjadi berfokus pada pembangunan manusia dan ekonomi. Di Asia Tenggara kemudian dipelopori oleh Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina kemudian



membentuk



organisasi



kerja



sama



Asia



Tenggara



yang



dikenal



dengan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada 8 Agustus 1967.  Negara- negara bagian utara disebut juga dengan negara-negara maju. Negara maju berarti negara yang berpedapatan perkapita tinggi, menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Negara-negara bagian selatan atau disebut juga sebagai negara berkembang adalah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global.Pengecualian terjadi untuk Australia dan Selandia baru. Meskipun letaknya di Selatan, tapi keduanya tergolong negara maju. Hubungan yang terjalin antara negara-negara utara dan negara-negara berkembang terutama di bidang ekonomi. Bentuk hubungannya berupa kerjasama kedua negara utara dan selatan. Negara utara akan menanamkan modalnya dalam bentuk investasi atau bantuan modal ke negara selatan. Negara utara kemudian akan mendirikann perusahaan-perusahaan asing. Nantinya keuntungan akan diterima kedua pihak. Negara penerima modal akan menerima keuntungan berupa penarikan pajak, pembangunan dan pembagian keuntungan. Sedangkan negara pemberi modal akan terpenuhi



kebutuhan



nasionalnya.



Negara utara sangat maju dibidang teknologi, namun minim sumber daya alam. Sedangkan kondisi negara berkembang terjadi sebaliknya, yaitu sumber daya alam yang melimpah, namun teknologi minim. Negara utara membutuhkan negara selatan sebagai pemasok sumber daya ekstraktif. Biasanya negara utara mengimpor bahan mentah dari negara selatan, kemudian di olah menjadi barang jadi. Setelah itu dijual kembali di



40



negara



selatan



atau



untuk



pemenuhan



kebutuhan



nasionalnya.



Pemberian modal pinjaman merupakan bentuk kerja sama negara utara dan selatan dalam bentuk moneter. Pinjaman modal diberikan oleh negara selatan untuk membantu meningkatkan perekonomian dalam negeri. Sistem kredit pembayarannya bisa berupa suku bunga, transfer surplus dan kapital. Pinjaman modal inilah yang menyebabkan perekonomian negara selatan cenderung rawan. Kerawanan ini disebabkan karena modal dan kekuatan ekonomi yang menopang perekonomian cenderung berasal dari luar sehingga jika terjadi intervensi sekecil apapun terhadap negara penerima modal akan mengakibatkan guncangan baik ekonomi maupun politik dalam



negeri. Kerja sama yang lainnya biasanya dilakukan berbentuk transfer teknologi, baik



teknologi pangan, komunikasi ataupun militer. Negara selatan yang tidak ingin terus bergantung kepada negara utara akan menekan kontrak transfer teknologi dalam jangan kontrak berlangsung. Dan negara utara akan mempersiapkan tenaga ahli secara bertahap dengan memberikan beasiswa kepada mahasiswanya untuk berlajar ke negara-negara berteknologi maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Rusia.



Pengambilan sumber daya ekstraktif milik negara selatan oleh negara utara bersifat ekspolitatif. Negara utara terus berusaha memaksimalkan pengambilan sumber daya milik negara selatan untuk memenuhi kebutuhannya. Sering yang terjadi, kerjasama yang dibuat lebih menguntungkan negara utara dari pada seimbang. Misalnya kerjasama Indonesia-Amerika dalam PT. Freeport Indonesia. Semula kerjasama ini adalah pengambilan batu bara oleh Amerika di daerah Papua. Pada kenyataanya ketika diadakan inspeksi, yang diambil oleh Amerika bukan hanya batu bara, melainkan emas dan hal itu sudah terjadi berpuluh-puluh tahun tanpa ada penanggulangan apapun. Tenaga kerja buruh di negara selatan juga tereksploitasi oleh negara utara. Pendirian pabrik industri negara utara di negara selatan menyerap tenaga kerja lokal yang jumlahnya sangat banyak. Namun, pemberian upah minim dengan waktu kerja yang sangat lama membuat hal ini termasuk pengekploitasian tenaga kerja. Eksploitasi tenaga kerja di negara selatan semakin meningkat karena upah butuh yang rendah menyebabkan lebih banyak lagi perusahaan negara utara yang ingin menanamkan modalnya



di



negara



selatan.



41



Pemberian kredit modal oleh negara utara kepada negara selatan hanya membuat ketergantungan yang tidak sehat terhadap negara utara. Dengan ketergantungan tersebut membuat negara selatan cenderung stagnan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta rawan terhadap stabilitas nasional. Indonesia pernah mengalami kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh krisis moneter pada tahun 1998 yang salah satunya disebabkan penarikan investasi besar-besaran karena krisis ekonomi yang melanda Asia. Krisis moneter 1998 tersebut kemudian mengacaukan stabilitas ekonomi dan keamanan negara yang berujung pada anjloknya perkonomian Indonesia yang ditopang oleh modal dari luar negeri.



Pokok persoalan dalam kerja sama Utara-Selatan adalah upaya perubahan dalam tata hubungan dunia baru yang lebih adil. Hubungan tersebut harus berubah dari bentuk pemerasan oleh Utara ke bentuk pembagian keuntungan bersama. Dengan kata lain, hubungan tersebut harus berubah dari bentuk subordinasi ke bentuk kemitraan. Namun pada kenyataannya, bentuk hubungan Utara-Selatan masih cenderung berpola dominasi-subordinasi. Bentuk kerja sama itu hanya menciptakan kemakmuran bagi negara-negara Utara. Negara-negara Selatan mengalami berbagai kekurangan. Misalnya penurunan nilai tukar bagi barang-barang yang dihasilkannya, perusakan lingkungan, dan ketergantungan yang semakin tinggi terhadap Negara-negara di Utara. Negara-negara Utara cenderung memaksakan model pembangunan mereka terhadap negara-negara Selatan. Pemaksaan ini dapat mereka lakukan melalui perundingan-perundingan dalam lembaga keuangan internasional Bank Dunia dan IMF (Internasional Monetary Fund), yang semula di rencanakan sebagai lembaga keuangan untuk menolong semua negara di dunia dalam pembangunan, ternyata dipakai sebagai alat oleh negara-negara Utara untuk memaksakan model pembangunan yang menguntungkan negara-negara yang lebih kuat. Bank Dunia dan IMF mengeluarkan Program Penyelesaian Struktur atau SAP (Structural Adjustment Program) yang intinya memaksa negara-negara yang mendapatkan bantuan utang untuk lebih membuka pasar dalam negeri mereka, menekankan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang-barang yang bisa diekspor dan mengurangi subsidi pemerintah terhadap sektor publik. Di



42



Afrika dan Amerika Latin, program ini menciptakan kemiskinan di kalangan rakyat jelata. Sehubungan dengan berbagai keadaan yang dialami oleh negara-negara Selatan itu, ada baiknya diadakan pembenahan di kalangan Selatan sendiri. Negara-negara Selatan harus meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi mereka. Selatan harus membangun berbagai jalinan dan bangun kekuatan kolektifnya melalui kegiatan positif di dalam dirinya dan tidak membuat posisi berhadap-hadapan dengan pihak Utara. Di pihak lain, Utara harus membiarkan negara-negara Selatan bebas melaksanakan berbagai strategi pembangunan alternatif mereka, tanpa melakukan diskriminasi atau sabotase terhadap negara-negara tersebut. Negara-negara di Utara harus melaksanakan kebijakan ekonomi dan kebijakan luar negeri yang didasarkan atas kepentingan jangka panjang yang sehat yang akan menjaga kelestarian umat manusia dan bumi. Dalam jangka panjang, pendekatan semacam itu akan sejajar dengan kepentingan penduduk Utara itu sendiri. Negara-negara Selatan dengan kecenderungan untuk memperoleh posisi tawarmenawar yang seimbang dengan negara-negara Utara, terkonsentrasi dalam organisasi seperti Kelompok 77 dan Gerakan Non-Blok (GNB). Dalam wadah-wadah itulah, negara-negara Selatan menyalurkan aspirasi mereka. Dalam KTT GNB XI di Jakarta tahun 1992, salah satu keputusan penting yang diambil adalah perlunya suatu North-Soth Dialogue (dialog Utara-Selatan). Dialog ini difokuskan pada masalah-masalah perdagangan barang komoditas internasional. Negara-negara Selatan menginginkan komposisi harga yang adil dari penjualan komoditas tersebut dalam kerangka New Partnership for Development (kemitraan bagi perkembangan). Dalam dialog Utara-Selatan Juga dibicarakan masalah bantuan keuangan bagi negara-negara berkembang dan pengurangan beban utang luar negeri. Bidang pertanian dan industri juga menjadi pokok masalah yang diupayakan untuk dibicarakan.



43



Posisi GNB dalam kerangka kerja sama Utara-Selatan menjadi semakin memiliki arti sejak berakhirnya Perang Dingin. Sebagai suatu political movement, GNB menjadi semakin penting eksistensinya dalam memperjuangkan apa yang disebut dengan “tata ekonomi dunia yang lebih adil”. Fokus gerakannya adalah mengajak negara-negara maju untuk memberikan perhatian yang lebih luas dan bersikap lebih adil terhadap proses pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. D. Aktif dalam Penyelesaian Masalah Palestina – Israel Pada masa Perang Dingin Palestina dan Israel sudah mengalami pertentangan yang tidak kunjung usai. Dalam hal ini Indonesia memberikan perhatian lebih kepada Palestina karena Israel telah mengambil hak kemerdekaan warga Palestina. Selain itu, perhatian Indonesia terhadap Palestina tidak terlepas dari tindakan Palestina dalam upaya mendukung kemerdekaan Indonesia dan masalah Irian Barat pada masa revolusi Indonesia. Bentuk peran aktif Indonesia dapat dilihat dari peristiwa berikut:  Dilihat dari sudut UUD 1945 dan GBHN, mewajibkan Indonesia ikut serta menyelesaikan persoalan-persoalan dunia secara damai. Penyelesaian Timur Tengah seperti perang Israel-Palestina secara tidak langsung juga menyangkut kepentingan Indonesia, antara lain bahwa Indonesia dan Timur Tengah sama-sama anggota gerakan Non-Blok, OKI, OPEC. Dan dalam sejarah,  negara-negara Timur Tengah tergolong pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia mendukung ketika pada  5 November 1956 dinyatakan bahwa PBB akan membentuk pasukan untuk memelihara keamanan dan mengawasi penghentian tindakan permusuhan di Timur Tengah (Terusan Suez).  Dalam kesempatan itu, Indonesia untuk pertama kalinya ikut ambil bagian dalam misi Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB (UNEF) untuk Timur Tengah dengan mengirimkan Pasukan Garuda 1. Partisipasi dalam UNEF ini merupakan sumbangan bangsa Indonesia sebagai solidaritas dengan negara-negara Timur Tengah khususnya dan Asia-Afrika umumnya. Sebaliknya, negara-negara Timur Tengah dan Afrika juga memberikan dukungan besar mereka kepada perjuangan Indonesia untuk merebut kembali Irian Barat. Kenyataan ini bukan hanya semakin



44



meningkatkan dan memperkokoh solidaritas di antara mereka, tetapi juga memperlihatkan timbal balik yang saling menguntungkan.  Indonesia juga mendukung Resolusi Majelis Umum (MU) Perserikatan BangsaBangsa (PBB) No. 194 tentang isu Palestina. Resolusi ini dikeluarkan pada 11 Desember 1948 yang berbunyi: Majelis Umum menegaskan bahwa harus diizinkan secepat mungkin bagi pengungsi yang ingin kembali  ke rumah mereka dan hidup damai dengan tetangganya, dan demikian juga harus mendapat ganti rugi dari harta benda yang ditinggalkan, dan mendapat ganti rugi dari kerugian atau kerusakan harta benda sesuai dengan hukum internasional dan standar keadilan bagi mereka yang tidak ingin kembali lagi. Resolusi ini mempunyai dampak positif sangat besar bagi orang-orang Palestina yang meninggalkan kampung halamannya pada saat itu karena keadaan sangat darurat; berbahaya apabila tidak keluar dari kampungnya. Oleh karena itu Indonesia sangat setuju atas dikeluarkannya resolusi Majelis Umum PBB yang memberikan hak-haknya atas rakyat Palestina.  Pihak Departemen Luar Negeri Indonesia sendiri menyatakan, dukungan Indonesia terhadap negara-negara Arab menentang Israel didasarkan pada prinsip keadilan, yang juga merupakan prinsip “politik luar negeri Indonesia” Faktor kesamaan agama hanya tambahan saja.Begitu juga dukungan Indonesia terhadap penggunaan minyak sebagai alat politik luar negeri negara-negara Arab dibarengi dengan harapan bahwa perseteruan harus dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Selanjutnya,  pemakaian minyak sebagai senjata untuk jangka pendek akan merugikan AS, Jepang dan Eropa, walau dapat membantu perjuangan negaranegara Arab.   Pada masa Soeharto, hubungan Indonesia yang lebih menitik beratkan pada kawasan Asia Tenggara dan condong ke Barat yang mempengaruhi tingkat keeratan hubungan itu. Misalnya Indonesia tidak menunjukkan sikap yang kongkrit setelah perang Arab-Israel 1973, ketika negara-negara Arab anggota OPEC melakukan embargo minyak terhadap negara industri pada 1973-1974. Oleh karena itu, mayoritas negara-negara Arab Timur Tengah menentang posisi Indonesia dalam kasus Timor-Timur di PBB pada 1976. Hal ini tampaknya disadari kedua pihak yang pada gilirannya mendorong mereka untuk menata kembali hubungan



45



tersebut dan berupaya menghilangkan berbagai kendala atau hambatan. Hal ini ditandai dengan kunjungan Presiden Soeharto ke Timur Tengah pada 1977.  Indonesia menyadari pentingnya  kebijakan politik luar negeri untuk melaksanakan pembangunan yang memerlukan kondisi stabil, aman dan damai, bukan hanya di dalam negeri, sekitar wilayah Indonesia bahkan ke wilayah-wilayah yang lebih jauh lagi diantaranya dengan Timur Tengah. Karena itu, pada  Oktober 1977 Presiden Soeharto berkunjung ke beberapa negara Arab di Timur Tengah antara lain: Mesir, Arab Saudi, Kuwait, Suriah, Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab untuk menjalin hubungan yang lebih erat baik dalam bidang ekonomi, politik dan lain sebagainya.    Keterkaitan antara perjuangan bangsa Palestina dan masalah pembukaan hubungan diplomatik RI-Israel, menjadi dua hal yang sulit dipisahkan dalam kerangka pelaksanaan kebijakan RI. Paling tidak ini tercermin dari pernyataan dari seorang pejabat tinggi Deplu RI, hubungan bilateral RI-Israel baru dapat dijalin setelah tercapainya perdamaian menyeluruh di Timur-Tengah.  Kebijakan Indonesaia atas Israel sejak kemerdekaan sampai masa Soeharto pada dasarnya tidak pernah berubah; tetap tidak mengakui negara Israel dan karena itu tidak ada hubungan diplomatik dan tidak ada kantor perwakilan di antara kedua belah pihak.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Sejatinya perang dingin yang terjadi antar dua negara besar disebabkan oleh beberapa faktor. Perang tersebut sebenarnya tidak pernah sekalipun mengalami konflik militer seperti perang pada umumnya. Namun lebih pada bentuk persaingan di berbagai bidang guna menunjukkan kepada dunia siapa yang terbaik. Dengan demikian, secara tidak langsung dunia akan menilai siapa yang paling cocok menjadi negara super power.



46



Di tengah memanasnya persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur, Indonesia tetap berusaha tidak terpengaruh oleh kedua blok tersebut. Oleh karena itu, terbentuklah Gerakan Non – Blok. Motivasi utama pendirian Gerakan Non Blok pada tahun 1961 adalah untuk menghindarkan perang serta memperkokoh perdamaian. Persaingan kekutan militer yang sangat tajam antara AS dan Uni Soviet menimbulkan kekhawatiran berbagai Negara bahwa kemungkinan akan pecah perang terbuka antara kedua pihak. 3.2 Saran Dengan penjelasan mengenai sejarah perang dingin, diharapkan masyarakat mampu mengambil manfaat dan segala hal positif dari peristiwa sejarah tersebut. Hal-hal negatif dari Perang Dingin sebaiknya dihindarkan agar tidak terjadi lagi di masa mendatang. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritikan dari rekan-rekan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah yang selanjutnya.



Daftar Pustaka https://maghfiroherdan.wordpress.com/tag/negara-negara-yang-terlibat-perangdingin/ http://www.ilmusocial.com/2015/01/dampak-perang-dingin-bagi-dunia.html http://ben-ni.blogspot.co.id/2008/11/dampak-perang-dingin.html http://worldisyourlivingplace.blogspot.co.id/2012/07/blok-timur-dan-blok-barat.html



47



https://id.wikipedia.org/wiki/Blok_Timur http://www.amazine.co/39023/bagaimana-perang-dingin-berakhir-ini-5-faktorpendorongnya/ id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dingin



https://ahmad-rifai-uin.blogspot.com/2013/04/kebijakan-indonesia-terhadapkonflik.html https://id.wikipedia.org/wiki/Kesenjangan_Utara%E2%80%93Selatan https://id.wikipedia.org/wiki/Perhimpunan_Bangsa-Bangsa_Asia_Tenggara https://www.zonareferensi.com/deklarasi-kuala-lumpur/



Lampiran



48



Ir. Soekarno



Josep Broz Tito



Gamal Abdel Nasser



Kwame Nkrumah



49



Adam Malik



Narsisco Ramos



50



Tun Abdul Razak



S.Rajaratnam